Disusun oleh:
Dyah Fitri Aprilina
112011101075
Dokter Pembimbing:
dr. Dandy Harihartono, SP. JP
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
DAFTAR ISI
Judul..............................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................ii
BAB I. Pendahuluan..................................................................................1
Identitas........................................................................................................2
Anamnesis....................................................................................................2
Pemeriksaan Fisik........................................................................................4
Pemeriksaan Penunjang...............................................................................8
Diagnosis....................................................................................................10
Planning.....................................................................................................10
Prognosis....................................................................................................11
Follow Up..................................................................................................12
BAB II. Pembahasan...............................................................................12
Hipertensi..................................................................................................12
Definisi Hipertensi............................................................................12
Epidemiologi.....................................................................................12
Klasifikasi ........................................................................................13
Patogenesis........................................................................................14
Manifestasi Klinis.............................................................................15
Faktor Resiko....................................................................................16
Komplikasi........................................................................................16
Pemeriksaan Fisik.............................................................................17
Diagnosis...........................................................................................17
Evaluasi.............................................................................................18
Penatalaksanaan................................................................................19
Hipertensive Heart Disease.....................................................................22
Definisi HHD....................................................................................22
Epidemiologi.....................................................................................22
Etiologi..............................................................................................23
Faktor Resiko....................................................................................24
Patogenesis........................................................................................24
Diagnosis...........................................................................................26
Penatalaksanaan................................................................................30
Prognosis...........................................................................................33
BAB III. Kesimpulan...............................................................................35
Daftar Pustaka............................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistolik dan atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang
yang tidak sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.
Sampai saat ini, prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%,
sedangkan tercatat pada tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensi sekitar
14,3% dan meningkat menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab
penyakit jantung di Indonesia.
Bila tidak diatasi, tekanan darah tinggi akan mengakibatkan jantung
bekerja keras hingga pada suatu saat akan terjadi kerusakan yang serius. Otot
jantung akan menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa
menjadi terganggu, selanjutnya jantung akan berdilatasi dan kemampuan
kontraksinya berkurang, yang pada akhirnya akan terjadi gagal jantung. Gagal
jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk
memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh.
I.
IDENTITAS
Nama
: Tn. I
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 55 tahun
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
: Petani
Tanggal MRS
: 10 Juni 2015
Pemeriksaan
: 10 Juni 2015
II. ANAMNESIS
Keluhan umum
: Sesak nafas
Pasien datang ke IGD RSD Soebandi dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu dan memberat sejak 3 hari ini. Awal Sesak bertambah
berat jika digunakan beraktifitas. Ketika berjalan sebentar pasien sudah kelelahan
dan sesak nafas, dan 3 hari ini saat istirahat pun pasien juga merasa sesak,
sehingga pasien sulit tidur. Awalnya sesak dirasakan saat sore hari dan bertambah
sesak saat malam hari. Pasien juga mengatakan kakinya pernah bengkak namun
sudah berkurang. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada terasa berat dan
mengeluhkan dada berdebar-debar dan disertai batuk berdahak hilang timbul
terutama pada malam hari sejak 2 minggu ini. BAB dan BAK pasien dalam batas
normal. Dalam 2 hari terakhir pasien mengeluhkan mual, rasa tidak enak di ulu
hati dan nafsu makan menurun. Sebelum keluhan tersebut, pasien tidak pernah
merasakan sering pusing, hanya terasa berat di tengkuk belakang kepala. Pasien
tidak pernah memeriksakan keadaannya ke pelayanan kesehatan terdekat
Riwayat Sosial
Riwayat Sosial: Pasien merupakan petani. Pasien mengaku sering makan
jeroan serta kurang konsumsi banyak sayur dan buah, pasien
cenderung memiliki emosi yang tinggi, sehingga mudah marah. Pasien
merupakan perokok berat selama 15 tahun. Sehari merokok 10-15
batang dan sering minum kopi.
