PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia,
disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak
mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular
memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar
negara. Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare,
malaria, demam berdarah dengue, influenza, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaan
dan penyakit lainnya. Prevalensi nasional diare berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan responden adalah 9,00%. Penyakit menular di Sumatera barat mengalami
peningkatan. Penyakit menular tersebut adalah Tuberkulosis Paru, Malaria dan Deman
Berdarah Dengue (DBD). Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar sampai Oktober 2012,
angka penemuan kasus Tuberkulosis (TB) di Sumbar mencapai 58,6 %. Sementara untuk
DBD frekuensi penyakit baru yang berjangkit per 100.000 penduduk, sudah mencapai
42,7%. Angka ini juga meningkat dibandingkan tahun 2011 sebanyak 36, 85 persen.
Di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit tidak menular, yang
merupakan penyakit akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit degeneratif. Menurut data
dari WHO penyebab tertinggi angka kematian di dunia adalah Serangan Jantung dan
Problem Seputarnya dengan Total Persentase 29% Total Kematian Global Setiap Tahunnya.
Sedangkan penyebab kematian kedua diduduki Penyakit Infeksi Akut dengan Persentase
Sebesar 16,2% Kematian. Laporan WHO tahun 2010 menunjukkan angka kematian akibat
penyakit tidak menular telah mencapai 36,1 juta tahun 2008 dan diperkirakan akan
meningkat 17 persen pada dasawarsa berikutnya. Di kawasan Asia Tenggara, kematian yang
disebabkan oleh penyakit tidak menular dikhawatirkan meningkat dari 2,6 juta menjadi 4,2
juta. Data tahun 2010 menunjukkan 59% kematian di Indonesia disebabkan penyakit tidak
menular. Proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995
menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Kematian akibat PTM terjadi
di perkotaan dan perdesaan. Data Riskesdas 2007 menunjukkan di perkotaan, kematian
akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di perdesaan
sebesar 11,5%. Hal tersebut menunjukkan PTM (utamanya stroke) menyerang usia
produktif. Di Sumatera Barat Beberapa tahun belakangan jumlah penderita stroke
meningkat 4 kali lipat dari sebelumnya.
1
Sementara itu prevalensi PTM lainnya cukup tinggi, yaitu : hipertensi (31,7%),
arthritis (30,3%), penyakit jantung (7,2%), dan cedera (7,5%). PTM dipicu berbagai faktor
risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup
tidak sehat. Riskesdas 2007 melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok
setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik. Pada
tataran global, penyakit tidak menular (non-communicable diseases) paling banyak
menyerang kelompok usia menengah, yang justru merupakan kelompok usia paling
produktif, sehingga dapat mengurangi tingkat pertumbuhan sampai dengan lima persen.
Namun, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular keduanya samasama memberikan dampak negatif yang luas terhadap masyarakat. Pengobatan penyakit
menular dan penyakit tidak menular ini seringkali memakan waktu dan memerlukan biaya
besar, bahkan beberapa penyakit memiliki dampak yang akan mengganggu ekonomi
penderita dan keluarganya.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki program
pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular sebagai salah satu
program dasarnya,harus melaksanakan program ini sebagai bentuk pelayanan kesehatan
Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya
TB, DBD, Kusta dll) dan penyakit tidak menular yang saat ini banyak diakibatkan olah gaya
hidup yang tidak sehat. Sesuai dengan tujuan dari program ini maka diharapkan dapat
menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan
penyakit tidak menular.
Salah satu puskesmas yang berada di Kota Padang adalah Puskesmas Ambacang.
Untuk mengevaluasi sejauh mana penerapan standar pelayanan minimal (SPM) dan capaian
pelayanan di bidang kesehatan khususnya upaya-upaya puskesmas dalam mengelola
penyakit menular dan tidak menular di Puskesmas Ambacang dilakukan analisis dengan
judul Pengelolaan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Ambacang .
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai pengelolaan penyakit menular dan tidak menular
dalam program Puskesmas Ambacang.
1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk membahas pengelolaan secara umum penyakit menular
dan tidak menular dalam program Puskesmas Ambacang
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengelolaan secara promotif,preventif, dan kuratif penyakit
menular dan tidak menular dalam program Puskesmas Ambacang.
