OSTEOMIELITIS
Disusun Oleh:
M. Gusti Haryandi
110100067
M. Arief Fadillah
110100287
110100068
110100227
Teh Eevy
110100463
Pembimbing:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Osteomielitis. Makalah ini disusun
sebagai rangkaian tugas kepaniteraan klinik di Departemen Orthopaedi dan
Traumatologi RSUP H. Adam Malik/Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Nazar Moesbar, Sp.B, Sp.OT(K) selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dalam memperdalam ilmu pengetahuan di
bidang orthopaedi dan traumatologi.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini di kemudian hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................
3
3
3
5
6
7
8
10
12
13
14
KESIMPULAN.................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
Terapi yang tidak adekuat dapat menyebabkan infeksi ini terjadi lagi dan
menjadi infeksi kronis. Akibat dari avaskularisasi yang terjadi, osteomyelitis
kronis hanya dapat diobati dengan reseksi radikal atau amputasi. Infeksi kronis ini
terjadi lagi sebagai eksaserbasi akut yang hanya dapat ditekan dengan
debridement disertai terapi antimikroba parenteral dan oral. Fraktur patologis,
amyloidosis sekunder, dan squamous sel karsinoma merupakan komplikasi yang
jarang terjadi pada sinus tract cutaneous orifice.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Osteomielitis akut
terutama ditemukan pada anak-anak. Umumnya infeksi pada tulang panjang
dimulai pada metafisis. Tulang yang sering terkena ialah femur bagian distal, tibia
bagian proksimal, humerus, radius, dan ulna bagian proksimal dan distal, serta
vertebra. 4
Osteomielitis ialah proses inflamasi akut atau kronis pada tulang dan
struktur sekundermya yang biasanya diakibatkan infeksi oleh bakteri piogenik.5
Merupakan penyakit infeksi pada tulang dan medula tulang baik karena infeksi
piogenik atau non-piogenik misalnya mikobakterium tuberkulosa.6
2.2 ETIOLOGI
Staphylococcus
aureus
merupakan
organisme
tersering
penyebab
osteomielitis terutama osteomiletis akut yaitu lebih kurang 90% kasus. Tempat
masuk dari bakteri ialah melalui kulit yang terluka dan terinfeksi, lecet, dan
jerawat atau bisul. Terkadang juga dapat melalui mukosa membran selaput lendir
dari saluran napas atas sebagai komplikasi dari infeksi tenggorokan atau hidung.
Bahkan bila menyikat gigi yang telalu kuat dan menyebabkan inflamasi gusi dapat
mengakibatkan bakteremia transien. Adanya bakteremia, memainkan peranan
penting dalam menentukan bagian tulang yang berkembang menjadi osteomielitis
(kemungkinan karena ada trombosis lokal dan penurunan resistensi terhadap
infeksi) selain itu juga menjelaskan mengapa insiden osteomielitis lebih tinggi
pada laki-laki dan lebih sering menyerang ekstremitas bawah.7
- Grup B Streptococci
- Staphylococcus auereus
- Escherichia coli
Anak (1 16 tahun)
- Staphylococcus auereus
- Streptococcus pyogenes
- Haemophilus influenzae
Dewasa ( >16 tahun) - Staphylococcus epidermidis
- Staphylococcus auereus
- Pseudomonas aeruginosa
- Serratia mercescens
- Escherichia coli
Tabel 1. Organisme Penyebab Osteomielitis Berdasarkan Umur9
2.3 EPIDEMIOLOGI
Osteomielitis memiliki beberapa kecenderungan yang luas. Insiden
osteomielitis hematogen tampaknya semakin menurun. Dalam satu studi, di
Glasgow, Skotlandia, dari 275 kasus osteomielitis hematogen akut pada anak di
bawah tiga belas tahun, penulis melaporkan penurunan kejadian sekitar 87-42 per
10.000 kasus per tahun selama periode dua puluh tahun penyelidikan. Jumlah
kasus osteomielitis yang melibatkan tulang panjang menurun sementara tingkat
osteomielitis di tempat lainnya tetap sama. Prevalensi infeksi Staphylococcus
aureus juga menurun, dari 55% menjadi 31%, selama dua puluh tahun waktu
penelitian.10
Berbeda dengan osteomielitis hematogen, kejadian osteomielitis karena
inokulasi langsung atau contiguous focus infection meningkat. Ini mungkin akibat
meningkatnya angka kejadian kecelakaan kendaraan bermotor dan meningkatnya
penggunaan perangkat fiksasi ortopedi dan jumlah implan sendi. Laki-laki
memiliki angka kejaadian yang lebih tinggi terhadap osteomielitis daripada
wanita. Osteomielitis terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi pada pasien
immunocompromised.10
host
dapat
mempengaruhi
individu
untuk
pengembangan
Chronic lymphedema
Venous stasis
Diabetes mellitus
Chronic hypoxia
Arteritis
Immune disease
Extensive scarring
Malignancy
Radiation fibrosis
Extremes of age
Neuropathy
Asplenia
HIV/AIDS