Kepala
Mata
Telinga
Mulut
Leher
-Jantung
Paru
: Sesak -, batuk +
Alat pencernaan
Saluran kencing
Alat kelamin
: Tidak dievaluasi
Alat gerak
Sistem saraf
Endokrin
II.PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
: lemah
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 185/90 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36,7 o C
Tinggi Badan
: 160 cm
Berat Badan
: 51 Kg
IMT
51
(1,6)2
: 19,92 kg/m2
Kesan status gizi cukup
B. Kepala Leher
Umum
Anemis (-), ikterus (-), sianosis (-), dyspnea (+)
Mata
Alis
Bola mata
Kelopak
Konjungtiva
Sclera
Pupil
Lensa
: normal
: normal
: normal
: normal
: normal, tidak ikterus
: bulat, isokor, refleks cahaya +/+
: normal
Telinga
Bentuk
: normal
Procesus mastoideus
: tidak nyeri
Lubang telinga
Can.audit.ext
Pendengaran
Hidung
Penyumbatan
Daya penciuman
Cuping Hidung
Mulut
Bibir
Gusi
Lidah
Mukosa
Palatum
Leher
Kel.limfe
Trakea
Tiroid
Vena Jugularis
Arteri Carotis
C. Thorax
Umum
Bentuk
Payudara
: normal
: simetris, ginekomasti -
Kulit
Axilla
Paru
Dextra
Sinistra
I : simetris, retraksi -
I: simetris, retraksi -
P : sonor +
P: sonor +
A:
Vesikuler
+,
Rhonki
Wheezing Jantung
Cor:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
batas kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
batas kanan atas
: ICS II Linea Para Sternalis Dextra
batas kiri bawah
: ICS V medial anterior axila Sinistra
batas kanan bawah
Auskultasi
D. Abdomen
Inspeksi
Bentuk:
Supel, tak tampak massa, umbilicus masuk
kedalam
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Atas
Bawah
III.
JENIS PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
HASIL PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
Hemoglobin
11,3
12,0-16,0 gr/dl
Lekosit
15,4
4,5-11,0 x 109
Hematokrit
31,4
36-46 %
Trombosit
387
150-450 x 109
24
10-31
HEMATOLOGI
FAAL HATI
SGOT
10
SGPT
13
9-36
Albumin
4,2
3,4-4,8
GDA
99
<200
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL PEMERIKSAAN
NILAI
NORMAL
ELEKTROLIT
Natrium
137,1
135-155
mmol/L
Kalium
4,17
3,5-5,0
mmol/L
Chlorida
105,9
90-110
mmol/L
Calcium
2,15
2,15-2,57
mmol/L
Magnesium
0,75
0,77-1,03
mmol/L
Fosfor
1,31
0,85-1,60
mmol/L
FAAL GINJAL
K. serum
1,2
0,5-1,1
mg/dL
BUN
16
6-20 mg/dL
11
Urea
35
26-43
gr/24jm
Asam Urat
5,6
2-5,7 mg/Dl
Foto Thorax
Kesan : Cor
12
Elektrokardiografi
V. PLANNING
Diagnostik
o Echocardiography
Terapi
O2 10 lpm
13
Candesartan 8 mg 1-0-0
Bisoprolol 5 mg -0-
Spironolacton 20 mg 1-0-0
Monitoring
o Gejala klinis
o Vital Sign
o EKG
Edukasi
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia
Quo ad functionam
: dubia
14
BAB II
PEMBAHASAN
HIPERTENSI
I. DEFINISI
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara abnormal sehingga
terjadi gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
yang dibawa oleh darah terhambat mencapai jaringan tubuh yang membutuhkan.
Kemudian terjadi pengerasan pembuluh darah akibat dari gangguan tekanan darah
yang tidak normal.
Tekanan darah yang meningkat dan terus-menerus dalam beberapa kali
pemeriksaan dapat disebabkan oleh satu atau beberapa faktor resiko. Hipertensi
berkaitan dengan tekanan darah sistolik, diastolik, ataupun keduanya.
Sepanjang hari tekanan darah dapat berubah-ubah tergantung keadaan
pasien dan waktu pengukuran. Ketika sedang melakukan aktifitas fisik seperti
berolahraga, tekanan darah naik. Sebaliknya pada saat istirahat atau tidur, tekanan
darah menurun. Jadi sebaikanya sebelum mendiagnosa seseorang dengan
hipertensi, ada baiknya dilakukan pengulangan pada pemeriksaan tekanan darah.
II. EPIDEMIOLOGI
Data epidemilogi menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya
populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
juga akan bertambah. Baik hipertensi sistolik maupun kombinasi sistlik dan
diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun.
