Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia,

disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak
mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular
memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar
negara. Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare,
malaria, demam berdarah dengue, influenza, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaan
dan penyakit lainnya. Prevalensi nasional diare berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan responden adalah 9,00%. Penyakit menular di Sumatera barat mengalami
peningkatan. Penyakit menular tersebut adalah Tuberkulosis Paru, Malaria dan Deman
Berdarah Dengue (DBD). Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar sampai Oktober 2012,
angka penemuan kasus Tuberkulosis (TB) di Sumbar mencapai 58,6 %. Sementara untuk
DBD frekuensi penyakit baru yang berjangkit per 100.000 penduduk, sudah mencapai
42,7%. Angka ini juga meningkat dibandingkan tahun 2011 sebanyak 36, 85 persen.
Di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit tidak menular, yang
merupakan penyakit akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit degeneratif. Menurut data
dari WHO penyebab tertinggi angka kematian di dunia adalah Serangan Jantung dan
Problem Seputarnya dengan Total Persentase 29% Total Kematian Global Setiap Tahunnya.
Sedangkan penyebab kematian kedua diduduki Penyakit Infeksi Akut dengan Persentase
Sebesar 16,2% Kematian. Laporan WHO tahun 2010 menunjukkan angka kematian akibat
penyakit tidak menular telah mencapai 36,1 juta tahun 2008 dan diperkirakan akan
meningkat 17 persen pada dasawarsa berikutnya. Di kawasan Asia Tenggara, kematian yang
disebabkan oleh penyakit tidak menular dikhawatirkan meningkat dari 2,6 juta menjadi 4,2
juta. Data tahun 2010 menunjukkan 59% kematian di Indonesia disebabkan penyakit tidak
menular. Proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995
menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Kematian akibat PTM terjadi
di perkotaan dan perdesaan. Data Riskesdas 2007 menunjukkan di perkotaan, kematian
akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di perdesaan
sebesar 11,5%. Hal tersebut menunjukkan PTM (utamanya stroke) menyerang usia
produktif. Di Sumatera Barat Beberapa tahun belakangan jumlah penderita stroke
meningkat 4 kali lipat dari sebelumnya.
1

Sementara itu prevalensi PTM lainnya cukup tinggi, yaitu : hipertensi (31,7%),
arthritis (30,3%), penyakit jantung (7,2%), dan cedera (7,5%). PTM dipicu berbagai faktor
risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup
tidak sehat. Riskesdas 2007 melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok
setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik. Pada
tataran global, penyakit tidak menular (non-communicable diseases) paling banyak
menyerang kelompok usia menengah, yang justru merupakan kelompok usia paling
produktif, sehingga dapat mengurangi tingkat pertumbuhan sampai dengan lima persen.
Namun, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular keduanya samasama memberikan dampak negatif yang luas terhadap masyarakat. Pengobatan penyakit
menular dan penyakit tidak menular ini seringkali memakan waktu dan memerlukan biaya
besar, bahkan beberapa penyakit memiliki dampak yang akan mengganggu ekonomi
penderita dan keluarganya.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki program
pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular sebagai salah satu
program dasarnya,harus melaksanakan program ini sebagai bentuk pelayanan kesehatan
Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya
TB, DBD, Kusta dll) dan penyakit tidak menular yang saat ini banyak diakibatkan olah gaya
hidup yang tidak sehat. Sesuai dengan tujuan dari program ini maka diharapkan dapat
menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan
penyakit tidak menular.
Salah satu puskesmas yang berada di Kota Padang adalah Puskesmas Ambacang.
Untuk mengevaluasi sejauh mana penerapan standar pelayanan minimal (SPM) dan capaian
pelayanan di bidang kesehatan khususnya upaya-upaya puskesmas dalam mengelola
penyakit menular dan tidak menular di Puskesmas Ambacang dilakukan analisis dengan
judul Pengelolaan Penyakit Menular dan Tidak Menular

dalam Program Puskesmas

Ambacang .
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai pengelolaan penyakit menular dan tidak menular
dalam program Puskesmas Ambacang.

1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk membahas pengelolaan secara umum penyakit menular
dan tidak menular dalam program Puskesmas Ambacang
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengelolaan secara promotif,preventif, dan kuratif penyakit
menular dan tidak menular dalam program Puskesmas Ambacang.
2. Mengetahui masalah dalam pengelolaan penyakit menular dan tidak menular
dalam program Puskesmas Ambacang.
3. Mengetahui solusi dari masalah dalam pengelolaan penyakit menular dan
tidak menular dalam program Puskesmas Ambacang.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai
literatur dan sumber yang ada.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3

2.1 Penyakit Menular


Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam istilah medis
adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria
atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar dan trauma benturan) atau
kimia (seperti keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular kepada orang lain
melalui media tertentu seperti udara (TBC, Infulenza dll), tempat makan dan minum yang
kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid dll), Jarum suntik dan transfusi darah (HIV
AIDS, Hepatitis dll).
2.1.1 Pengelolaan Penyakit Menular
Untuk bisa mengatasi penularan penyakit menular tersebut diperlukan strategi
bersama di antara seluruh komponen pelayanan di bidang kesehatan.
Strategi promosi informasi : memberikan informasi secara optimal sesuai dengan
jenis sarana pelayanan kesehatan.
Strategi eliminasi kasus : mengurangi faktor risiko terjadinya penularan penyakit
yang terutama berasal dari perilaku dan lingkungan.
Strategi peran kader : mengaktifkan dan memberdayakan peranan kader kesehatan
masyarakat, khususnya di wilayah kerja puskesmas.
Strategi pendampingan : melalukan pendekatan personal melalui penjangkauan dan
pendampingan kasus khusus pada kelompok berisiko tinggi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemberantasan penyakit menular :

Mengumpulkan dan menganalisis data tentang penyakit.


Melaporkan penyakit.
Menyelidiki di lapangan untuk melihat benar atau tidaknya laporan yang masuk,

untuk menemukan kasus-kasus lain dan untuk mengetahui sumber penularan.


Melakukan tindakan permulaan untuk menahan penjalarannya.
Vaksinasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

2.1.2 Kebijakan dalam Penanggulangan Penyakit Menular


Pengendalian penyakit menular menjadi salah satu pencapaian dalam Millenium
Development Goals (MDGs) pada poin ke-6 yaitu: Mengendalikan HIV dan AIDS,Malaria,
dan Penyakit Menular lainnya (TB). Pencapaian MDGs ini diwujudkan dengan berbagai
target yaitu : Target 6: Menghentikan dan mulai membalikkan tren penyebaran HIV dan
4

AIDS pada 2015. Target MDGs ini yang kemudian mendasari pembuatan kebijakankebijakan nasional untuk pencegahan, penanggulangan, dan pengendalian penyakit menular.
2.2 Penyakit Tidak Menular
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh
proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya,
keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka
tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga
menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian
besar masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Jantung Koroner,
Kanker, Stroke dan Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun
mereka umumnya belum memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM
serta komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka menganggap bahwa
PTM disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua atau penyakit orang kaya.
Peran Promosi Kesehatan dalam pencegahan maupun Pengendalian Penyakit Tidak
Menular cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk ber-Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terkait dengan Faktor Risiko Bersama penyebab
Penyakit Tidak Menular. Dari 10 indikator PHBS di Rumah Tangga, tiga diantaranya
merupakan pencegahan faktor risiko bersama PTM yaitu Aktivitas fisik, Konsumsi sayur
dan buah serta tidak merokok.
2.2.1

Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat

memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko yang
dimaksud antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang,
merokok, konsumsi alkohol, obesitas, Hiperglikemia, Hipertensi, Hiperkolesterol, dan
perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan cedera, misalnya perilaku berlalu lintas
yang tidak benar.
2.2.2

Pengelolaan Penyakit Tidak Menular


Dengan

cara

menghilangkan

atau

mengurangi

faktor

risiko

PTM

dan

memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen kesehatan,


melalui pusat promosi kesehatan memfokuskan pada :
1. Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat maupun
Propinsi dan Kabupaten.
5

2. Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor risiko yang utama yaitu : rokok,
aktifitas fisik dan diet seimbang.
3. Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
4. Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah terhadap
diet, aktivitas fisik dan rokok.
5. Mengembangkan System Surveilans Perilaku Berisiko Terpadu (SSPBT) PTM.
6. Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional maupun lokal
spesifik.
Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting karena hal ini
dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu rokok, diet seimbang dan aktivitas fisik. Pencegahan
PTM perlu didukung oleh semua pihak terutama para penentu kebijakan baik nasional
maupun lokal. Tanpa itu semua akan menjadi sia-sia saja.
2.2.3

Indikator
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi

penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring
dan evaluasi melalui sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan PTM. Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :

Indikator Umum
1. Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
2. Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
3. Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
4. Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.

