carcinoma yang tipikal. Pada varian dari sindroma ini terdapat peningkatan insidensi
keganasan endometium, gaster, ovarium, dan traktus urinarius. Kriteria untuk
sindroma ini adalah: Pada gambaran histopatologis, sejurang-kurangnya
didapatkan asdanya 3 hubungan dengan carcinoma colorectal, 2 dari hal tersebut
merupakan derajat pertama. Yang terlibat sekurang-kurangnya 2 generasi
Sekurang-kurangnya 1 pasien didiagnosis dibawah umur 50 tahun. 1,3,4 2.5.2
Carcinoma colorectal Insidensi Carcinoma colorectal merupakan keganasan yang
paling sering pada traktus gastrointestinal. Insidensi carcinoma colorectal di
Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Insidensi pria sebanding
dengan wanita. Carcinoma recti lebih sering pada laki-laki, sedangkan carcinoma
colon lebih sering pada wanita. Penyakit ini berhubungan dengan usia dan terjadi
lebih sering pada usia diatas 50 tahun.1,2 Predileksi Sekitar 75% carcinoma
colorectal ditemukan di rectosigmoid. 2 Tabel 1. Predileksi carcinoma colorectal2
Letak Persentase Caecum dan colon ascendens 10 Colon transversum 10 Colon
descendens 5 Rectosigmoid 75 Gambar 6. Predileksi carcinoma colorectal2
Patologi Secara makroskopis terdapat 3 tipe carcinoma colorectal. Tipe polipoid
atau vegetatif tumbuh menonjol ke dalam lumen usus., berbentuk bunga kol dan
terutama ditemukan di caecum dan colon ascendens. Tipe skirus mengakibatkan
penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan di
colon descendens, sigmoid dan rectum. Bentuk ulceratif terjadi karena nekrosis di
bagian sentral, terdapat di rectum. Pada tahap lebih lanjut, sebagian besar
carcinoma colon dapat mengalami ulserasi dan menjadi ulcus maligna.2 Gejala
klinis Gejala dan tanda dini carcinoma colorectal tidak ada. Umumnya gejala
pertama timbul karena penyulit, yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan
atau akibat metastasis. 2.5.2.1.Carcinoma colon kanan Jarang terjadi stenosis dan
faeces masih cair sehingga tidak ada faktor obstruksi. Gambaran klinis tumor
caecum dan colon ascendens tidah khas, gejala umumnya nerupa dyspepsia,
kelemahan umum, penurunan berat badan, dan anemia. Oleh karena itu pasien
sering datang dalam keadaan terlambat. Nyeri pada carcinoma colon kanan
bermula di epigastrium. 2.5.2.2 .Carcinoma colon kiri dan rectum Sering bersifat
skirotik sehingga banyak menimbulkan stenosis dan obstruksi, terlebih karena
faeces sudah padat. Menyebabkan perubahan pola defekasi, seperti konstipasi atau
defekasi dengan tenesmus. Makin ke distal letak tumor, faeces makin menipis, atau
seperti kotoran kambing, atau lebih cair disertai darah atau lendir. Tenesmus
merupakan gejala yang biasa didapat pada carcinoma rectum. Nyeri pada colon kiri
bermula di bawah umbilicus Pada pemerikasaan fisik, bila tumor kecil maka tidak
teraba pada palpasi abdomen, bila sudah terba berarti sudah menunjukkan keadaan
lanjut. Massa di colon sigmoideum lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain
colon. Pemeriksaan colok dubur merupakan keharusan. 2 Tabel 2. Faktor yang
menentukan tanda dan gejala2 Colon kanan Colon kiri Rectum Tipe tumor
Vegetative ulseratif Stenotik Infiltratif Ulseratif Vegetatif Kaliber viskus Besar
Kecil/pipih Besar Isi viskus Setengah cair Setengah padat Padat Fungsi utama
absorbsi Penyimpanan Defekasi Tabel 3. Gejala klinis 2 Colon kanan Colon kiri
Rectum Aspek klinis Colitis Obstruksi Proktitis Nyeri Karena penyusupan Karena
obstruksi Tenesmus Defekasi Diare atau diare berkala konstipasi progresif
Tenesmus terus menerus Obstruksi Jarang Hampir selalu Tidak jarang Darah pada
faeces Samar Samar atau makroskopis Makroskopis Faeces Normal (atau diare)
Normal Perubahan bentuk Dispepsi Sering Jarang Jarang Memburuknya keadaan
