Anda di halaman 1dari 13

1.

"CRADLE TO GRAVE PRINCIPLE" (Pengawasan mulai dari dihasilkan, dibuang dan ditimbunnya limbah
B3)
Yang dimaksud dengan from cradle to grave adalah pencegahan pencemaran yang dilakukan dari sejak
dihasilkannya limbah B3 sampai dengan di timbun / dikubur (dihasilkan, dikemas, digudangkan / penyimpanan,
ditransportasikan, di daur ulang, diolah, dan ditimbun / dikubur). Pada setiap fase pengelolaan limbah tersebut
ditetapkan upaya pencegahan pencemaran terhadap lingkungan dan yang menjadi penting adalah karakteristik
limbah B3 nya, hal ini karena setiap usaha pengelolaannya harus dilakukan sesuai dengan karakteristiknya.
pengertian limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan / atau
beracun yang karena sifat dan / atau konsentrasinya dan / atau jumlahnya, baik secara langsung dapat
mencemarkan dan / atau merusak lingkungan hidup, dan / atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
keangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Recycle
1. Memilah antara sampah organik dan non organik
2. Mendaur ulang segala yang dapat didaur ulang: plastik, kupasan buah segar dan sayur mayur, kertas dan
kardus, gelas dan kaleng.
b. Reuse
Memilih alat rumah tangga atau elektronik yang hemat energi
Mencari merk yang memperhatikan lingkungan
Menggunakan tas belanja yang mudah didaur ulang
Menggunakan kendaraan umum untuk bepergian
Mulai menggunakan energi bahan bakar alternatif yang tidak hanya dari bahan energi fosil, misalnya biogas,
biodisel, surya sel dsbnya
Mengurangi emisi CFC dan emisi pengganti CFC dengan tidak menggunakan aerosol dan menggunakan
energi efisien.
Memilih peralatan yang mempunyai usia pakai lebih lama
c. Reduce
Memakai listrik seperlunya,
Menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di udara.
Hemat dalam menggunakan air
Menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk jarak yang tidak begitu jauh <5 km
Mengurangi penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang
Mengurangi penggunaan produk yang tingkat kebutuhannya rendah

Radioaktif adalah zat yang mengandung inti yang tidak stabil. Pada tahun 1903, Ernest Rutherford
mengemukakan bahwa radiasi yang dipancarkan zat radioaktif dapat dibedakan menjadi dua jenis
berdasarkan muatannya. Radiasi yang bermuatan positif disebut sinar alfa, sedangkan yang bermuatan
negatif disebut sinar beta. Kemudian ditemukan sinar ketiga yang tidak bermuatan dan diberi nama
sinar gama, penemunya Paul U. Vilard.

Sinar-sinar radioaktif mempunyai sifat-sifat:


1. Dapat menembus kertas atau lempengan logam tipis.
2. Dapat mengionkan gas yang disinari.
3. Dapat menghitamkan pelat film.