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000,
insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat
15
58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data
NHANES III tahun 1988-1991. 95% dari kasus hipertensi tersebut adalah
hipertensi primer.
III. KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologi, hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Hipertensi primer/esensial
Merupakan sebagian besar dari kasus hipertensi yang ada, dan tidak
diketahui penyebabnya.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
(JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa dibagi menjadi :
TDD (mmHg)
Darah
Normal
< 120
Dan
<80
Prehipertensi
120-139
Atau
80-89
Hipertensi derajat 1 140-159
Atau
90-99
Hipertensi derajat 2 160
Atau
100
Tabel I.1 klasifikasi hipertensi menurut JNC VII 2003
Klasifikasi Tekanan Darah
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Optimal
< 120
<80
Normal
Normal Tinggi
Hipertensi derajat 1
<130
130-139
140-159
<85
85-89
90-99
(ringan)
Hipertensi derajat 2
160-179
100-109
(sedang)
Hipertensi derajat 3
180
110
(berat)
16
Hipertensi
sistolik 140
<90
terisolasi
Tabel I.2 klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH 2003
Keterangan: TDS=Tekanan Darah Sistolik, TDD=Tekanan Darah
Diastolik.
2. Hipertensi sekunder
Terdapat sebab dan patofisiologi yang jelas yang menyebabkan hipertensi
ini.
1. Hipertensi sistolik sekunder, penyebabnya antara lain adalah a).
Penurunan kapasitas vaskular, b). Peningkatan curah jantung, seperti
pada aorta regurgitasi, tirotoksikosis, sindrom jantung hiperkinetik,
demam, fistula arteriovenous, dan patent ductus arteriosus.
2. Hipertensi sistolik dan diastolik sekunder dapat disebabkan karena
penyakit ginjal, endokrin, neurogenik, kehamilan, porfiria atau
penyakit pembuluh darah lainnya.
IV. PATOGENESIS
Perangsangan simpatis
Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung (volume sekuncup x
frekuensi denyut jantung) dan tahanan perifer total. Peningkatan tekanan darah
disebabkan karena curah jantung meningkat yang terjadi karena peningkatan
frekuensi denyut jantung, perangsangan simpatis (epinefrin dan norepinefrin)
dan/atau peningkatan respon terhadap katekolamin (seperti hormon kortisol atau
tiroid).
Resistensi perifer
Akibat kontraksi otot polos yang berkepanjangan akibat peningkatan
kalsium intraseluler menginduksi perubahan struktural dan penebalan arteri yang
dapat dipengaruhi karena sistem renin-angiotensin-aldosteron.
17
Sistem renin-angiotensin-aldosteron
Renin merupakan hormon yang disekresi oleh sel-sel juxtaglomerular di
ginjal dan masuk ke dalam darah sebagai respon terhadap penurunan Nacl/volume
Cairan Ekstrasel (CES)/tekanan darah. Peningkatan sekresi renin mengakibatkan
peningkatan reabsorbsi Na+ oleh distal tubulus. Cl- selalau mengikuti Na+ secara
pasif. Retensi garam ini diikuti oleh retensi H2O secara osmotis yang membantu
pemulihan volume plasma dan tekanan darah.
Setelah disekresikan dalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk
mengaktifkan angiotensinogen (yang disintesis oleh hati) menjadi angiotensin I.
Pada saat melewati sirkulasi paru, angiotensin I diubah oleh angiotensinconverting enzyme (ACE) yang banyak terdapat di kapiler paru, menjadi
angiotensin II. Angiotensin II adalah stimulus utama untuk hormon aldosteron
dari kelenjar adrenal. Salah satu efek aldosteron adalah meningkatkan reabsorbsi
Na+ oleh tubulus distal dan tubulus kolektifus.
Dengan demikian, sistem renin-angiotensin-aldosteron mendorong retensi
garam yang akhirnya menyebabkan retensi H2O dan peningkatan tekanan darah
arteri. Melalui mekanisme umpan-balik negatif, sistem ini menghilangkan faktorfaktor yang memicu pengeluaran awal renin, yaitu deplesi garam, penurunan
volume plasma, dan penurunan tekanan darah arteri.
Selain merangsang sekresi aldosteron, angiotensin II juga merupakan
konstriktor kuat bagi arteriol, sehingga zat ini secara langsung meningkatkan
tekanan darah dengan meningkatkan retensi perifer total.
V. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan pasien hipertensi tidak menunjukkan keluhan atau gejala
yang spesifik. Hanya peningkatan tekanan darah yang dapat ditemukan dari
pemeriksaan fisik. Apabila pasien datang dengan keluhan terhadap hipertensinya,
maka ada 3 kemungkinan yang terjadi pada pasien ini, antara lain 1). Tekanan
darah yang terlalu tinggi. Hal ini dapat terjadi pada hipertensi berat dan sering
menimbulkan keluhan seperti, nyeri kepala yang terlokalisir di daerah oksipital,
dirasakan terutama pada pagi hari ketika bangun tidur dan pasien harus duduk
18
beberapa lama sebelum akhirnya bisa berdiri, pusing berputar, palpitasi, lemas,
gangguan vaskular, epistaksis, hematuria, penglihatan kabur / gangguan
penglihatan, cepat lelah, pusing, angina pektoris, sesak nafas karena gagal
jantung. 2). Penyakit pembuluh darah karena hipertensi, dan 3). Adanya penyakit
yang menyebabkan hipertensi / hipertensi sekunder.
VI. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang tidak dapat diubah, antara lain : 1). Usia, bertambahnya
usia sebanding dengan meningkatnya tekanan darah karena berkurangnya
elastisitas pembuluh darah. Individu berusia 55 tahun memiliki 90% resiko
mengalami hipertensi. Hipertensi pada pria umumnya terjadi pada usia <55 tahun
dan wanita <65 tahun. 2). Jenis kelamin, wanita cenderung lebih banyak yang
terkena hipertensi daripada pria. 3). Ras, di Amerika Serikat ras kulit hitam
memiliki resiko dua kali lebih bersar terkena hiperensi daripada ras kulit putih. 4).
Genetik, adanya riwayat hipertensi dan penyakit kerdiovaskuler dalam keluarga
memiliki kemungkinan terkena hipertensi lebih besar daripada yang tidak.
Faktor yang dapat diubah, antara lain : Konsumsi garam berlebih,
merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, dislipidemia, diabetes melitus,
mikroalbuminuria atau perhitungan LFG <60 ml/menit.
Pasien prehipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan darah
menjadi hipertensi. Mereka yang tekanan darahnya 130-139/80-89 mmHg dalam
sepanjang hidupnya akan memiliki resiko dua kali lebih besar menjadi hipertensi
dan mengalami penyakit kardiovaskular daripada yang tekanan darahnya rendah.
VII. KOMPLIKASI
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan target organ yang umum ditemui
adalah :
1. Jantung : Hipertrofi ventrikel kiri, angina pektoris (infark miokard), gagal
jantung
2. Otak : Sroke, tansient Ischemic Attack (TIA).
19
pemeriksaan
fisik
dilakukan
pemeriksaan
tekanan
darah
20
dan hipertensi derajat II juka tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan
darah diastolik 100 mmHg. Sedangkan jika tekanan darah sistolik 120-139
mmHg atau tekanan darah diastolik 80-89 mmHg, maka seseorang tersebut
memiliki resiko menjadi penderita hipertensi (prehipertensi).
Apabila berdasarkan kriteria WHO/ISH, seseorang dikatakan hipertensi
derajat I jika tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik
90-99 mmHg, hipertensi derajat II jika tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan
tekanan darah diastolik 100-109 mmHg, hipertensi derajat III jika tekanan darah
sistolik 180 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg.
X. EVALUASI
Evaluasi dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis meliputi: lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah;
indikasi adanya hipertensi sekunder; faktor resiko seperti riwayat penyakit
kardiovaskular pada pasien dan dalam keluarga, riwayat hiperlipidemia pasien dan
keluarga, riwayat diabetes melitus pasien dan keluarga, kebiasaan merokok, pola
makan, kegemukan, aktivitas dan intensitas olahraga, serta kepribadian pasien itu
sendiri; gejala kerusakan organ pada otak, mata, jantung, ginjal dan arteri perifer;
pengobatan antihipertensi sebelumnya; dan faktor pribadi, keluarga dan
lingkungan.
Pemeriksaan fisik meliputi: pengukuran rutin di kamar periksa;
pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring/ABPM); pengukuran
sendiri oleh pasien; dan pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ
target.