2. Mengetahui masalah dalam pengelolaan penyakit menular dan tidak menular
dalam program Puskesmas Ambacang.
3. Mengetahui solusi dari masalah dalam pengelolaan penyakit menular dan
tidak menular dalam program Puskesmas Ambacang.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai
literatur dan sumber yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
AIDS pada 2015. Target MDGs ini yang kemudian mendasari pembuatan kebijakankebijakan nasional untuk pencegahan, penanggulangan, dan pengendalian penyakit menular.
2.2 Penyakit Tidak Menular
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh
proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya,
keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka
tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga
menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian
besar masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Jantung Koroner,
Kanker, Stroke dan Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun
mereka umumnya belum memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM
serta komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka menganggap bahwa
PTM disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua atau penyakit orang kaya.
Peran Promosi Kesehatan dalam pencegahan maupun Pengendalian Penyakit Tidak
Menular cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk ber-Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terkait dengan Faktor Risiko Bersama penyebab
Penyakit Tidak Menular. Dari 10 indikator PHBS di Rumah Tangga, tiga diantaranya
merupakan pencegahan faktor risiko bersama PTM yaitu Aktivitas fisik, Konsumsi sayur
dan buah serta tidak merokok.
2.2.1
memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko yang
dimaksud antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang,
merokok, konsumsi alkohol, obesitas, Hiperglikemia, Hipertensi, Hiperkolesterol, dan
perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan cedera, misalnya perilaku berlalu lintas
yang tidak benar.
2.2.2
cara
menghilangkan
atau
mengurangi
faktor
risiko
PTM
dan
2. Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor risiko yang utama yaitu : rokok,
aktifitas fisik dan diet seimbang.
3. Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
4. Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah terhadap
diet, aktivitas fisik dan rokok.
5. Mengembangkan System Surveilans Perilaku Berisiko Terpadu (SSPBT) PTM.
6. Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional maupun lokal
spesifik.
Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting karena hal ini
dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu rokok, diet seimbang dan aktivitas fisik. Pencegahan
PTM perlu didukung oleh semua pihak terutama para penentu kebijakan baik nasional
maupun lokal. Tanpa itu semua akan menjadi sia-sia saja.
2.2.3
Indikator
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi
penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring
dan evaluasi melalui sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan PTM. Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :
Indikator Umum
1. Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
2. Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
3. Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
4. Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.
Indikator Khusus
1. Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan
konsumsi rendah serat).
2. Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan
alkohol dan BBLR.
3. Peningkatan kebijakan
dan
regulasi
lintas
sektor
yang
mendukung
penanggulangan PTM.
4. Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi
masyarakat.
5. Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan
pencegahan PTM.
6. Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.
6
BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1 Sejarah Puskesmas
Puskesmas Ambacang diresmikan pada 5 Juli 2006 dengan 15 orang staf, dipimpin
oleh Dr. Dewi Susanti Febri. Pada Maret 2009, beliau digantikan dengan Dr. Hj. May
Happy, kemudian pada September 2012 digantikan lagi oleh Trice, SKM, M.Kes dengan 46
orang staf.
Awalnya, pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama dengan
Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan sebagai wilayah kerjanya sebelumnya
merupakan wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Akan tetapi, sekarang program kerja
Puskesmas Ambacang telah dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan. Misi dari
puskesmas ini sendiri yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Sedangkan strateginya adalah mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat,
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
bermutu
dan
terjangkau,
Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100 23'
50.14" Lintang Utara dengan Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12 Km2,
mewilayahi 4 Kelurahan yaitu: Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang
dan Kelurahan Lubuk Lintah yang umumnya masayarakat pengguna jasa pelayanan
kesehatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke Kelurahan.
