Anda di halaman 1dari 6

A.

PENENTUAN RESIKO DETEKSI


Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi salah saji
material yang ada dalam suatu asersi. Suatu rencana tingkat risikodeteksi yang bisa
diterima harus ditetapkan untuk setiap asersi laporan keuanganyang signifikan. Apapun
tingkat risiko yang digunakan auditor ( cara kualitatifatau cara non-kuantitatif ), rencana
risiko deteksi ditentukan berdasarkanhubungan yang dinyatakan dengan model sebagai
berikut :
RD=

RA
RB x RP

Keterangan :
RA = Risiko Audit

RB = Risiko Bawaan

RP = Risiko Pengendalian

RD = Risiko Deteksi

Model di atas menunjukkan bahwa pada suatu tingkat risiko audit tertentu(RA)
yang ditetapkan auditor, risiko deteksi (RD) adalah berhubungan terbalikdengan tingkat
risiko bawaan (RB) dan risiko pengendalian (RP) yang ditentukan.Apabila digunakan
dalam tahap perencanaan untuk menetapkan rencana risikodeteksi, maka RP
mencerminkan rencana tingkat risiko pengendalian yangditetapkan sebagai komponen
pertama dari strategi audit awal.
Rencana risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan rencana tingkat pengujian
substantif yang ditentukan oleh auditor sebagai komponen terakhirdalam penetapan
strategi audit awal untuk suatu asersi.
B. MERANCANG PENGUJIAN SUBSTANTIF
Pengujian substantif di satu sisi bisa menghasilkan bukti tentangkewajaran setiap
asersi apoaran keuangan yang signifikan, dan di sisi lain pengujian substantif juga bisa
menghasilkan bukti yang menunjukkan adanya kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji
dalam pencatatan atau pelaporan transaksidan saldo saldo. Perancangan pengujian

substantif meliputi penentuan sifat, saatdan luas pengujian yang diperlukan untuk
memenuhi tingkat risiko deteksi yangdapat diterima untuk setiap asersi.
Sifat Pengujian Substantif
Sifat pengujian substantif berhubungan dengan jenis dan keefektivan prosedur
pengauditan yang akan dilakukan. Bila tingkat risiko deteksi yang diterima rendah maka
auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif dan biasanya lebih mahal. Dan
bila risiko deteksi yang diterima tinggi auditor menggunakan prosedur yang kurang
efektif yang biasanya lebih murah. Pengujian substantif terdiri dari 3 jenis :
1) Prosedur Analitis Digunakan dalam perencanaan audit untuk mengidentifikasi
daerah daerah atau tempat yang memiliki risiko tinggi terjadinya salah saji.
2) Pengujian Detail Transaksi Pengujian ini dilakukan auditor terutama untuk
menemukan kesalahan jumlah rupiah bukan atas penyimpangan atas
pengendalian.
3) Pengujian Detail atas Saldo Saldo Dilakukan untuk mendapatkan bukti bukti
secara langsung tentang sebuah saldo rekening dan bukan pada masing masing
pendebetan atau pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut.
C. PROSEDUR AWAL
Pengujian diawali dengan usaha mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan
bidang usaha klien.
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk menaksir saldo utang
dagang dan untuk menetapkan hubungan antara utang dagang dan untuk menetapkan
hubungan antara utang dagang dengan rekening-rekening kunci lainnya seperti
pembelian atau persediaan.
Pengujian substantif untuk dimasukkan ke dalam program audit
1) Tentukan prosedur awal untuk :
Menelusur saldo awal ke kertas kerja tahun lalu (jika mungkin
dilakukan)
Mereview aktivitas dalam rekening buku besar dan
menyelediki hal hal yang tidak biasa.
Memeriksa kebenaran penjumlahan pada catatan pendukung
atau daftar untuk digunakan pada pengujian berikutnya, dan
memeriksa kecocokannya dengan saldo di buku besar, untuk
meyakinkan adanya kecocokan diantara keduanya.

