TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ABSES OTAK
2.1.1 DEFINISI
Abses otak adalah proses supurasi fokal pada parenkim otak, serebrum
maupun serebelum, yang disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus
atau protozoa.1 Terbentuknya abses terjadi melalui beberapa tahapan, yang diawali
dengan serebritis pada area yang terlokalisir, dan selanjutnya berkembang menjadi
kumpulan pus yang terbungkus dalam kapsul. Meskipun potensi kurabilitasnya
cukup baik, kasus inimembutuhkan modalitas alat diagnostik dan terapi di atas
rata-rata, sehingga cukup menyulitkan bagi penderita dengan kondisi sosial
ekonomi rendah atau berada di daerah dengan fasilitas kesehatan kurang
memadai, yang akan berdampak pada tingginya mortalitas dan morbiditas.2 Akibat
risiko kematian yang tinggi, abses otak tergolong dalam penyakit infeksi yang
mengancam kehidupan masyarakat (life threatening infection).3
2.1.2 EPIDEMIOLOGI
Meskipun penyakit ini tergolong jarang, abses otak merupakan
penyakit infeksi yang cukup serius. Insidensi terhadap penyakit ini mencapai 810% dari seluruh lesi desak otak intrakranial di negara berkembang. 4 Sedangkan
faktor risiko yang mempengaruhi tingginya insidensi abses otak berhubungan
dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, dan rendahnya higiene dan sanitasi.3
Menurut Miranda, et al, abses otak lebih banyak dijumpai pada laki-laki
dibanding perempuan, dengan perbandingan 3:1. Pada studi 5 tahun terakhir di
neurosurgery centre of Sir J. J. Hospital, Mumbai, India menunjukkan distribusi
usia penderita abses otak berkisar antara usia 6-65 tahun, dengan distribusi
terbanyak pada usia 11-20 tahun (33%) (Gambar 1). Pada 75 kasus pada studi ini,
abses soliter ditemukan pada 66 pasien, sedangkan abses multipel ditemukan pada
7 pasien (9,3%), dimana 5 diantaranya adalah anak-anak dan dua yang lain adalah
dewasa.12
Gambar 2. Faktor predisposisi abses otak dan distribusi lokasi yang berkaitan
Gambar 3. Hubungan mortalitas penderita abses otak dengan usia dan derajat kesadaran
2.1.3 ETIOLOGI
Pada umumnya, abses otak merupakan komplikasi intrakranial akibat
infeksi fokal pada bagian tubuh yang lain. Predileksi abses intrakranial mayoritas
berada pada frontal-temporal, frontal-parietal, serebelar, dan lobus oksipital.2
Mekanisme infeksi intrakranial dapat terjadi melalui 3 rute,yaitu : fokus supuratif
kontigous/dekat (40-50%), trauma atau postoperasi (10%), dan penyebaran
hematogen dari fokus yang jauh (25%). Pada 15% kasus, sumber infeksi tidak
diketahui (kriptogenik).5 Urgensi diferensiasi etiologi ini berhubungan dengan
prinsip eradikasi sumber infeksi serta menentukan jenis terapi yang paling tepat
bagi abses otak yang ditimbulkan.11
Gambar 5. Perbandingan distribusi lokasi predileksi abses akibat otitis media dan sinusitis
Trauma
Trauma dengan fraktur kepala terbuka, terutama pada daerah orofasial,
dapat menyebabkan mikroorganisme patogen bersarang di otak. Selain itu,
mikroorganisme ini juga dapat berkembang menjadi abses otak diakibatkan oleh
tindakan bedah intrakranial dan benda asing. Manifestasi perluasan intrakranial
dapat berlangsung 3-5 minggu setelah adanya trauma, meskipun manifestasi ini
juga dapat terjadi setelah 47 tahun dari adanya trauma. Trauma kranioserebral
tertutup dapat menyebaban fraktur basal kranii, terutama apabila disertai dengan
adanya kebocoran cairan serebrospinal. Terapi adekuat terhadap kebocoran ini
cukup penting guna mencegah komplikasi lebih lanjut seperti meningitis. Abses
kranioserebral akibat tindakan pembedahan biasanya berhubungan dengan
kontaminasi intraoperatif. Periode laten atas munculnya abses tidak jauh berbeda
dengan periode akibat trauma.10 Berikut ini adalah salah satu contoh adanya abses
otak yang berkembang 4 tahun setelah glue embolization pada malformasi
Hematogen
Berbeda dengan infeksi yang menyebar melalui pembuluh darah vena pada
infeksi kontigous, penyebaran secara hematogen dapat berkembang melalui
pembuluh darah arteri. Lokasi dari abses hematogen berhubungan dengan daerah
perfusi. Pembuluh darah yang sering berhubungan dengan perluasan infeksi
intrakranial adalah A. serebri Media, sehingga banyak bermanifes pada abses
multipel yang banyak dijumpai di daerah basal ganglia, talamus, dan batang otak.