4. Menyebabkan benda-benda berlapis ZnS dapat berpendar (fluoresensi).


5. Dapat diuraikan oleh medan magnet menjadi tiga berkas sinar, yaitu sinar , , dan .

Sinar alfa merupakan radiasi partikel bermuatan positif. Partikel ini samadengan inti helium bermuatan
+2e dan bermassa 4 sma. Partikel ini merupakan gabungan dari 2 proton dan 2 neutron. Pemancaran
sinar alfa menyebabkan nomor atom berkurang dua, sedangkan nomor massa berkurang empat. Sinar
alfa dipancarkan oleh inti dengan kecepatan sekitar kecepatan cahaya. Oleh karena memiliki massa
yang besar, daya tembus sinar ini paling lemah di antara sinar radioaktif, namun mempunyai daya
pengion yang paling kuat. Sinar ini dibelokkan oleh medan magnet ke arah kutub negatif.
Sinar beta adalah berkas elektron yang berasal dari inti atom dan bermuatan negatif . Oleh karena
sangat kecil, partikel ini dapat dianggap tidak bermassa.Energi sinar beta sangat bervariasi, mempunyai
daya tembus lebih besar daripada sinar alfa tetapi daya pengionnya lebih lemah. Dalam medan magnet,
sinar ini membelok ke arah kutub positif. Sinar beta disebut juga elektron berkecepatan tinggi karena
bergerak dengan kecepatan tinggi.
Sinar gama merupakan radiasi elektromagnetik berenergi tinggi, tidak bermuatan dan tidak
bermassa,Sinar ini dihasilkan oleh inti yang tereksitasi, biasanya mengikuti pemancaran sinar beta atau
alfa. Sinar gama memiliki daya tembus yang sangat besar, paling besar di antara sinar radioaktif tetapi
daya pengionnya paling lemah. Sinar ini tidak bermuatan listrik sehingga tidak dapat dibelokkan oleh
medan listrik.

Kegunaan radioaktif
A. Sebagai Perunut
1. Bidang Kedokteran
Digunakan sebagai perunut untuk mendeteksi berbagai jenis penyakit, antara lain:
a. 24Na, mendeteksi adanya gangguan peredaran darah.
b. 59Fe, mengukur laju pembentukan sel darah merah.
c. 11C, mengetahui metabolisme secara umum.
d. 131I, mendeteksi kerusakan pada kelenjar tiroid.
e. 32P, mendeteksi penyakit mata, liver, dan adanya tumor.
2. Bidang Industri
Digunakan untuk meningkatkan kualitas produksi, seperti pada:
a. Industri makanan, sinar gama untuk mengawetkan makanan, membunuh mikroorganisme yang menyebabkan
pembusukan pada sayur dan buahbuahan.
b. Industri metalurgi, digunakan untuk mendeteksi rongga udara pada besi cor, mendeteksi sambungan pipa
saluran air, keretakan pada pesawat terbang, dan lain-lain.
c. Industri kertas, mengukur ketebalan kertas.
d. Industri otomotif, mempelajari pengaruh oli dan aditif pada mesin selama mesin bekerja.
3. Bidang Hidrologi
a. 24Na dan 131I, digunakan untuk mengetahui kecepatan aliran air sungai.
b. Menyelidiki kebocoran pipa air bawah tanah.
c. 14C dan 13C, menentukan umur dan asal air tanah.
4. Bidang Kimia
Digunakan untuk analisis penelusuran mekanisme reaksi kimia, seperti:

a. Dengan bantuan isotop oksigen18 sebagai atom perunut, dapat ditentukan asal molekul air yang terbentuk.
b. Analisis pengaktifan neutron.
c. Sumber radiasi dan sebagai katalis pada suatu reaksi kimia.
d. Pembuatan unsur-unsur baru.
5. Bidang Biologi
a. Mengubah sifat gen dengan cara memberikan sinar radiasi pada gen-gen tertentu.
b. Menentukan kecepatan pembentukan senyawa pada proses fotosintesis menggunakan radioisotop C14.
c. Meneliti gerakan air di dalam batang tanaman.
d. Mengetahui ATP sebagai penyimpan energi dalam tubuh dengan menggunakan radioisotop 38F.
6. Bidang Pertanian
a. 37P dan 14C, mengetahui tempat pemupukan yang tepat.
b. 32P, mempelajari arah dan kemampuan tentang serangga hama.
c. Mutasi gen atau pemuliaan tanaman.
d. 14C dan 18O, mengetahui metabolisme dan proses fotosintesis.
7. Bidang Peternakan
a. Mengkaji efisiensi pemanfaatan pakan untuk produksi ternak.
b. Mengungkapkan informasi dasar kimia dan biologi maupun antikualitas pada pakan ternak.
c. 32P dan 35S, untuk pengukuran jumlah dan laju sintesis protein di dalam usus besar.
d. 14C dan 3H, untuk pengukuran produksi serta proporsi asam lemak mudah
menguap di dalam usus besar.
B. Sebagai Sumber Radiasi
1. Bidang Kedokteran
Digunakan untuk sterilisasi radiasi, terapi tumor dan kanker.
2. Bidang Industri
Digunakan untuk:
a. Perbaikan mutu kayu dengan penambahan monomer yang sudah diradiasi, kayu menjadi lebih keras dan lebih
awet.
b. Perbaikan mutu serat tekstil dengan meradiasi serat tekstil, sehingga titik leleh lebih tinggi dan mudah
mengisap zat warna serta air.
c. Mengontrol ketebalan produk yang dihasilkan, seperti lembaran kertas, film, dan lempeng logam.
d. 60Co untuk penyamakan kulit, sehingga daya rentang kulit yang disamak dengan cara ini lebih baik daripada
kulit yang disamak dengan cara biasa.
3. Bidang Peternakan
Digunakan untuk:
a. Mutasi gen dengan radiasi untuk pemuliaan tanaman.
b. Pemberantasan hama dengan meradiasi serangga jantan sehingga mandul.
c. Pengawetan bahan pangan dengan radiasi sinar-X atau gama untuk membunuh telur atau larva.
d. Menunda pertunasan pada bawang, kentang, dan umbi-umbian untuk memperpanjang masa penyimpanan.
Dampak negatif dari radiasi zat radioaktif, antara lain:
1. Radiasi zat radioaktif dapat memperpendek umur manusia. Hal ini karena zat radioaktif dapat menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh dan menurunkan
kekebalan tubuh.
2. Radiasi zat radioaktif terhadap kelenjar-kelenjar kelamin dapat mengakibatkan kemandulan dan mutasi
genetik pada keturunannya.
3. Radiasi zat radioaktif dapat mengakibatkan terjadinya pembelahan sel darah putih, sehingga mengakibatkan
penyakit leukimia.
4. Radiasi zat radioaktif dapat menyebabkan kerusakan somatis berbentuk lokal dengan tanda kerusakan kulit,
kerusakan sel pembentuk sel darah, dan kerusakan sistem saraf.

9. Pengaruh Radiasi pada Makhluk Hidup


Akibat radiasi yang melebihi dosis yang diperkenankan dapat menimpa seluruh tubuh atau hanya lokal. Radiasi
tinggi dalam waktu singkat dapat menimbulkan efek akut atau seketika sedangkan radiasi dalam dosis rendah
dampaknya baru terlihat dalam jangka waktu yang lama atau menimbulkan efek yang tertunda. Radiasi zat
radioaktif dapat memengaruhi kelenjarkelenjar kelamin, sehingga menyebabkan kemandulan. Berdasarkan dari
segi cepat atau lambatnya penampakan efek biologis akibat radiasi radioaktif ini, efek radiasi dibagi menjadi
seperti berikut.
1. Efek segera (AKUT)
Efek ini muncul kurang dari satu tahun sejak penyinaran. Gejala yang biasanya muncul adalah mual dan muntah
muntah, rasa malas dan lelah serta terjadi perubahan jumlah butir darah.
Efek akut menghasilkan kerusakan sel parenkim akibat dosis yang besar dari radiasi
ionisasi. Perubahan pada kulit termasuk eritrema, desquamasi kering, desquamasi
lembab dan pengelupasan kulit. Pemaparan lokal terhadap organ radiosensitif lainnya
seperti kelenjar tyroid, organ lymphoid, usus dan ginjal dapat menyebabkan hilangnya
sel parenkim yang mmengarah pada kegagalan organ dan disfungsi. Masuknya paparan
radiasi akut terhadap sistem tubuh lebih serius.
2. Efek tertunda (KRONIS)
Efek ini muncul setelah lebih dari satu tahun sejak penyinaran. Efek tertunda ini dapat juga diderita oleh
turunan dari orang yang menerima penyinaran.
Pemaparan berulang atau pemaparan jangka panjang oleh radiasi dosis rendah dari
implan radioaktif atau sumber eksternal, bisa menyebabkan terhentinya menstruasi
(amenore), berkurangnya kesuburan pada pria dan wanita, berkurangnya gairah seksual
(libido) pada wanita, katarak dan berkurangnya jumlah sel darah merah (anemia), sel
darah putih (leukopenia dan trombosit (trombositopenia). Dosis sangat tinggi pada
bagian tubuh tertentu bisa menyebabkan rambut rontok, kulit menipis dan terbentuknya
luka terbuka (ulkus, borok), kapalan dan spider nevi (daerah kemerahan seperti laba
laba akibat pelebaran pembuluh darah kecil di bawah permukaan kulit). Kadang cedera
berat pada organ yang terpapar radiasi terjadi beberapa bulan/tahun setelah menjalani
terapi radiasi untuk kanker yaitu : a. Fungsi ginjal bisa menurun dalam waktu 6 bulan
sampai 1 tahun setelah penderita menerima dosis radiasi yang sangat tinggi; juga bisa
terjadi anemia dan tekanan darah tinggi. b. Penimbunan radiasi dosis tinggi di dalam
otot bisa menyebabkan nyeri, pengecilan otot (atrofi) dan penimbunan kalsium di dalam
otot yang teriritasi. Meskipun sangat jarang terjadi, perubahan ini bisa menyebabkan
tumor otot ganas. c. Radiasi pada tumor paru bisa menyebabkan peradangan paru
(pneumonitis radiasi) dan radiasi dosis tinggi bisa menyebabkan pembentukan jaringan
parut yang hebat pada paruparu (fibrosis), yang bisa berakibat fatal. d. Jantung dan
kantungnya bisa mengalami peradangan setelah diberikan radiasi yang luas pada tulang
dada dan dada. e. Penimbunan radiasi di dalam korda spinalis bisa menyebabkan
kerusakan hebat yang berakhir dengan kelumpuhan

