Disusun oleh:
Izzah Khusna
21040113140123
Kelompok 4- A
Aktivitas
Aktivitas
Utama
Tabel 1
Perhitungan Kebutuhan Ruang Aktivitas Perdagangan dan Jasa
Juml
Jenis
Jenis
Standard
Luas
Penduduk
Jumlah
Aktivitas
Ruang
(m2/jiwa) bangunan
Pendukung
PKL
250
0,4
50
100
Mushola
250
0,36
45
1
Kantin
250
0,4
50
1
Perdagangan
dan Jasa
(PKL)
makanan
MCK
250
umum
Parkir
2500
mobil
Parkir
motor
Parkir
Luas
Luas
lahan
bangunan
total
10000
100
100
total
5000
45
50
21
42
21
0,04
72
500
360
2500
0,04
36
500
180
2500
0,04
36
500
180
11.472
5.836
1.750,8
7.586,8
sepeda
Total
Sirkulasi (30% luas bangunan total)
Total luas bangunan Perdagangan dan Jasa (PKL)
Jumlah penduduk pendukung 250 jiwa memiliki ruang sesuai SNI adalah 0,4
100 100 , maka luas lahan total keseluruhan untuk 100 PKL adalah
10.000
Luas satu bangunan PKL adalah 50 dengan luas lahan satu PKL-nya adalah 100
5 .00 0 m
Salah satu aktivitas utama di kawasan perancangan adalah Perdagangan dan Jasa dalam bentuk
Pedagang Kali Lima (PKL). Jalan Barito dikenal sebagai pusat PKL sparepart di Kota Semarang.
Usaha yang direncanakan adalah merapikan tatanan bangunan PKL yang saat ini sama sekali tidak
memerhatikan aspek estetika. Setiap satu PKL diberikan satu bangunan dengan luas lahan dan luas
bangunan sesuai dengan perhitungan diatas.
Diketahui bahwa luas bangunan total adalah 5.836 m2, kemudian terdapat sirkulasi sebesar
30% (ketentuan PP No. 26 tahun 2007) dari luas bangunan total yaitu seluas 1.750,8 m 2. Dengan
demikian luas bangunan peruntukan aktivitas PKL adalah sebesar 7.586,8 m2. Sirkulasi diperlukan
sebagai ruang terbuka untuk kegiatan non komersil dan kepentingan lingkungan. Melalui luas
sirkulasi inilah salah satunya kita dapat memanfaatkannya sebagai Jarak Antar Bangunan dan Garis
Sempadan Bangunan (GSB). Hal ini membuktikan bahwa perhitungan kebutuhan ruang sangat
berkaitan dengan perhitungan Jarak Antar Bangunan dan Garis Sempadan Bangunan. Adapun
hasil perhitungan Jarak Antar Bangunan dan Garis Sempadan Bangunan adalah sebagai berikut:
tinggi bangunan
tan ALO
24
tan 45
Berdasarkan perhitungan Jarak antar bangunan, diketahui bahwa terdapat analisis ketinggian
bangunan (diketahui nilai ALO). Adapun perhitungan ketinggian bangunan menggunakan 3
perhitungan dimana hasil terendahlah yang digunakan, yaitu Ketinggian Bangunan berdasarkan
Jalur Lintasan Pesawat Terbang, Ketinggian Bangunan berdasarkan FAR (Floor Area Ratio),
Ketinggian Bangunan berdasarkan ALO (Angle of Light Obstruction). Perhitungan ALO dilakukan
terhadap kawasan perancangan yang memiliki jarak ke Bandar udara maksimal 9 kilometer. Bantaran
Sungai Banjir Kanal Timur memiliki jarak 6 kilometer dengan Bandar udara Ahmad Yani.
Tabel 2
Analisis Ketinggian Bangunan
JALUR LINTASAN PESAWAT TERBANG
FAR
ALO
24 m (6 Lantai)
Melalui analisis ketinggian bangunan, dipilih rumus FAR sebagai patokan tinggi maksimal bangunan
di kawasan perancangan. Dengan demikian, secara langsung hal ini membuktikan bahwa
perhitungan kebutuhan ruang sangat berkaitan dengan perhitungan ketinggian bangunan
melalui perantara perhitungan Jarak Antar Bangunan.
dua kali karena pada kawasan perancangan mempunyai dua jenis jaringan jalan, yaitu Jalan Kolektor
Sekunder (Jalan Barito sebagai jalan utama) dan jalan lokal (jalan perumahan):
1. Garis Sempadan Jalan Barito = a
a = a1 + a2
= 5 meter + 0,83 meter
= 5,83 meter anggap 6 meter
2. Garis Sempadan Jalan Lokal = b
b = b1 + b2
= 2 meter + 0,073 meter
= 2,0073 meter anggap 3 meter
Berdasarkan perhitungan GSB, setiap bangunan yang direncanakan pada kawasan perancangan dan
terletak di sepanjang Jalan Barito harus memiliki jarak sepanjang 6 meter sebelum mencapai Jalan
Barito itu sendiri. Sedangkan untuk setiap bangunan yang direncanakan pada kawasan perancangan
dan terletak di sepanjang Jalan lokal (perumahan) harus memiliki jarak sepanjang 3 meter sebelum
mencapai Jalan lokal tersebut.
Kebutuhan luasan GSB inilah yang menjadi bagian dari sirkulasi (30%) yang disediakan
pada setiap aktivitas yang ada, baik aktivitas utama, penunjang, maupun pelayanan. Dengan demikian,
hal ini membuktikan bahwa perhitungan kebutuhan ruang sangat berkaitan dengan
perhitungan GSB.
lahan. Nilai KDB di suatu kawasan menentukan berapa persentase luas bangunan yang dapat
dibangun dalam suatu kawasan. Penentuan KDB ditinjau dari aspek lingkungan dengan tujuan untuk
mengendalikan luas bangunan di suatu lahan pada batas-batas tertentu sehingga tidak mengganggu
penyerapan air hujan ke tanah. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang terdapat di Kelurahan
Karangtempel, bantaran Sungai Banjir Kanal Timur dengan luas lahan total sebesar 14,2 Ha memiliki
kemiringan lahan sebesar 0-5%. Adapun hasil perhitungan pada KDB di kawasan perancangan adalah
sebesar 90%. Hal ini menandakan bahwa bantaran Sungai Kanal Timur dan Jalan Barito memiliki
infiltrasi yang cukup rendah.
KDB sebesar 90% mengartikan bahwa luas total lahan terbangun yang diperbolehkan
mencapai 90% dari luas lahan yang dimiliki. Hal ini juga mengartikan bahwa luas total lahan
terbangun kapling yang diperbolehkan adalah 90% dari luas kapling yang ada. Jika luas lahan total
pada kawasan perancangan seluas 14,2 Ha atau 142.000 meter persegi, maka luas total lahan
terbangun yang diperbolehkan adalah seluas 127.800 meter persegi. Besaran ini memiliki nilai yang
lebih kecil dari sirkulasi total yang dipergunakan. Luas terbangun pada kawasan terbangun adalah
113.600 meter persegi (70% dari 142.000 meter persegi), sedangkan luas non terbangun adalah
28.400 meter persegi (30% dari 142.000 meter persegi). Luas non terbangun inilah yang kemudian
memuat besaran KDB yang ditetapkan: