Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Formalin merupakan salah satu bahan kimia bersifat racun yang sering
digunakan sebagai bahan pengawet untuk contoh-contoh biologi. Akan tetapi pada
prakteknya formalin banyak disalah gunakan sebagai pengawet bahan makanan seperti
ikan asin, ikan basah, tahu, bakso dsb. Apabila makanan tersebut terkonsumsi dapat
mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem metabolisme tubuh.
Formalin termasuk dalam golongan bahan beracun berbahaya berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun. Yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan
atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya.
Formalin termasuk kedalam bahan B3 yang bersifat iritasi (irritant) yakni
bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung, dan
apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat
menyebabkan peradangan. Selain itu formalin juga termasuk kedalam B3 yang bersifat
karsinogenik (carcinogenic) yakni bahan sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel
liar yang dapat merusak jaringan tubuh.
Di Indonesia sendiri kasus keracunan formalin pada hewan jarang terjadi,
namun ada beberapa kasus yang pernah dilaporkan salah satunya adalah keracunan
formalin pada harimau sumatera yang di pelihara di kebun binatang Surabaya (KBS),
seperti yang dilansir oleh www.antara news.com pada kamis, 4 juli 2013 lalu.
Dilaporkan bahwa kasus keracunan terjadi setelah harimau sumatera tersebut
mengkonsumsi daging yang mengandung formalin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian formalin ?
2. Bagaimana toksikokinetik formalin?
3. Bagaimana toksisitas formalin?
C. Manfaat
1

1. Mengetahui pengertian formalin.


2. Mengetahui toksikokinetik formalin
3. Memahami toksisitas formalin

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Formalin
Formalin adalah substansi yang terdiri dari 37% formaldehyde dan 63% air.
Nama lain formalin adalah Formic Aldehyde; Paraform; Formol; Formalin (Methanolfree); Fyde; Formalith; Methanal; Methyl Aldehyde; Methylene Glycol; Methylene
Oxide; Tetraoxymethalene; Oxomethane; Oxymethylene. Formaldehyde adalah
senyawa turunan aldehyde yang memilihi struktur (HCHO) Hidrogen, oksigen dan
carbon.

Ciri khas dari formalin adalah tidak berwarna, mudah terbakar dan berbau
tajam larut dalam air, alkohol, serta eter (tidak larut dalam pelarut orgnik yang lain),
formaldehid merupakan gas yang reaktif pada suhu kamar Memiliki berat molekul
sekitar 30 g/mol. Meskipun sudah dilarutkan dalam air hingga konsentrasi yang
rendah, bau formaldehid masih dapat dideteksi (Artha E., 2007)
Formalin, yang secara luas digunakan dalam industri, pendidikan dan
penelitian, lebih dikenal masyarakat umum sebagai bahan pengawet jenazah dan
disinfektan. Keracunan formaldehid baik secara akut, maupun kronis, memiliki efek
pada sistem saraf pusat. Hal ini didukung dengan adanya gangguan neurologis secara
klinis, dan gangguan fungsi luhur, yaitu memori.
B. Metabolisme Formaldehid
Formaldehid secara alami merupakan metabolit normal dari mamalia yang
mengambil bagian penting dalam proses biologi. Paparan formaldehid dapat terjadi
melalui berbagai cara karena diabsorbsi oleh semua permukaan tubuh, biasa terjadi
melalui inhalasi, peroral, atau kontak langsung. Saat formalin masuk ke dalam tubuh
secara oral maka akan cepat masuk ke dalam sistem gastrointesial dan dengan cepat
diabsorbsi oleh karena sifat formalin yang reaktif dan mudah larut dalam air.

Setelah diabsorbsi ke dalam tubuh formaldehid akan dioksidasi oleh enzim


FDH di hepar dan di eritrosit. Formaldehid endogen secara cepat dimetabolisme oleh
berbagai sistem enzim (sistem Glutathione-dependent Formaldehyde Dehydrogenase
-FDH- dikenal juga sebagai Alcohol Dehydrogenase 5 -ADH5- bersama dengan SFormyl-Glutathione-Hidrolase, metabolisme ini dapat juga dilakukan oleh sistem
Hydrogen peroxide/ sistem katalase) menjadi asam format yang terakumulasi atau
asam format dioksidasi dipecah menjadi format dan ion hidrogen masuk dalam siklus
karbon melalui tetrahidrofolat. Jalur asam tetrahidrofolat adalah jalur utama dimana
metabolisme asam format terjadi. Sekali format telah masuk dalam siklus karbon,
banyak reaksi terjadi dan mengarahkan format ke berbagai jalur termasuk jalur asam
sitrat dimana format dapat digunakan untuk kebutuhan energi, melepaskan karbon
dioksida dan air. Sedangkan kelebihan asam format dalam tubuh akan diekskresikan
melalui urin (Laymena, 2012)
Format atau formaldehid telah terbukti berperan dalam transfer karbon tunggal
dari glisine, histidin, triptofan, serin, dan berbagai asam amino esensial; serta berperan
dalam sintesis purin, pirimidin, metionin, dan cholase. Asam format juga sebagai
inhibitor bagi enzim seperti heksokinase dan cholinesterase. Juga menghambat
oksidasi suksinat, dan glikolisis anaerobik. Pada tingkat sel, asam format menghambat
enzim

