Anda di halaman 1dari 7

Activity Based Costing (ABC)

ABC merupakan kependekan dari activity based costing (pembiayaan atau penetapan
biaya berdasarkan aktivitas). Karena istilah ini bagi kalangan akademisi dan para manajemen
puncak sudah cukup popular maka istilah ABC tidak akan diterjemahkan akan tetapi masih tetap
dipakai sebagaimana adanya (aslinya).
Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem akuntansi yang berfokus pada
aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa. Dalam ABC, harus
dilakukan penelitian aktivitas apa saja yang dilakukan untuk memproduksi produk. Ketelitian
penemuan aktivitas akan menyebabkan ketelitian perhitungan harga pokok produk. Dasar
pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan
oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang
menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas
dibebankan ke objek biaya berdasarkan penggunaannya.
ABC menjadi alat biaya populer di kalangan perusahaan manufaktur pada tahun 1980.
Perusahaan manufaktur memiliki tingkat biaya tidak langsung mulai dari 70 sampai 95 persen.
Berdasarkan sistem akuntansi manajemen tradisional, biaya-biaya tidak langsung diserap ke
dalam produk dengan, Misalnya, alokasi pada 1 per jam tenaga kerja langsung atau, 1 per jam
mesin atau persen biaya primer atau, persen biaya bahan langsung dan sebagainya. Singkatnya,
melalui sistem akuntansi manajemen tradisional, semua biaya secara tidak langsung dalam
sebuah produk dapat ditelusuri. Sumber daya yang dikonsumsi dialokasikan secara proporsional
dengan volume masing-masing produk yang mengalami proses produksi.
Di sinilah letak masalahnya. Seperti yang dikemukakan oleh Pieper (1999), bahwa
volume biaya driver gagal diterapkan dalam produk yang beragam dalam bentuk ukuran atau
kompleksitas. Demikian pula tidak ada hubungan langsung antara volume produksi dan
konsumsi biaya. Bagaimanapun juga, ABC menelusuri keterlibatan biaya untuk kegiatan
perusahaan.

Tahap-tahap dalam Perancangan Sistem ABC


Menurut Blocher dkk. (2000 : 123-126) tahap perancangan ABC dibagi dalam tiga tahap yaitu :
A.

Mengidentifikasikan Biaya Sumber Daya dan Aktivitas

Tahap pertama dalam merancang sistem ABC adalah mengidentifikasikan biaya sumber daya dan
melakukan analisis aktivitas. Biaya sumber daya adalah biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan berbagai aktivitas. Sebagian besar biaya sumber daya ada dalam subrekening buku
besar, seperti bahan, supplies, pembelian, penanganan bahan, pergudangan, ruang kantor, mebel,
dan peralatan lain, bangunan, peralatan pabrik, utilitas gaji, dan tunjangan, teknik dan akuntansi.
Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi pekerjaan (aktivitas) dalam organisasi.
Analisis aktivitas meliputi pengumpulan data dari dokumen dan catatan yang ada, dan
penelitian/survei dengan menggunakan daftar pertanyaan, observasi, dan wawancara secara
terus-menerus terhadap orang-orang kunci. Anggota tim proyek ABC biasanya menanyakan halhal ini kepada karyawan atau manajer kunci :
a.

Apa pekerjaan/aktivitas yang Anda lakukan?

b.

Berapa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?

c.

Apa sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?

d.

Nilai apa yang dimiliki oleh aktivitas tersebut bagi perusahaan?

Tim proyek ABC juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan observasi dan
membuat daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan.
Proses pemanufakturan mempunyai empat kategori aktivitas:
a.

Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit

produk. Contoh aktivitas berlevel unit (berdasarkan volume atau unit) adalah pemakaian bahan,
pemakaian jam kerja langsung, memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan aktivitas
menjalankan mesin.

b.

Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau kelompok

produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch ingin diproduksi. Contoh aktivitas
berlevel batch adalah setup, mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk
setiap batch dan penanganan bahan.
c.

Aktivitas untuk mendukung produk. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung

produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas untuk mendukung produk adalah merancang
produk, administrasi suku cadang, penerbitan formulir pesanan untuk mengubah teknik rekayasa
dan ekspedisi.
d.

Aktivitas untuk mendukung fasilitas. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung

produksi secara umum. Contoh aktivitas ini adalah keamanan, keselamatan kerja, pemeliharaan,
manajemen pabrik, depresiasi pabrik dan pembayaran pajak properti.

B.

Membebankan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas

Aktivitas menimbulkan biaya sumber daya. Driver sumber daya (Resources driver) digunakan
untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas. Kriteria penting untuk memilih cost driver
yang baik adalah hubungan sebab akibat. Driver sumber daya biasanya meliputi:
a.

meter untuk utilitas

b.

jumlah tenaga kerja untuk aktivitas yang berkaitan dengan penggajian

c.

jumlah setup untuk aktivitas setup mesin

d.

jumlah pemindahan untuk aktivitas penanganan bahan

e.

jam mesin untuk aktivitas menjalankan mesin dan

f.

luas lantai untuk aktivitas kebersihan.

C.

Membebankan Biaya ke Objek Biaya

Jika aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya aktivitas per unit. Hal ini
dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk output yang diproduksi oleh aktivitas
tersebut. Perbandingan selama beberapa waktu dengan organisasi lain dapat digunakan untuk
menentukan efisiensi (produktivitas) untuk aktivitas-aktivitas tersebut.
Output merupakan objek biaya yang membutuhkan aktivitas, output untuk sebuah sistem biaya,
biasanya berupa produk, jasa, pelanggan, proyek, atau unit bisnis. Contohnya, dalam perusahaan
asuransi, output dapat berupa produk atau jasa individual yang ditawarkan kepada pelanggan,
pelanggan, agen asuransi atau divisi yang menerima manfaat dari sumber daya perusahaan.
Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Driver aktivitas
biasanya berupa jumlah pesanan pembelian, jumlah laporan penerimaan barang, jumlah laporan,
atau jam inspeksi, jumlah suku cadang yang disimpan, jumlah pembayaran, jam kerja langsung,
jam mesin, jumlah setup dan waktu siklus produksi.

ACTIVITY BASED COSTING (ABC)


Dalam sistem akuntansi tradisional hanya manufacturing cost dibebankan ke produk meskipun
biaya manufaktur tersebut bukan penyebab timbulnya produk tersebut. Seperti biaya penjualan
dan administratif diperlakukan sebagai period cost dan tidak

dibebankan kepada produk.

Bagaimanapun banyak juga non-manufacturing cost sebagai bagian dari ongkos produksi, seperti
penjualan, distribusi, dan pelayanan produk-produk tertentu. Di dalam Activity-Based Costing
( ABC ), produk hanya dibebani semua biaya yang semestinya menjadi beban untuk
menghasilkan barang tersebut.
Di dalam sistem absorbsi biaya yang tradisional, biaya yang belum terpakai atau idle, kapasitas
dibebani utnuk produk. Jika tingkat aktivitas budget menurun, maka tingkat overhead dan biaya
produk per unit akan meningkat karena meningkatnya kapasitas yang menganggur merata ke
semua basis yang lebih kecil. Sebaliknya, di dalam sistem ABC, produk hanya dibebani biayabiaya sebesar kapasitas yang digunakan, dan bukan dibebankan kepada kapasitas yang tidak
digunakan.

Sistem pembebanan biaya secara tradisional mengandalkan basis alokasi yang dikendalikan oleh
volume produksi. Sebaliknya, sistem ABC mendefinisikan kedalam 5(lima) aktivitas yang
sebagian besar tidak berkaitan dengan volume unit yang dihasilkan. Kelima aktivitas tersebut
adalah :
1.

UNIT-LEVEL ACTIVITIES yang dilaksanakan setiap waktu dari unit yang diproduksi.

Biaya aktivitas di tingkat unit harus proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi.
2.

