1111041
ANNISA NURHIKMAH
1111042
1111044
MARNI APRIANI
1111056
MELISA HARDIANTI
1111057
1111058
OKTAVIANA ARISANTI
1111062
1111064
1111066
RIZKY GUMILANG
1111071
SITI KHODIJAH
1111074
1111077
1. Kasus
Seorang laki-laki usia 30 tahun di rawat di rumah sakit kenanga Hasan sadikin, dengan
keluhan nyeri kepala dan demam yang sudah berlangsung 5 hari. Saat dikaji oleh
perawat IGD klien mengalami penurunan kesadaran. Dengan mata membuka saat
diberikan rangsangan nyeri dan tangan menjauhi daerah yang diberikan rangsangan
nyeri. Verbal hanya mengeluarkan suara mendengung . saat di lakukan pemeriksaan
fisik tanda burdznki dan kernig (+), kaku kuduk (+), refreks kremastesik (-), hasil
pemeriksaan fisik tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 65x/menit, respirasi 28x/menit,
suhu 39,50C. Dokter merencanakan untuk di lakukan untuk pemeriksaan fungsi lumbal.
Hasil labolatorium leukosit 18.000 mm3 dari keterangan keluarga klien sering mengalami
sakit gigi sejak 9 bulan yang lalu, hasil pemeriksaan mulut terdapat 2 gigi graham klien
bolong.
2. Keyword
dan kira-kira 80% kasus dapat terjadi di lobus frontal, parietal, dan temporal. Abses
serebri di lobus occipital, serebelum dan batang otak terjadi pada sekitar 20% kasus.
Abses otak dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, namun paling sering
terjadi pada anak berusia 4 sampai 8 tahun. Penyebab abses otak yaitu, embolisasi oleh
penyakit jantung kongenital dengan pintas atrioventrikuler (terutama tetralogi fallot),
meningitis, otitis media kronis dan mastoiditis, sinusitis, infeksi jaringan lunak pada
wajah ataupun scalp, status imunodefisiensi dan infeksi pada pintas ventrikuloperitonial
(VP-Shunt). Patogenesis abses otak tidak begitu dimengerti pada 10-15% kasus.
Pembesaran abses
rupture abses
NYERI AKUT
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
Komplikasi dari infeksi telinga (otitis media, mastoiditis )hampir setengah dari jumlah
penyebab
abses
otak
serta
Komplikasi
infeksi
lainnya
seperti
paru-paru
3) Faktor Resiko
Faktor resiko abses otak yaitu dapat menyangkut host, kuman infeksi atau factor
lingkungan.
1. faktor tuan rumah (host)
Daya pertahanan susunan saraf pusat untuk menangkis infeksi mencakup kesehatan
umum yang sempurna, struktur sawar darah otak yang utuh dan efektif, aliran darah ke
otak yang adekuat, sistem imunologik humoral dan selular yang berfungsi sempurna.
2. faktor kuman
Kuman tertentu cenderung neurotropik seperti yang membangkitkan meningitis bacterial
akut, memiliki beberapa faktor virulensi yang tidak bersangkut paut dengan faktor
pertahanan host. Kuman yang memiliki virulensi yang rendah dapat menyebabkan
infeksi di susunan saraf pusat jika terdapat ganggguan pada system limfoid atau
retikuloendotelial.
3. faktor lingkungan
Faktor tersebut bersangkutan dengan transisi kuman. Yang dapat masuk ke dalam
tubuh melalui kontak antar individu, vektor, melaui air, atau udara.
4) Patofisiologi
Trauma, hematogen, komplikasi meningitis, microorganisme
Infasi microorganisme patogen
Reaksi inflamasi
Pembentukan abses
Pembesaran abses
rupture abses
NYERI AKUT
Klasifikasi
2.
3.
4.
Stadium pembentukan kapsul lanjut (Late Capsule Formation) (setelah hari ke 14)
Pada stadium ini, terjadi perkembangan lengkap abses dengan gambaran histologis sebagai
berikut:
a.
Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acellular debris dan sel-sel radang.
b.
c.
d.
e.
sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis. Infeksi jaringan fasial, selulitis
orbita, sinusitis etmoidalis, amputasi meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat
menyebabkan AO yang berlokasi pada lobus frontalis. Otitis media, mastoiditis terutama
menyebabkan AO lobus temporalis dan serebelum, sedang abses lobus parietalis biasanya
terjadi secara hematogen.
6) Tanda Dan Gejala
Pada stadium awal gambaran klinik AO tidak khas, terdapat gejala-gejala infeksi seperti
demam, malaise, anoreksi dan gejalagejala peninggian tekanan intrakranial berupa muntah,
sakit kepala dan kejang. Dengan semakin besarnya AO gejala menjadi khas berupa
trias abses otak yang terdiri dari gejala infeksi, peninggian te-kanan intrakranial dan gejala
neurologik fokal
1) Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-gejala neurologik seperti
hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia homonim disertai kesadaran yang menurun menunjukkan prognosis yang kurang baik karena biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke dalam
kavum ventrikel
2) Abses lobus temporalis selain menyebabkan gangguan pendengaran dan mengecap
didapatkan disfasi, defek penglihatan kwadran alas kontralateral dan hem ianopsi komplit.
Gangguan motorik terutama wajah dan anggota gerak atas dapat terjadi bila perluasan abses
ke dalam lobus frontalis relatif asimptomatik, berlokasi terutama di daerah anterior sehingga
gejala fokal adalah gejala sensorimotorik
3) Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan menyebabkan gangguan
koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan nistagmus.
4) Abses batang otak jarang sekali terjadi, biasanya berasal hematogen dan berakibat fatal.
7) Pemeriksaan Diagnostik
a.
Anamnesis:
Sakit kepala merupakan keluhan dini yang paling sering dijumpai (70 90%). Terkadang juga
didapatkan mual, muntah dan kaku kuduk (25%).
b.
Pemeriksaan fisik:
Panas tidak terlalu tinggi. Defisit neurologis fokal menunjukkan adanya edema di sekitar abses.
Kejang biasanya bersifat fokal. Gangguan kesadaran mulai dari perubahan kepribadian, apatis
sampai koma. Apabila dijumpai papil edema menunjukkan bahwa proses sudah berjalan lanjut.
Dapat dijumpai hemiparese dan disfagia.
c.
Pemeriksaan laboratorium:
a.
Darah: jarang dapat memastikan diagnosis. Biasanya lekosit sedikit meningkat dan laju
endap darah meningkat pada 60% kasus
b.
Cairan Serebro Spinal (CSS): dilakukan bila tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra
kranial (TIK) oleh karena dikhawatirkan terjadi herniasi
d.
Pemeriksaan radiologi:
CT Scan: CT scan kepala dengan kontras dapat dipakai untuk memastikan diagnosis. Pada
stadium awal (1 dan 2) hanya didapatkan daerah hipodens dan daerah irreguler yang tidak
menyerap kontras. Pada stadium lanjut (3 dan 4) didapatkan daerah hipodens dikelilingi cincin
yang menyerap kontras.
8) Medical Management
Pada umumnya terapi AO meliputi pemberian antibiotik dan tindakan operatif berupa eksisi
(aspirasi), drainase dan ekstirpasi.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan pemberian antibiotik, sebagai
berikut:
1)
Bila gejala klinik belum berlangsung lama (kurang dan 1 minggu) atau kapsul belum
terbentuk.
2)
Sifat-sifat abses:
a.
Abses yang lokasinya jauh dalam jaringan otak merupakan kontraindikasi operasi.
b.
Besar abses.
c.
Antibiotika untuk mengobati infeksi---Jika diketahui infeksi yang terjadi disebabkan oleh
bakteri yang spesifik, maka diberikan antibiotika yang sensitif terhadap bakteri tersebut, paling
tidak antibiotika berspektrum luas untuk membunuh lebih banyak kuman penyakit. Paling sedikit
antibiotika yang diberikan selama 6 hingga 8 minggu untuk menyakinkan bahwa infeksi telah
terkontrol.
2.