sitokrom

oksidase

sehingga

menyebabkan

hipoksia

histotoksik

dan

menyebabkan penumpukkan asam. Penyebab kematian sel tersebut paling sering


dikarenakan oleh hipoksia jaringan. Kematian sel yang terakumulasi akan
menyebabkan kegagalan fungsi organ. Kadar asam format yang tinggi di dalam tubuh
secara cepat menyebabkan nekrosis sel-sel hati, ginjal, jantung dan otak.
C. Toksisitas Formalin
Formaldehid sebagaimana telah dikatakan sebelumnya adalah suatu substansi
dapat tidak berbahaya pada konsentrasi minimal, namun pada paparan konsentrasi
tinggi dapat mengakibatkan efek toksik. Formaldehide merupakan zat toksik bagi
protoplasma, paparan formalin peroral dalam kurun waktu akut dan kronis dapat
memberi manifestasi lokal maupun sistemik dalam jangka waktu panjang maupun
pendek. Efek lokal tersebut adalah nekrosis koagulatif, prepisipitasi dan fiksasi
jaringan. Sedangkan efek sistemiknya adalah asidosis, yang terjadi akibat adanya
metabolisme formaldehid menjadi asam format (Aprilianti, dkk., 2007).
4

Formalin jika termakan, dalam jangka pendek tidak menyebabkan keracunan,


tetapi jika tertimbun di atas ambang batas dapat mengganggu kesehatan. Ambang batas
yang aman adalah 1 miligram perliter. International Proggrame on Chemical Safety
menetapkan bahwa batas toleransi yang dapat diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg
perliter Bahaya formalin dalam jangka pendek (akut) adalah apabila tertelan maka
mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit jika menelan, mual, muntah dan
diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi
(tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan hati, limpa, pankreas, susunan syaraf pusat dan
ginjal. Bahaya jangka panjang adalah iritasi saluran pernafasan, muntah-muntah dan
kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di
dada. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi
(kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haematomesis (muntah darah) yang
berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat
mengakibatkan kematian dalam jangka waktu 3 jam (Aprilianti, dkk., 2007).
Menurut badan POM RI tahun 2011, berikut data batasan-batasan dosis yang dapat
menyebabkan iritasi dan toksisitas pada hewan, yaitu:
1. Data iritasi:
a. Iritasi kulit: Iritasi ringan hingga sedang kulit-kelinci 0,1 20 %; iritasi
ringan hingga sedang kulit-marmut 0,1 20 %; sensitisasi positif kulitmarmut 1% aplikasi terbuka; sensitisasi positif kulit-marmut 3%
aplikasi terbuka; sensitisasi positif kulit-marmut 1% intradermal.
b. Iritasi mata: Mata-kelinci 0,5 mL (tingkat 8 pada skala 10)
2. Data toksisitas:
LD50 oral-tikus 100 mg/kg; LD50 oral-tikus 800 mg/kg; LD50
subkutan-tikus 420 mg/kg; LD50 intravena-tikus 87 mg/kg; LC50 inhalasitikus 984 mg/m3 selama 30 menit; LC50 inhalasi-tikus 578 mg/m3 selama 4
jam; LD50 oral-mencit 42 mg/kg; LD50 subkutan-mencit 300 mg/kg; LC50
inhalasi-mencit 400 mg/m3/2 jam; LC50 inhalasi-mencit 497 mg/m3 selama 4
jam; LD50 oral-marmut: 260 mg/kg; LD50 kulit-kelinci 270 mg/kg.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Formalin adalah substansi yang terdiri dari 37% formaldehyde dan 63% air.
Nama lain formalin adalah Formic Aldehyde; Paraform; Formol; Formalin (Methanol-

free); Fyde; Formalith; Methanal; Methyl Aldehyde; Methylene Glycol; Methylene


Oxide; Tetraoxymethalene; Oxomethane; Oxymethylene
Formadehid di metabolisme di dalam hepar dibantu oleh enzim Formaldehid
dehidrogenase menjadi asam format. Asam format jika dapat menghambat aktivitas
sitokorm oksidase Sehingga terjadi hipoksia histotoksik karena terjadi penurunan
sintesis ATP Kadar asam format yang tinggi di dalam tubuh secara cepat menyebabkan
nekrosis sel-sel hati, ginjal, jantung dan otak. Selain itu elebihan asam format akan
mengganggu sintesis protein yang mengakibatkan terjadi defek DNA sehingga terjadi
asidosis metabolik (pH darah menjadi asam). Selain itu kelebihan asam format akan
memengaruhi jumlah eritropoetin pada ginjal sehingga terganggunya pembentukan selsel darah yang berpengaruh pada Hb darah menjadi rendah.
Bahaya formalin dalam jangka pendek (akut) adalah apabila tertelan maka
mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit jika menelan, mual, muntah dan
diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi
(tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan hati, limpa, pankreas, susunan syaraf pusat dan
ginjal. Bahaya jangka panjang adalah iritasi saluran pernafasan, muntah-muntah dan
kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di
dada

Anda mungkin juga menyukai