Anda di halaman 1dari 9

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berbeda tetapi
berlangsung pada waktu sama. Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran
sebagai akibat pertambahan jaringan pada anak. Perkembangan merupakan proses
perubahan atau diferensiasi kemampuan anak dalam hal kognitif, afektif,
psikomotorik, psikologis dan sosial (Dorland, 2000). Perkembangan anak yang
terhambat akan mengakibatkan kualitas SDM yang buruk di masa mendatang.
Kualitas perkembangan anak terutama ditentukan pada usia balita (bayi usia lima
tahun) yang usia 0-5 tahun. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
sebaiknya direncanakan sejak awal kehidupan seseorang dan berlanjut pada masa usia
balita. Pada masa ini sangat penting untuk meletakkan dasar-dasar pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pertumbuhan dan perkembangan yang baik akan menghasilkan
suatu generasi sehat yang berkualitas di masa depan. Salah satu stimulasi yang
penting kita sadar pada masa perkembangan adalah dampak menonton televisi pada
anak.

Televisi menyiarkan segala hal yang berhubungan dengan aspek kehidupan

manusia, seperti politik, kriminal, ekonomi, budaya, sosial, bahkan hiburan Sesuai
dengan pendapat Sobur (1986), bahwa televisi pada dasarnya merupakan sumber
informasi untuk hal hal yang baik dan cocok buat anak-anak, maupun hal hal
yang kurang baik dan kurang cocok untuk anak anak. Dwyer menyimpulkan,
sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya informasi ke
dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV mampu untuk membuat
orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar.

Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru
apa yang mereka lihat, kemungkinan perilaku dan sikap anak tesebut akan mengikuti
apa yang di tonton. Apabila yang di tonton merupakan acara yanglebih kepada

eduatif, maka akan bisa memberikan dampak positif tetapi jika yang di tonton lebih
kepada hal yang yang mengandung unsur-unsur negatif atau penyimpangan bahkan
sampai kekerasan, maka hal ini akan memberikan dampak yang negatif. Maka
penting kita mengedukasi orang tua dan anak anak tentang Dampak Menonton
Televisi pada Anak-anak

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tayangan Televisi pada Era ini.
Di era modern ini, terdapat banyaknya stasiun televisi swasta di Indonesia,apalagi
penyedia layanan televisi kabel membolehkan tayangan filem dari seluruh dunia ada
dimana-mana sehingga membuat kita malas beranjak dari tayangan televisi.
Jenis tayangan yang disiarkan oleh stasiun televise, menurut Morissan, 2005 dapat
dibahagi

dua

iaitu:

a) Jurnalistik: Program yang bertujuan member informasi atau pengetahuan


tambahan kepada penonton. Ia bersumber dari permasalahan yang disususn
melalui kaedah jurnalistik dan bukan karangan.Jurnalistik mengandung 6 unsur
iaitu 5W+ 1H. (Where, What, Who, Why, When, dan How)
b) Artistik: Program merupakan program hiburan seperti konsert, sinetron,
muzik,komedi dan sebagainya. Ada yang menampilkan konflik dan reality dalam
kehidupaan sesorang.
Dibawah ini dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian di Indonesia :
1.Tahun 2002 :Jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 1.820
jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000jam/tahun.
2. 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung adegan
kekerasa, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
3. Saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama170jam/minggu
padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari =168 jam.
4. 40 % waktu tayang diisi iklan yang jumblahnya 1.200 iklan/minggu, jauh diatas
rata-rata dunia 561 iklan/minggu.

2.2 Keungulan Menonton Televisi pada Anak.


Anak-anak lebih terupdate dengan kejadian sewaktu kerena sasaran yang
dicapai untuk menjangkau massa cukup besar, terhadap suatu liputan atau
pemberitaan cukup cepat. Dapat membantu dalam memberikan ilmu sekunder kepada
anak, selain buku-buku dan subyek yang diajarkan di sekolah.Fikiran dan kreativiti
anak akan terangsang karena daya rangsang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal
ini

