Anda di halaman 1dari 46

BAB I

TUMBUKAN AKIBAT PANCARAN FLUIDA


1.1 Pendahuluan
1.1.1 Latar Belakang
Setiap fluida yang dipancarkan mempunyai gaya atau kerja mekanis yang
menyebabkan tumbukan. Gaya ini dapat bermanfaat untuk menggerakkan benda atau
perlatan lain yang membutuhkan gaya penggerak, misalnya turbin.
Salah satu cara untuk menghasilkan gaya atau kerja mekanis dari tekanan
fluida adalah dengan menggunakan tekanan untuk mengakselerasikan fluida
berkecapatan tinggi dalam sebuah jet. Jet tersebut diarahkan ke piringan dari sebuah
roda turbin, yang berotasi oleh karena gaya yang timbul pada piringan dikarenakan
perubahan momentum atau impuls yang terjadi ketika jet menyembur pada piringan.
Turbin-turbin air yang bekerja dengan prinsip impuls ini telah dibuat dengan keluaran
hingga tingkat 100.000 kW dengan efisiensi lebih dari 90%.
Pada percobaan ini, gaya yang ditimbulkan oleh jet air ketika menyembur ,
baik pada plat yang rata atau plat cekung akan diukur dan dibandingkan dengan
tingkat aliran momentum di dalam jet.

1.1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengukur dan menghitung besarnya gaya yang diperoleh dari dua macam
piringan , yaitu plat datar dan plat cekung.
2. Menentukan besarnya efisiensi masing-masing piringan.
3. Menentukan hubungan antara besarnya debit yang keluar dengan gaya yang
didapat dari hasil perhitungan.
1.2 Alat-Alat Percobaan
1. Jet Impact apparatus
2. Bangku hidrolik dengan beban

3. Stopwatch

Data data alat :


Diameter nozzle
Luas penampang nozzle
Massa beban pemberat
Jarak piringan ke engsel ruas
Jarak nozzle ke piringan

: 10 mm
: 78.5 mm2
: 0.610 kg
: 0.1525 m
: 37 mm

Gambar 1.1 Spesifikasi Jet Impact

Gambar 1.2 Jet Impact


1.3 Dasar Teori dan Penurunan Rumus
1.3.1 Besar Gaya Piringan (Fhitung)
Apabila sebuah piringan yang simetris pada sumbu Y seperti pada gambar .
Sebuah jet yang terisi fluida dengan aliran pada tingkat W kg/s sepanjang sumbu Y.
Dengan kecepatan V0 m/s mengenai piringan dan terdefleksi sebesar sudut

sehingga fluida tersebut meninggalkan piringan dengan kecepatan V1 m/s. Perubahan


pada ketinggian dan tekanan dalam piezometric dalam jet karena mengenai piringan
hingga meninggalkannya diabaikan.
a) Besar gaya piringan
2
Gaya sebelum menabrakan piringan : W V 0 kgm/s pada arah Y.
2

Gaya setelah menabrak piringan : W V 1 cos kgm/ s

pada arah Y.

Gaya pada arah Y pada jet sama dengan perubahan gaya, sehingga didapat
:EW

Gaya=F akhir F awal


Gaya=m aakhir ma awal
Karena W adalah kg/s dan V adalah m/s dengan V 1 adalah kecepatan setelah
menumbuk piringan, dan V0 adalah kecepatan saat menumbuk piringan, maka :
Gaya=W V 0 W V 0 cos

kg m
s2

(1.1)

Gambar 1.3 Sketsa Aliran pada Sebuah Vane/Piringan


Gaya yang terjadi pada piringan adalah sama, tetapi berlawanan arah sehingga
didapat persamaan pada sumbu Y :
F piringan =F0 F1
(1.2)

V 0V 0 cos
F piringan =W
Untuk piringan datar , nilai

=90

maka cos

= 0 , maka :

90
V 0V 0 cos
F datar =W
(1.3)

Fdatar =W (V 00)
Fdatar =W V 0 ; tidak tergantung padaharga V 1
Untuk piringan cekung , nilai

=180 maka cos =1

V 0(V 0)
Fcekung =W

(1.4)

Fcekung =W (V 0 +V 0)
Jika perubahan tekanan piezometrik dan elevasi diabaikan,

V 0=V 1

maka

kemungkinan gaya maksimum pada plat cekung adalah :


Fcekung =2 W V 0

(1.5)

Aliran fluida diukur dengan satuan W(kg/s) yang mewakili satuan debit
W
3
10

m3, sehingga kecepatan pancaran, V(m/s) saat meinggalkan nozzle diberikan

oleh :
Q=V A

V=

Q
A

V=

W
A

V=

W
1000 78.5 106

(1.6)

V = 12.75W (m/s)
Keterangan:

Q = debit air (m3/s)


V = kecepatan air saat meninggalkan nozzle (m/s)
A = luas penampang nozzle (m2)
W = laju massa air (kg/s)

= massa air (kg/m3)


Kecepatan pancaran mengenai piringan, V0(m/s) lebih kecil daripada

kecepatan pancaran saat meinggalkan nozzle, V(m/s) akibat adanya pengaruh


gravitasi. Besar kecepatan dapat dihitung dengan hokum kekekalan energi, didapat:
EK A+ EP A=EK B+ EP B
2

mV O + 0= m V + mgs
2

V O =V +2 gs
2

V 0 =V 2 gh
Dengan h adalah jarak antara piringan dan ujung nozzle, h = 37 mm
2 9.81 0.037
)
V 02=V 2
2

V 0 =V 0.726
Keterangan:
V0 = kecepatan air sesaat sebelum mengenai piringan (m/s)
V

= kecepatan air saat meninggalkan nozzle (m/s)

= percepatan gravitasi (m/s2)

= jarak antara piringan dan ujung nozzle (37 mm)

1.3.2

Besar Gaya yang Menumbuk Piringan (Fukur)


Gaya tekan fluida yang menumbuk piringan didapat dengan meninjau

hubungan gaya yang bekerja pada batang.