Beberapa alasan mengapa sebuah parameter serta kriterianya penting untuk


dipertimbangkan dalam pemilihan sebuah calon lokasi akan diuraikan di bawah ini. Biasanya
parameter yang digunakan dalam pemilihan awal dapat digunakan lagi pada pemilihan
tingkat berikutnya dengan derajad akurasi data yang lebih baik. Jumlah parameter pemilihan
awal yang digunakan umumnya lebih sedikit, dan dipilih yang paling dominan dalam
menimbulkan dampak. Parameter-parameter tersebut biasanya sudah terdata ( data

skunder) dengan baik, dan langsung dapat dimanfaatkan sehingga dapat disebut sebagai
parameter penyisih.
Beberapa parameter penyaring awal yang sering digunakan adalah: Geologi

Hidrogeologi

Hidrologi

Topograf

Ketersediaan tanah

Tataguna lahan

Kondisi banjir

Aspek-aspek penting yang lain


Geologi:
Fasilitas landflling tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu daerah yang mempunyai sifat
geologi yang dapat merusak keutuhan sarana tersebut nanti. Daerah yang dianggap tidak
layak adalah daerah dengan formasi batu pasir, batu gamping atau dolomit berongga dan
batuan berkekar lainnya. Daerah geologi lainnya yang penting untuk dievaluasi adalah
potensi gempa, zone volkanik yang aktif serta daerah longsoran.
Lokasi dengan kondisi lapisan tanah di atas batuan yang cukup keras sangat diinginkan.
Biasanya batu lempung atau batuan kompak lainnya dinilai layak untuk lokasi landfll. Namun
jika posisi lapisan batuan berada dekat dengan permukaan, operasi
pengurugan/penimbunan limbah akan terbatas dan akan mengurangi kapasitas lahan
tersedia. Disamping itu, jika ada batuan keras yang retak/patah atau permeabel, kondisi ini
akan meningkatkan potensi penyebaran lindi ke luar daerah tersebut. Lahan dengan lapisan
batuan keras yang jauh dari permukaan akan mempunyai nilai lebih tinggi.
Hidrogeologi:
Hidrogeologi adalah parameter kritis dalam penilaian sebuah lahan dan merupakan
komponen penyaring yang paling pent ing, terutama untuk mengevaluasi potensi
pencemaran air tanah di bawah lokasi sarana, dan potensi pencemaran air pada akuifer di

sekitarnya. Sistem aliran air tanah akan menentukan berapa hal, seperti arah dan kecepatan
aliran lindi, lapisan air tanah yang akan dipengaruhi dan titik munculnya kembali air tersebut
di permukaan. Sistem aliran air tanah peluahan (discharge) lebih diinginkan dibandingkan
yang bersifat pengisian (recharge). Lokasi yang potensial untuk dipilih adalah daerah yang
dikontrol oleh sistem aliran air tanah lokal dengan kemiringan hidrolis kecil dan kelulusan
tanah yang rendah.
Lahan dengan akuitard, yaitu formasi geologi yang membatasi pergerakan air tanah, pada
umumnya dinilai lebih tinggi dari pada lokasi tanpa akuitard, karena formasi ini menyediakan
perlindungan alami guna mencegah tersebarnya lindi. Tanah dengan konduktivitas hidrolis
yang rendah (impermeabel) sangat diinginkan supaya pergerakan lindi dibatasi. Pada
umumnya lahan yang mempunyai dasar tanah debu (silt) dan liat (clay) akan mempunyai
nilai tinggi, sebab jenis tanah seperti ini memberikan perlindungan pada air tanah. Lahan
dengan tanah pasir dan krikil memerlukan masukan teknologi yang khusus untuk dapat
melindungi air tanah sehingga akan dinilai lebih rendah.
Hidrologi:
Fasilitas pengurugan limbah tidak diinginkan berada pada suatu lokasi dengan jarak antara
dasar sampai lapisan air tanah tertinggi kurang dari 3 meter, kecuali jika ada pengontrolan
hidrolis dari air tanah tersebut. Permukaan air yang dangkal lebih mudah dicemari lindi.
Disamping itu, lokasi sarana tidak boleh terletak di daerah dengan sumur-sumur dangkal
yang mempunyai lapisan kedap air yang tipis atau pada batu gamping yang berongga.
Lahan yang berdekatan dengan badan air akan lebih berpotensi untuk mencemarinya, baik
melalui aliran permukaan maupun melalui air tanah. Lahan yang berlokasi jauh dari badan
air akan memperoleh nilai yang lebih tinggi dari pada lahan yang berdekatan dengan badan
air.
Iklim setempat hendaknya mendapat perhatian juga. Makin banyak hujan, makin besar pula
kemungkinan lindi yang dihasilkan, disamping makin sulit pula pegoperasian lahan. Oleh
karenanya, daerah dengan intensitas hujan yang lebih tinggi akan mendapat penilaian yang
lebih rendah dari pada daerah dengan intensitas hujan yang lebih rendah.
Topografi:
Tempat pengurugan limbah tidak boleh terletak pada suatu bukit dengan lereng yang tidak
stabil. Suatu daerah dinilai lebih bila terletak di daerah landai agak tinggi. Sebaliknya, suatu

