Mekflu Bab 1 2 3 Lampiran
Mekflu Bab 1 2 3 Lampiran
3. Stopwatch
: 10 mm
: 78.5 mm2
: 0.610 kg
: 0.1525 m
: 37 mm
pada arah Y.
Gaya pada arah Y pada jet sama dengan perubahan gaya, sehingga didapat
:EW
kg m
s2
(1.1)
V 0V 0 cos
F piringan =W
Untuk piringan datar , nilai
=90
maka cos
= 0 , maka :
90
V 0V 0 cos
F datar =W
(1.3)
Fdatar =W (V 00)
Fdatar =W V 0 ; tidak tergantung padaharga V 1
Untuk piringan cekung , nilai
V 0(V 0)
Fcekung =W
(1.4)
Fcekung =W (V 0 +V 0)
Jika perubahan tekanan piezometrik dan elevasi diabaikan,
V 0=V 1
maka
(1.5)
Aliran fluida diukur dengan satuan W(kg/s) yang mewakili satuan debit
W
3
10
oleh :
Q=V A
V=
Q
A
V=
W
A
V=
W
1000 78.5 106
(1.6)
V = 12.75W (m/s)
Keterangan:
mV O + 0= m V + mgs
2
V O =V +2 gs
2
V 0 =V 2 gh
Dengan h adalah jarak antara piringan dan ujung nozzle, h = 37 mm
2 9.81 0.037
)
V 02=V 2
2
V 0 =V 0.726
Keterangan:
V0 = kecepatan air sesaat sebelum mengenai piringan (m/s)
V
1.3.2
(1.7)
152.5 mm
Posisi awal
0
0.61 kg
Posisi akhir
M a=0
F 152.5 mm=0.61 kg g y
keadaan mendatar.
Hidupkan pompa.
Atur posis beban pemberat hingga neraca seimbang kembal.
Catat simpangan pemberat terhadap posisi semula (y).
Ukur debit air berdasarkan prinsip bangku hidraulik.
Lakukan percobaan yang sama dengan di atas untuk 8 macam posisi pemberat
(y).
9. Ganti piringan dengna piringan cekung dan ulangi langkah a s/d i.
(1.8)
(1.9)
! Pastikan pancaran fluida yang keluar menumbuk piringan dan membuat lengan nera
Mulai
Atur kedudukan jet impact
Pasang piringan (datar/cekung)
Geser beban pemberat ke titik nol
Gambar 1.5 Diagram Alir Prosedur Kerja Praktikum Tumbukan Akibat Pancaran Fluida
Tidak
Sudah didapat 8 macam posisi pemberat?
Ya
Tidak
Ya
Selesai
Sudah
semua
piringan dicoba?
Pergeseran
Pengukuran debit
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Waktu t
(detik)
17.558
21.07
17.741
18.266
18.023
57.429
49.302
42.031
36.319
32.67
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Berat m (kg)
Debit Q (m /s)
2.5
0.000427156
2.5
0.000355956
2.5
0.00042275
2.5
0.000410599
2.5
0.000416135
5
0.000261192
5
0.000304247
5
0.000356879
5
0.000413007
5
0.000459137
Tabel 1.1 Piringan Datar
Pengukuran debit
No
cekung
beban(mm
3
Waktu t
(detik)
16.514
16.179
16.975
18.179
20.187
38.941
32.797
33.889
33.018
35.792
Berat m
)
52
35
50
50
42
18
23
32
49
63
Pergeseran
Debit Q
beban(mm)
(kg)
(m /s)
2.5
0.00045416
2.5
0.00046356
2.5
0.00044183
2.5
0.00041256
2.5
0.00037153
5
0.0003852
5
0.00045736
5
0.00044262
5
0.0004543
5
0.00041909
Tabel 1.2 Piringan Cekung
131
131
131
122
90
90
129
123
115
105
3 2.5
1000 17.558
Q=0.000427156 m3/s
52
=2.04048 N
1000
Datar
W(kg/s)
0.427156
0.355956
0.42275
0.410599
V(m/s)
5.446235
4.538443
5.390057
5.235136
V0
5.379170876
4.457742416
5.322284633
5.165331768
Fhitung
2.297743568
1.586761657