(1.7)

Sistem gaya pada batang:

152.5 mm

Posisi awal
0

0.61 kg
Posisi akhir

Gambar 1.4 Sistem


Gaya Gaya
Fluidapada
(F) Batang

M a=0
F 152.5 mm=0.61 kg g y

Dimana y = adalah pergeseran beban. , y= posisi akhir posisi awal


F=4 gy (N )
1.4 Prosedur percobaan
1. Atur kedudukan jet impact agar jalur pancaran tegak lurus terhadap bidang
datar permukaan.
2. Pasang piringan pada jet impact.
3. Kalibrasikan neraca pengukur gaya, dengan membuat lengan neraca dalam
4.
5.
6.
7.
8.

keadaan mendatar.
Hidupkan pompa.
Atur posis beban pemberat hingga neraca seimbang kembal.
Catat simpangan pemberat terhadap posisi semula (y).
Ukur debit air berdasarkan prinsip bangku hidraulik.
Lakukan percobaan yang sama dengan di atas untuk 8 macam posisi pemberat

(y).
9. Ganti piringan dengna piringan cekung dan ulangi langkah a s/d i.

(1.8)

(1.9)

! Pastikan pancaran fluida yang keluar menumbuk piringan dan membuat lengan nera
Mulai
Atur kedudukan jet impact
Pasang piringan (datar/cekung)
Geser beban pemberat ke titik nol

Putar sekrup pegas hingga lengan neraca dalam keadaan mendatar

Hidupkan pompa dan atur debit sesuai dengan yang diinginkan

Atur posisi beban pemberat hingga neraca seimbang kembali

Catat simpangan pemberat terhadap posisi semula (y)

Ukur debit air berdasarkan prinsip bangku hidraulik

Gambar 1.5 Diagram Alir Prosedur Kerja Praktikum Tumbukan Akibat Pancaran Fluida

Tidak
Sudah didapat 8 macam posisi pemberat?
Ya

Tidak

Ya
Selesai

Sudah

semua

piringan dicoba?

1.5 Pengambilan Data

Pergeseran

Pengukuran debit
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Waktu t
(detik)
17.558
21.07
17.741
18.266
18.023
57.429
49.302
42.031
36.319
32.67

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Berat m (kg)

Debit Q (m /s)

2.5
0.000427156
2.5
0.000355956
2.5
0.00042275
2.5
0.000410599
2.5
0.000416135
5
0.000261192
5
0.000304247
5
0.000356879
5
0.000413007
5
0.000459137
Tabel 1.1 Piringan Datar

Pengukuran debit

No
cekung

beban(mm
3

Waktu t
(detik)
16.514
16.179
16.975
18.179
20.187
38.941
32.797
33.889
33.018
35.792

Berat m

)
52
35
50
50
42
18
23
32
49
63

Pergeseran
Debit Q

beban(mm)

(kg)
(m /s)
2.5
0.00045416
2.5
0.00046356
2.5
0.00044183
2.5
0.00041256
2.5
0.00037153
5
0.0003852
5
0.00045736
5
0.00044262
5
0.0004543
5
0.00041909
Tabel 1.2 Piringan Cekung

131
131
131
122
90
90
129
123
115
105

1.6 Pengolahan Data


Contoh perhitungan:
Diambil data dari piringan datar :
t = 17.558 sekon
Berat(W) = 2.5 kg
Pergeseran beban (y) = 52 mm
T = 24
a. Menghitung debit
3W
Q=
t
Q1 datar=

3 2.5
1000 17.558

Q=0.000427156 m3/s

b. Menghitung Kecepatan Nozzle (V)


V =12.75 Q 1000=12.75 0.000427 1000=5.44425 m/s
c. Menghitung Kecepatan saat menumbuk piringan (V0 )
V 0= V 20.726
V 0= 5.4442520.726
V0 = 5.37716 m/s
d. Menghitung Fhitung
Fhitung =W V 0=0.427 5.37716=2.29605 N
e. Menghitung Fukur
Fukur =4 gy=4 9.81

52
=2.04048 N
1000

Datar
W(kg/s)
0.427156
0.355956
0.42275
0.410599

V(m/s)
5.446235
4.538443
5.390057
5.235136

V0
5.379170876
4.457742416
5.322284633
5.165331768

Fhitung
2.297743568
1.586761657
2.249993503
2.120879682

Fukur
2.04048
1.3734
1.962
1.962

Efisiensi(%)
88.8036432
86.55364174
87.20025178
92.50878384

0.416135
0.261192
0.304247
0.356879
0.413007
0.459137

W(kg/s)
0.45416
0.463564
0.441826
0.412564
0.371526
0.385198
0.457359
0.442621
0.454298
0.419088

5.30572
3.330199
3.879153
4.550213
5.265839
5.853994

5.236856852
2.179239105 1.64808
3.219351731
0.840869177 0.70632
3.784419085
1.151399259 0.90252
4.469724576
1.595152831 1.25568
5.196446714
2.146168691 1.92276
5.791653606
2.659161435 2.47212
Rata-rata
Tabel 1.3 Hasil Perhitungan pada Piringan Datar

75.62639621
83.99879783
78.38462574
78.7184761
89.59034803
92.96614967
85.43511

Cekung
V(m/s)
V0
Fhitung
Fukur
Efisiensi(%)
5.790541
5.72751
5.202412979 5.14044
98.8087647
5.910439
5.8487
5.42249235 5.14044
94.798474
5.633284
5.568473
4.920594682 5.14044
104.467861
5.26019
5.190723
4.283010106 4.78728
111.773726
4.736959
4.659698
3.462399994
3.5316
101.998614
4.911276
4.8368
3.726252379
3.5316
94.7761891
5.831326
5.76874
5.276769387 5.06196
95.9291496
5.643424
5.578731
4.938532263 4.82652
97.7318714
5.792295
5.729283
5.205599591
4.5126
86.6874204
5.343373
5.275001
4.421379723
4.1202
93.1881055
98.01602
Rata-rata
Tabel 1.4 Hasil Perhitungan pada Piringan Cekung