Indikator Khusus
1. Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan
konsumsi rendah serat).
2. Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan
alkohol dan BBLR.
3. Peningkatan kebijakan

dan

regulasi

lintas

sektor

yang

mendukung

penanggulangan PTM.
4. Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi
masyarakat.
5. Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan
pencegahan PTM.
6. Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.
6

Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian PTM


dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap tahun dalam kurun waktu 5 tahun
(2010-2014). Pemantauan merupakan upaya untuk mengamati seberapa jauh kegiatan yang
direncanakan sudah dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kemajuan dan
keberhasilan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dalam Pengendalian PTM.
Pemantauan rencana dan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan untuk pengendalian PTM
dilaksanakan oleh pengelola program pengendalian PTM, pengelola program promosi
kesehatan dan mitra terkait pada masing-masing jenjang administrasi mulai dari pusat,
provinsi sampai kabupaten/kota.

BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1 Sejarah Puskesmas
Puskesmas Ambacang diresmikan pada 5 Juli 2006 dengan 15 orang staf, dipimpin
oleh Dr. Dewi Susanti Febri. Pada Maret 2009, beliau digantikan dengan Dr. Hj. May
Happy, kemudian pada September 2012 digantikan lagi oleh Trice, SKM, M.Kes dengan 46
orang staf.
Awalnya, pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama dengan
Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan sebagai wilayah kerjanya sebelumnya
merupakan wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Akan tetapi, sekarang program kerja
Puskesmas Ambacang telah dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan. Misi dari
puskesmas ini sendiri yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Sedangkan strateginya adalah mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat,

menyelenggarakan

pelayanan

kesehatan

bermutu

dan

terjangkau,

meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat.


3.2 Kondisi Geografis
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan kecamatan dan
kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang. Batas-batas
wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu:
Utara
Timur
Selatan
Barat

: Wilayah kerja Puskesmas Kuranji.


: Wilayah kerja Puskesmas Pauh.
: Wilayah kerja Puskesmas Andalas.
: Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo.

Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100 23'
50.14" Lintang Utara dengan Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12 Km2,
mewilayahi 4 Kelurahan yaitu: Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang
dan Kelurahan Lubuk Lintah yang umumnya masayarakat pengguna jasa pelayanan
kesehatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke Kelurahan.

Bila dilihat dengan menggunakan Google Map maka Wilayah kerja Puskesmas Ambacang
terlihat sebagaimana dalam gambar berikut:

Gambar 3.1 Wilayah kerja Puskesmas Ambacang

Sedangkan bila dilihat dengan menggunakan Google Satelit adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2 Wilayah kerja Puskesmas Ambacang dari satelit

Secara sketsa, wilayah kerja Puskesmas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.3 Sketsa wilayah kerja Puskesmas Ambacang

3.3 Kondisi Demografi


Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang
sampai November 2013 sebanyak 48.518 jiwa dengan distribusi kependudukan menurut
kelurahan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
Tahun 2013

No
1
2
3
4
5

Kelurahan
Psr Ambacang
Anduring
Lb Lintah
Ampang
Puskesmas

Jumlah
17399
13875
10075
7172
48518

10

3.4 Sasaran Puskesmas


a. Jumlah penduduk

: 48.518 Jiwa

b. Bayi

: 1009 Jiwa

c. Balita

: 3.959 Jiwa

d. Ibu Hamil (Bumil)

: 1.074 Jiwa

e. Lansia

: 1.371 Jiwa

3.5 Sarana dan Prasarana


Puskesmas Ambacang pada saat ini telah memiliki prasarana dan sarana yang relatif
lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Prasarana gedung dengan 2 lantai
mampu dimanfaatkan untuk pelayanan dan kegiatan administrasi/manajemen. Begitu pula
prasarana kendaraan roda 4 dan roda 2 telah mampu menjangkau pelayanan terutama luar
gedung seperti posyandu, UKS dan UKGS serta pembinaan desa siaga.
Tabel 3.2
Data fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang menurut Kelurahan
KELURAHA PUSKES
N
PASAR

PUST

MAS

ANDURING

AMPANG

AMBACANG

LUBUK
LINTAH
JUMLAH

PUSKEL

RODA 2

KLINIK
BERSALIN

B.P

1
1

Tabel 3.3
Data Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang menurut Kelurahan
11

POSYANDU

POSYANDU

KELURAHAN

PASAR AMBACANG

BALITA
9

LANSIA
2

ANDURING

SIAGA
1
1

AMPANG
LUBUK LINTAH
JUMLAH

5
7
28

2
1
6

KELURAHAN

1
1
4

Tabel 3.4
Data fasilitas pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang menurut Kelurahan
KELURAHAN
PASAR

TK

SD

SMP

SMU/K

10

2
1
2
8

6
3
3
22

AMBACANG
ANDURING
AMPANG
LUBUK LINTAH
JUMLAH

1
5

1
3

PT

KET

1
1

3.6 Ketenagaan
Tabel 3.5
Data ketenagaan di Puskesmas Ambacang
NO

Jenis Petugas

Dokter Umum

Status Pegawai

Pendidikan

PNS

Terakhir
PTT

12

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah

Dokter Gigi
Sarjana Kesmas
Bidan
Perawat
Perawat Gigi
Kesling
Analis
Asisten Apoteker
Nutrition (AKZI/SKM)
RR
Sopir
35

2
2
12
5
1
3
2
2
2
1
6

6
3

3.7 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Penduduk


a. Kondisi Sosial dan Budaya
Suku terbesar yang ada di Kecamatan Kuranji adalah Suku Minang, juga ada
beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang dianut
masyarakatnya adalah Islam.
a. Kondisi Ekonomi
Mata Pencaharian Penduduk:
a. Tani

: 45%

b. Pegawai Negeri

: 20%

c. Buruh

: 5%

d. Swasta

2%

e. Lain-lain

: 18%
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Pengelolaan Penyakit Menular dalam program Puskesmas Ambacang


1. ISPA

13

Grafik 4.1 Data Penderita ISPA Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Penyakit ISPA sampai saat ini masih menempati urutan pertama dalam 10 penyakit
terbanyak di puskesmas Ambacang walaupun telah terjadi penurunan angka kejadian dari
tahun 2012. Penanganan kasus ISPA di Puskesmas juga sudah sesuai dengan standar
operasional prosedur yang telah ditetapkan.
Beberapa kegiatan promotif yang sudah dilakukan untuk mengurangi angka kejadian
ISPA :
1. Penyuluhan didalam gedung mengenai ISPA.
2. Mengadakan kerja sama dengan Klinik Sanitasi yang terdapat di Puskesmas
Ambacang untuk melakukan kegiatan survey lingkungan sehat untuk mendeteksi
faktor resiko ISPA.
Kegiatan Kuratif yang sudah dilakukan :
Mengobati ISPA sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada.

2. Demam berdarah Dengue (DBD)

Grafik 4.2 Data Penderita DBD Tahun 2013 di Wilayah kerja Puskesmas Ambacang

14

Berdasarkan grafik diatas, terjadi penurunan jumlah kasus dari 61 kasus pada tahun
2012 menjadi 37 kasus saja di tahun 2103. Ada beberapa kegiatan promotif dan preventif
yang dilakukan, yaitu :
1. Pemeriksaan jentik berkala oleh kader yang dilaksanankan 2 minggu sekali.
2.Abatisasi, yaitu memberikan bubuk abate kepada masyarakat secara gratis untuk
ditaburkan ke tempat-tempat penampungan air, hal ini dilakukan bersamaan dengan
penyuluhan mengenai DBD kepada masyarakat.
3.Penyuluhan kepada masyarakat mengenai DBD, pencegahannya, penularannya, dan
pengobatannya
4.Fogging Fokus, dilakukan untuk mencegah dan mengantisipasi penyebaran DBD
lebih lanjut. Fogging dilakukan di sekitar rumah penderita dengan radius 200 meter,
tujuannya adalah untuk memutus rantai penularan dan membunuh nyamuk dewasa
yang telah terinfeksi.
Sedangkan kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
Melakukan rujukan pasien

3. Diare

15

Grafik 4.3 Data Penderita diare Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Dari data diatas terlihat bahwa penyakit diare tetap muncul dalam tiap kelurahan
walaupun terjadi penurunan angka kejadian. Hal ini disebabkan oleh belum terlaksananya
perilaku hidup bersih dan sehat secara menyeluruh di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.
Kegiatan promotif yang sudah dilakukan Puskesmas Ambacang ntuk mengatasi
masalah diare ini adalah :
1. Melakukan penyuluhan mengenai segala hal yang bersangkutan dengan diare.
2. Melakukan pelatihan PHBS kepada masyarakat.
Adapun kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
1. Melakukan pemberian oralit kepada semua penderita diare yang datang ke Balai
Pengobatan.
4. Tb Paru

Grafik 4.4 Data Penderita TB Paru Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kegiatan promotif dan preventif yang sudah dilakukan :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan tema
TBC kepada masyarakat
2. Pembagian leaflet berisi informasi tentang TBC
Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
Pemberian obat anti tuberkulosis di balai pengobatan
5.

Malaria
Dari data tahun 2013, terdapat 1 pasien yang menderita malaria. Terjadi perbedaan

pada tahun 2013 ini, karena pada tahun 2012 tidak ada kasus malaria yang terjadi di wilayah

16

kerja Puskesmas Ambacang. Di tahun 2013, kegiatan promotif dan preventif yang dilakukan
untuk kasus malaria :
Melakukan survey ke rumah penderita dan memberikan penyuluhan kepada warga
sekitar rumah penderita.
Kegiatan kuratif yang dilakukan untuk kasus malaria :
Melakukan rujukan tehadap pasien.

Masalah secara umum pengelolaan penyakit menular dalam program puskesmas.


Program penanggulangan Penyakit menular yang telah dijalankan di Puskesmas
Ambacang sampai saat ini lebih berorientasi pengobatan dan pemulihan dan kegiatan
pencegahan dan peningkatan relatif berjalan dengan baik namun masih memiliki beberapa
kekurangan. Hal ini disebabkan belum terarahnya program yang akan dilaksanakan. Hal
yang mana disebabkan masih lemahnya dukungan dari pemegang program di Puskesmas.
Begitu pula koordinasi dengan lintas sektorpun masih terasa sangat kurang. Penegasan dan
dukungan lintas program masih terasa lemah, juga masih lemahnya masalah pendanaan. Hal
ini semestinya cepat ditangani mengingat urutan penyakit terbanyak di Puskesmas Ambcang
masih diduduki oleh penyakit menular.
Solusi
Masalah yang ditemui pada bidang pencegahan Penyakit dan upaya yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Dari total kasus diare diatas yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
kebanyakan diderita oleh anak usia 1-10 tahun, untuk itu kedepannya diperlukan
pemberian penyuluhan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang terutama kepada para ibu mengenai pencegahan penyakit diare, tanda dan
gejala,dan pertolongan pertama pada kasus diare di rumah.
2. Pada wilayah kerja Puskesmas Ambacang ditemukan kasus ISPA yang menempati posisi
teratas dalam penyakit yang terbanyak terjadi di Puskesmas Ambacang walaupun tahun
ini mengalami penurunan angka kejadian.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 8
faktor kondisi kesehatan lingkungan rumah yang mempunyai hubungan dengan kejadian
ISPA antara lain: jenis dinding, luas lantai, ventilasi, Pencahayaan siang hari, kamar tidur
dengan jendela, kepadatan hunian rumah, kepadatan hunian kamar, bahan bakar
17

memasak, kelembaban udara dalam rumah, pengelolaan sampah di rumah tangga. Maka
dari itu program kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas Ambacang yang
diwujudkan dalam klinik sanitasi yang bertujuan untuk menurunkan/mencegah penyakit
yang berbasis lingkungan seperti ISPA ini, namun program ini di puskesmas ambacang
belum dapat dilaksanakan secara efektif karena kurangnya tenaga kesehatan yang ada
dan kurang aktifnya partisipasi dari masyarakat. Oleh karena itu setiap penanggulangan
dan

pencegahan setiap penyakit dan kasus kesehatan yang ada di wilayah kerja

puskesmas Ambacang tidak dapat ditangani oleh sektor kesehatan saja melainkan perlu
juga dukungan yang komprehensif dari berbagai sektor baik sektor pemerintahan, swasta,
maupun dunia usaha, namun kerja sama ini belum berjalan dengan baik terutama untuk
pencegahan ISPA.
3. Dengan ditemukannya kasus DBD, maka perlu ditingkatkan penyuluhan untuk
pencegahan penyakit DBD dan pemberantasan sarang nyamuk serta pemeriksaan jentik
berkala. Perlu juga diberikan informasi dalam setiap penyuluhan kepada masyarakat
mengenai fogging fokus, dimana warga masyarakat yang terkena DBD dapat meminta
puskesmas untuk melakukan fogging dengan membawa surat keterangan dari rumah
sakit.
4. Cakupan penemuan penderita TB Paru BTA Positif masih rendah, cakupan ini masih
dibawah target/sasaran yang diharapkan pada tahun 2013 sebesar 70 %. Walaupun BP-4
dan pihak Rumah Sakit juga telah membantu dalam penemuan/mendiagnosa yang sesuai
dengan standart WHO yaitu pemeriksaan Sputum ( s-p-s), namun penjaringan kasus yang
dilakukan masih kurang.hal ini disebabkan oleh karena kurangnya fasilitas yang terdapat
di Puskesmas Ambacang untuk pemeriksaan sputum dan kurangnya penjelasan dari
petugas mengenai cara mengeluarkan sputum, sehingga sering spesimen yang di periksa
tidak menunjukan apa-apa, serta tidak adanya kerjasama dengan rumah sakit dan praktek
dokter swasta untuk pencatatan dan pelaporan kasus TB . Oleh karena itu, diperlukan
kerjasama dengan rumah sakit dan dokter praktek swasta yang dilaporkan. Untuk
kedepan penjaringan kasus TBC ini lebih ditingkatkan dengan menjalin kerjasama
dengan dokter praktek swasta, juga menambah fasilitas untuk pemeriksaan sputum, dan
penjelasan oleh tenaga kesehatan terkait mengenai cara mengeluarkan sputum, sehingga
penemuan kasus TBC dengan BTA Positif akan lebih banyak,yang pada akhirnya dapat
ditatalaksana dengan baik. Dari hasil pemantauan di lapangan, penyakit TBC Paru
banyak menyerang masyarakat dengan keadaan ekonomi menengah kebawah, yang ratarata memiliki kasus gizi yang kurang baik, untuk itu dalam rangka membantu
18

meningkatkan status gizi penderita TBC Paru serta untuk menunjang kesembuhan
penderita, perlu adanya pemberian makanan tambahan disamping memberikan
pengobatan dengan OAT yang dananya sudah diusulkan dari APBD II.
4.2 Analisis Pengelolaan Penyakit Tidak Menular dalam program Puskesmas
Ambacang
1. Hipertensi

Grafik 4.5 Data Penderita Hipertensi Bulan Februari Juli 2012 di Puskesmas Ambacang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kelainan pada sirkulasi darah yang
biasanya dialami oleh para lansia, namun belakangan ini sudah banyak ditemukan orang
dewasa muda yang menderita hipertensi juga, hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetik
maupun faktor gaya hidup masyarakat modern yang mulai menuju ke arah yang tidak sehat.
Kegiatan promotif dan preventif yang sudah dilakukan di Puskesmas Ambacang :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan tema
2.
3.
4.
5.

hipertensi kepada masyarakat


Promosi kesehatan tentang hipertensi
Pembagian leaflet berisi informasi tentang hipertensi.
Pengukuran tekanan darah dalam program lansia.
Konsultasi pojok gizi.

Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :


Pemberian obat anti hipertensi di balai pengobatan dan di lapangan
2.

Diabetes Mellitus
19

Grafik 4.6 Data Penderita DM Bulan Februari Juli 2012 di Puskesmas Ambacang
Diabetes Mellitus pada zaman kini lebih banyak diakibatkan oleh pola gaya hidup
yang sehat diakibatkan oleh banyak faktor misalnya, kurang aktifitas olahraga, makanan
tinggi kalori, dan lai-lain. Untuk menurunkan angka DM ini, kegiatan promotif dan
preventif yang sudah dilakukan di Puskesmas Ambacang Antara lain :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan tema
diabetes mellitus kepada masyarakat
2. Penyuluhan DM
3. Perencanaan promosi kesehatan dengan tema Diabetes Mellitus
4. Konsultasi pojok gizi
Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
Pemberian obat diabetes di balai pengobatan dan di lapangan
4.2.1

Analisis Program Pengelolaan Penyakit Tidak Menular Secara Umum di


Puskesmas Ambacang

A. Posbindu PTM
Program yang digalakkan Puskesmas Ambacang dalam Pengelolaan Penyakit Tidak
Menular adalah Program Posbindu PTM. Posbindu PTM adalah Pos Pembinaan terpadu
faktor risiko PTM Utama (Obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemi, diet tidak
sehat, kurang aktifitas ,dan merokok), berupa bentuk peran serta kelompok masyarakat
yang aktif dalam upaya promotif-preventif untuk mendeteksi secara dini keberadaan faktor
risiko PTM utama sekaligus peningkatan pengetahuan untuk pencegahan dan pengendalian
PTM yang di mulai sejak usia 15 tahun sampai usia lanjut.
Kegiatan Posbindu :
20

1. Monitoring faktor risiko secara terintegrasi, rutin dan periodik


* Mencakup masalah konsumsi sayur, buah dan lemak, aktifitas fisik
* Pengukuran IMT, tekanan darah
* Memantau kadar gula darah dan kolesterol darah
2. Tindak lanjut dini
Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang tata cara mencegah dan mengendalikan
faktor risiko PTM dilakukan melalui penyuluhan dialog interaktif secara
masal/konseling sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Tujuan Utama dan Manfaat Posbindu :
1. Membudayakan gaya hidup sehat dalam lingkungan yang kondusif
Mengontrol kondisi kesehatan meskipun tidak sedang sakit, tapi untuk tukar
pengalaman dan informasi masalah kesehatan.
2. Mawas diri
Masyarakat dapat selalu waspada dan siaga untuk mencegah dan mengendalikan
faktor risilko PTM.
3. Menetapkan metode metode yang bermakna secara klinis
Monitoring faktor risiko PTM dilakukan dengan menerapkan metode pemeriksaan,
kriteria faktor risiko, kriteria diagnosis sesuai dengan standar profesi medis.
4. Mudah dijangkau
Kegiatan Posbindu PTM di lakukan dengan cara terpadu dan praktis dan dilakukan
dengan jadwal yang sudah ditetapkan sendiri oleh masyarakat
5. Murah terlaksana
Monitoring dan tindak lanjut PTM dilakukan secara terintegrasi pada satu
kesempatan dengan biaya pemeriksaan yang ditanggung secara kolektif, dengan
biaya yang sudah disepakati bersama berdasarkan azas gotong royong dan
kekeluargaan serta sesuai dengan batas kemampuan masyarakat.
Sasaran Posbindu :
1. Sasaran Utama
Individu yang perlu dicegah dan dikendalikan faktor risikonya seperti penyakit
Kardiovaskuler , stroke, DM, kanker dan penyakit paru kronik.
2. Sasaran Antara

21

Petugas kesehatan, tenaga paramedis di masyarakat, ketua perkumpulan, organisasi


masyarakat, tokoh panutan masyarakat, anggota perkumpulan yang aktif, komunikatif,
cerdas dan berperilaku hidup sehat.
3. Sasaran Penunjang
Individu, kelompok/organisasi lembaga masyarakat dan profesi, lembaga pendidikan
dan lembaga pemerintah yang diharapkan dapat memberikan dukungan kebijakan,
tekhnologi dan ilmu pengetahuan, material maupun dana untuk terwujudnya posbindu
PTM dan keberlangsungan aktivitasnya.
Jenis Kegiatan yang Dilakukan di Posbindu :
1. Pengukuran IMT dan tekanan darah sebaiknya dilakukan 1 bulan sekali
2. Pemeriksaan glukosa darah dan kolesterol darah bagi individu sehat minimal satu
bulan sekali. Bagi yang sudah mempunyai faktor risiko PTM /penderita minimal 3
bulan sekali.
3. Kegiatan konseling dan penyuluhan harus dilakukan setiap posbindu di
selenggarakan guna untuk monitoring faktor risiko kurang bermamfaat bila
masyarakat tidak tahu cara pengendaliannya.
4. Kegiatan fisik olah raga bersama perlu dilakukan setiap minggu.
Peralatan dan Sarana yang Dibutuhkan :
1. Tempat berkumpul
2. Limaset meja kursi
3. Pengukuran tinggi badan
4. Timbangan berat badan
5. Pita pengukur badan
6. Tensi meterdigital
7. Tensimeter digital
8. Buku identitas peserta
9. Kartu monitoring faktor risiko PTM
10. Buku monitoring faktor risiko PTM
11. Formulir pencatatan pelaporan kepuskesmas.
Penyelenggaraan :
1. Diselenggarakan oleh masyarakat
2. Dilegitimasi kelurahan setempat
3. Integrasi dengan desa/kelurahan sehat
22

4. Bermitra dengan LPM, PKK, Koperasi, Klinik swasta, dewan mesjid dan lain-lain.
5. Difasilitasi oleh puskesmas dan dinas kesehatan, sektor dan unsur terkait
6. Manajemen dan pembiayaan berdasarkan kesepakatan Rembug Warga.
7. Jadwal diatur berdasarkan kesepakatan dengan memperhatikan anjuran jangka
waktu monitoring yang bermamfaat secara klinis
Masalah yang ditemukan :
Walaupun bangunan untuk posbindu sudah ada dan tenaga kesehatan yang diperlukan sudah
ada, kegiatan posbindu belum berjalan sesuai yang diharapkan

karena kurangnya

koordinasi dengan pemerintah kecamatan / kelurahan mengenai pendanaan. Untuk kegiatan


posbindu dibutuhkan dana yang cukup besar untuk pemeriksaan laboratorium yang
dibutuhkan pasien PTM, tetapi tidak ada dana yang diberikan pemerinta.
Solusi :
1. Melakukan advokasi mengenai pendanaan posbindu kepada pemerintah, ataupun swasta.
2. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat.
B. Pengobatan Khusus Lansia
Program pengobatan khusus lansia sudah dilaksanakan oleh Puskesmas Ambacang
yang juga bertujuan untuk pengelolaan penyakit tidak menular. Kegiatan ini dilakukan rutin
setiap bulan pada setiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang. Sasaran untuk
program pengobatan khusus lansia ini adalah seluruh lansia di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang yang berusia lebih dari 60 tahun. Kegiatan yang dilakukan pada program ini
meliputi pemeriksaan fisik dan pengobatan gratis dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dari
Puskesmas Ambacang.
Masalah yang terjadi :
Ketidaktahuan masyarakat akan adanya kegiatan ini.
Solusi:
Lebih aktif melakukan sosialisasi terutama dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat

23

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengelolaan penyakit menular dan tidak menular secara promotif di Puskesmas
Ambacang dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui

penyuluhan dan penyebaran leaflet.


Pengelolaan penyakit menular dan tidak menular secara preventif di Puskesmas
Ambacang dilakukan dengan melakukan pemantauan berkala terhadap hal-hal yang
memicu terjadinya penularan penyakit seperti misalnya pemantauan jentik berkala,

melakukan pengukuran tekanan darah untuk pasien lansia dan usia muda.
Pengelolaan penyakit menular dan tidak menular secara kuratif di Puskesmas
Ambacang dilakukan dengan melakukan pengobatan yang rasional terhadap
penyakit menular tersebut, pemberian obat yang sesuai dengan penyakit dan tersedia
di apotik puskesmas, melaksanakan program pengobatan khusus lansia yang rutin
diadakan setiap bulan disetiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.
Apabila pasien membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, maka pasien akan dirujuk ke
RSUD dr. Rasidin / RSUP M.Djamil Padang.

24

Masalah yang dihadapi pada program penanggulangan penyakit menular dan tidak
menular ini mencakup masalah sarana prasarana, pendanaan, dan kurangnya kerja

sama lintas sektoral.


Solusi dari masalah yang terjadi ini adalah puskesmas lebih meningkatkan
kerjasama dengan pihak-pihak tokoh masyarakat agar masyarakat lebih aktif dalam
pencegahan penyakit menular, melakukan sosialisai kegiatan kepada tokoh-tokoh
masyarakat, melakukan advokasi kepada pemerintah mengenai masalah pendanaan.

5.2 Saran
a. Bagi pemegang program
- Melakukan advokasi mengenai pendanaan posbindu dan pendanaan yang terkait
-

dengan pengelolaan penyakit menular dan tidak menular kepada pemerintah


Melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat agar masyarakat

lebih berpartisipasi dalam setiap program yang dilakukan puskesmas


Menganalisis program pada lokakarya mini dengan sebaik-baiknya, bentuk program,
jenis kegiatan, pelaksanaan kegiatan (Hari/tanggal, tempat), anggaran dana yang
dibutuhkan, analisa SWOT (Strength, Weak, Opportunies, Threat)

b. Bagi lintas sektor yang terlibat


-

Diharapkan komitmen terhadap kehadiran rapat lintas sektor, maupun rapat triwulan
dan partisipasi dalam bentuk lainnya untuk membantu pelaksanaan program
puskesmas yang sasarannya melibatkan daerah ataupun kepentingan dari sektor
terkait.

25

Anda mungkin juga menyukai