Aspirasi atau pembedahan untuk mengangkat jaringan abses---Jaringan abses diangkat atau
cairan nanah dialirkan keluar tergantung pada ukuran dan lokasi abses tersebut. Jika lokasi
abses mudah dicapai dan kerusakkan saraf yang ditimbulkan tidak terlalu membahayakan
maka abses diangkat dengan tindakan pembedahan. Pada kasus lainnya, abses dialirkan
keluar baik dengan insisi (irisan) langsung atau dengan pembedahan yaitu memasukkan jarum
ke lokasi abses dan cairan nanah diaspirasi (disedot) keluar. Jarum ditempatkan pada daerah
abses oleh ahli bedah saraf dengan bantuan neurografi stereotaktik, yaitu suatu tehnik
pencitraan radiologi untuk melihat jarum yang disuntikkan ke dalam jaringan abses melalui
suatu monitor. Keberhasilan pengobatan dilakukan dengan menggunakan MRI sken atau CT
sken untuk menilai keadaan otak dan abses tersebut. Antikonvulsan diberikan untuk mengatasi
kejang dan penggunaanya dapat diteruskan hingga abses telah berhasil diobati.
Hubungi dokter bila mengalami sakit kepala yang kontinu dan keadaannnya makin
memburuk dalam beberapa hari atau minggu. Jika sakit kepala disertai mual, muntah, kejang,
gangguan kepribadian atau kelemahan otot, segeralah mencari pertolongan.
9) Komplikasi
a. Herniasi unkal atau tonsiler karena kenaikan TIK Ventrikulitis karena pecahnya abses di
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
ventrikel
Perdarahan abses
Gangguan mental
Paralisis,
Kejang
Defisit neurologis fokal
Hidrosephalus
Herniasi
: Tn. A
Umur
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Pasien mengalami nyeri kepala dan demam yang sudah berlangsung 5
hari.
Riwayat kesehatan sekarang
Saat dikaji oleh perawat IGD klien mengalami penurunan kesadaran.
Dengan mata membuka saat diberikan rangsangan nyeri dan tangan
menjauhi daerah yang diberikan rangsangan nyeri. Verbal hanya
mengeluarkan suara mendengung .
Riwayat kesehatan yang lalu
keterangan keluarga klien sering mengalami sakit gigi sejak 9 bulan
yang lalu,
Riwayat kesehatan keluarga
2. Analisa data
No
Data
1. Ds
:
Etiologi
klien Trauma, hematogen, komplikasi
mengeluh demam
yang
meningitis, microorganisme
sudah
Masalah
Resiko
infeksi
berlangsung 5 hari.
Do : suhu 39,50C.
Leukosit
18.000
Reaksi inflamasi
mm3
Pembentukan abses
Pembesaran abses
Ruptur abses
2. Ds
mengeluh
klien
nyeri
meningitis, microorganism
Nyeri
akut
b.d
penekanan saraf
kepala
Do
Nadi
65x/menit
Reaksi inflamasi
Pembentukan abses
Pembesaran abses
penegangan & penekanan saraf
nyeri akut
kernig
dan
(+),
kuduk (+),
otak
tanda
burdznki
volume
serebral
b.d
penekanan struktur
peningkatan tekanan intracranial
jaringan serebral
Ds
mengalami
Perubahan
mobilitas fisik b.d
1. Diagnosa keperawatan
1. Resiko infeksi sekunder b.d ruptur abses
2. Nyeri akut b.d penekanan saraf
3. Perubahan perfusi serebral b.d penekanan struktur jaringan serebral
4. Perubahan mobilitas fisik b.d ketidakseimbangan koordinasi motorik
5. Perubahan persepsi sensori b.d penurunan kemampuan
proses interpretasi
informasi
PEMBAGIAN TUGAS
AI SITI AISAH
(Patofisiologi)
ANNISA NURHIKMAH
(Penyusun)
MARNI APRIANI
(Penyusun)
MELISA HARDIANTI
(Etiologi)
(Komplikasi)
OKTAVIANA ARISANTI
(medical management)
(Askep)
(Klasifikasi)
RIZKY GUMILANG
(Askep)
SITI KHODIJAH
(Tanda gejala)
(Faktor Resiko)