2) Tentukan prosedur analitis yang akan digunakan


3) Tentukan pengujian detail transaksi yang akan dilakukan
4) Tentukan pengujian detail saldo-saldo yang akan dilakukan
(sebagai tambahan atas 1a, b, c diatas)
5) Pertimbangkan apakah ada ketentuan atau prosedur khusus
yang bias diterapkan pada asersi yang sedang diuji, seperti
prosedur-prosedur yang ditetapkan PSA (sebagai contoh,
keharusan untuk melakukan observasi perhitungan fisik
persediaan), atau yang ditetapkan oleh instansi lain yang
berwenang yang belum termasuk pada (3) dan (4) diatas.
Tentukan prosedur-prosedur untuk menentukan kesesuain dengan penyajian dan
pengungkapan menurut prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum.
D. PROSEDUR ANALITIS
Prosedur analitis seringkali dipandang kurang efektif bila dibandingkan dengan
pengujian detil. Namun demikian, dalam keadaan tertentu prosedur ini justru dipandang
lebih efektif. Sebagai contoh, perbandingan antara jumlah seluruh pembayaran kepada
seorang pemasok dengan barang yang sesungguhnya diterima, bisa memberi petunjuk
tentang adanya kelebihan pembayaran. Hal ini mungkin tidak terdeteksi pada waktu
dilakukan pengujian atas masing masing transaksi pembayaran kepada pemasok.
PSA No.22, Prosedur Analitis ( SA 329.11 ), menyatakan bahwa efektivitas dan
efisiensi prosedur analitis tergantung pada :

Sifat asersi
Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk
membuat taksiran
Ketepatan taksiran
Apabila hasil prosedur analitis sesuai dengan taksiran, dan tingkat risiko deteksi

yang bisa diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak perlu melakukan pengujian
detil. Prosedur analitis biasanya ,tidak begitu mahal biaya pelaksanaannya. Oleh karena
itu, auditor perlu mempertimbangkan seberapa jauh prosedur ini dapat digunakan untuk
mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima sebelum auditor memutuskan untuk
melakukan pengujian detil.

E. PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI


Pengujian detil transaksi terutama berupa penelusuran ( Tracing ) dan pencocokan
ke dokumen pendukung ( vouching ). Sebagai contoh, detil transaksi bisa ditelusur dari
dokumen pendukung. Misalnya faktur penjualan dan voucher ke dalam catatan
akuntansi seperti jurnal penjualan dan dan register voucher.
Dalam pengujian ini auditor memeriksa sebagian ( dengan sampel ) atau seluruh
pendebetan dan pengkreditan atas suatu rekening. Hasil pengujian tersebut digunakan
untuk menarik kesimpulan tentang saldo rekening yang bersangkutan. Pengujian ini
biasanya dilakukan dengan menggunakan dokumen-dokumen yang terdapat dalam arsip
klien. Efektivitas pengujian tergantung pada prosedur dan dokumen yang digunakan.
Pengujian detil transaksi biasanya lebih banyak menyita waktu dan biayanya juga
lebih mahal. Efisiensi biaya akan tercapai bila auditor melaksanakan pengujian
berbarengan dengan pengujian pengendalian yang disebut pengujian bertujuan ganda.
F. PENGUJIAN RINCIAN SALDO
Pengujian detil atas saldo saldo dilakukan untuk mendapatkan bukti secara
langsung tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada masing masing pendebetan
atau pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut.
Efektifitas pengujian ini juga tergantung pada prosedur yang digunakan dan tipe
bukti yang diperoleh. Berikut adalah contoh bagaimana efektifitas pengujian atas saldo
saldo dapat direncanakan untuk memenuhi berbagai tingkat risiko deteksi untuk asersi
penilaian atau pengalokasian rekening kas di bank.
G. MEMBANDINGKAN PENYAJIAN LAPORAN DENGAN GAAP
Persyaratan penyajian laporan aktiva tetap dalam keuangan bersifat ekstensif.
Properti yang digadaikan sebagai jaminan atas pinjaman harus diungkapkan. Kelayakan
pengungkapan klien yang berkaitan dengan aktiva menurut lease dapat ditentukan
dengan melihat kembali ke pengumuman akuntansi otoritatif dan perjanjian lease yang
berkaitan.

H. JASA BERNILAI TAMBAH


Berikut ini adalah beberapa peluang bernilai tambah yang penting, yang dapat
diberikan akuntan publik dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh selama
audit atas sekuritas yang mudah dipasarkan dan saldo kas :
a) Menentukan asumsi-asumsi penting berkenaan dengan penerimaan kas dan
pembayaran beban operasi yang mempengaruhi peramalan saldo kas.
b) Membantu manajemen dalam mengembangkan model-model peramalan saldo
kas, pinjaman yang diperlukan, atau potensi kelebihan saldo kas yang tersedia
untuk investasi.
c) Mengidentifikasi peluang untuk mengubah praktik bisnis, seperti perubahan
kebijakan kredit atau perubahan manajemen persediaan, yang akan
meningkatkan arus kas.
d) Membantu manajemen dalam mengembangkan kebijakan untuk investasi jangka
pendek kelebihan kas.
e) Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan tingkat pengembalian atas
investasi jangka pendek atas kelebihan kas.

DAFTAR PUSTAKA
Auditing, Edisi II 2014, AI. Haryono Jusup, M. B. A., Ak. , Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi
https://japanesebuginese.wordpress.com/2013/01/18/audit-siklus-investasi-danpembiayaan/comment-page-1/

Anda mungkin juga menyukai