2.249993503
2.120879682
Fukur
2.04048
1.3734
1.962
1.962
Efisiensi(%)
88.8036432
86.55364174
87.20025178
92.50878384
0.416135
0.261192
0.304247
0.356879
0.413007
0.459137
W(kg/s)
0.45416
0.463564
0.441826
0.412564
0.371526
0.385198
0.457359
0.442621
0.454298
0.419088
5.30572
3.330199
3.879153
4.550213
5.265839
5.853994
5.236856852
2.179239105 1.64808
3.219351731
0.840869177 0.70632
3.784419085
1.151399259 0.90252
4.469724576
1.595152831 1.25568
5.196446714
2.146168691 1.92276
5.791653606
2.659161435 2.47212
Rata-rata
Tabel 1.3 Hasil Perhitungan pada Piringan Datar
75.62639621
83.99879783
78.38462574
78.7184761
89.59034803
92.96614967
85.43511
Cekung
V(m/s)
V0
Fhitung
Fukur
Efisiensi(%)
5.790541
5.72751
5.202412979 5.14044
98.8087647
5.910439
5.8487
5.42249235 5.14044
94.798474
5.633284
5.568473
4.920594682 5.14044
104.467861
5.26019
5.190723
4.283010106 4.78728
111.773726
4.736959
4.659698
3.462399994
3.5316
101.998614
4.911276
4.8368
3.726252379
3.5316
94.7761891
5.831326
5.76874
5.276769387 5.06196
95.9291496
5.643424
5.578731
4.938532263 4.82652
97.7318714
5.792295
5.729283
5.205599591
4.5126
86.6874204
5.343373
5.275001
4.421379723
4.1202
93.1881055
98.01602
Rata-rata
Tabel 1.4 Hasil Perhitungan pada Piringan Cekung
Fukur vs Fhitung
6
f(x) = 0.94x + 0.38
Datar
Fhitung
Linear (Datar)
Cekung
f(x) = 1x + 0.25
Linear (Cekung)
0
Fukur
Fukur vs W
0.5
0.4
0.3
Datar
f(x) = 0.11x
+ 0.04x
0.21 + 0.23
f(x) =
Linear
(Datar)
W 0.2
Cekung
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6
Linear
(Cekung)
Fukur
dan berubah menjadi bunyi sehingga pengukuran debit yang dilakukan tidak
sesuai dengan yang seharusnya.
2. Penentuan waktu saat menggunakan bangku hidrolik yang memakai
stopwatch juga berpengaruh karena terjadi keterlambatan menekan stopwatch
sehingga waktu yang didapat lebih besar yang menjadikan F ukur menjadi lebih
besar dari Fhitung..
1.8 Kesimpulan dan saran
1.8.1 Kesimpulan
1. Bentuk piringan yang paling efektif untuk menerima energi dari tumbukan
dengan air dan memiliki nilai efisiensi yang terbesar merupakan piringan
2.
cekung.
Gaya yang ditimbulkan dari pancaran fluida bergantung kepada besarnya
3.
4.
98.01602.
Besar efisiensi rata-rata (%) pada piringan datar dari percobaan adalah
5.
85.43511.
Besarnya gaya hasil perhitungan(Fhitung) akan berbanding lurus dengan debit
yang keluar sesuai dengan rumus 1.2 dan 1.3
1.8.2 Saran
1. Pengamatan yang dilakukan selama percobaan lebih teliti agar didapatkan
angka dan perhitungan yang lebih akurat.
2. Dilakukan perawatan pada alat praktikum agar alat-alat praktimum selalu
dalam kondisi maksimal saat akan digunakan seperti bangku hidraulik dan jet
impact.
3. Pencatatan stopwatch lebih diakuratkan lagi dengan mengikutkan angka seper
sekon nya, agar perhitungan debit yang didapatkan lebih akurat.