Pada anak-anak, penyebab terbanyak akibat perluasan hematogen adalah akibat
penyakit jantung sianotik, seperti pada tertalogi fallot dan malformasi arteri vena.
Manifestasi ini biasanya muncul pada usia awal pertumbuhan gigi. Bakteremia
transien setelah melalui paru-paru, akan berada di otak. Hipoksia kronis dan
minimnya perfusi menyebabkan polisitemia sekunder yang berkembang menjadi
lingkungan anaerob pada jaringan otak.
Mekanisme berkembangnya abses di atas juga ditemui pada penderita
malformasi arteri vena paru-paru, endokarditis, infeksi paru kronis (bronkiektasis,
abses paru, empiema), infeksi kulit, infeksi abdomen atau pelvik, neutropenia,
transplantasi organ, dilatasi esofagus, penggunaan obat injeksi, dan infeksi HIV. 10
Gambar 8. (A) A left thalamic brain abscess in a 25-year-old patient with OslerWeber
Rendu syndrome. (B) Computed tomography scan of the chest showing multiple
arteriovenous pulmonary fistulae. Two brothers had died of brain abscess in childhood.
Beberapa hal yang perlu dicari dari pasien sebagai faktor risiko terjadinya
abses otak atas penyakit yang telah ada adalah penggunaan kortikosteroid,
imunosupresan, alkohol, dan pasien dengan defisit neurologis seperti pada
penderita Alzheimer, Parkinson, serta HIV/AIDS. Seseorang dengan faktor risiko
tersebut di atas rentan terhadap abses otak oportunistik yang dapat terjadi melalui
jalur hematogen atau metastatik.5
2.2 ABSES OTAK OTOGENIK
2.2.1 DEFINISI
Abses otak otogenik adalah proses pengumpulan pus dalam serebrum atau
serebelum akibat komplikasi otitis media. Penyebab Abses Otak Otogenik lebih
sering diakibatkan oleh otitis media supuratif dibandingkan otitis media akut. Di
Whalton Hospital, sekitar 1,5% otitis media akut dan 3% OMSK akan
berkembang menjadi abses otak, dengan angka kematian sebesar 47,2% akibat
keterlambatan pengobatan.6 Hal ini disebabkan oleh penderita dengan manifestasi
klinis minimal pada fase laten, seperti keluhan nyeri kepala yang berkurang,
tampak lemah dan sedikit sensitif sehingga sering diduga sebagai mastoiditis
kronis tanpa komplikasi.2
2.2.2 ETIOLOGI
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah proses inflamasi pada
telinga tengah yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang irreversibel.
OMSK muncul akibat adanya infeksi kronis di telinga tengah (lebih dari 2 bulan)
dengan perforasi mempran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
dapat terus menerus atau hilang timbul. OMSK diklasifikasikan menjadi 2
menurut kelainan patologinya, yaitu :
1.
dengan perforasi sentral atau subtotal pars tensa. Sekret mukoid tidak
berbau dan gangguan pendengaran ringan hingga sedang
2. OMSK tipe maligna
Tipe ini ditandai dengan adanya perforasi total, marginal atau atik dengan
sekret berbau busuk akibat nekrosis jaringan telinga tengah. Terdapat
kolesteatoma dan jaringan granulasi. Gangguan pendengaran biasanya
bervariasi darituli ringan hingga total.
Berdasarkan proses keradangannya, OMSK dibagi menjadi 2, yaitu :
1. OMSK aktif
Adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga akibat perubahan
patologidasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi
2. OMSK inaktif
OMSK dengan sekuele dari infeksi aktif yang dahulu telah selesai, dan
tidak dijumpai adanya otorrhea.pasien seringkali mengeluh adanya
gangguan pendengaran
Mikroorganisme penyebab OMSK aerob disebabkan oleh S. pyogenes, S.
albus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa, sedangkan mikroorganisme
anaerob tersering disebabkan oleh Bacteroides sp.
Beberapa faktor yang menyebabkan adanya infeksi berulang dari otitis
media supuratif akut adalah faktor eksogen (infeksi yang berasal melalui perforasi
membran timpani), rinogen (dari rongga hidung), dan endogen (alergi, Diabetes
Melitus, dan TBC paru).