disebabkan

oleh

kekuatan

suara

dan

gambarnya

yang

bergerak

(ekspresif).Contohnya, program seperti National Geography yang telah banyak kali


meraih anugerah untuk Best Visual Coverage. Ini dapat memberi anak-anak visual
pertumbuhan pohon contohnya, dari menit ke per jam. Hal yang expresif akan lebih
gampang melekat pada minda anak, dibandingkan dari membacanya dari buku.
Selain itu, anak-anak yang menonton siaran informatif seperti ini ,
menunjukkan kemajuan yang lebih baik di Sekolah Dasar disbanding dengan anak
anak yang tidak.(Macbeth, 2000) . Selain itu, Universitas California mendapatkan,
bahwa rancangan televisi berupa kartun dapat memberikan efek menenangkan pada
anak yang stress.Contohnya kartu Mr.Bean, yang amat lucu selain memberikan
pengajaran moral di akhir setiap episode.
Informasi atau berita-berita yang disampaikan di televisi lebih singkat, jelas
dan sistematis, menjadikan anak-anak lebih sistematis, dan gampang menangkap dan
memproses infomasi yang didapat.Televisi merupakan kaca mata dunia sekitar. Untuk
memenuhi keingintahuan anak-anak tentang segala sesuatu seputar kehidupan baik
yang dekat maupun yang jauh dapat dicapai.

2.3 Dampak buruk menonton televisi pada anak.


Bagi

anak-anak,

kebiasaan

menonton

televisi

bisa

mengakibatkan

menurunnya minat baca anak-anak terhadap buku. Anak-anak cenderung lebih senang
berlama-lama di depan televisi dibandingan harus belajar, atau membaca buku dan
menjadikannya lebih pasif atau malas.Selain itu, jika kita melihat acara-acara yang
disajikan oleh stasiun televisi, banyak acara yang disajikan tidak mendidik malahan
bisa dikatakan berbahaya bagi anak-anak untuk di tonton. Tayangan yang sangat
diminati oleh ibu rumah tangga di Indonesia adalah infotainment, yang mana di
dalamnya terlalu mengungkit kepentingan pribadi selebriti dan tidak jarang juga
menimbulkan fitnah serta tidak mendidik jika tayangan ini sampai ditonton oleh
anak-anak.
Kebanyakan dari acara televise memutar acara yang berbau kekerasan, adegan
pacaran yang mestinya belum pantas untuk mereka tonton, tidak hormat terhadap
orang tua, gaya hidup yang hura-hura (mementingkan duniawi saja). Hal ini menjadi
ikutan anak-anak karena pada pemikiran mereka, sikap sebegini merupakan trend
zaman ini.Ini juga akan menyebabkan terjadinya insiden bully di sekolah.
Anak juga dapat membentuk perilaku konsumtif karena dampak dari iklan
zaman ini yang amat menarik perhatian penonton. Hal ini akan mnjadikan anak,
boros berbelanja. Menonton televisi terjadi bersamaan dengan makan jajanan. Hal ini
menyebabkan terjadinya obesitas pada anak.(Moraes,2006)
Ikatan antara anggota keluarga juga menjadi reggang karena, ketika
menonton, semua orang terdiam di pikiran masing-masing. Tidak terjadi komunikasi
dua arah anatara anak dan keluarga mereka. Mereka akhirnya menjadi individualis
dan lebih suka bersendiri. Terakhir, terjadi kematangan secara seksual lebih cepat
karena adegan seks yang sering dilihat menjadikan anak lebih cepat matang secar
aseksual, ditamah rasa ingin tahu pada anak dan keinginan untuk mencoba adegan di
TV semakin menjerumuskan anak.
Berdasarkan penelitian Owens J,2004 menyebutkan bahwa kebiasaan
menonton televisi berhubungan secara signifikan dengan gangguan tidur malam. Hal

ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa anak-anak yang
banyak menghabiskan waktu mereka di depan layar kaca memiliki prestasi yang
buruk di sekolah.
Sekarang setelah mengetahui begitu besar dampak televisi bagi anak sudah
sepatutunya setiap orang tua membatasi waktu menonton dan mengawasi serta
menseleksi acara-acara apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk ditonton oleh
anak.

2.4 Peranan orang tua dalam mengontrol dan mengurangi dampak negative
menonton televisi pada anak.
Dari begitu banyak dampak yang diakibatkan oleh tontonan televisi,ada
beberapa hal yang bisa kita lakukan oleh setiap orang tua, iaitu, pertama, selalu
mendampingi anak ketika menonton televisi agar dapat memperlihatkan kesesuaian
adegan yang ditonton anak. Orang tua juga seharusnya yang memilih rancangan yang
ditonton anak. Jangan pilih yang idak sesuai usia anak. Lokasi meletakkan televisi
juga amat berperan. Seharusnya televisi tidak diletakkan di kamar tidur anak, atau di
ruang yang terisolasi. Televisi seharusnya diletakkan di ruang tamu, di mana bias
dipantau selalu.
Orang tua juga harus menetapkan batasan waktu untuk menonton televisi. Ini
secara langsung mengurangi resiko anak terkena peyakit mahupun menghalang dari
terbentukan perilaku yang menyimpang. Jurnal of Cardiology pada 2014 mengatakan
bahwa anak yang menonton televisi lebih dari 3 jam perhari mempunyai tekanan
darah yang lebih tinggi berbanding anak yang menonton kurang dari 2 jam .
University of Sydney pada 2008 pula mendapatkan , anak yang sering menonton
televisi terjadi penyempitan arteri retina.
Orang tua harus berani member masukkan kepada anak tentang baik buruk
suatu rancangan televisi itu. Jika dirasakan acara yang ditonton itu tidak sesuai,
mereka harus langsung menjelaskan kepada anak mereka, kenapa dan salahnya di

mana.Ini akan memberikan anak pandangan tentang baik buruknya sesuatu hal itu.
Banyak stasiun TV yang memberikan kode atau icon yang memberitahukan kategori
acara berdasarkan usia, misalnya SU (untuk semua umur), BO (dengan bimbingan
orang tua), R (remaja), D (dewasa). Tiap stasiun TV mungkin memiliki kode atau
ikon yang berbeda. Hal ini dilakukan agar orangtua bisa memilah tontonan yang baik
untuk anak.Jadi orang tua harus memilih acara yang paling sesuai untuk tontonan
sekeluarga.

BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat diuraikan bahwa, Tayangan televisi di era
modern khususnya di televisi local di Indonesia semakin melupakan mutu dan moral.
Tayangan yang disajikan semata-mata hanya untuk mencari keuntungan dan rating
tinggi semata tanpa memikirkan dampaknya terhadap penonton, terutamanya yang
berusia muda. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Annenberg Public Policy
Centre terhadap rumah tangga di Amerika Serikat, membuktikan bahwa rata-rata
anak di AS menghabiskan waktu mereka sebanyak 25 jam per minggu di depan layar
kaca. Hal ini melampaui standar yang diajukan oleh AAP. Jelas ini merupakan suatu
isu global, bukan hanya bersifat setempat.
Berdasarkan penelitian Christakis DA, 10% anak yang menonton televisi
setiap hari mulai usia 1-3 tahun berhubungan dengan masalah gangguan perilaku
pada anak usia 7 tahun. Hal ini bertentangan dengan penelitian Steven T, yang
membuktikan tidak berhubungan secara bermakna antara menonton televisi dengan
perilaku anak . Jelas di sini bahwa menonton televisi itu bisa memberikan dampak
postif dan negative. Justeru itu,orang tua memiliki peranan besar dalam membimbing
anak- anaknya agar tidak terjerumus dalam siaran televisi yang berbau kekerasan,
pornografi dan tindakan tercela lainnya. Oran tua harus selektif dalam memberikan
tontonan yang sesuai kepada anak untuk pekembangan yang sihat, karena fase pada
fase anak, infomasi gampang diabsorbsi dan diproses. Apa yang dilihat dan
didengarkan oleh anak-anak, akan dicontohi mereka, sama ada baik atau buruk
sesuatu hal itu. Anak-anak hari ini, akan menentukan Sumber Daya Manusia di masa
depan. Jadi, amatlah diharapkan, anak-anak didukung dari aspek social dan psikologis
oleh orang tua dan semoga pihak media lebih bertanggungjawab terhadap acara yang
disiarkan, dan wajib dipantau pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
1. A. Aziz. Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba
Medika: Jakarta.
2. Bleakly.A, Henessey M., Familial Television Practises,2015.
Di: http://www.annenbergpublicpolicycenter.org/publication/identifying-familytelevision-practices-to-reduce-childrens-television-time/
3. Christakis DA, Zimmerman FJ. Early television exposure and subsequent
attentional problems in children. J Pediatrics 2004.
Di: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15060216
4. Lumeng JC, Gannon K. Association between clinically meaningful behavior
problems and overweight in children. J Pediatrics 2003.
Di: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14595059
5. Handayani, N. 2006. Perkembangan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
6. Kliegman R, Arvin AM, ed. Nelson Textbook of Pediatrics 15th
edition. Philadelphia, Pennsylvania: W.B. Saunders Company; 1996
7. Vandewater EA, Bickham DS, Lee JH. Time well spent? Relating television use to
Childrens free time activities. J Pediatrics 2006; 117:e181-91.

Anda mungkin juga menyukai