1.9 Pustaka
BAB II
ALIRAN MELALUI VENTURIMETER
2.1 Pendahuluan
2.1.1
Latar Belakang
Debit adalah besaran yang menyatakan banyaknya fluida yang mengalir
selama 1 detik yang melewati suatu penampang luas. Maka, dapat dikatakan pula
debit sebagai hasil kali kecepatan dan luas penampang. Debit yang masuk pada suatu
penampang luasan sama dengan debit yang keluar pada luasan yang lain meskipun
luas penampangnya berbeda. Hal ini disebut persamaan kontinuitas.
Debit dan kecepatan aliran penting untuk diketahui besarnya dalam
melakukan penelitian di bidang fluida.Untuk itu, digunakan suatu alat untuk
mengukur debit suatu fluida yaitu dengan Venturimeter. Venturimeter menggunakan
prinsip Bernoulli dan kontinuitas pada pipa tertutup.
2.1.2
Tujuan Praktikum
1. Menentukan pengaruh perubahan penampang terhadap tinggi garis hidraulik
pada masing-masing manometer.
2. Menentukan koefisien pengaliran pada alat venturimeter yang digunakan.
2.2
1.
2.
3.
4.
Alat-alat Percobaan
Alat Venturimeter
Stopwatch
Bangku Hidraulik
Beban counterweight pada bangku fluida
Data-data alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
Diameter pipa di manometer A DA = 26mm
Diameter pipa di manometer B DB= 16mm
Gambar 2.1 Venturimeter
2.3
Venturimeter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang berfungsi
untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk menunjukan besaran aliran
fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah manometer pipa U. Untuk sebuah
venturimeter tertentu dan sistem manometer tertentu, kecepatan aliran yang dapat
diukur adalah tetap sehingga jika kecepatan aliran berubah maka diameter throatnya
dapat diperbesar untuk memberikan pembacaan yang akurat atau diperkecil untuk
mengakomodasi kecepatan aliran maksimum yang baru.
Untuk meninjau penampang A1 dan A2 :
P1 v 1
P v
P v
+ + Z1 = 2 + 2 +Z 2 = n + n +Z n
g 2 g
g 2 g
g 2 g
P
= pressure head
g
2
v
=velocity head
2g
Z =potential head
H=total head
Dari datum diperoleh bahwa elevasi dari titik 1 dan titik 2 adalah sama
(Z1 = Z2)
Maka persamaan yang diperoleh adalah sbb:
P1 v 12 P2 v 22
+ = +
g 2 g g g
A2 v 2
(b)
A1
A2
A1
P 1P2
g
A2 v 2 2
(
) 2
v 22 P1P2
A1
v2
=
+
2g
g
2g
2g
1( 2)=
P1 P 2
=h1h2
g
1
v 22
2g
Sehingga v2 adalah sbb:
A2
A1
2
1
2 g h1h2
v 2=
Untuk perhitungan debit pada titik 2, maka
(perbedaan
A2
A1
2
1
2 g h1h 2
Q= A 2 v 2= A2
Q yang diperoleh merupakan QPerhitungan, sehingga persamaan di atas
dapat ditulis sbb:
A2
A1
2
1
2 g h 1h2
Qperhitungan=A 2 v 2= A 2
A2
A1
2
1
2 g h1h2
c A 2
Keterangan:
Q
= faktor koreksi
2.4
1.
Prosedur Percobaan
Pastikan bangku hidraulik dalam keadaan mati dan air pada bak kecil sudah
2.
dibuang.
Kalibrasikan tinggi piezometer sesui dengan skalanya dengan cara menekan
katup udara di atas piezometer perlahan-lahan sampai ketinggian setiap
piezometer sama dan berada dalam skala pengmatan. Jika tinggi air di
piezometer sudah lebih rendah dari skala pengamatan, nyalakan bangku
hidraulik sebentar dan bukalah kra suplai air perlahan-lahan sampai air naik.
3.
Setelah air berada pada ketinggian yang tepat, matikan lagi bangku hidraulik.
Mulailah menyalakan bangku hidraulik, bukalah kran suplai air perlahanlahan dan sedikit demi sedikit serta kran kontrol aliran seluruhnya sampai
didapatkan debit yang dialirkan menghasilkan selisih ketinggian maksimum
dari masing-masing piezometernya tetapi di dalam skala pengamatan.