Ethanol and/or tobacco abuse
Tabel 2. Faktor Sistemik dan Lokal Mempengaruhi Kemampuan Host untuk
Mendapatkan Respon yang Efektif terhadap Infeksi dan Pengobatan10
2.5 KLASIFIKASI
Osteomyelitis umumnya dikategorikan akut atau kronis berdasarkan
temuan histopatologi, bukan durasi infeksi. Osteomyelitis akut berhubungan
dengan perubahan inflamasi tulang yang disebabkan oleh bakteri patogen, dan
gejala biasanya hadir dalam waktu dua minggu setelah infeksi. tulang nekrotik
hadir dalam osteomyelitis kronis, dan gejala tidak mungkin terjadi sampai enam
minggu setelah timbulnya infeksi. Klasifikasi lebih lanjut dari osteomyelitis
didasarkan pada dugaan mekanisme infeksi (misalnya, hematogen atau inokulasi
langsung dari bakteri ke dalam tulang dari infeksi jaringan lunak yang berdekatan
atau di atasnya luka terbuka kronis).11
2.6 PATOFISIOLOGI
Penyebaan osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu: 6
1. Penyebaran umum
- Melalui sirkulasi darah berupa bakteremia dan septikemia
- Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal
pada daerah-daerah lain
2. Penyebaran lokal
- Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
- Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah
-
kulit
Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi arthritis septik
Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi
ke dalam tulang terganggu,
10
terpisah sehingga terbentuk kepingan jaringan tulang yang sudah mati dan disebut
sebagai sekuestrum. Pembentukan tulang baru yang luas dari lapisan dalam
periosteum menyebabkan shaft tulang terbungkus atau disebut sebagai
involokrum, yang mempertahankan eterlibatan tulang bahkan ketika segemen
besar dari shaft mati dan mengalami sekuestrum (Gambar 2). Lempeng epifisis
berperan sebagai penghalang penyebaran langsung infeksi tetapi bila lempeng
tersebut sudah rusak maka gangguan pertumbuhan yang serius akan muncul di
kemudian hari.7
Jika tidak dikontrol, setiap saat septikemia dapat menyebabkan fokus
metafisis infeksi pada tulang lainnya. Lebih pentingnya hal tersebut akan
menyebabkan fokus infeksi pada organ lain terutama di paru-paru dan otak juga
menyebabkan kematian. Selain itu dapat berkembang menjadi osteomielitis kronis
berupa menginfeksi tulang yang mati.7
2.7 DIAGNOSIS
Osteomielitis harus dicurigai bila pasien datang dengan rasa sakit, bengkak,
eritema atau kehangatan kulit dan jaringan lunak diatas tulang. Pada kondisi
subakut atau kronis manifestasi yang muncul umumnya hanya berupa nyeri.
Gejala sistemik (demam yaitu dan menggigil) terjadi pada pasien dengan
osteomielitis akut tapi jarang terdapat pada pasien dengan kronis osteomielitis
kronis. Lubang drainase biasanya terlihat pada kasus-kasus osteomyelitis kronis.
Tes probe-to-bone banyak digunakan untuk mendiagnosis osteomyelitis pada
pasien dengan diabetes ulkus kaki dan contiguous osteomyelitis. Grayson et al.
menemukan bahwa tes ini memiliki sensitivitas 66% dan nilai prediksi positif
89%.12
Konfirmasi dari osteomyelitis membutuhkan penggunaan berbagai tes
laboratorium, mikrobiologi, radiografi dan tes patologis. Tingkat sedimentasi
eritrosit (ESR) dan protein C-reaktif (CRP) biasanya normal. Jumlah sel darah
putih kadang-kadang meningkat. Jumlah trombosit dapat meningkat (penanda
11
osteomielitis
kaki
diabetik
ditemukan
menjadi
54%,
sedangkan
12
karena
memungkinkan
penentuan
tingkat
infeksi
yang
2.8 PENATALAKSANAAN
Pengobatan antibiotik harus didasarkan pada identifikasi kultur tulang
pada saat biopsi tulang atau debridement. Pertama, kultur tulang diambil, dan
berikan antimikroba parenteral inisiasi untuk pengobatan suspek patogen. Namun,
pengobatan dapat dimodifikasi setelah organisme diidentifikasi. Antibiotik
parenteral dan oral dapat digunakan tunggal atau dalam kombinasi tergantung
pada hasil sensivitas mikroorganisme, kepatuhan pasien, dan konsultasi penyakit
menular. Antibiotik oral yang telah terbukti efektif termasuk klindamisin,
rifampisin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan fluoroquinolones.13
13
2.9 KOMPLIKASI
Infeksi supuratif mencakup struktur tulang yang berdekatan, seperti
misalnya persendian dan jaringan lunak, yang menyebabkan terbentuknya saluran
sinus. Osteolisis dan fraktur patologis telah dijelaskan sebagai komplikasi yang
jarang dengan adanya temuan penyakit dan terapi osteomyelitis sejak dini.14
Penyebab secara hematogen dan sepsis dapat terjadi, meskipun mungkin
sulit untuk ditentukan apakah sumber utama infeksinya di darah atau di tulang.