Dapat juga ditambahkan pemeriksaan penunjang, seperti urin untuk
protein, darah dan glukosa; makroskopik urinalisis; hematokrit; kalium serum;
kreatinin serum dan/atau BUN; gula darah puasa; kolesterol total; dan EKG.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang dianjurkan, seperti TSH, hitung jenis
leukosit, HDL, LDL dan trigliserid, kalsium serum dan phosphate, foto rontgen
thorax, dan ekokardiogram.
21
XI. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan tekanan darah dengan
target tekanan darah <140/90 mmHg, dan <130/80mmHg untuk individu dengan
penyakit penyerta (diabetes, gagal ginjal, gagal jantung, dan lain-lain). Prinsip
penatalaksanaan hipertensi sendiri ada 2 yaitu mengubah pola hidup menjadi pola
hidup yang lebih sehat dan penggunaan obat-obat antihiperensi.
Nonmedikamentosa
Terapi nonmedikamentosa diindikasikan untuk semua pasien hipertensi
dan yang memiliki faktor resiko menjadi hipertensi. Terapinya meliputi 1).
Menghindari stress, 2). Mengatur diet dengan mengurangi konsumsi garam,
rendah kalori, rendah kolesterol serta lemak untuk mencegah komplikasi
aterosklerosis,
dan
pendekatan
DASH
(Dietary
Approaches
to
Stop
Hypertension), 3). Olahraga teratur, 4). Menurunkan berat badan (bila diperlukan),
5). Mengontrol faktor resiko yang ikut berperan dalam perkembangan
aterosklerosis.
Medikamentosa
Diberikan pada pasien hipertensi derajat I, II (JNC 7) dan hipertensi
dengan
indikasi
penyakit
penyerta
yang
memberatkan
(compelling
22
dan
hipertensi
resisten.
Diuretik
golongan
hemat
23
hipertensi
yang
dengan
compelling
diberikan disesuaikan
indications
dengan penyakit
terapi
yang
menyertai.
Compelling
indications
Gagal
jantung
Post-MI
Resiko
tinggi CVD
CKD
Stroke
Diabetes
Diuretik
mellitus
Baru
terdiagnosis
Beta-
ACE
blocker
inh
ARBs
CCB
Aldosterone
blockers
hipertensi
Tabel I.3 terapi hipertensi degan compelling indications (diambil dari
JNC 7,2003)
24
2. 3. Etiologi
Sebab utama penyakit jantung hipertensi adalah tekanan darah yang
meningkat dan berlangsung kronik. Sedangkan penyebab hipertensi sendiri sangat
beragam, pada orang dewasa sebab-sebab tersebut antara lain4:
25
Hiperaldosteronisme primer
Feokromositoma
Chusing syndrome
Akromegali
Hormon
eksogen
(kortikosteroid,
estrogen),
Koarktasi aorta
Sleep apnea
2. 4. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko penyakit jantung hipertensi antara lain adalah4:
26
1. Ras
Ras Afrika-Amerika lebih rentan terkena penyakit jantung hipertensi.
Hal ini bahkan menjadi etiologi umum untuk kasus gagal jantung di
Amerika Serikat.
2. Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria yang berusia di bawah 55
tahun, namun pada wanita hipertensi lebih banyak ditemukan pada usia di
atas 55 tahun. Hal ini kemungkinan terjadi karena seiring bertambahnya
usia maka tekanan darah akan semakin meningkat terutama pada pria. Tapi
setelah menopause tiba wanita akan mengalami peningkatan tekanan darah
yang lebih tajam dan mencapai angka tertinggi yang lebih tinggi daripada
pria.
3. Usia
Seiring bertambahnya usia maka tekanan darah akan semakin
meningkat. Hal ini sebanding dengan terjadinya penyakit jantung
hipertensi yang lebih banyak dialami oleh para lanjut usia.
2. 5. Patogenesis
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi berjalan cukup kompleks,
karena berhubungan dengan berbagai faktor, seperti hemodinamik, struktural,
neuroendokrin, selular, dan molekuler. Di satu sisi, faktor-faktor tersebut saling
berintegrasi dan akhirnya menyebabkan perkembangan dan komplikasi dari
hipertensi, sementara di sisi lain tingginya tekanan darah memodulasi faktorfaktor tersebut. Meningkatnya tekanan darah menyebabkan perubahan struktur
dan fungsi jantung melalui dua cara, yaitu secara langsung oleh peningkatan
afterload atau beban akhir jantung, dan secara tidak langsung oleh perubahan
neurohormonal dan vaskuler terkait.4
Hipertrofi
ventrikel
kiri
(HVK)
merupakan
kompensasi
jantung
27
28
2. 6. Diagnosis
Diagnosis penyakit jantung hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis ditemukan 3:
Rasa cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak pada kedua kaki
atau perut.