daerah dinilai tidak layak bila terletak pada daerah depresi yang berair, lembah-lembah yang
rendah dan tempat-tempat lain yang berdekatan dengan air permukaan dengan kemiringan
alami > 20 %.
Topograf dapat menunjang secara positif maupun negatif pada pembangunan saranan ini.
Lokasi yang tersembunyi di belakang bukit atau di lembah mempunyai dampak visual yang
menguntungkan karena tersembunyi. Namun suatu lokasi di tempat yang berbukit mungkin
lebih sulit untuk dicapai karena adanya lereng-lereng yang curam dan mahalnya
pembangunan jalan pada daerah berbukit. Nilai tertinggi mungkin dapat diberikan kepada
lokasi dengan relief yang cukup untuk mengisolir atau menghalangi pemandangan dan
memberi perlindungan terhadap angin dan sekaligus mempunyai jalur yang mudah untuk
aktivitas operasional.
Topograf dapat juga mempengaruhi biaya bila dikaitkan dengan kapasitas tampung. Suatu
lahan yang cekung dan dapat dimanfaatkan secara langsung akan lebih disukai. Ini
disebabkan volume lahan untuk pengurugan limbah sudah tersedia tanpa harus
mengeluarkan biaya operasi untuk penggalian yang mahal. Pada dasarnya, masa layan 5
sampai 10 tahun atau lebih sangat diharapkan.
Ketersediaan Tanah:
Tanah dibutuhkan baik dalam tahap pembangunan maupun dalam tahap operasi sebagai
lapisan dasar (liner), lapisan atas, penutup antara dan harian atau untuk tanggul-tanggul dan
jalan-jalan dengan jenis tanah yang berbeda. Beberapa kegiatan memerlukan tanah jenis silt
atau clay, misalnya untuk liner dan penutup fnal, sedangkan aktiftas lainnya memerlukan
tanah yang permeabel seperti pasir dan krikil, misalnya untuk ventilasi gas dan sistem
pengumpul lindi. Juga dibutuhkan tanah yang cocok untuk pembangunan jalan atau tanah
top soil untuk vegetasi.
Tata guna tanah:
Landflling yang menerima limbah organik, dapat menarik kehadiran burung sehingga tidak
boleh diletakkan dalam jarak 300 meter dari landasan lapangan terbang yang digunakan oleh
penerbangan turbo jet atau dalam jarak 1500 meter dari landasan lapangan terbang yang
digunakan oleh penerbangan jenis piston.
Disamping itu, lokasi tersebut tidak boleh terletak di dalam wilayah yang diperuntukkan bagi
daerah lindung perikanan, satwa liar dan pelestarian tanaman. Jenis penggunaan tanah

lainnya yang biasanya dipertimbangkan kurang cocok adalah konservasi lokal dan daerah
kehutanan. Lokasi sumber-sumber arkeologi dan sejarah merupakan daerah yang juga harus
dihindari.
Daerah banjir:
Sarana yang terletak di daerah banjir harus tidak membatasi aliran banjir serta tidak
mengurangi kapasitas penyimpanan air sementara dari daerah banjir, atau menyebabkan
terbilasnya limbah tersebut sehingga menimbulkan bahaya terhadap kehidupan manusia,
satwa liar, tanah atau sumber air yang terletak berbatasan dengan lokasi tersebut. Suatu
sarana yang berlokasi pada daerah banjir memerlukan perlindungan yang lebih kuat dan
lebih baik. Diperlukan pemilihan periode ulang banjir yang sesuai dengan jenis limbah yang
akan diurug.
Aspek penentu lain:
Semua lokasi lahan-urug dapat mempengaruhi lingkungan biologis. Penilaian untuk kategori
ini didasarkan pada tingkat gangguan dan kekhususan dari sumberdaya yang ada. Bila
sejenis habitat kurang berlimpah di lokasi tersebut, maka lokasi tesebut dinilai lebih rendah.
Lokasi yang menunjang kehidupan jenis-jenis tanaman atau binatang yang langka akan
dinilai lebih tinggi. Jalur perpindahan mahluk hidup yang penting, seperti sungai yang
digunakan untuk ikan, adalah sumber daya yang berharga. Lahan yang berlokasi di sekitar
jalur tersebut harus dinilai lebih rendah dari pada lokasi yang tidak terletak di sekitar jalur
tersebut.
Penerimaan masyarakat sekitar atas sarana ini merupakan tantangan yang harus
dieselesaikan di awal sebelum sarana ini dioperasikan. Penduduk pada umumnya tidak bisa
menerima suatu lokasi pembuangan limbah berdekatan dengan rumahnya atau
lingkungannya. Oleh karenanya, kriteria penggunaan lahan hendaknya disusun untuk
mengurangi kemungkinan pembangunan sarana ini di daerah yang mempunyai kepadatan
penduduk yang tinggi, atau daerah-daerah yang digunakan oleh masyarakat banyak. Lahan
dengan pemilik tanah yang lebih sedikit, akan lebih disukai dari pada lahan dengan pemilik
banyak.
Tersedianya jalan akses pada lokasi sarana ini akan menguntungkan bagi operasional
pengangkutan limbah ke lokasi. Lahan yang berlokasi di sekitar jalan yang dapat ditingkatkan
pelayanannya karena adanya operasi lahan-urug tanpa modifkasi sistem jalan yang terlalu
banyak, akan lebih disukai. Modifkasi pada sistem jalan yang sudah ada, terutama