4.
Amatilah perbedaan ketinggian yang terjadi dan catatlah ketinggian air pada
tiap piezometer. Kemudian, hitunglah perbedaan ketinggian piezometer h 1
dan h2, dimana h1 = tinggi skala piezometer di titik A dan h2 = tinggi skala
5.
6.
7.
8.
9.
ketinggian yang tampak jelas pada tiap piezometer (debit tidak terlalu kecil).
Setelah data selesai diambil, catatlah juga nilai koefisien pengaliran (c) pada
alat venturimeter tersebut yang tertera pada bagian belakang alat.
Prosedur kerja tersebut dapat digambarkan ke dalam diagram alir seperti berikut:
Gambar 2.2 Diagram Alir Prosedur Kerja Praktikum Aliran Melalui Venturimeter
2.5
Pengambilan Data
No.
Tabung
Manomete
r
Diameter
A
(h1)
D
(h2)
26
23.2
18.4
16
16.8
18.4
20.1
7
(mm)
Nilai Koefisien Pengaliran
Tabel 2.1 Data Alat
Pengukuran
21.8
23.5
25.2
26.0
0,95
No.
Waktu untuk
Percobaa
Debit Bangku
Hidraulik
1
2
3
4
5
6
7
8
(detik)
25.355
33.893
20.291
27.46
42.514
41.168
37.19
45.676
2.6
A(h1)
D(h2)
174 125 82
19
26 65 83
167 163 145 111 114 133 143
214 200 152
63
74 124 147
231 224 200 156 160 184 196
233 225 185 104 158 117 160
142 180 124
20
35 34 93
228 215 154
44
60 121 148
188 180 139
66
75 116 135
Tabel 2.2 Data Ketinggalan Air Pada Tabung
96
148
164
204
180
119
172
148
104
152
174
210
194
150
184
157
110
154
189
214
208
159
194
164
113
156
188
217
212
160
198
157
Pengolahan Data
2 2
Luas1 (A1) =
x d1
4
x (2,6 x 10 )
4
= 0,000531 m2
Luas2 (A2) =
Q Aktual=
x d2
4
x (1,6 x 102 )2
4
= 0,000201 m2
3 x 2.5
=0,000295799645 m3 / s
1000 x 25,355
No. Percobaan
Q Aktual
1
0,000295799645
2
0,000221284631
3
0,000369622000
4
0,000273124545
5
0,000352824952
6
0,000364360668
7
0,000403334230
8
0,000328400035
Rata-rata
0,000326093838
Tabel 2.3 Debit Aktual
c=
A2 x
2 g ( h1h2 )
A2 2
1( )
A1
c 1=
5.3 x 104
((
=0,781011936
2 x 9.8 x ( 0,1740,019 )
4 2
5,3 x 10
1
2 x 104
))
c
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
QIdeal =A 2 .