Komplikasi berupa OMSK dapat terjadi apabila barrier pertahanan telinga
tengah yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke
struktur di sekitarnya. Komplikasi ini dapat terjadi pada fase akut dari suatu
infeksi seperti otitis media akut atau akibat destruksi dari aktivitas kronik
bioenzim seperti pada kolesteatoma.
OMSK akan bermanifestasi secara aktif dengan adanya supurasi yang
berkelanjutan, atau inaktif dengan terbentuknya sekuele dari infeksi lampau.
Menurut lokasinya, komplikasi OMSK terdiri dari : 1.) komplikasi intrakranial
berupa jaringan granulasi ekstradural dengan atau tanpa abses ekstradural,
trombofebitis sinus sigmoid, abses otak, otits, hidrosefalus, meningitis dan abses
subdural, 2.) komplikasi ekstrakranial berupa mastoiditis, petrositis, labirinitis,
dan paralisis nervus fasialis. Abses otak merupakan komplikasi intrakranial kedua
(25%) setelah meningitis (34%), yang kemudian disusul dengan hidrosefalus otitis
12%, trombosis sinus dura 10%, abses ekstra dura 3% dan abses sub dura 1%.2
Predileksi abses otak otogenik hampir selalu terjadi di lobus temporalis
atau serebelum sisi yang sama dengan sisi telinga yang terinfeksi, dengan
predileksi di lobus temporal (15% )lebih banyak dibanding serebelum (10%).
Faktor risiko yang memudahkan terjadinya komplikais intrakranial OMSK adalah
virulensi kuman, terapi yang tidak adekuat, daya tahan tubuh, pneumatisasi yang
kurang sempurna, penyakit sistemik kronik, dan otitis media yang sering residif.7
2.2.3 PATOGENESIS
Komplikasi otitis media didefinisikan sebagai penyebaran infeksi
melewati batas ruang pneumatisasi tulang temporal dan mukosa yang
berhubungan. Patogenesis dari komplikasi merupakan interaksi yang kompleks
antara organisme yang spesifik dan keadaan host. Respon host yang berperan
dalam berkembangnya komplikasi adalah terbentuknya jaringan granulasi yang
menyebabkan obstruksi untuk drainase dan aerasi dan destruksi struktur tulang
sehingga selanjutnya terbentuk lingkungan yang anaerob. Rute perjalanan abses
otak otogenik berasal dari 2 rute, yang dikeal dengan direct route dan indirect
route. Pada direct route, infeksi meluas melalui jaringan intervena, meliputi tulang
(osteomielitis) dan meninges. Indirect route berasal dari tromboflebitis retrograd
atau implantasi infeksi metastatik yang memancar dari infeksi mukosa.7
Infeksi yang berasal dari rongga mastoid dapat menyebar intrakranial melalui
beberapa jalan yaitu :
1. Erosi pada tulang akibat proses infeksi akut atau resoprsi oleh kolesteatom
atau osteitis pada infeksi kronik telinga tengah
2. Tromboflebitis retrograd, emlalui vena emisaria yang berjalan menembu
tulang dan dura ke sinus venosus, yang selanjutnya mengenai struktur
intrakranial
3. Jalan anatomis dari tingkap lonjong dan bulat, meatus akustikus internus,
kloaka, akuaduktus vestibularis dan diantara struktur temporal
4. Defek tulang akibat trauma maupun erosi tumor
5. Defek akibat pembedahan kavum timpani
features,
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi terhadap abses otak dapat dikenali melalui 4 hal berikut ini :
1.
2.
3.
4.
Pendesakan massa
Hipertensi intrakranial
Destruksi difus
Defisit neurologis fokal
Dalam mengenali adanya abses otak, perlu diketahui adanya faktor
predisposisi dan penyakit primer yang mendasari. Faktor predisposisi yang
mungkin adalah : penyakit jantung kongenital, imunokompromis, adanya
fokus sepsis,
Manifestasi spesifik berantung pada lokasi abses seperti berikut :
- Lobus frontal L tidak spesifik, demam, mual,pusing, peningkatan
tekanan intrakranial, seperti penurunan kesadaran, kejang, adanya
-
superior
Fasialis kontralateral
Lobus parietal : gangguan fungsi luhur (posisi, diskriminasi dua titik,
stereognosis), kejang fokal morotik atau sensorik, hemianopsia
homonim, nistagmus
Serebelum : ataksia, nistagmus, inkoordinasi ipsilateral pada