BATCH-LEVEL ACTIVITES yang dilakukan setiap batch yang ditangani atau diproduksi,

dengan mengesampingkan berapa jumlah unit dalam batch. Contoh, pelaksanaan penempatan
pesanan-pengaturan peralatan-dan pengiriman ke pelanggan, adalah aktivitas dalam satu batch
(paket). Besarnya biaya yang timbul tergantung pada seberapa banyak batch yang diproses dan
tidak tergantung pada tiap-tiap unit yang ada d tiap-tiap unit yang terjual.
3.

PRODUCT-LEVEL ACTIVITY berkaitan dengan produk-produk khusus dengan tipe-

tipe khusus yang dilakukan dengan mengesampingkan jumlah batch-batch yang diproduksi atau
terjual. Contoh, produk-produk high-class yang perlu desain khusus, iklan yang eksklusif,
membentuk manajer dan staff khusus produk yang bersangkutan adalah satu kesatuan dari
Product-Level Activity.
4.

CUSTOMER-LEVEL ACTIVITIES berkaitan dengan para pelanggan khusus dan

mencakup aktivitas-aktivitas seperti sales calls, catalog mailing.


5.

ORGANIZATION-SUSTAINING ACTIVITIES yang dilaksanakan tanpa memandang

siapa pelanggan yang dilayani, produk yang dihasilkan, berapa banyak batch-batch yang
dikelola, atau berapa unit yang dibuat. Kategori ini mencakup pemanasan mesin-mesin pabrik,
penyediaan jaringan komputer, persiapan laporan tahunan kepada share holder dsb.

Kelebihan Dan Kelemehan Implementasi Sistem Activity-Based Costing


Sistem ABC telah luas diterapkan karena beberapa kelebihan, yaitu ;
1.

Memudahkan manajemen untuk mendapatkan informasi product cost-assignment secara

akurat.
2.

Membantu manajemen untuk menelusuri dan mengidentifikasi cost-driver ke dalam Pool

Activity.
3.

Mempermudah aktivitas perencanaan dan pengendalian overhead cost dengan adanya

Pooling-Cost Activity.
4.

ABC memberikan peluang untuk melakukan desain cost-reduction activity terhadap

produk yang akan diproduksi.


5.

Meningkatkan kemampuan manajemen dalam menyusun cashflow perusahaan dengan

memisahkan biaya ke dalam Cost Pooling Activity.

Disamping terdapat kelebihan ABC juga memiliki beberapa kelemahan yang pada umumnya
cenderung dihadapi manajemen, yaitu ;
1.

Di dalam implementasinya ABC relatif sulit direalisasikan karena manajemen harus benar-

benar cermat mengidentifikasikan cost-driver cost driver ke dalam Cost Pool Activity.
2.

Dalam implemetasinya sering mengabaikan aktivitas proses produksi karena tuntutan

adanya usaha cost-reduction activity.

3.

Penerapan ABC cenderung menimbulkan pertentangan antara manajemen dengan pekerja

karena adanya cost-efficiency yang amat ketat.


4.

Karena Laporan Keuangan sifatnya timeliness maka ABC sulit dilaksanakan karena adanya

kendala periode waktu.


Munculnya konsep ABC karena sistem ABT (akuntansi biaya tradisional) tidak menghubungkan
aktivitas pendukung dengan produk yang diproduksi. Di dalam konsep ABC, biaya tidak secara
langsung dikaitkan dengan produk akan tetapi biaya dikaitkan dengan aktivitas terlebih dahulu
dan biaya aktivitas ini akhirnya juga dikaitkan dengan biaya pokok suatu produk. Di dalam
sistem ABT (akuntansi biaya tradisional), alokasi dilakukan dengan menggunakan metode
langsung yang mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan
mengabaikan kemungkinan beberapa aktivitas dari departemen jasa yang mungkin juga masih
bermanfaat kepada departemen jasa yang lain dan kemudian dalam tahap berikutnya kemudian
menambahkan kepada departemen produksi dan dari departemen produksi dibedakan kepada
masing-masing produk yang dihasilkannya.

Anda mungkin juga menyukai