1.7 Analisa Data

Fukur vs Fhitung
6
f(x) = 0.94x + 0.38
Datar

Fhitung

Linear (Datar)

Cekung

f(x) = 1x + 0.25

Linear (Cekung)
0

Fukur

Grafik 1.1 Perbandingan Fukur dan Fhitung


Pada Grafik 1.1 perbandingan Fukur dan Fhitung dibuat untuk menunjukkan
perbandingan dibuat untuk membandingkan efisiensi hasil percobaan dengan efisiensi
pada kondisi ideal. Pada kondisi yang ideal, besar perbandingan F ukur dan Fhitung akan
sama besar atau dengan kata lain efisiensinya 100%. Namun pada kenyataannya, F ukur
dan Fhitung dari hasil percobaan tidak sama besar karena pada kondisi nyata terdapat
faktor-faktor seperti gaya gesek dengan udara dan hilangnya energi menjadi energi
lain(seperti bunyi) akibat tumbukan dengan piringan.
Pada piringan cekung kemiringan garis lebih mendekati garis y=x
dibandingkan dengan piringan datar. Hal ini disebabkan oleh bentuk piringan yang
berbeda. Bentuk piringan sangat mempengaruhi penerimaan energi akibat pancaran
dari air yang di keluarkan dari nozzle. Pendistribusian energi pada piringan cekung
lebih baik dibandingkan dengan piringan datar, karena setelah menumbuk piringan air
akan terdistribusi merata ke seluruh permukaan piringan sebelum jatuh ke bawah.
Sementara pada piringan datar setelah air menumbuk piringan air akan langsung jatuh
dan mempengaruhi kecepatan air yang baru keluar dari nozzle.

Fukur vs W
0.5
0.4
0.3

Datar
f(x) = 0.11x
+ 0.04x
0.21 + 0.23
f(x) =
Linear
(Datar)

W 0.2

Cekung

0.1
0

0 1 2 3 4 5 6

Linear
(Cekung)

Fukur

Grafik 1.2 Perbandingan Fukur Vs W


Dari Grafik 1.2 perbandingan Fukur dengan W, dapat dilihat bahwa W
berbanding lurus dengan Fukur, dimana semakin besar W(kg/s) maka Fukur juga akan
semakin besar. Hal ini berlaku untuk kedua bentuk piringan baik piringan datar
maupun piringan cekung. Namun pada piringan cekung kemiringan garis lebih besar
dibandingkan dengan kemiringan garis untuk piringan datar, hal ini menunjukkan
bahwa dengan penambahan W yang sama untuk kedua buah piringan, maka besarnya
perubahan nilai Fukur Piringan cekung akan lebih signifikan atau lebih besar
dibandingkan dengan piringan datar.
Adapun nilai maksimal dari efisiensi adalah sebesar 100%. Namun pada
percobaan kali ini didapati beberapa data yang memiliki efisiensi lebih besar dari
100%. Hal tersebut bertolak belakang dengan kaidah efisiensi. Hal tersebut terjadi
akibat beberapa faktor, yaitu:
1. Pada percobaan ini air setelah dipompa langsung menuju ke nozzle kemudian
ditembakkan ke piringan terus baru memasuki bangku hidrolik. Terdapat
kemungkinan bahwa perhitungan debit bukan yang sebenarnya karena air
setelah menumbuk piringan berputar-putar dahulu didekat nozzle yag artinya
ada kemungkinan energi yang hilang akibat gesekan air dengan dinding kaca

dan berubah menjadi bunyi sehingga pengukuran debit yang dilakukan tidak
sesuai dengan yang seharusnya.
2. Penentuan waktu saat menggunakan bangku hidrolik yang memakai
stopwatch juga berpengaruh karena terjadi keterlambatan menekan stopwatch
sehingga waktu yang didapat lebih besar yang menjadikan F ukur menjadi lebih
besar dari Fhitung..
1.8 Kesimpulan dan saran
1.8.1 Kesimpulan
1. Bentuk piringan yang paling efektif untuk menerima energi dari tumbukan
dengan air dan memiliki nilai efisiensi yang terbesar merupakan piringan
2.

cekung.
Gaya yang ditimbulkan dari pancaran fluida bergantung kepada besarnya

3.

debit yang dikeluarkan dan bentuk piringan.


Besar efisiensi rata-rata (%) pada piringan cekung dari percobaan adalah

4.

98.01602.
Besar efisiensi rata-rata (%) pada piringan datar dari percobaan adalah

5.

85.43511.
Besarnya gaya hasil perhitungan(Fhitung) akan berbanding lurus dengan debit
yang keluar sesuai dengan rumus 1.2 dan 1.3

1.8.2 Saran
1. Pengamatan yang dilakukan selama percobaan lebih teliti agar didapatkan
angka dan perhitungan yang lebih akurat.
2. Dilakukan perawatan pada alat praktikum agar alat-alat praktimum selalu
dalam kondisi maksimal saat akan digunakan seperti bangku hidraulik dan jet
impact.
3. Pencatatan stopwatch lebih diakuratkan lagi dengan mengikutkan angka seper
sekon nya, agar perhitungan debit yang didapatkan lebih akurat.
1.9 Pustaka

BAB II
ALIRAN MELALUI VENTURIMETER
2.1 Pendahuluan
2.1.1
Latar Belakang
Debit adalah besaran yang menyatakan banyaknya fluida yang mengalir
selama 1 detik yang melewati suatu penampang luas. Maka, dapat dikatakan pula
debit sebagai hasil kali kecepatan dan luas penampang. Debit yang masuk pada suatu
penampang luasan sama dengan debit yang keluar pada luasan yang lain meskipun
luas penampangnya berbeda. Hal ini disebut persamaan kontinuitas.
Debit dan kecepatan aliran penting untuk diketahui besarnya dalam
melakukan penelitian di bidang fluida.Untuk itu, digunakan suatu alat untuk
mengukur debit suatu fluida yaitu dengan Venturimeter. Venturimeter menggunakan
prinsip Bernoulli dan kontinuitas pada pipa tertutup.
2.1.2
Tujuan Praktikum
1. Menentukan pengaruh perubahan penampang terhadap tinggi garis hidraulik
pada masing-masing manometer.
2. Menentukan koefisien pengaliran pada alat venturimeter yang digunakan.
2.2
1.
2.
3.
4.

