Mangan merupakan unsur yang paling banyak digunakan setelah
besi, aluminium, dan tembaga. Di bumi terdapat sekitar 300 mineral yang mengandung unsur Mangan, namun hanya 13 bijih yang memiliki nilai ekonomis. Mangan terdapat di batuan ultramafik (1040 ppm), mafik (1500 ppm), Granit (390 ppm), Batugamping (1100 ppm), dan tanah (320 ppm). Umumnya mangan berasosiasi dengan lithopile (Mg dan Fe dalam silikat). Beberapa cebakan yang membawa mangan antara lain cebakan hidrotermal, cebakan sedimenter (dengan atau tanpa afiliasi vulkanik), cebakan yang berasosiasi dengan lava bawah laut, cebakan metamorfosis, cebakan residual/supergen, dan cebakan sedimentasi kimia (nodul). Mineral utama dari bijih mangan yaknik
Pirolusit, Manganit, dan Lithioforit,
sedangkan mineral mangan yang umum dijumpai dalam cebakan bernilai
ekonomis antara lain Pirolusit, Nsutit, Manganit, Hausmanit, Psilomelan, Kriptomelan, Lithioforit, Todorokit, Groutit, Braunit, Rhodonit, Rhodkrosit, dan Wad. Nodul Mangan terbentuk secara in-situ dari berbagai logam yang terakumulasi mengelilingi inti yang umumnya berupa tulang-tulang atau fragmen batuan. Namun laju pertumbuhan nodul mangan sangat lambat (~mm/juta tahun). Tipe-tipe nodul mangan sendiri terbagi menjadi 3, yakni: hydrogenous, hydrothermal, dan diagenetic. Sama halnya dengan material lain, mangan dapat ditambang menggunakan sistem tambang terbuka ataupun tambang bawah tanah, tergantung letak dari mineral mangan yang akan ditambang itu sendiri. Untuk nodul mangan, sistem penambangannya dilakukan dengan cara hidrolik (CLB).
Pada industri metalurgi, sekitar 95% bijih mangan digunakan sebagai
Ferromanganese, Silicomanganese, Spiegeleisen, Stainless steel, Pig-iron, dan Nonferrous metallurgy, sedangkan pada pada industri nir-metalurgi, bijih mangan dimanfaatkan sebagai baterai kering, korek api, gelas, cat, bahan celup, pupuk, keramik, dan lain-lain. Salah satu provinsi di Indonesia yang terdapat bijih mangan yakni Sulawesi Selatan, terutama di daerah Paluda Kabupaten Barru dan Mappesangka Kabupaten Bone. Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, bijih mangan di Kabupaten Bone didominasi oleh mineral Pyrolusit (MnO2) dengan mineral pengotor berupa Kuarsa dan Barit. Diduga mineral
ini
terbentuk
pada
lingkungan
laut
dalam
dengan
kondisi
hidrotermal di sekitar zona rifting. Sedangkan bijih mangan di Paluda,
Kabupaten Barru didominasi oleh Rodokrosit-Ferroan (Fe-MnCO3) dengan mineral pengotor berupa Kalsit, sulfida, dan Goethite. Diduga mineral pada tempat ini terbentuk dalam dua kondisi, pertama pengendapan hidrotermal pada rekahan batugamping, dan kedua pengkayaan supergen pada zona pelapukan. Bijih mangan yang terdapat di Kabupaten Bone memiliki potensi sebagai
bahan
baku
pembuatan
silicon-manganese,
sedangkan
bijih
mangan yang terdapat di Kabupaten Barru memiliki potensi sebagai bahan
baku untuk pembuatan logam paduan (ferromanganese).
TUGAS 1 REKAYASA BAHAN GALIAN MANGAN
OLEH FAUZI SYAIFUL ADAM D621 13 320
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI