Ana Wibawani
Ana Wibawani
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahap berpikir siswa dengan
kecerdasan visual-spasial rendah, sedang dan tinggi dalam menyelesaikan soal
matematika pada pokok bahasan dimensi tiga kelas X SMA Negeri 1 Surakarta
berdasarkan tahapan pembelajaran geometri Van Hiele.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subyek dalam
penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling dengan metode snowball
sampling. Terdapat 9 subyek penelitian yaitu 3 subyek kategori kecerdasan visualspasial rendah, 3 subyek kategori kecerdasan visual-spasial sedang dan 3 subyek
kategori visual-spasial tinggi. Tiga subyek di masing-masing kategori visualspasial sudah menghasilkan data yang homogen. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan observasi dan wawancara berbasis tugas. Teknik
analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Validasi data dilakukan dengan triangulasi waktu, meningkatkan ketekunan dan
diskusi teman sejawat. Langkah-langkah dalam analisis data adalah reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa : (1) pencapaian berpikir
subyek dengan kategori kecerdasan visual-spasial rendah dalam belajar geometri
adalah ketiga subyek sudah mencapai tahap 0 Visualisasi dan tahap 1 Analisis.
Sedangkan tahap 2 Deduksi Informal dan tahap 3 Deduksi belum dapat dicapai
oleh subyek; (2) pencapaian berpikir subyek dengan kategori kecerdasan visualspasial sedang dalam belajar geometri adalah ketiga subyek sudah mencapai tahap
0 Visualisasi, tahap 1 Analisis dan tahap 2 Deduksi Informal. Subyek kategori
visual-spasial sedang belum mencapai tahap 3; (3) pencapaian berpikir subyek
dengan kategori kecerdasan visual-spasial tinggi dalam belajar geometri adalah
ketiga subyek sudah mencapai tahap 0 Visualisasi, tahap 1 Analisis, tahap 2
Deduksi Informal dan tahap 3 Deduksi.
Kata kunci: tahap berpikir Van Hiele, kecerdasan visual-spasial
PENDAHULUAN
Matematika
merupakan
disiplin ilmu yang membutuhkan
pengertian, penguasaan konsep dan
keterampilan
dalam
menerapkan
konsep ke suatu permasalahan untuk
dapat memahami matematika dengan
baik. Hal ini selaras dengan tujuan
pendidikan
nasional
pada
pembelajaran matematika. Tujuan
pembelajaran
matematika
mengembangkan kemampuan berpikir,
pemikiran dan rasa ingin tahu siswa.
Dengan demikian sangat penting untuk
mengembangkan kemampuan berpikir
melalui
aktivitas-aktivitas
dalam
pembelajaran matematika.
Dalam penyelesaian masalah
matematika, siswa melakukan tahap
berpikir sehingga ia dapat menemukan
penyelesaiannya. Tahap berpikir siswa
terbentuk dari tahapan-tahapaan siswa
dalam belajar, dimana setiap belajar
matematika dimulai berpikir sederhana
lalu berkembang ke taraf berpikir
kompleks.
Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
aktivitas
hidup manusia
dapat
dilakukan dengan mudah dan praktis,
cepat dan singkat. Begitu juga dengan
siswa saat berpikir siswa tentang
geometri. Geometri merupakan cabang
ilmu matematika yang menempati
posisi khusus dalam kurikulum
matematika,
karena
banyaknya
konsep-konsep yang termuat di
dalamnya yang mana pengenalannya
dimulai dari suatu bentuk konkret
kemudian dikembangkan sampai pada
bentuk abstrak. Berdasarkan teori
belajar geometri yang dikemukakan
oleh Van Hiele terdapat 5 tahapan atau
tingkatan pemikiran anak dalam
belajar geometri, yaitu: level 0
visualisasi, level 1 analisis, level 2
pembelajaran
materi
geometri.
Informasi mengenai tahap berpikir
siswa yang memiliki kecerdasan
visual-spasial rendah, sedang maupun
tinggi akan memberikan pengetahuan
baru bagi guru mengenai pencapaian
tahap berpikir, kesalahan dan siswa
yang membutuhkan bantuan. Bukan
berarti mereka kurang cerdas, tetapi
karena adanya perbedaan kecerdasan
visual-spasial yang menyebabkan
kesulitan siwa dalam menerima
informasi maupun melakukan analisis
matematis. Oleh karena itu, apabila
guru mengetahui tahap berpikir siswa
dalam mempelajari kedudukan titik,
garis dan bidang, jarak serta sudut
pada dimensi tiga serta kecerdasan
visual-spasialnya maka guru dapat
menentukan strategi pembelajaran
yang akan mengarahkan siswa
mencapai tahap berpikir yang baik dan
memperkecil
kesalahan-kesalahan
yang biasa dilakukan oleh siswa.
Dari hal-hal yang telah
diuraikan di atas muncul pemikiran
untuk mengetahui tahap-tahap tahap
berpikir
siswa
dalam
belajar
matematika khususnya di pokok
bahasan geometri ruang dimensi tiga
yang
tercakup
di
dalamnya
kedudukan, jarak dan sudut antara
titik, garis dan bidang dalam ruang.
Tahapan belajar geometri Van Hiele
sampai dengan level 3 diambil sebagai
acuan dalam menganalisis tahap
berpikir siswa dengan tinjauan
kemampuan visual-spasial siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
SMA N 1 Surakarta dengan subyek
penelitian 9 siswa kelas X MIA 5
Tahun Pelajaran 2014/2015. Pemilihan
subyek penelitian didasarkan pada
metode snowball sampling. Dengan
subyek
telah
melakukan
pembentukan pendapat. Dalam
hal
ini
subyek
mampu
menemukan informasi tentang
alas kubus sehingga dapat
menggambar kubus dengan
benar. Jawaban subyek berupa
gambar kubus dan garis yang
berkedudukan sejajar dan
berpotongan sudah sesuai
dengan
kriteria
jawaban
sehingga subyek mengalami
pembentukan
kesimpulan
sempurna.
b. Subyek Visual-Spasial Sedang
(S1, S2, S3)
Subyek S1, S2, S3 sudah
mampu menggambarkan kubus
dan mengidentifikasi garis
sejajar dan berpotongan pada
kubus dengan benar. Subyek
dapat menjelaskan dengan
tepat maksud dari soal
sehingga
subyek
telah
melakukan
pembentukan
pengertian terhadap soal no 1.
Subyek menggambar kubus
dengan berbekal informasi
yang terdapat pada soal yaitu
berpedoman pada perintah soal
yakni tentang alas kubus dalam
menggambar
kubus
yang
menandakan bahwa subyek
melakukan
pembentukan
pendapat. Selanjutnya subyek
mengambil keputusan bahwa
kubus yang digambarkan dan
garis yang sudah dipilih
sebagai garis yang sejajar dan
berpotongan sesuai dengan
kriteria jawaban siswa.
c. Subyek Visual-Spasial Tinggi
(T1, T2, T3)
Subyek T1, T2, T3 sudah dapat
menggambarkan kubus dengan
informasi
tertentu
dan
mengidentifikasi
kedudukan
garis sejajar dan berpotongan.
Subyek dapat menjelaskan
maksud dari soal tentang apa
yang diketahui dan yang
ditanyakan. Penjelasan oleh
subyek menggunakan bahasa
mereka
sendiri
yang
menandakan bahwa subyek
melakukan
pembentukan
pengertian dalam berpikirnya.
Selain
itu
subyek
memperhatikan informasi pada
soal tentang alas kubus
sehingga dapat menggambar
kubus dengan benar. Perhatian
informasi pada soal ini
menyebabkan subyek telah
melakukan
pembentukan
pendapat berdasarkan soal
yang selanjutnya melakukan
penarikan kesimpulan berupa
gambar kubus dan garis yang
mempunyai kedudukan sejajar
dan berpotongan sesuai dengan
kriteria jawaban siswa.
2. Data dan Hasil Tahap berpikir
Siswa Tahap 1 Analisis
a. Subyek Visual-Spasial Rendah
(R1, R2, R3)
Subyek R1, R2, R3 dapat
mengidentifikasi
kedudukan
garis
bersilangan
dengan
gambar dan menyebutkan
alasan dari masing-masing
kedudukan garis yaitu sejajar,
berpotongan dan bersilangan.
Dalam tahap berpikirnya,
subyek
dapat
mengetahui
informasi dari soal yaitu
kedudukan di dalam bangun
ruang kubus, sehingga dalam
mengidentifikasi
garis
menyilang, mereka sudah
memandang gambar kubus
sebagai bangun ruang. Hal ini
mengidentifikasi, menentukan
dan memberikan penjelasan
terkait sudut yang dibentuk
oleh garis dan bidang dengan
menggunakan proyeksi garis.
Pada
tahap
berpikirnya
ditemukan
subyek
R1
dinyatakan
gagal
dalam
pembentukan pengertian dan
pembentukan pendapat dengan
benar. Ini terbukti saat subyek
R1 belum memahami konsep
sudut yang dibentuk oleh garis
dan bidang, setelah diberikan
bimbingan, subyek masih tidak
dapat menentukan sudut yang
dimaksud dengan tepat karena
masih bermasalah dengan
konsep proyeksi. Begitu juga
dengan subyek R2 dan R3.
Ketiga
subyek
tersebut
mengalami
masalah
pada
konsep proyeksi, seperti cara
mencari proyeksi garis ke
bidang dan menentukan hasil
proyeksinya. Yang akibatnya
kesimpulan berupa sudut yang
ditunjuk dan besarnya sudut
juga kurang tepat.
b. Subyek Visual-Spasial Sedang
(S1, S2, S3)
Subyek S1, S2, S3 mampu
mengidentifikasi, menentukan
dan memberi penjelasan terkait
sudut yang dibentuk oleh garis
dan
bidang
dengan
menggunakan konsep proyeksi.
Subyek
mengalami
pembentukan
pengertian
tentang sudut yang dibentuk
oleh garis dan bidang dengan
penggunaan proyeksi. Tetapi
pada pembentukan pendapat
saat mencari proyeksi garis,
ditemukan beberapa istilah
seperti ditidurin, menarik