2 g ( h1 h2 )
A2 2
1( )
A1
29.8( 0,1740,019 )
4 2
1(
5,3 x 10
)
4
2 x 10
No. Percobaan
1
2
=0,000378739 m3 /s
Q Ideal
0,000378739
0,00022765
3
0,00037382
4
0,000263454
5
0,000345517
6
0,000336011
7
0,000412651
8
0,000336011
Rata-rata
0,000334232
Tabel 2.5 Debit Ideal
GRAFIK Q-C
0
0
0
f(x) = 0x
0
0
Q Ideal 0
0
0
0
0
0.6
0.7
0.8
0.9
1.1
1.2
TINGGI AIR
200
PERCOBAAN 1
150
PERCOBAAN 3
PERCOBAAN 2
PERCOBAAN 4
PERCOBAAN 5
100
PERCOBAAN 6
PERCOBAAN 7
50
0
PERCOBAAN 8
A
LABEL PIEZOMETER
2.7
Analisis Data
Grafik 2.1 Q-c dibuat untuk menunjukkan hubungan antara Debit Aktual
dengan koefisien pengaliran (c). Berdasarkan rumus
Qideal =c x Qaktual
diperoleh hubungan bahwa semakin besar nilai Qaktual maka nilai koefisien
pengaliran (c) akan semakin kecil. Tetapi dari Grafik 2.1 Q-c yang diperoleh
hubungan tersebut tidak terpenuhi karena pengambilan data yang kurang
teratur, ketidaktelitian praktikan saat pengamatan piezometer (human error)
serta kondisi alat yang kurang mendukung. Dari percobaan yang dilakukan
nilai keofisien pengaliran c yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan
koefisien pengaliran yang tertera pada alat yaitu sebesar 0,95 sedangkan dari
percobaan yang dilakukan diperoleh nilai koefisien pengaliran antara
2.9
Pustaka
BAB III
ALIRAN MELALUI ORIFICE
3.1 Pendahuluan
3.1.1 Latar Belakang
Seringkali terjadi ketika fluida lewat melalui sebuah penyempitan seperti
lubang berujung tajam atau di atas ambang, aliran berkurang jumlahnya bila dihitung
dengan asumsi bahwa energy bersifat kekal dan aliran yang melalui penyempitan dan
menerus sepanjang aliran tersebut daripada perhitungan kehilangan energi.
3.1.2 Tujuan
1. Mengukur dan menghitung besarnya reduksi aliran yang terjadi yang
dilambangkan dengan koefisien aliran (Cd).
2. Mengukur dan menghitung koefisien kontraksi (Cc) dan koefisien kecepatan
(Cu).
3. Menentukan hubungan antara debit aliran (Q) dengan muka air pada orfice
(H0).
3.2 Alat-alat Praktikum
1. Orifice Apparatus
2. Bangku hidraulik
3. Pipa pitot
4. Stopwatch
3.3 Landasan Teori
Orifice apparatus menggunakan rumus prinsip Bernoulli dan kontinuitas
dimana fluida mengalir melalui celah kecil yang mengakibatkan terjadinya kontraksi
pada aliran dan kehilangan energi. Kehilangan energi ini akan dapat terlihat pada
perbedaan tinggi fluida pada selang pengamatan.
Q=
W
m3 /detik
1000 t
(3.1)
Keterangan:
W
Vm 2 Pm
Vn2 Pn
+
+ Zm=
+ + Zn
2g w
2g w
(3.2)
Keterangan:
V = kecepatan pada suatu titik tersebut
g = Gravitasi
P = Tekanan yang terjadi pada suatu titik
Z = Ketinggian suatu titik dari datum yang diambil
2
2
Vm Pm
Vn P n
+
+ hc=
+ +h
2g
2g w 0
Keterangan:
Vm = Kecepatan aktual
Vn = Kecepatan ideal
hc = ketinggian pada alat ukur pitot(mm)
h0 = ketinggian pada alat ukur pipa orifice (mm)
Karena kecepatan di M sangat kecil,sehingga dapat diabaikan , jadi didapatkan :
V n2 P n
0 Pm
+ +h m=
+ +h n
2g
2g
Pada keadaan ini, tekanan atmosfer di M dan N adalah sama. Sehingga :
2
hm =
Vn
+h
2g n
V n2=2 g hm
V n= 2 g hm