pembangunan jalan baru atau perbaikan yang terlalu banyak, akan meningkatkan biaya
pembangunan sarana tersebut. Namun tidak diinginkan bahwa lokasi tersebut terletak di
jalan utama yang melewati daerah perumahan, sekolah dan rumah sakit. Sarana yang
berlokasi lebih dekat ke pusat penghasil limbah mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada
yang berlokasi lebih jauh. Makin dekat jarak lokasi ke sumber limbah, makin rendah biaya
pengangkutannya. Utilitas seperti saluran air buangan, air minum, listrik dan sarana
komunikasi diperlukan pada setiap lokasi pengurugan limbah.
Rancangan lahan-urug meliputi rencana tapak dan rencana perbaikan sistem dengan
rekayasa yang digunakan untuk pengelolaan lindi, air permukaan, air tanah dan gas. Sistem
pengelolaan dirancang untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh kehadiran atau
ketidak hadiran bermacam-macam faktor. Dari sudut kriteria, yang perlu dipertimbangkan
adalah faktor biaya operasional kelak. Pada umumnya, lahan yang memerlukan modifkasi
rekayasa yang paling sedikit merupakan yang paling murah untuk pengembangannya, dan
lebih disukai dari pada lahan yang memerlukan modifkasi banyak.

3. PENILAIAN TPA
DENGAN CARA SNI 193241-1994
Tahapan dalam proses pemilihan lokasi TPA adalah menentukan satu atau dua lokasi terbaik
dari daftar lokasi yang dianggap potensial. Kriteria-kriteria yang telah dibahas di atas
digunakan semaksimal mungkin guna proses penyaringan. Kegiatan pada penyaringan
secara rinci tentu akan membutuhkan waktu dan biaya yang relatif besar dibanding kegiatan
pada penyaringan awal, karena evaluasinya bersifat rinci dan dengan data yang akurat.
Guna memudahkan evaluasi pemilihan sebuah lahan yang dianggap paling baik, digunakan
sebuah tolak ukur untuk merangkum semua penilaian dari parameter yang digunakan.
Biasanya hal ini dilakukan dengan cara pembobotan. Tata cara yang paling sederhana yang
digunakan di Indonesia adalah melalui SNI 19-3241-1994 (sebelumnya: SNI T-11-1191-03,
tidak ada perbedaan dengan versi 1994) yaitu tentang tata cara pemilihan lokasi TPA. Cara
ini ditujukan agar daerah (kota kecil/sedang) dapat memilih site-nya sendiri secara mudah
tanpa melibatkan tenaga ahli dari luar seperti konsultan. Data yang dibutuhkan hendaknya
cukup akurat agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.

Prinsip yang digunakan adalah dengan menyajikan parameter-parameter yang dianggap


dapat berpengaruh dalam aplikasi landflling, seperti:
Parameter umum: batas administrasi, status kepemilikan tanah dan, kapasitas lahan,

pola partisipasi masyarakat


Parameter fsika tanah: permeabilitas tanah, kedalaman akuifer, sistem aliran air

tanah, pemanfaatan air tanah, ketersediaaan tanah penutup


Parameter fsik lingkungan fsik: bahaya banjir, intensiutas hujan, jalan akses, lokasi

site, tata guna tanah, kondisi site, diversitas habitat, kebisingan dan bau, dan permasalahan
estetika.
Masing-masing parameter ini ditentukan bobot skala penting-nya dengan besaran 3 sampai
5. Masing-masing parameter tersebut diuraikan lebih lanjut kriteria pembatasnya, dengan
menggunakan penilaian antara 0 10.
Dilihat dari interaksi biologi tadi di atas, maka secara biologis efek radiasi dapat dibedakan
atas :

1. Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi


Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada perempuan
dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas :

Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisanadalah efek yang dirasakan oleh
keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.