Bila dilihat dengan menggunakan Google Map maka Wilayah kerja Puskesmas Ambacang
terlihat sebagaimana dalam gambar berikut:
Sedangkan bila dilihat dengan menggunakan Google Satelit adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
Kelurahan
Psr Ambacang
Anduring
Lb Lintah
Ampang
Puskesmas
Jumlah
17399
13875
10075
7172
48518
10
: 48.518 Jiwa
b. Bayi
: 1009 Jiwa
c. Balita
: 3.959 Jiwa
: 1.074 Jiwa
e. Lansia
: 1.371 Jiwa
PUST
MAS
ANDURING
AMPANG
AMBACANG
LUBUK
LINTAH
JUMLAH
PUSKEL
RODA 2
KLINIK
BERSALIN
B.P
1
1
Tabel 3.3
Data Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang menurut Kelurahan
11
POSYANDU
POSYANDU
KELURAHAN
PASAR AMBACANG
BALITA
9
LANSIA
2
ANDURING
SIAGA
1
1
AMPANG
LUBUK LINTAH
JUMLAH
5
7
28
2
1
6
KELURAHAN
1
1
4
Tabel 3.4
Data fasilitas pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang menurut Kelurahan
KELURAHAN
PASAR
TK
SD
SMP
SMU/K
10
2
1
2
8
6
3
3
22
AMBACANG
ANDURING
AMPANG
LUBUK LINTAH
JUMLAH
1
5
1
3
PT
KET
1
1
3.6 Ketenagaan
Tabel 3.5
Data ketenagaan di Puskesmas Ambacang
NO
Jenis Petugas
Dokter Umum
Status Pegawai
Pendidikan
PNS
Terakhir
PTT
12
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah
Dokter Gigi
Sarjana Kesmas
Bidan
Perawat
Perawat Gigi
Kesling
Analis
Asisten Apoteker
Nutrition (AKZI/SKM)
RR
Sopir
35
2
2
12
5
1
3
2
2
2
1
6
6
3
: 45%
b. Pegawai Negeri
: 20%
c. Buruh
: 5%
d. Swasta
2%
e. Lain-lain
: 18%
BAB IV
PEMBAHASAN
13
Grafik 4.1 Data Penderita ISPA Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Penyakit ISPA sampai saat ini masih menempati urutan pertama dalam 10 penyakit
terbanyak di puskesmas Ambacang walaupun telah terjadi penurunan angka kejadian dari
tahun 2012. Penanganan kasus ISPA di Puskesmas juga sudah sesuai dengan standar
operasional prosedur yang telah ditetapkan.
Beberapa kegiatan promotif yang sudah dilakukan untuk mengurangi angka kejadian
ISPA :
1. Penyuluhan didalam gedung mengenai ISPA.
2. Mengadakan kerja sama dengan Klinik Sanitasi yang terdapat di Puskesmas
Ambacang untuk melakukan kegiatan survey lingkungan sehat untuk mendeteksi
faktor resiko ISPA.
Kegiatan Kuratif yang sudah dilakukan :
Mengobati ISPA sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada.
Grafik 4.2 Data Penderita DBD Tahun 2013 di Wilayah kerja Puskesmas Ambacang
14
Berdasarkan grafik diatas, terjadi penurunan jumlah kasus dari 61 kasus pada tahun
2012 menjadi 37 kasus saja di tahun 2103. Ada beberapa kegiatan promotif dan preventif
yang dilakukan, yaitu :
1. Pemeriksaan jentik berkala oleh kader yang dilaksanankan 2 minggu sekali.
2.Abatisasi, yaitu memberikan bubuk abate kepada masyarakat secara gratis untuk
ditaburkan ke tempat-tempat penampungan air, hal ini dilakukan bersamaan dengan
penyuluhan mengenai DBD kepada masyarakat.
3.Penyuluhan kepada masyarakat mengenai DBD, pencegahannya, penularannya, dan
pengobatannya
4.Fogging Fokus, dilakukan untuk mencegah dan mengantisipasi penyebaran DBD
lebih lanjut. Fogging dilakukan di sekitar rumah penderita dengan radius 200 meter,
tujuannya adalah untuk memutus rantai penularan dan membunuh nyamuk dewasa
yang telah terinfeksi.
Sedangkan kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
Melakukan rujukan pasien
3. Diare
15
Grafik 4.3 Data Penderita diare Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Dari data diatas terlihat bahwa penyakit diare tetap muncul dalam tiap kelurahan
walaupun terjadi penurunan angka kejadian. Hal ini disebabkan oleh belum terlaksananya
perilaku hidup bersih dan sehat secara menyeluruh di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.
Kegiatan promotif yang sudah dilakukan Puskesmas Ambacang ntuk mengatasi
masalah diare ini adalah :
1. Melakukan penyuluhan mengenai segala hal yang bersangkutan dengan diare.
2. Melakukan pelatihan PHBS kepada masyarakat.
Adapun kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
1. Melakukan pemberian oralit kepada semua penderita diare yang datang ke Balai
Pengobatan.