Untuk mencari kecepatan ideal , diambil kecepatan saat sebelum memasuki
pipa pitot, maka :
V 0= 2 g h0
Keterangan:
V0 = Kecepatan ideal
ho = Ketinggian pada orifice
Untuk mencari kecepatan aktual, diambil kecepatan setelah memasuki pipa
pitot , maka:
V c = 2 g h c
Keterangan:
Vc = Kecepatan aktual
hc = ketinggian pada pipa pitot
Dengan memperhatikan definisi koefisien kecepatan (Cu) yang merupakan
rasio antara kecepatan aktual (Vc) dengan kecepatan ideal (V0) didapatkan :
Cu =
V c 2 g hc
h
=
= c
V 0 2 g ho
ho
(3.3)
Ac
Ao
(3.4)
Keterangan:
Ac = luas potongan pada vena contracta (m2)
Ao = potongan melintang orifice (m2)
(3.5)
(3.6)
Jadi,dari definisi tentang koefisien aliran yang telah disebutkan sebelumnya , maka ;
C d=
Qc V c A c
=
Q 0 V 0 A0
(3.7)
Q=
3W
t
C d=
Q
1
2 g h0 A 0
(3.8)
(3.9)
11. Setelah selesai, ukur diameter orifice dan hitung luas potongan melintang
orifice(Ao)
Gambar 3.5 Diagram Alir Prosedur Kerja Praktikum Aliran Melalui Orifice
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
(s)
57.284
59.7
39.632
54.411
84.754
77.475
96.295
127.169
Massa
beban
(kg)
2.5
2.5
2.5
2.5
5
5
5
5
Ho(mm)
Hc(mm)
X1(mm)
228
227
16.3
216
215
21.68
387
383.5
20
222
221
24.9
384
381
25.1
388
385
22.23
305
306
23.5
164
162
30.13
Tabel 3.1 Data Pengamatan
Luas orifice=
D2
4
0.0132
4
Luas orifice=132.665 106
0.2282
4
Q=
3W
3 2.5
m
=
=0.000131
t 1000 57.284
s
X2(mm)
27.5
30.7
29.5
33.26
34.4
31.37
33.74
38.09
X2X1(mm)
11.2
9.02
9.5
8.36
9.3
9.14
10.24
7.96
1.193968
=0.997805
2.115032
98.4704 106
Cc=
=0.742249
132.665 106
Cd=CuCc=0.997805 0.744249=0.740619
A(mm2)
98.4704
63.86791
70.84625
54.86334
67.89465
65.57859
82.31322
49.73886
Vc
1.193968
1.161981
1.551896
1.178083
1.546829
1.554928
1.386247
1.008643
Rata-rata
V0
2.115032
2.058621
2.755529
2.087017
2.744828
2.759087
2.446242
1.793789
Cu
Cc
0.997805 0.742249
0.997682 0.481422
0.995468 0.534024
0.997745 0.413548
0.996086 0.511775
0.996127 0.494317
1.001638 0.620459
0.993884 0.374921
0.997054 0.521589
Tabel 3.2 Data Pengolahan
Cd
0.740619
0.480307
0.531603
0.412615
0.509772
0.492402
0.621475
0.372628
0.520178
Q
0.130927
0.125628
0.189241
0.13784
0.176983
0.193611
0.155771
0.117953
Q vs ( )
0.7
f(x) = 3428.69x
0.6
0.5
0.4
Data
ho^0.5 0.3
Linear (Data)
0.2
0.1
0
Grafik 3.1 Q vs
ho
Q vs Cu dan Q vs Cc
0.8
0.7
0.6
f(x) = 3301.51x
Q vs Cu
0.5
Linear (Q vs Cu)
C 0.4
Q vs Cc
0.3
Linear (Q vs Cc)
0.2
0.1
0
0 f(x)0= 0
Q vs Cd
0.8
0.7
0.6
f(x) = 3292.38x
0.5
Q vs Cd
Cd 0.4
Linear (Q vs Cd)
0.3
0.2
0.1
0
Grafik 3.3 Q vs Cd
Berdasarkan grafik 3.1 yang telah diolah , diperoleh bahwa semakin besar Q
maka
ho
ho
3.2 dan grafik 3.3 didapatkan bahwa semakin besar Q maka Cc,Cu dan Cd semakin
besar. Nilai Cd merupakan hasil dari perkalian Cd dan Cc.
3.8 Kesimpulan
1. Dari praktikum didapatkan koefisien reduksi Cd rata-rata adalah 0.520178.
2. Dari praktikum didapatkan koefisien kontraks Cc rata-rata adalah 0.521589
dan koefisien kecepatan Cu rata-rata adalah 0.997054.
3. Semakin besar Q maka semakin besar pula ho .
3.9 Pustaka
Fluid Mechanics, Frank M.White, Mc Graw Hill.