umum Hampir selalu Lambat Lambat Anemia Hampir selalu Lambat Lambat 2.6
Pemeriksaan penunjang Terdapat beberapa pemeriksaan yang berbeda untuk
tujuan ini3 : Pemeriksaan rectal secara digital (rectal toucher) : dokter
memasukkan jarinya yang telah memakai sarung tangan dan diberi lubrikasi untuk
meraba daerah yang abnormal. Tindakan ini hanya dapat mendeteksi tumor yang
cukup besar pada bagian distal dari rektum, tetapi berguna sebagai pemeriksaan
skrining awal3. Fecal occult blood test (FOBT) : pemeriksaan terhadap darah
dalam feces. Ada 2 tipe pemeriksaan darah pada feces yaitu guaiac based
(pemeriksaan kimiawi) dan immunochemical. Pemeriksaan dengan cara kimiawi
tidak spesifik, sebab 90% pasien dengan FOBT positif tidak menderita karsinima
colon. Sensitivitas dari pemeriksaan immunochemical jauh lebih baik daripada
pemeriksaan secara kimiawi1,3. Endoskopi Rectosigmoidoskopi
Rectosigmoidoskop yang kaku digunakan untuk menilai rectum dan colon
sigmoideum bagian distal. Fleksibel sigmoidoskopi dan colonoskopi Sigmoidoskop
dan colonoskop yang fleksibel dengan video atau fiberoptik dapat memperlihatkan
gambaran colon dan rectum dengan mutu yang baik. Sigmoidoskopi dan
colonoskopi dapat digunakan untuk diagnostik dan terapetik, merupakan metode
yang paling akurat untuk menilai colon. Prosedur ini sangat sensitif untuk
mendeteksi dan dapat untuk melakukan biopsi. Colonoskop untuk diagnostik
memiliki satu saluran untuk lewatnya alat-alat seperti snare, forcep biopsi,
elektrocauter, dan sebagai jalan untuk melakukan penghisapan dan irigasi.
Colonoskop untuk terapetik mempunyai 2 saluran yang dapat digunakan secara
simultan untuk irigasi / penghisapan dan untuk lewatnya alat-alat. Gambar 7.
Colonoskopi carcinoma colorectal6 Gambar karsinoma colon dan polip colon
Double contrast barium enema (DCBE): pertama-tama persiapan untuk
membersihkan colon dilakukan sejak semalam sebelumnya. Barium enema
dimasukkan, diikuti dengan pemasukan udara untuk mengembangkan colon.
Hasilnya adalah lapisan tipis dari barium akan meliputi dinding sebelah dalam dari
colon yang akan terlihat pada hasil pemeriksaan sinar X. karsinoma atau polip
prekarsinoma dapat dideteksi dengan cara ini. Namun teknik ini dapat gagal
mendeteksi polip yang datar (jarang ditemukan) atau berukuran kurang dari 1 cm.
Virtual colonoscopy menggantikan film sinar X pada pemeriksaan double contrast
barium enema dengan CT-Scan sehingga hasilnya lebih akurat1,3,7 Pencitraan Xray foto polos dan colon in loop X-ray foto polos dan colon in loop memiliki peranan
penting dalam mengevaluasi pasien yang diduga menderita carcinoma colorectal.
Foto polos abdomen (supine, tegak, dan LLD) berguna untuk mendeteksi pola gas
usus yang menunjukkan adanya obstruksi. Colon in loop berguna untuk
mengevaluasi gejala obstruktif. Colon in loop dengan double contrast sensitif untuk
mendeteksi massa yang berdiameter lebih besar dari 1 cm. Deteksi massa yang
kecil sangat sulit, sehingga colonoscopy lebih disukai untuk mengevaluasi massa
colon yang nonobstruksi. Gambar 8. Colon in loop carcinoma colorectal8 CT scan
Computed Tomography (CT) digunakan untuk staging carcinoma colorectal, karena
kesensitivitasnya dalam mendeteksi metastasis. CT Colonografi (Virtual
colonoscopy) Virtual colonoscopy menggunakan CT helical dan rekonstruksi 3
dimensi untuk mendeteksi lesi colon intralumen. Untuk memaksimalkan
kesensitivitasan maka dilakukan persiapan usus per oral, pemberian kontras per
oral dan rectal, pendistensian colon. Alat ini sensitif untuk melihat carcinoma
colorectal yang berukuran lebih dari 1 cm. colonoskopi tetap dibutuhkan jika
terdapat lesi. Alat ini berguna sebagai pencitraan pada obstruksi colon proximal.