Alat-alat Percobaan
Alat Venturimeter
Stopwatch
Bangku Hidraulik
Beban counterweight pada bangku fluida
Data-data alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
Diameter pipa di manometer A DA = 26mm
Diameter pipa di manometer B DB= 16mm
Gambar 2.1 Venturimeter

2.3

Dasar Teori dan Penurunan Rumus

Venturimeter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang berfungsi
untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk menunjukan besaran aliran
fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah manometer pipa U. Untuk sebuah
venturimeter tertentu dan sistem manometer tertentu, kecepatan aliran yang dapat
diukur adalah tetap sehingga jika kecepatan aliran berubah maka diameter throatnya
dapat diperbesar untuk memberikan pembacaan yang akurat atau diperkecil untuk
mengakomodasi kecepatan aliran maksimum yang baru.
Untuk meninjau penampang A1 dan A2 :

Gambar 2.2 Kondisi ideal venturimeter


Pada Bagian Upstream A1, pada Leher A2,dan pada bagian selanjutnya (n) A0.
Head pada pembuluh piezometer ditandai dengan h1, h2, hn. diasumsikan bahwa tidak
terjadi kehilangan energi sepanjang pipa, dan kecepatan serta head piezometrik (h)
konstan sepanjang bidang tertentu.
Persamaan Bernoulli :
2

P1 v 1
P v
P v
+ + Z1 = 2 + 2 +Z 2 = n + n +Z n
g 2 g
g 2 g
g 2 g

P
= pressure head
g
2

v
=velocity head
2g
Z =potential head
H=total head

Dari datum diperoleh bahwa elevasi dari titik 1 dan titik 2 adalah sama
(Z1 = Z2)
Maka persamaan yang diperoleh adalah sbb:
P1 v 12 P2 v 22
+ = +
g 2 g g g

Untuk menghitung v 2 , maka,


v 22 P1P2 v 12
=
+ ( a)
2g
g
2g

Dari persamaan kontinuitas, diperoleh v 1 sbb:


v 1=

A2 v 2
(b)
A1

Substitusi pers.(b) ke dalam pers.(a), diperoleh,

A2
A1

P 1P2
g
A2 v 2 2
(
) 2
v 22 P1P2
A1
v2
=
+

2g
g
2g
2g
1( 2)=

Dari gambar diperoleh bahwa

P1 P 2
=h1h2
g

ketinggian di dalam piezometer dari titik 1 dan 2 maka,


A2
A1

1
v 22

2g
Sehingga v2 adalah sbb:
A2
A1

2
1

2 g h1h2

v 2=
Untuk perhitungan debit pada titik 2, maka

(perbedaan

A2
A1

2
1

2 g h1h 2

Q= A 2 v 2= A2
Q yang diperoleh merupakan QPerhitungan, sehingga persamaan di atas
dapat ditulis sbb:
A2
A1

2
1

2 g h 1h2

Qperhitungan=A 2 v 2= A 2

Namun, untuk memperoleh Q yang sebenarnya haruslah digunakan


faktor koreksi pada Qperhitungan. Hal ini disebabkan pada Qperhitungan
keadaan aliran fluida pada pipa tertutup dianggap ideal. Sedangkan, pada
kenyataan di lapangan, Qaktual tidak sebesar Qperhitungan akibat
ketidakhomogenan penampang, dsb. Maka, didefinisikan suatu konstanta
c sebagai faktor koreksi dari Qperhitungan, sehingga :
Qaktual=c Qperhitungan
c A2 v2

A2
A1

2
1

2 g h1h2

c A 2

Keterangan:
Q

= debit air (m3/s)

= faktor koreksi

= luas penampang (m2)

= tinggi skala piezometer (m)

= percepatan gravitasi (m/s2)

2.4
1.

Prosedur Percobaan
Pastikan bangku hidraulik dalam keadaan mati dan air pada bak kecil sudah

2.

dibuang.
Kalibrasikan tinggi piezometer sesui dengan skalanya dengan cara menekan
katup udara di atas piezometer perlahan-lahan sampai ketinggian setiap
piezometer sama dan berada dalam skala pengmatan. Jika tinggi air di
piezometer sudah lebih rendah dari skala pengamatan, nyalakan bangku
hidraulik sebentar dan bukalah kra suplai air perlahan-lahan sampai air naik.

3.

Setelah air berada pada ketinggian yang tepat, matikan lagi bangku hidraulik.
Mulailah menyalakan bangku hidraulik, bukalah kran suplai air perlahanlahan dan sedikit demi sedikit serta kran kontrol aliran seluruhnya sampai
didapatkan debit yang dialirkan menghasilkan selisih ketinggian maksimum
dari masing-masing piezometernya tetapi di dalam skala pengamatan.

4.

Amatilah perbedaan ketinggian yang terjadi dan catatlah ketinggian air pada
tiap piezometer. Kemudian, hitunglah perbedaan ketinggian piezometer h 1
dan h2, dimana h1 = tinggi skala piezometer di titik A dan h2 = tinggi skala

5.

piezometer di titik D seperti pada gambar.