Efek Somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar
radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat
bervariasi sehingga dapat dibedakan atas :

o Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah
individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar
dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
o Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah
terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.

2. Berdasarkan dosis radiasi


Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek
stokastik dan efek deterministic (non-stokastik).

i.

ii.

Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi dosis radiasi dan
diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan
dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. Radiasi serendah apapun selalu terdapat
kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun
sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel, sel yang
mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem
pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi
atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa
ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan,
semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan
oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifatsifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau
pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif
lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan
berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
Maka dari itu dapat disimpulkan ciri-ciri efek stokastik a.l :

Tidak mengenal dosis ambang

Timbul setelah melalui masa tenang yang lama

Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi

Tidak ada penyembuhan spontan

Efek ini meliputi : kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit keturunan
(efek genetik).

Efek Deterministik (non-stokastik) adalah efek yang kualitas keparahannya bervariasi menurut
dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini terjadi karena adanya proses kematian
sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi
sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila
dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah
terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih
besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan
mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol.
Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
KarsinogenBahanPemicuKanker
Beberapacontohdaribahankimiayangkerjanyalangsungmemicuterjadinyakanker(DirectActingCarcinogenesis)adalahsebagai
berikut:
1.AlkylatingAgents
a.dimethylsulfate,
b.BPropiolactotte,
c.ethylmethanesulfonate(EMS).

2.PolycyclicdanHeterocyclicAromaticHydrocarbons
a.benz(a)anthracene,
b.benzo(a)pyrene,
c.dibenz(a,h)anthracerie.
3.AromaticAmines
a.2Naphtylamine(pnaphthylanzine),
b.benzidine,
c.dimethylarninoazobenzene.
Padadasarnyamayoritasbahankimiayangbersifatkarsinogenikmemilikisifatyangsarna, yaitu memicu terjadinya suatu mutasi
gen.Bahankimiayangbersifatsebagaialkylatingagents,artinyabilaindividuterpaparolehbahankimiatersebut,makaDNApadasel
dartindividuyangbersangkutanakanmengalamiAlkylationdimanaterjadimetilasipadapasanganbasanukleotidanyayaituGuanin
mengalamimetilasimenjadi06methylguanineataumenjadibulkygroupaddition.

Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan, sehingga


tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan
kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan
gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.
Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat
berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat
yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur)
harus dipisahkan satu sama lainnya.
Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk
dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.
2.
Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap
dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia.
Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah
terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan
tertutup dan dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan
adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap bahan
korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada
tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan
tersebut[9].
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya
dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan
menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai
berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari
bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan
konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan
sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api
otomatis dan diperiksa secara periodik

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)[10]


Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus berjarak
minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan,
agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan
tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik
dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai
penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat
penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk,
bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah tempat penyimpanan harus bebas
dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam
seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan
tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis
lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan
ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini
harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik
penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas atau gas-gas
yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini
harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah
menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang mudah
menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan
api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur
campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari
kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif
terhadap bahan asam.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai atau diikat
secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar
matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya. Gedung
penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran,
misalnya dengan memasang sprinkler.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)[11]
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik dapat akut atau
kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang dapat menyebabkan sindroma
system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis
terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada
keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung radioaktif.
Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk
bekerja dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.
Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur
dengan bahan lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti
ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara. Peraturan perundangan
mengenai bahan radioaktif diantaranya :
Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi
Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber Radiasi
lainnya
Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif

Anda mungkin juga menyukai