Keterbatasannya adalah terjadinya false positif akibat faeces, penyakit divertikula,
lipatan haustrae, artefak, dan ketidakmampuan mendeteksi adenoma yang datar.
Virtual colonoscopy carcinoma colorectal9 MRI Magnetic Resonance Imaging (MRI)
lebih sensitif daripada CT scan dalam mendeteksi keterlibatan tulang atau dinding
pelvis akibat perluasan carcinoma colorectal. Penggunaan endorectal coil akan
menambah sensitivitas. PET Positron Emmision Tomography (PET) digunakan
untuk pencitraan jaringan dengan kadar glikolisis anaerob yang tinggi seperti pada
tumor ganas. PET digunakan sebagai tambahan pemeriksaan CT scan dalam
staging carcinoma colorectal dan dapat digunakan untuk membedakan kanker
rekuren dengan fibrosis. Endorectal ultrasound Endorectal ultrasound digunakan
untuk mengevaluasi kedalaman invasi carcinoma recti. Dinding rectum yang normal
terdiri atas 5 lapisan. Ultrasound dapat membedakan tumor jinak dari tumor invasif
berdasarkan integritas lapiasan submukosa. Ultrasound dapat membedakan tumor
superficial T1-T2 dengan tumor yang lebih dalam T3-T4. Keakurasian ultrasound
dalam mendeteksi kedalamam invasi tumor intramural berkisar antara 81-94%.
Ultrasound juga dapat mendeteksi pembesaran nodus limfatikus perirectal, yang
menunjukkan metastasis ke nodus limfatikus, dimana keakurasiannnya adalah 5883%. Ultrasound juga dapat digunakan untuk mendeteksi rekurensi lokal setelah
pembedahan. Laboratorium Pemeriksaan darah samar pada faeces Digunakan
untuk tes skrining pada tumor colorectal yang asimptomatik, pada individu dengan
risiko sedang. Efikasi tes ini berdeasarkan tes serial karena kebanyakan carcinoma
colorectal berdarah secara intermiten. Tes ini merupakan tes nonspesifik untuk
peroxidase yang terkandung dalam haemoglobin. Perdarahan traktus
gastrointestinal akan memberikan hasil positif. Beberapa makanan (daging,
beberapa buah dan sayuran, dan viamin C) dapat memberikan false positif,
sehingga pasien sebaiknya diet selama 2-3 hari sebelum tes. Tes ini dapat
ditingkatkan spesifik dan sensitivitasnya dengan menggunakan immunochemical.
Hasil positif pada tes ini sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan colonoskopi.
Pemeriksaan DNA feces Pemeriksaan DNA feces adalah teknologi baru yang
berkembang untuk skrining karsinoma colorectal. Adenoma premalignan dan
karsinoma menhasilkan marker DNA yang tidak terdegradasi selama proses
pencernaan dan tetap stabil di dalam feces. Hasil penelitian pemeriksaan ini
memiliki sensitivitas 71-91% Tumor marker Tumor marker seperti CEA, CA 19-9,
dan CA-50 digunakan untuk pasien carcinoma colorectal. Carcinoembrionic antigen
(CEA) yang paling umum digunakan, sedangkan CA 19-9 dan CA-50 tidak rutin
digunakan. CEA dapat meningkat pada 60-90% pasien dengan carcinoma
colorectal. Namun CEA bukan merupakan tes skrining yang efektif untuk
keganasan. CEA tidak spesifik karena dapat meningkat juga pada pasien dengan
carcinoma selain carcinoma colorectal. d. Tes serum Pemeriksaan fungsi hepar
seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT, SGGT, dan LDH dapat memprediksi
kemungkinan metastasis ke hepar. Biopsi Biopsi dilakukan melalui endoskopi.