Pembentukan saluran sinus mungkin berhubungan dengan neoplasma, terutama
pada keadaan infeksi yang lama dengan rentang waktu 4 sampai 50 tahun.14
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor yang paling sering
dihubungkan dengan osteomyelitis, tumor-tumor lainnya yang telah dilaporkan
terdiri atas fibrosarcoma, myeloma, lymphoma, plasmacytoma, angiosarcoma,
rhabdomyosarcoma, dan malignant fibrous histiocytoma. Pada kebanyakan pasien
yang menderita neoplasma memiliki riwayat intervensi pembedahan berulang.
Perkembangan tumor malignan ditandai dengan makin membesarnya massa
tumor, peningkatan rasa nyeri, saluran luka yang berbau busuk, perdarahan, juga
terdapat bukti radiologis yang berupa destruksi tulang. Oleh karena itu, infeksi
tulang yang tidak sembuh dengan terapi konvensional seharusnya dilakukan
14
biopsi untuk mengevaluasi adanya malignansi dari berbagai sisi (termasuk ulkus,
saluran sinus, dan dasar tulang).14
2.10 PROGNOSIS
Dengan diagnosa awal dan pengobatan yang tepat, prognosis osteomyelitis
adalah baik. Pada umumnya, pasien yang diobati dengan regimen antibiotik yang
tepat dan respon yang baik dari pasien mengalami penyembuhan total tanpa
komplikasi.15
Namun, pada pasien dengan diagnosa atau pengobatan yang terlambat atau
terjadinya kompresi pasokan darah pada jaringan tertentu akibat trauma, hal ini
dapat mengakibatkan defisit permanen pada pasien. Apabila operasi bone grafting
diperlukan, hal ini akan memperlambat proses penyembuhan.15
15
KESIMPULAN
Osteomielitis ialah proses inflamasi akut atau kronis pada tulang dan
struktur sekundermya yang biasanya diakibatkan infeksi oleh bakteri piogenik.
Staphylococcus aureus merupakan organisme tersering penyebab osteomielitis
terutama osteomiletis akut yaitu lebih kurang 90% kasus. Tempat masuk dari
bakteri ialah melalui kulit yang terluka dan terinfeksi, lecet, dan jerawat atau
bisul. Osteomielitis harus dicurigai bila pasien datang dengan rasa sakit, bengkak,
eritema atau kehangatan kulit dan jaringan lunak diatas tulang. Konfirmasi dari
osteomyelitis membutuhkan penggunaan berbagai tes laboratorium, mikrobiologi,
radiografi dan tes patologis.
Pengobatan antibiotik harus didasarkan pada identifikasi kultur tulang
pada saat biopsi tulang atau debridement. Osteomielitis biasanya tidak
memerlukan pengobatan bedah, indikasi pembedahan adalah kegagalan terapi
antimikroba, kompresi saraf, ketidakstabilan tulang belakang, atau drainase abses
epidural atau paravertebral. Osteomielitis biasanya tidak memerlukan pengobatan
bedah, indikasi pembedahan adalah kegagalan terapi antimikroba, kompresi saraf,
ketidakstabilan tulang belakang, atau drainase abses epidural atau paravertebral.
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor yang paling sering dihubungkan
dengan osteomyelitis. Dengan diagnosa awal dan pengobatan yang tepat,
prognosis osteomyelitis adalah baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kishner,
S.
2015.
Osteomyelitis.
Available
from
http://emedicine.medscape.com/article/1348767-overview#a6
2.
3.
Osteomyelitis.
Mayo
Clinic.
2015.
Osteomyelitis.
Available
from
http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/osteomyelitis/basics/definition/con-20025518
[Accessed
4.
February 2016]
Rasad, S., 2013. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai
5.
Penerbit FK UI
Priantono, D., Widiharso, W.E., 2014. Osteomielitis. Dalam Tanto, C.,
Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta, E. Kapita Selekta Kedokteran.
6.
7.
Watampone.
Shalter, R.B., 1999. Textbook of Disorders and Injuries of the
Muskuloskeletal System Third Edition. Baltimore: Lippincott Williams
8.
& Wilkins
Netter, F., 2015. Etiology and Prevalance of Hematogenous
Osteomyelitis. Available from : http://www.netterimages.com [Accessed
9.
February 2016]
Dirschl, DR., Almekinders, LC, 1993. Osteomyelitis, Common Causes
10.
11.
12.
17
13.
14.
15.
from
http://www.medicinenet.com/osteomyelitis/page4.htm
[Accessed
February 2016]