Bersamaan dengan proses pengamatan, perhatikanlah kondisi bangku
hidraulik. Jika tempat pemasangan beban mulai terangkat, pasanglah beban
dan mulailah pengukuran waktu dengan cara menekan stopwatch. Setelah
tempat pemasangan beban yang sudah dipasang beban mulai terangkat lagu,

6.

matikanlah stopwatch. Waktu tersebut akan menjadi acuan perhitungan debit.


Setelah data didapat, tutuplah kran kontrol aliran dan matikan bangku

7.

hidraulik. Dapat terlihat bahwa ketinggian piezometer akan kembali sejajar.


Putar kembali kran ssuplai air secara perlahan untuk mendapatkan debit yang

8.

lebih kecil dari debit sebelumnya dan nyalakan kembali bangkuhidraulik.


Ulangi langkah 4-7 hingga didapat data untuk depalan debit yang berbeda,
dengan syarat besar debit harus masih dapat memberikan perbedaan

9.

ketinggian yang tampak jelas pada tiap piezometer (debit tidak terlalu kecil).
Setelah data selesai diambil, catatlah juga nilai koefisien pengaliran (c) pada
alat venturimeter tersebut yang tertera pada bagian belakang alat.

Prosedur kerja tersebut dapat digambarkan ke dalam diagram alir seperti berikut:

Gambar 2.2 Diagram Alir Prosedur Kerja Praktikum Aliran Melalui Venturimeter

2.5

Pengambilan Data

No.
Tabung
Manomete
r
Diameter

A
(h1)

D
(h2)

26

23.2

18.4

16

16.8

18.4

20.1

7
(mm)
Nilai Koefisien Pengaliran
Tabel 2.1 Data Alat

Pengukuran

21.8

23.5

25.2

26.0

0,95

Ketinggian Air Pada Tabung (mm)

No.

Waktu untuk

Percobaa

Debit Bangku

Hidraulik

1
2
3
4
5
6
7
8

(detik)
25.355
33.893
20.291
27.46
42.514
41.168
37.19
45.676

2.6

A(h1)

D(h2)

174 125 82
19
26 65 83
167 163 145 111 114 133 143
214 200 152
63
74 124 147
231 224 200 156 160 184 196
233 225 185 104 158 117 160
142 180 124
20
35 34 93
228 215 154
44
60 121 148
188 180 139
66
75 116 135
Tabel 2.2 Data Ketinggalan Air Pada Tabung

96
148
164
204
180
119
172
148

104
152
174
210
194
150
184
157

110
154
189
214
208
159
194
164

113
156
188
217
212
160
198
157

Pengolahan Data
2 2

Luas1 (A1) =

x d1
4

x (2,6 x 10 )
4

= 0,000531 m2

Luas2 (A2) =

Q Aktual=

x d2
4

x (1,6 x 102 )2
4

= 0,000201 m2

Perhitungan Debit Aktual


3m
.t

Contoh perhitungan percobaan data 1


Q 1=

3 x 2.5
=0,000295799645 m3 / s
1000 x 25,355

No. Percobaan
Q Aktual
1
0,000295799645
2
0,000221284631
3
0,000369622000
4
0,000273124545
5
0,000352824952
6
0,000364360668
7
0,000403334230
8
0,000328400035
Rata-rata
0,000326093838
Tabel 2.3 Debit Aktual

Perhitungan Koefisien Pengaliran


Q Aktual

c=
A2 x

2 g ( h1h2 )
A2 2
1( )
A1

Contoh perhitungan untuk percobaan data 1


0,000000295800

c 1=

5.3 x 104

((

=0,781011936

2 x 9.8 x ( 0,1740,019 )
4 2

5,3 x 10
1
2 x 104

))

c
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata

Koefisien Pengaliran (c)


0,781011936
0,972037702
0,98876984
1,036706856
1,021151801
1,084369882
0,977421845
0,977347826
0,979852211
Tabel 2.4 Koefisien Pengaliran
Perhitungan Debit Ideal (QI)

QIdeal =A 2 .

2 g ( h1 h2 )
A2 2
1( )
A1

Contoh perhitungan untuk percobaan data 1


QIdeal =5.3 x 104

29.8( 0,1740,019 )
4 2

1(

5,3 x 10
)
4
2 x 10

No. Percobaan
1
2

=0,000378739 m3 /s

Q Ideal
0,000378739
0,00022765

3
0,00037382
4
0,000263454
5
0,000345517
6
0,000336011
7
0,000412651
8
0,000336011
Rata-rata
0,000334232
Tabel 2.5 Debit Ideal

GRAFIK Q-C
0
0
0

f(x) = 0x

0
0

Q Ideal 0
0
0
0
0
0.6

0.7

0.8

0.9

1.1

Koefisien Pengaliran (c)

Grafik 2.1 Debit Ideal terhadap Koefisien Pengaliran

1.2

Grafik Ketinggian Air pada Piezometer


250

TINGGI AIR

200

PERCOBAAN 1

150

PERCOBAAN 3

PERCOBAAN 2
PERCOBAAN 4
PERCOBAAN 5

100

PERCOBAAN 6
PERCOBAAN 7

50
0

PERCOBAAN 8
A

LABEL PIEZOMETER

Grafik 2.2 Tinggi Air pada Piezometer

2.7

Analisis Data
Grafik 2.1 Q-c dibuat untuk menunjukkan hubungan antara Debit Aktual
dengan koefisien pengaliran (c). Berdasarkan rumus

Qideal =c x Qaktual

diperoleh hubungan bahwa semakin besar nilai Qaktual maka nilai koefisien
pengaliran (c) akan semakin kecil. Tetapi dari Grafik 2.1 Q-c yang diperoleh
hubungan tersebut tidak terpenuhi karena pengambilan data yang kurang
teratur, ketidaktelitian praktikan saat pengamatan piezometer (human error)
serta kondisi alat yang kurang mendukung. Dari percobaan yang dilakukan
nilai keofisien pengaliran c yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan
koefisien pengaliran yang tertera pada alat yaitu sebesar 0,95 sedangkan dari
percobaan yang dilakukan diperoleh nilai koefisien pengaliran antara