4. Tb Paru
Grafik 4.4 Data Penderita TB Paru Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kegiatan promotif dan preventif yang sudah dilakukan :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan tema
TBC kepada masyarakat
2. Pembagian leaflet berisi informasi tentang TBC
Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
Pemberian obat anti tuberkulosis di balai pengobatan
5.
Malaria
Dari data tahun 2013, terdapat 1 pasien yang menderita malaria. Terjadi perbedaan
pada tahun 2013 ini, karena pada tahun 2012 tidak ada kasus malaria yang terjadi di wilayah
16
kerja Puskesmas Ambacang. Di tahun 2013, kegiatan promotif dan preventif yang dilakukan
untuk kasus malaria :
Melakukan survey ke rumah penderita dan memberikan penyuluhan kepada warga
sekitar rumah penderita.
Kegiatan kuratif yang dilakukan untuk kasus malaria :
Melakukan rujukan tehadap pasien.
memasak, kelembaban udara dalam rumah, pengelolaan sampah di rumah tangga. Maka
dari itu program kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas Ambacang yang
diwujudkan dalam klinik sanitasi yang bertujuan untuk menurunkan/mencegah penyakit
yang berbasis lingkungan seperti ISPA ini, namun program ini di puskesmas ambacang
belum dapat dilaksanakan secara efektif karena kurangnya tenaga kesehatan yang ada
dan kurang aktifnya partisipasi dari masyarakat. Oleh karena itu setiap penanggulangan
dan
pencegahan setiap penyakit dan kasus kesehatan yang ada di wilayah kerja
puskesmas Ambacang tidak dapat ditangani oleh sektor kesehatan saja melainkan perlu
juga dukungan yang komprehensif dari berbagai sektor baik sektor pemerintahan, swasta,
maupun dunia usaha, namun kerja sama ini belum berjalan dengan baik terutama untuk
pencegahan ISPA.
3. Dengan ditemukannya kasus DBD, maka perlu ditingkatkan penyuluhan untuk
pencegahan penyakit DBD dan pemberantasan sarang nyamuk serta pemeriksaan jentik
berkala. Perlu juga diberikan informasi dalam setiap penyuluhan kepada masyarakat
mengenai fogging fokus, dimana warga masyarakat yang terkena DBD dapat meminta
puskesmas untuk melakukan fogging dengan membawa surat keterangan dari rumah
sakit.
4. Cakupan penemuan penderita TB Paru BTA Positif masih rendah, cakupan ini masih
dibawah target/sasaran yang diharapkan pada tahun 2013 sebesar 70 %. Walaupun BP-4
dan pihak Rumah Sakit juga telah membantu dalam penemuan/mendiagnosa yang sesuai
dengan standart WHO yaitu pemeriksaan Sputum ( s-p-s), namun penjaringan kasus yang
dilakukan masih kurang.hal ini disebabkan oleh karena kurangnya fasilitas yang terdapat
di Puskesmas Ambacang untuk pemeriksaan sputum dan kurangnya penjelasan dari
petugas mengenai cara mengeluarkan sputum, sehingga sering spesimen yang di periksa
tidak menunjukan apa-apa, serta tidak adanya kerjasama dengan rumah sakit dan praktek
dokter swasta untuk pencatatan dan pelaporan kasus TB . Oleh karena itu, diperlukan
kerjasama dengan rumah sakit dan dokter praktek swasta yang dilaporkan. Untuk
kedepan penjaringan kasus TBC ini lebih ditingkatkan dengan menjalin kerjasama
dengan dokter praktek swasta, juga menambah fasilitas untuk pemeriksaan sputum, dan
penjelasan oleh tenaga kesehatan terkait mengenai cara mengeluarkan sputum, sehingga
penemuan kasus TBC dengan BTA Positif akan lebih banyak,yang pada akhirnya dapat
ditatalaksana dengan baik. Dari hasil pemantauan di lapangan, penyakit TBC Paru
banyak menyerang masyarakat dengan keadaan ekonomi menengah kebawah, yang ratarata memiliki kasus gizi yang kurang baik, untuk itu dalam rangka membantu
18
meningkatkan status gizi penderita TBC Paru serta untuk menunjang kesembuhan
penderita, perlu adanya pemberian makanan tambahan disamping memberikan
pengobatan dengan OAT yang dananya sudah diusulkan dari APBD II.
