OLEH :
AMY SHIENTIARIZKI
H1A 011 001
PEMBIMBING
dr. GUNAWAN EFFENDI, Sp.M
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang; biasanya disertai
peningkatan tekanan intraokular. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua
setelah katarak. Prevalensi terjadinya glaukoma meningkat pada usia 70 tahun
sekitar 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan usia 40 tahun. Glaukoma dapat
diklasifikasikan berdasarkan etiologinya menjadi glaukoma primer, kongenital,
sekunder, dan glaukoma absolut. Sedangkan berdasarkan patofisiologinya
dibedakan menjadi glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup. Glaukoma akut
paling sering terjadi pada glaukoma sudut tertutup. Glaukoma jenis ini merupakan
penyebab tersering kebutaan bilateral dan seharusnya ditangani dengan
pendekatan emergensi untuk mencegah kerusakan saraf optik lebih lanjut. Terapi
awalnya ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokularnya.
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. Penuaan merupakan
penyebab katarak terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin terlihat,
antara lain: trauma, toksin, penyakit sistemik (misalnya, diabetes), merokok, dan
herediter. Katarak akibat penuaan merupakan penyebab umum gangguan
penglihatan. Berbagai studi melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia
65-74 tahun adalah sebanyak 50 %, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada
indivudi diatas 75 tahun. Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti.
Walaupun demikian, pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregatagregat
protein
yang
menghamburkan
berkas
cahaya
dan
mengurangi
BAB II
LAPORAN KASUS
: Ny. I
: 50 tahun
: Perempuan
: Buruh tani
: Islam
: Sasak
: Dusun Peseng
: 14 Desember 2015
2.2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Nyeri pada mata kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Lombok Barat pada hari Senin
tanggal 14 Desember 2015 dengan keluhan mata kanan terasa nyeri sejak
4 bulan yang lalu. Keluhan nyeri dirasakan tiba-tiba sewaktu siang hari
ketika bekerja di sawah. Keluhan nyeri diikuti dengan mata berair dan
sakit kepala sebelah. Setelah keluhan nyeri dirasakan, pasien segera
dibawa ke mantri dekat rumah dan diberikan suntikan. Pasien mengaku
tidak mengalami perubahan setelah diberikan suntikan. Selama sakit
pasien selalu terganggu dan tidak hilang dengan perubahan posisi ataupun
istirahat. Pasien sudah 3 kali berobat ke mantri, namun tidak ada
perubahan. Pasien tidak mengalami keluhan mual dan muntah. Nyeri
mata dirasakan hingga ke bagian kepala. Nyeri kepala dirasakan hanya
pada satu sisi kanan kepala. Nyeri tersebut terasa seperti ditekan.
Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan serupa seperti saat ini.
Pasien menderita hipertensi yang diketahui beberapa tahun belakangan
dan penglihatan yang kabur.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal adanya keluhan serupa di dalam keluarga.
E. Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien saat ini bekerja sebagai buruh tani. Hampir setiap hari mata pasien
terpapar dengan sinar matahari. Selama aktivitas pasien tidak pernah
menggunakan pelindung mata seperti kacamata sehingga mudah terpapar
sinar matahari, angin, dan debu.
F. Riwayat Alergi
Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap debu, maupun riwayat alergi
obat dan makanan.
G. Riwayat Pengobatan
Pasien sering menggunakan obat tetes mata yang dibeli di warung untuk
mengurangi keluhan di mata pasien. Riwayat operasi katarak (+) pada
mata kiri.
: Baik
: Compos mentis / E4V5M6
C. Status Lokalis
No
Pemeriksaan
Mata Kanan
Mata Kiri
1.
Visus
2.
3.
4.
Lapang pandang
6/30
6/30
Ortoforia
Ortoforia
+
5.
6.
7.
8.
+
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
+ 10 mm
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Cembung
Jernih
Licin
(-)
(-)
(-)
(-)
Kesan dangkal
(-)
(-)
Cokelat
Bulat dan reguler
Bulat
6mm
(-)
Cembung
Jernih
Licin
(-)
(-)
(-)
(-)
Kesan dalam
(-)
(-)
Cokelat
Bulat dan regular
Bulat
3mm
(+)
Edema
Hiperemi
Pseudoptosis
Entropion
Ektropion
Palpebra
Edema
Hiperemi
Inferior
Entropion
Ektropion
Fissura palpebra
Konjungtiva Hiperemi
Cobble stone
Palpebra
Sikatrik
Superior
Benda Asing
inferior
Konjungtiva Injeksi
Pendarahan
Bulbi
Massa
Edema
Bentuk
Kejernihan
Permukaan
Sikatrik
Benda Asing
Massa
Edema
Kedalaman
Hipopion
Hifema
Warna
Bentuk
Bentuk
Ukuran
RCL
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
+ 10 mm
(-)
(-)
(-)
(-)
Palpebra
Superior
9.
10. Kornea
RCTL
Kejernihan
14. Lensa
15. TIO
16. Funduscopy
Iris Shadow
Palpasi
Refleks
fundus
(-)
Keruh
(Leukokoria)
(-)
Kesan meningkat
Tde
(-)
Keruh
(Leukokoria)
(-)
Kesan normal
Tde
Foto 1. Katarak OD
Foto 2. Katarak OS
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
inferior
Tampak hiperemi pada konjungtiva bulbi berupa injeksi siliar
Kornea keruh dan tampak edema
Bilik mata kesan dangkal dan sulit untuk dievaluasi
Bentuk pupil dan iris bulat dan reguler
Lensa berwarna keruh
Tekanan intraorbita kesan meningkat
OD
OS
3.3. Assessment
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat
pada pasien mengarahkan pada OD glaukoma akut dan katarak matur serta
OS katarak matur. Diagnosa ini dipilih karena pada pasien ditemukan gejala
dan tanda umum dari glaukoma akut yaitu penglihatan turun mendadak, nyeri
pada mata hingga belakang kepala, serta mata merah. Diagnosa katarak matur
juga dipilih karena pada pasien ditemukan gejala umum pada katarak yaitu
pengelihatan seperti tertutup kabut, lensa mata keruh dengan iris shadow (-).
Diagnosis Kerja:
- OD Glaukoma akut
9
3.4. Planning
I.
Usulan Pemeriksaan Lanjutan
- Pemeriksaan slit lamp
Pemeriksaan slit lamp dilakukan untuk menilai lebih jelas segmen
anterior mata sehingga dapat memperkirakan luas pterygium yang
-
menutupi kornea.
Pemeriksaan tonometri
Pemeriksaan ini untuk menilai tekanan intra okuler yang dapat
diperiksa dengan tonometri aplanasi, tonometri Schiotz, dan
II.
untuk
terbuka
Bedah drainase glaukoma: terdiri dari trabekulektomi,
viskokanalostomi, sklerektomi, dan goniotomi. Metode ini
dapat berhasil.
Tatalaksana Medis Katarak
10
o Operasi
katarak
dengan
ICCE,
ECCE,
SICS,
atau
ketat
Apabila tindakan pengobatan dengan obat tidak berhasil harus segera
dilakukan operasi
Pasien diberikan informasi jika peningkatan tekanan intraokuler yang
rencana selanjutnya.
Menjelaskan bagaimana cara pencegahan untuk mengurangi faktor resiko
11
BAB IV
RINGKASAN AKHIR
12
DAFTAR PUSTAKA
13