Hasil patologi dari biopsi dapat mendeskripsikan tipe sel dan gradasi tumor. Tipe sel
yang paling sering didapat pada carcinoma colorectal adalah adenocarcinoma
(95%). Histopatologi carcinoma colorectal6 Biopsi nodus limfatikus sentinel Teknik
ini digunakan pada beberapa keganasan, biasanya pada carcinoma mammae dan
melanoma. Tujuan biopsi ini adalah untuk mengidentifikasi nodus limfatikus pertama
yang sering menjadi tempat pertama metastasis. Pada colorectal carcinoma, teknik
ini bertujuan untuk meningkatkan hasil staging. Pemeriksaan yang intensif dengan
potongan histopatologi yang multipel, imunohistokimia, dan reverse transcriptase
polymerase chain reaction (RT-PCR) dapat mendeteksi mikrometastasis pada
pasien yang diketahui N0 pada teknik konvensional.1,4,6 2.7 Diagnosis Diagnosis
carcinoma colorectal ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Kepastian diagnosis ditentukan berdasarkan pemeriksaan
patologi anatomi.2 2.8. Diagnosis banding Tabel 4. Diagnosis banding 2 Colon
kanan Colon tengah Colon kiri Rectum Apendicular abscess Massa
periappendicular Amuboma Enteritis regionalis Ulcus pepticum Carcinoma gaster
Abscess hepar Hepatocellular carcinoma Cholecystitis Kelainan pancreas Kelainan
saluran empedu Colitis ulcerative Polip Diverticulitis Endometriosis Polip Prokitis
Fissura ani Haemorrhoid Carcinoma ani 2.9. Klasifikasi American Joint Committee
anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri. Pada carcinoma caecum atau colon
ascendens dilakukan hemicolectomy kanan. Pembuluh darah ileocolica, colica
dextra, dan cabang kanan dari colica media diligasi dan dipisahkan. Ileum terminal
sekitar 10 cm ikut direseksi, kemudian dibuat anastomosis ileum dengan colon
transversum. Pada carcinoma di flexura hepatica atau di proximal colon
transversum dilakukan hemicolectomy kanan yang diperluas. Caranya sama dengan
hemicolectomy kanan namun dilakukan ligasi pembuluh darah colica media pada
pangkalnya. Colon kanan dan proximal colon transversum direseksi dan dilakukan
anastomosis ileum dengan colon transversum distal. Jika aliran darah diragukan,
maka reseksi dapat diperluas sampai flexura lienalis dan dilakukan anastomosis
ileum dengan colon descendens. Pada carcinoma colon transversum tengah dan
distal dilakukan colectomy transversum. Dilakukan ligasi pembuluh darah colica
media. Kemudian dilakukan anastomosis colocolonik. Pada carcinoma colon
transversum distal, flexura lienalis, dan colon descendens dilakukan hemicolectomy
kiri. Cabang kiri pembuluh darah colica media, colica kiri, dan cabang pertama
pembuluh darah sigmoid diligasi. Kemudian dibuat anastomosis colocolonik. Pada
carcinoma colon transversum distal dapat dilakukan hemicolectomy kiri yang
diperluas. Caranya sama dengan hemicolectomy kiri, namun dilakukan ligasi pada
cabang kanan pembuluh darah colica media. Pada carcinoma colon sigmoideum
dilakukan colectomy sigmoideum. Dilakukan ligasi dan pemisahan cabang sigmoig
dari arteri mesenterica inferior. Colon sigmoideum direseksi sampai batas refleksi
peritoneum dan dibuat anastomosis colon descendens dengan rectum bagian atas.
Colectomy total dan subtotal dilakukan pada pasien dengan familial adenomatous
poliposis. Pada prosedur ini, pembuluh darah ileocolica, colica dextra, colica media,
dan colica sinistra diligasi dan dipisahkan. Pembuluh darah rectalis superior
dipertahankan. Jika diperlukan untuk mempertahankan colon sigmoideum, maka
pembuluh darah sigmoid distal dipertahankan dan anastomosis dibuat antara ileum
dan colon sigmoideum distal (subtotal colectomy dengan anastomosis ileosigmoid).