4.2 Analisis Pengelolaan Penyakit Tidak Menular dalam program Puskesmas
Ambacang
1. Hipertensi
Grafik 4.5 Data Penderita Hipertensi Bulan Februari Juli 2012 di Puskesmas Ambacang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kelainan pada sirkulasi darah yang
biasanya dialami oleh para lansia, namun belakangan ini sudah banyak ditemukan orang
dewasa muda yang menderita hipertensi juga, hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetik
maupun faktor gaya hidup masyarakat modern yang mulai menuju ke arah yang tidak sehat.
Kegiatan promotif dan preventif yang sudah dilakukan di Puskesmas Ambacang :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan tema
2.
3.
4.
5.
Diabetes Mellitus
19
Grafik 4.6 Data Penderita DM Bulan Februari Juli 2012 di Puskesmas Ambacang
Diabetes Mellitus pada zaman kini lebih banyak diakibatkan oleh pola gaya hidup
yang sehat diakibatkan oleh banyak faktor misalnya, kurang aktifitas olahraga, makanan
tinggi kalori, dan lai-lain. Untuk menurunkan angka DM ini, kegiatan promotif dan
preventif yang sudah dilakukan di Puskesmas Ambacang Antara lain :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan tema
diabetes mellitus kepada masyarakat
2. Penyuluhan DM
3. Perencanaan promosi kesehatan dengan tema Diabetes Mellitus
4. Konsultasi pojok gizi
Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
Pemberian obat diabetes di balai pengobatan dan di lapangan
4.2.1
A. Posbindu PTM
Program yang digalakkan Puskesmas Ambacang dalam Pengelolaan Penyakit Tidak
Menular adalah Program Posbindu PTM. Posbindu PTM adalah Pos Pembinaan terpadu
faktor risiko PTM Utama (Obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemi, diet tidak
sehat, kurang aktifitas ,dan merokok), berupa bentuk peran serta kelompok masyarakat
yang aktif dalam upaya promotif-preventif untuk mendeteksi secara dini keberadaan faktor
risiko PTM utama sekaligus peningkatan pengetahuan untuk pencegahan dan pengendalian
PTM yang di mulai sejak usia 15 tahun sampai usia lanjut.
Kegiatan Posbindu :
20
21
4. Bermitra dengan LPM, PKK, Koperasi, Klinik swasta, dewan mesjid dan lain-lain.
5. Difasilitasi oleh puskesmas dan dinas kesehatan, sektor dan unsur terkait
6. Manajemen dan pembiayaan berdasarkan kesepakatan Rembug Warga.
7. Jadwal diatur berdasarkan kesepakatan dengan memperhatikan anjuran jangka
waktu monitoring yang bermamfaat secara klinis
Masalah yang ditemukan :
Walaupun bangunan untuk posbindu sudah ada dan tenaga kesehatan yang diperlukan sudah
ada, kegiatan posbindu belum berjalan sesuai yang diharapkan
karena kurangnya
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengelolaan penyakit menular dan tidak menular secara promotif di Puskesmas
Ambacang dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui
melakukan pengukuran tekanan darah untuk pasien lansia dan usia muda.
Pengelolaan penyakit menular dan tidak menular secara kuratif di Puskesmas
Ambacang dilakukan dengan melakukan pengobatan yang rasional terhadap
penyakit menular tersebut, pemberian obat yang sesuai dengan penyakit dan tersedia
di apotik puskesmas, melaksanakan program pengobatan khusus lansia yang rutin
diadakan setiap bulan disetiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.
Apabila pasien membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, maka pasien akan dirujuk ke
RSUD dr. Rasidin / RSUP M.Djamil Padang.
24
Masalah yang dihadapi pada program penanggulangan penyakit menular dan tidak
menular ini mencakup masalah sarana prasarana, pendanaan, dan kurangnya kerja
5.2 Saran
a. Bagi pemegang program
- Melakukan advokasi mengenai pendanaan posbindu dan pendanaan yang terkait
-
Diharapkan komitmen terhadap kehadiran rapat lintas sektor, maupun rapat triwulan
dan partisipasi dalam bentuk lainnya untuk membantu pelaksanaan program
puskesmas yang sasarannya melibatkan daerah ataupun kepentingan dari sektor
terkait.
25