29
Hemoglobin/hematokrit
Elektrolit darah/kalium
Ureum/kreatinin
TSH
ke bawah.
Aortic knob membesar dan menonjol disertai kalsifikasi.
Aorta ascenden dan descenden melebar dan berkelok, ini
disebut pemanjangan/elongatio aorta.
vaskuler paru
Distensi vena di lobus superior, bentuknya menyerupai
Edema interstisiel
Edema ini menimbulkan septal lines yang dikenal sebagai
Kerleys lines,yang ada 4 jenis, yaitu:
Kerley
D:
garis-garis
pendek,
horizontal,
letaknya
Edema alveolar
wing pattern.
Batas kedua hilus menjadi kabur.
2. 7. Penatalaksanaan
Tatalaksana medis untuk pasien dengan penyakit jantung hipertensi dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu5:
1. Penatalaksanaan untuk tekanan darah yang meningkat
2. Pencegahan dan penatalaksanaan dari penyakit jantung hipertensi
32
33
Konsumsi
alkohol
yang
berlebihan
dihubungkan
dengan
menunjukkan
penurunan
tekanan
darah
dan
Farmakoterapi5
o Penatalaksanaan dari hipertensi dan penyakit jantung hipertensi
dengan
menggunakan
diuretika
tiazide,
beta-blockers
dan
34
ACE inhibitors
Kelas-kelas tertentu dari obat antihipertensi (ACE inhibitors, betablockers, dan nondihydropyridine calcium channel blockers)
dapat
meningkatkan
echocardiographic
parameters
pada
35
dysfunction.
o
2. 8. Prognosis
Prognosis pada pasien penyakit jantung hipertensi bermacam-macam
sesuai dengan durasi, tingkat keparahan, dan tipe penyakit yang terjadi. Risiko
komplikasi bergantung pada besarnya hipertrofi yang terjadi pada ventrikel kiri.
Semakin besar kelainan yang diderita oleh ventrikel kiri, maka komplikasi yang
akan timbul juga akan menjadi semakin besar. Mengobati penyakit dasar yaitu
hipertensi akan sangat berpengaruh terhadap progresivitas yang terjadi5.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu
seperti ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik spinorolakton dapat mengatasi
hipertropi ventrikel kiri dan memperpanjang kemungkinan hidup pasien dengan
gagal jantung akibat penyakit jantung hipertensi. Bagaimanapun juga, penyakit
jantung hipertensi adalah penyakit yang serius yang memiliki resiko kematian
mendadak. 5
36
BAB III
KESIMPULAN
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang
yang tidak sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1
Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
tidak terkontrolnya tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama, yang ditandai
adanya hipertrofi ventrikel kiri (HVK) sebagai akibat langsung dari tingginya
37
tekanan darah tersebut. Hipertrofi ventrikel kiri pada penyakit jantung hipertensi
juga dipengaruhi oleh faktor neurohormonal.6
Hipertrofi
ventrikel
kiri
(HVK)
merupakan
kompensasi
jantung
38
akan timbul juga akan menjadi semakin besar. Mengobati penyakit dasar yaitu
hipertensi akan sangat berpengaruh terhadap progresivitas yang terjadi5.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, F. 2014. Coronary Artery Diseas in Women: An Unsolved Dilemma. J Clin
Med Res. Vol 6(2): 86-90
Rilantono, L. A, dkk. 2004. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FK UI
39
RSUD dr. Soetomo. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah. Surabaya: RSUD dr. Soetomo
Sharma, K & Gulati, M. 2013. Coronary Artery Disease in Women. Global Heart.
Vol 8(2): 105-112
Shufelt, C. L & Merz. 2009. Contraceptive Hormone Use and Cardovascular
Disease. J Am Coll Cardiol. Vol 53(3): 221-231
Sudoyo, A.W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1&2. Jakarta:
Interna Publishing
40