Jika colon sigmoideum direseksi, pembuluh darah sigmoidf diligasi dan dipisahkan,
dan dibuat anastomosis ileum dengan rectum bagian atas (total abdominal
colectomy dengan anastomosis ileorectal). Jika anastomosis dikontraindikasikan,
maka dibuat end-ileostomy dan rectum atau colon sigmoideum digunakan sebagai
fistula mucus atau Hartmann pouch. reseksi colon A. carcinoma caecum, B.
carcinoma flexura hepatica, C. carcinoma colon transversum, D. carcinoma flexura
lienalis, E. carcinoma colon descendens, F. carcinoma colon sigmoideum1 Tipe-tipe
terminologi reseksi colorectal: AC ileocecectomy; A+BD ascending colectomy;
A+BF hemicolectomy kanan; A+BG hemicolectomy kanan diperluas; E+FG+H
colectomy transversus; GI hemicolectomy kiri; FI hemicolectomy kiri diperluas;
J+K colectomy sigmoid; A+BJ colectomy subtotal; A+BK colectomy total; A+BL
berfungsi dan menjahitnya ke kulit. Reseksi abdominoperineal menurut QuenuMiles Reseksi ini membuang rectum, canalis analis, dan anus dengan pembuatan
permanen colostoma dari colon descendens atau sigmoideum. Prosedur pada
abdomen dan pelvis sama dengan extended low anterior resection. Rectum dan
sigmoid dengan mesosigmoid dilepaskan, termasuk kelenjar limfe pararectum dan
retroperitoneal sampai kelenjar limfe retroperitoneal. Kemudian melalui incisi
perineal anus dieksisi dan dikeluarkan seluruhnya dengan rectum melalui abdomen.
Diseksi perineal dibuat dengan eksisi canalis analis dengan batas sirkumferensial
yang lebar. Diseksi perineal dapat dapat dilakukan dengan posisi lithhotomy atau
posisi prone setelah penutupan abdomen dan pembuatan colostoma. Penutupan
luka meninggalkan defek perineal yang besar, khususnya bila telah digunakan
radiasi, maka diperlukan penutupan dengan flap pada beberapa pasien. Penyulit
yang sering terjadi dalah gangguan fungsi seks.1,2,5 Terapi operatif carcinoma
recti5 B. Kemoterapi3 Kemoterapi berguna untuk mengurangi kemungkinan
metastasis, mengecilkan ukuran tumor, atau memperlambat pertumbuhan tumor.
Biasanya diberikan setelah pembedahan (adjuvant), atau sebelum pembedahan
(neo-adjuvant), atau sebagai terapi primer (palliative). Kemoterapi sesudah
pembedahan biasanya diberikan setelah karsinoma menyebar ke lymph node
(stadium III). Beberapa obat yang disetujui oleh US Food and Drug Administration
adalah : Adjuvant (setelah pembedahan) kemoterapi : Kombinasi dengan infusan
5-fluorouracil, leucovorin, dan oxaliplatin (FOLFOX) 5-fluorouracil (5-FU) atau
Capecitabine (Xeloda) Leucovorin (LV, Folinic Acid) Oxaliplatin (Eloxatin)
Kemoterapi untuk yang sudah metastasis3,10 : Obat pilihan utamanya adalah
kombinasi 5-fluorouracil, leucovorin, dan oxaliplatin (FOLFOX) dengan bevacizumab
atau infusan 5-fluorouracil, leucovorin, and irinotecan (FOLFIRI) dengan
bevacizumab 5-fluorouracil (5-FU) atau Capecitabine UFT atau Tegafur-uracil
Leucovorin (LV, Folinic Acid) Irinotecan (Camptosar) Oxaliplatin (Eloxatin)
Bevacizumab (Avastin) Cetuximab (Erbitux) Panitumumab (Vectibix) Sedang
dalam percobaan untuk yang karsinoma metastasis yang tidak efektif dengan
kemoterapi di atas : Bortezomib (Velcade) Oblimersen (Genasense, G3139)
Gefitinib dan Erlotinib (Tarceva) Topotecan (Hycamtin) C. Radioterapi3 Radioterapi
tidak digunakan secara rutin pada karsinoma colon, karena dapat menyebabkan
radiation enteritis, dan sulit untuk membidik daerah spesifik dari colon. Biasanya
lebih sering diberikan radioterapi pada karsinoma rectal karena rectum tidak
bergerak sebanyak colon maka lebih mudah untuk dibidik. Indikasi radioterapi
adalah : Karsinoma colon : Menghilangkan nyeri dan palliative, ditargetkan
pada deposit tumor jika menekan struktur vital atau menyebabkan sakit.
Karsinoma rectal Biasanya diberikan sebelom pembedahan (neoadjuvant) pada
tumor yang tumbuh keluar dari rectum atau telah menyebar ke nodus limfatikus,