0,781011936 - 1,036706856. Lihat Tabel 2.4


Grafik 2.2 yaitu Grafik tinggi air pada piezometer dibuat untuk menunjukka
hubungan antara diameter pada masing-masing piezometer dengan tinggi air

yang terukur. Berdasarkan Tabel 2.1 diketahui bahwa pipa piezometer D


memiliki diameter yang paling kecil. Dari Grafik 2.2 diketahui bahwa titik
terendah air berada pada pipa piezometer D. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin kecil diameter pipa piezometer maka semakin rendah tinggi air pada
pipa tersebut.
2.8
Kesimpulan dan Saran
2.8.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan aliran melalui venturimeter diperoleh hubungan bahwa
semakin besar luas penampang manometer maka semakin tinggi air pada
manometer tersebut.
2. Koefisien pengaliran rata-rata pada percobaan yaitu 0,979852211.
2.8.2 Saran

2.9

Pustaka

BAB III
ALIRAN MELALUI ORIFICE
3.1 Pendahuluan
3.1.1 Latar Belakang
Seringkali terjadi ketika fluida lewat melalui sebuah penyempitan seperti
lubang berujung tajam atau di atas ambang, aliran berkurang jumlahnya bila dihitung
dengan asumsi bahwa energy bersifat kekal dan aliran yang melalui penyempitan dan
menerus sepanjang aliran tersebut daripada perhitungan kehilangan energi.
3.1.2 Tujuan
1. Mengukur dan menghitung besarnya reduksi aliran yang terjadi yang
dilambangkan dengan koefisien aliran (Cd).
2. Mengukur dan menghitung koefisien kontraksi (Cc) dan koefisien kecepatan
(Cu).
3. Menentukan hubungan antara debit aliran (Q) dengan muka air pada orfice
(H0).
3.2 Alat-alat Praktikum
1. Orifice Apparatus
2. Bangku hidraulik
3. Pipa pitot
4. Stopwatch
3.3 Landasan Teori
Orifice apparatus menggunakan rumus prinsip Bernoulli dan kontinuitas
dimana fluida mengalir melalui celah kecil yang mengakibatkan terjadinya kontraksi
pada aliran dan kehilangan energi. Kehilangan energi ini akan dapat terlihat pada
perbedaan tinggi fluida pada selang pengamatan.

3.3.1 Menentukan Besarnya Debit

Besarnya debit diperleh dengan rumus :

Q=

W
m3 /detik
1000 t

(3.1)

Keterangan:
W

= Berat air yang dikumpulkan per detik

= Interval waktu keseimbangan beban (detik)

= debit air (m3/detik)

3.3.2 Menentukan Koefisien Kecepatan (Cu)


Perhatikan gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Sketsa aliran melalui orifice


Dengan menggunakan persamaan Bernoulli maka tinggi total yang terjadi di
M dan N adalah :

Vm 2 Pm
Vn2 Pn
+
+ Zm=
+ + Zn
2g w
2g w

(3.2)

Keterangan:
V = kecepatan pada suatu titik tersebut
g = Gravitasi
P = Tekanan yang terjadi pada suatu titik
Z = Ketinggian suatu titik dari datum yang diambil
2
2
Vm Pm
Vn P n
+
+ hc=
+ +h
2g

2g w 0

Keterangan:
Vm = Kecepatan aktual
Vn = Kecepatan ideal
hc = ketinggian pada alat ukur pitot(mm)
h0 = ketinggian pada alat ukur pipa orifice (mm)
Karena kecepatan di M sangat kecil,sehingga dapat diabaikan , jadi didapatkan :
V n2 P n
0 Pm
+ +h m=
+ +h n
2g
2g
Pada keadaan ini, tekanan atmosfer di M dan N adalah sama. Sehingga :
2

hm =

Vn
+h
2g n

Titik N merupakan titik datum, sehingga hn = 0

V n2=2 g hm
V n= 2 g hm
Untuk mencari kecepatan ideal , diambil kecepatan saat sebelum memasuki
pipa pitot, maka :
V 0= 2 g h0
Keterangan:
V0 = Kecepatan ideal
ho = Ketinggian pada orifice
Untuk mencari kecepatan aktual, diambil kecepatan setelah memasuki pipa
pitot , maka:
V c = 2 g h c
Keterangan:
Vc = Kecepatan aktual
hc = ketinggian pada pipa pitot
Dengan memperhatikan definisi koefisien kecepatan (Cu) yang merupakan
rasio antara kecepatan aktual (Vc) dengan kecepatan ideal (V0) didapatkan :
Cu =

V c 2 g hc
h
=
= c
V 0 2 g ho
ho

3.3.3 Menentukan Koefisien Kontraksi (Cc)

(3.3)

Koefisien kontraksi (Cc) merupakan rasio antara potongan melintang Vena


contracta (Ac) dengan potongan melintang pada orifice(Ao) seperti pada
gambar,sehingga :
C c=

Ac
Ao

(3.4)

Keterangan:
Ac = luas potongan pada vena contracta (m2)
Ao = potongan melintang orifice (m2)

3.3.4 Menentukan Koefisien Aliran (Cd)


Koefisien aliran (Cd) merupakan rasio antara debit actual (Qc) dengan debit
yang terjadi bila aliran semburan pada kecepatan ideal tanpa terjadi penyempitan
permukaan (Q0). Debit actual (Qc) adalah :
Qc=Vc Ac

(3.5)

Jika semburan aliran pada kecepatan ideal (V 0) yang melewati daerah


orifice(Ao), maka debit ideal (Q0) menjadi :
Q0=V 0 A 0

(3.6)

Jadi,dari definisi tentang koefisien aliran yang telah disebutkan sebelumnya , maka ;
C d=

Qc V c A c
=
Q 0 V 0 A0

Diketahui bahwa Q actual didapat dari hasil perhitungan :

(3.7)

Q=

3W
t
C d=

Q
1

2 g h0 A 0

(3.8)

Dari persamaan di atas didapatkan :


C d=C u C c

(3.9)

3.4 Prosedur Percobaan


1. Air dibiarkan mengalir mengisi tangki sampai di atas ketinggian pipa pengalir
kelebihan air di bagian atas , dan air yang masuk diatur sehingga aliran
bersifat konstan yang diperhatikan melalui aliran yang keluar.
2. Mengumpulkan dan mengukur berat air melalui tangki timbangan.
3. Mencatat waktu pengukuran selama selang waktu tertentu yaitu di antara
tangki imbangan naik saat pertama (sebelum diberi beban) dna naik untuk
kedua kalinya (setelah diberi beban).
4. Mengukur dan mencatat nilai ho pada orifice.
5. Mengukur dan mencatat nilai hc dengan menggunakan pipa pitot yang
dimasukkan dalam semburan yang keluar pada bagian bawah tangki.
6. Mengukur dan mencatat diameter semburan yang terjadi pada vena contracta
dengan menggunakan pipa pitot yang pada kepalanya dilekatkan bilah
berujung tajam. Pengukuran dilakukan dengna mengukur jarak terluar dan
jarak terdalam semburan (X1-X2).
7. Dalam suatu percobaan dilakukan pengulangan langkah-langkah di aas
beberapa kali dengan memperhatikan ketinggian yang terjadi baik h c maupun
ho selama mengumpulkan air dan mencatat niliai rata-rata selama selang waktu
tertentu.
8. Aliran masuk diubah dengan cara memperkecil air yang masuk .
9. Percobaan dilakukan beberapa kali sampai datar yang diambil cukup
menentukan hubungan antara debit dengan tinggi total orifice(ho).
10. Percobaan dilakukan beberapa kali sampai data yang diambil cukup
menentukan hubungan antara debit dengan tinggi total orifice(ho).

11. Setelah selesai, ukur diameter orifice dan hitung luas potongan melintang
orifice(Ao)

Gambar 3.5 Diagram Alir Prosedur Kerja Praktikum Aliran Melalui Orifice

3.5 Pengambilan Data


Waktu

No.
1
2
3
4
5
6
7
8

(s)
57.284
59.7
39.632
54.411
84.754
77.475
96.295
127.169

Massa
beban
(kg)
2.5
2.5
2.5
2.5
5
5
5
5

Ho(mm)

Hc(mm)

X1(mm)

228
227
16.3
216
215
21.68
387
383.5
20
222
221
24.9
384
381
25.1
388
385
22.23
305
306
23.5
164
162
30.13
Tabel 3.1 Data Pengamatan

3.6 Pengolahan Data


Contoh perhitungan:
Luas lingkaran=

Luas orifice=

D2
4

0.0132
4
Luas orifice=132.665 106

Luas pipa pitot =

0.2282
4

Luas pipa pitot =98.4704 106


3

Q=

3W
3 2.5
m
=
=0.000131
t 1000 57.284
s

X2(mm)
27.5
30.7
29.5
33.26
34.4
31.37
33.74
38.09

X2X1(mm)
11.2
9.02
9.5
8.36
9.3
9.14
10.24
7.96

Vc= 2 9.81 0.227


Vc=1.193968 m/s
V 0= 2 9.81 0.228
V 0=2.115032 m/ s
Cu=

1.193968
=0.997805
2.115032

98.4704 106
Cc=
=0.742249
132.665 106
Cd=CuCc=0.997805 0.744249=0.740619

A(mm2)
98.4704
63.86791
70.84625
54.86334
67.89465
65.57859
82.31322
49.73886

Vc
1.193968
1.161981
1.551896
1.178083
1.546829
1.554928
1.386247
1.008643
Rata-rata

V0
2.115032
2.058621
2.755529
2.087017
2.744828
2.759087
2.446242
1.793789

Cu
Cc
0.997805 0.742249
0.997682 0.481422
0.995468 0.534024
0.997745 0.413548
0.996086 0.511775
0.996127 0.494317
1.001638 0.620459
0.993884 0.374921
0.997054 0.521589
Tabel 3.2 Data Pengolahan

Cd
0.740619
0.480307
0.531603
0.412615
0.509772
0.492402
0.621475
0.372628
0.520178

Q
0.130927
0.125628
0.189241
0.13784
0.176983
0.193611
0.155771
0.117953

Q vs ( )
0.7
f(x) = 3428.69x

0.6
0.5
0.4

Data

ho^0.5 0.3

Linear (Data)

0.2
0.1
0

Grafik 3.1 Q vs

ho

3.7 Analisis Data

Q vs Cu dan Q vs Cc
0.8
0.7
0.6

f(x) = 3301.51x

Q vs Cu

0.5

Linear (Q vs Cu)

C 0.4

Q vs Cc

0.3

Linear (Q vs Cc)

0.2
0.1
0

0 f(x)0= 0

Grafik 3.2 Q vs Cu dan Q vs Cc

Q vs Cd
0.8
0.7
0.6

f(x) = 3292.38x

0.5
Q vs Cd

Cd 0.4

Linear (Q vs Cd)

0.3
0.2
0.1
0

Grafik 3.3 Q vs Cd
Berdasarkan grafik 3.1 yang telah diolah , diperoleh bahwa semakin besar Q
maka

ho

juga akan semakin besar. Q dan

ho

berbanding lurus. Dari grafik

3.2 dan grafik 3.3 didapatkan bahwa semakin besar Q maka Cc,Cu dan Cd semakin
besar. Nilai Cd merupakan hasil dari perkalian Cd dan Cc.
3.8 Kesimpulan
1. Dari praktikum didapatkan koefisien reduksi Cd rata-rata adalah 0.520178.
2. Dari praktikum didapatkan koefisien kontraks Cc rata-rata adalah 0.521589
dan koefisien kecepatan Cu rata-rata adalah 0.997054.
3. Semakin besar Q maka semakin besar pula ho .
3.9 Pustaka
Fluid Mechanics, Frank M.White, Mc Graw Hill.