LAMPIRAN
PRINSIP BANGKU HIDRAULIK
1.1 Pendahuluan
1.7.1
Latar Belakang
Bangku hidraulik adalah alat yang digunakan sebagai suplai air sekaligus
untuk menghitung debit air yang melalui suatu alat percobaan dalam mekanika fluida.
Bangku hidraulik sendiri adalah alat yang angat penting dalam percobaan mekanika
fluida karena hampir setiap percobaan membutuhkan nilai debit air.
1.7.2
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja dan
perhitungan dari bangku hidraulik.
1.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah bangku hidraulik.
1.3 Dasar Teori dan Penurunan Rumus
Bangku hidraulik adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk menghitung
debit air yang melalui suatu alat percobaan dan dapat juga digunakan sebagai
pensuplai air. Bangku hidraulik yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Hydraulic Bench. HI MkIII. Diagram bangku hidraulik dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
= Engsel
Air disuplai melalui selang penghubung menuju katup B. Suplai air diatur
dengan mengatur bukaan katup B. Air kemudian masuk ke dalam alat percobaan dan
kemudian keluar melalui corong H dan terus ke pipa G. Air tersebut masuk ke dalam
bak penimbang air E. Bak penampung ini ditahan dengan bak penimbang. Pada ujung
balok lainnya terdapat pemberat yang digantung. Berat bak dikali lengan momennya
sama dengan berat tempat pemasang beban dikali lengan momennya. Pada alat ini,
panjang lengan pemberat adalah 3 kali lengan bak penampung. Tinjaulah momen di
engsel (titik J), maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
M J =0
W
( air L)(W beban 3 L)=0
W air =3 W beban
mair =3 mbeban
Debit adalah volume fluida yang mengalir pada suatu selang waktu, yang
secara matematis ditulis:
Q=
V
t
Q=
t
Q=
m
t
3m
t
Keterangan :
Q
1) Kosongkan bak penimbang dengan jalan memutar tuas pada bangku hidraulik.
Seteah dikosongkan, pastikan tuas dalam posisi menutup bak penimbang dan
balok penopang dalam keadaan tak seimbang.
2) Pastikan alat percobaan sudah dikalibrasi dan siap digunakan.
3) Jalankan pompa dan atur debit sesuai dengan yang diinginkan dengan jalan
memutar katup.
4) Air yang keluar dari alat percobaan masuk ke dalam bak penimbang hingga t
waktu. Pada saat tersebut balok penopang akan naik (setimbang lagi). Tepat
pada saat balok penimbang mulai naik, mulailah menyalakan stopwatch,
kemudian masukkan beban ke dalam penggantung beban sehingga balok tak
seimbang.
5) Saat balok penimbang mulai naik (setimbang), hentikan stopwatch dan catat
waktu tersebut sebagai t. Catat juga massa beban yang sebanding dengan
massa air (m).
6) Untuk pengukuran debit selanjutnya, ulangi langkah 1 sampai 5.
Mulai
Pastikan tuas dalam posisi menutup bak penimbang dan balok penopang dalam keadaaan tak se
Jalankan bangku hidraulik dan atur debit sesuai dengan yang diinginkan
! Lakukan sesegera mu
Masukkan beban ke dalam penggantung beban
Saat balok penimbang mulai naik (seimbang),
hentikan stopwatch
Saat balok penimbang mulai naik (seimbang),
hentikan stopwatch
Catat waktu tersebut sebagai t dan massa beban yang sebanding dengan massa air sebaga
Selesai
Q=
3m
=
t
3 2,5 kg
m3
=0,00006250
kg
s
1000 3 120 s
m
Waktu t
Berat m
Debit Q (m3/s)
(detik)
(kg)
17.558
2.5
0.000427156
21.07
2.5
0.000355956
17.741
2.5
0.00042275
18.266
2.5
0.000410599
18.023
2.5
0.000416135
57.429
5
0.000261192
49.302
5
0.000304247
42.031
5
0.000356879
36.319
5
0.000413007
32.67
5
0.000459137
Tabel 1.1 Pengukuran Debit
3m
t
Keterangan :
Q
1.8 Pustaka