LAMPIRAN
PRINSIP BANGKU HIDRAULIK
1.1 Pendahuluan
1.7.1
Latar Belakang
Bangku hidraulik adalah alat yang digunakan sebagai suplai air sekaligus
untuk menghitung debit air yang melalui suatu alat percobaan dalam mekanika fluida.
Bangku hidraulik sendiri adalah alat yang angat penting dalam percobaan mekanika
fluida karena hampir setiap percobaan membutuhkan nilai debit air.
1.7.2

Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja dan
perhitungan dari bangku hidraulik.
1.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah bangku hidraulik.
1.3 Dasar Teori dan Penurunan Rumus
Bangku hidraulik adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk menghitung
debit air yang melalui suatu alat percobaan dan dapat juga digunakan sebagai
pensuplai air. Bangku hidraulik yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Hydraulic Bench. HI MkIII. Diagram bangku hidraulik dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

Gambar 1.1 Bangku Hidraulik


Keterangan gambar:
A = Tempat pemasangan beban
B = Kran pengatur debit
C = Pompa
D = Tuas pengungkit

E = Bak penimbang air


F = Bak penyimpan air
G = Pipa pengaruh ke bak penampung
H = Selang dari pompa
I

= Batang antara beban dan bak penimbang

= Engsel
Air disuplai melalui selang penghubung menuju katup B. Suplai air diatur

dengan mengatur bukaan katup B. Air kemudian masuk ke dalam alat percobaan dan
kemudian keluar melalui corong H dan terus ke pipa G. Air tersebut masuk ke dalam
bak penimbang air E. Bak penampung ini ditahan dengan bak penimbang. Pada ujung
balok lainnya terdapat pemberat yang digantung. Berat bak dikali lengan momennya
sama dengan berat tempat pemasang beban dikali lengan momennya. Pada alat ini,
panjang lengan pemberat adalah 3 kali lengan bak penampung. Tinjaulah momen di
engsel (titik J), maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
M J =0

W
( air L)(W beban 3 L)=0

W air =3 W beban
mair =3 mbeban

Debit adalah volume fluida yang mengalir pada suatu selang waktu, yang
secara matematis ditulis:
Q=

V
t

Q=
t
Q=

m
t

Dari kedua persamaan diatas, dapat diperoleh:


Q=

3m
t

Keterangan :
Q

= debit air (m3/s)

= massa beban yang digunakan sebagai pemberat (kg)

= massa jenis air (kg/m3)

= interval waktu keseimbangan beban (detik)

1.4 Prosedur Pengukuran Debit

1) Kosongkan bak penimbang dengan jalan memutar tuas pada bangku hidraulik.
Seteah dikosongkan, pastikan tuas dalam posisi menutup bak penimbang dan
balok penopang dalam keadaan tak seimbang.
2) Pastikan alat percobaan sudah dikalibrasi dan siap digunakan.
3) Jalankan pompa dan atur debit sesuai dengan yang diinginkan dengan jalan
memutar katup.
4) Air yang keluar dari alat percobaan masuk ke dalam bak penimbang hingga t
waktu. Pada saat tersebut balok penopang akan naik (setimbang lagi). Tepat
pada saat balok penimbang mulai naik, mulailah menyalakan stopwatch,
kemudian masukkan beban ke dalam penggantung beban sehingga balok tak
seimbang.
5) Saat balok penimbang mulai naik (setimbang), hentikan stopwatch dan catat
waktu tersebut sebagai t. Catat juga massa beban yang sebanding dengan
massa air (m).
6) Untuk pengukuran debit selanjutnya, ulangi langkah 1 sampai 5.

Mulai

Kosongkan bak penimbang

Pastikan tuas dalam posisi menutup bak penimbang dan balok penopang dalam keadaaan tak se

Pastikan alat percobaan sudah dikalibrasikan dan siap digunakan

Jalankan bangku hidraulik dan atur debit sesuai dengan yang diinginkan

Tepat saat balok penimbang mulai naik,


mulailah menyalakan stopwatch

! Lakukan sesegera mu
Masukkan beban ke dalam penggantung beban
Saat balok penimbang mulai naik (seimbang),
hentikan stopwatch
Saat balok penimbang mulai naik (seimbang),
hentikan stopwatch

Catat waktu tersebut sebagai t dan massa beban yang sebanding dengan massa air sebaga

Selesai

Gambar 1.2 Diagram Alir Prosedur Kerja Penggunaan Bangku Hidraulik

1.5 Contoh Perhitungan

Q=

3m
=
t

3 2,5 kg
m3
=0,00006250
kg
s
1000 3 120 s
m

1.6 Pengolahan Data


Pengukuran debit
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Waktu t

Berat m

Debit Q (m3/s)
(detik)
(kg)
17.558
2.5
0.000427156
21.07
2.5
0.000355956
17.741
2.5
0.00042275
18.266
2.5
0.000410599
18.023
2.5
0.000416135
57.429
5
0.000261192
49.302
5
0.000304247
42.031
5
0.000356879
36.319
5
0.000413007
32.67
5
0.000459137
Tabel 1.1 Pengukuran Debit

1.7 Kesimpulan dan Saran


1.7.1
Kesimpulan
Prinsip kerja bangku hidraulik adalah dengan menggunakan prinsip
keseimbangan momen. Maka diperoleh persamaan berikut untuk menghitung debit
dengan menggunakan bangku hidraulik:
Q=

3m
t

Keterangan :
Q

= debit air (m3/s)

= massa beban yang digunakan sebagai pemberat (kg)

= massa jenis air (kg/m3)

= interval waktu keseimbangan beban (detik)

1.8 Pustaka

Anda mungkin juga menyukai