Anda di halaman 1dari 23

PROSEDUR GTP

1. ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN KLINIS


2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI GTP
Indikasi
1. Individu yang seuruh gigi telah tanggal atau dicabut
2. Individu yang masih mempunyai beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan
gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaikin
3. Keadaan umum dan kondisi pasien sehat
4. Gigi yang tersisa tidak dapat mendukung gigi tiruan sebagian, dan tidak ada alternatif
yamg tersedia

KONTRAINDIKASI
1. Ada Alternatif perawatan lain
2. Kelainan mental/fisikal yang menyebabkan gangguan kemampuan pasien untuk
kooperatifselama pembuatan gigi tiruan dan selama penggunaan gigi tiruan.
3. Pasien hipersensitif terhadap material gigi tiruan.
4. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
5. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi
yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.
6. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.
7. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.
8. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang akan diperoleh.

3. PENCETAKAN
PERAWATAN KASUS LINGIR DATAR
Pada kasus rahang bawah dengan lingir datar karena mengalami resorbsi, perlekatan
otot-otot terletak pada puncak lingir sehingga dengan mudah melepaskan gigi tiruan.
Pembuatan gigi tiruan lengkap pada rahang bawah yang berlingir datar mempunyai suatu

masalah tersendiri dalam mencapai hasil yang baik dan memuaskan. Kesulitan-kesulitan
terutama ditemukan dalam memperoleh retensi, stabilisasi dan dukungan gigi tiruan lengkap.
Pada kasus resorbsi lingir alveolar yang kontinyu, otot-otot wajah (bibir dan pipi)
akhirnya tidak ditopang dan cenderung untuk jatuh ke dalam rongga mulut (collaps). Pada
waktu yang bersamaan lidah membesar untuk mengisi ruang yang sebelumnya ditempati oleh
gigi dan tulang alveolar. Selanjutnya akan terbentuk suatu ruangan di dalam rongga mulut
pada pasien yang tidak bergigi yang disebut ruangan gigi tiruan.
Resorbsi lingir alveolar akan mengurangi jumlah perlekatan mukoperiosteum pada
tulang sehingga vestibulum bukal dan lingual berkurang. Perubahan-perubahan ini
mempersulit operator untuk membedakan batas-batas anatomis dan fungsional dari rongga
mulut.(Gambar 6)

Gambar 6. Resorbsi linggir alveolar rahang bawah yang parah.


Resorbsi tulang rahang bawah akan menyebabkan lingir menjadi datar karena ikatan-ikatan
otot berada pada puncak lingir. Kondisi-kondisi tersebut di atas sangat
berpengaruh terhadap gigi tiruan lengkap rahang bawah dimana dengan berkurangnya
vestibulum bukal dan lingual, operator sulit membedakan batas-batas anatomis dan
fungsional dari rongga mulut.
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi masalah pada rahang bawah dengan lingir
datar pada pembuatan gigi tiruan lengkap. Misalnya dengan melakukan pendalaman sulkus
lingual dan vestibuloplasty dengan metode operasi sehingga didapatkan suatu bentuk lingir
baru yang memberikan dukungan yang baik. Tetapi seringkali kerugian diderita oleh pasien
karena terjadi berbagai efek samping setelah menjalani prosedur operasi yaitu post operative
defiguration, anasthesia dan neuralgia pains.
Selain vestibuloplasty juga dapat dibuat implant denture pada pasien dengan lingir
datar. Tetapi metode ini dilakukan pada pasien-pasien yang betul-betul memenuhi indikasi
baik lokal maupun umum. Disamping itu, tahap operasi yang dilakukan pada proses

pembuatan implan ini juga dapat menyebabkan berbagai efek samping dan kegagalan,
misalnya mental nerve traumatization dan fraktur rahang.
Melihat berbagai efek samping yang dapat terjadi pada metode yang telah dijelaskan
di atas, maka untuk mendapatkan suatu gigi tiruan lengkap rahang bawah yang baik dan
memuaskan dapat dilakukan suatu teknik pencetakan khusus dengan memahami dan mencari
berbagai kemungkinan retensi dari letak otot-otot sekitar gigi tiruan.
Pengaruh utama dari resorbsi lingir alveolar rahang bawah terhadap gigi tiruan
lengkap adalah retensi saat pemakaian gigi tiruan tersebut. Dimana bentuk tulang lingirnya
memberikan sedikit kemungkinan untuk retensi. Ikatan otot-otot yang terletak pada puncak
lingir menyebabkan daya melepaskan besar sekali.
Pengaruh terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan seperti yang telah dijelaskan
diatas, sangat berkaitan dengan teknik pencetakan yang dilakukan. Sebuah gigi tiruan yang
baik akan mempunyai retensi yang baik bila dihasilkan dari cetakan yang baik. Tetapi bentuk
dan ukuran lingir mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan lengkap. Dengan adanya
perubahan-perubahan yang radikal pada lengkung mandibula yang tidak bergigi akibat
resorbsi maka teknik pencetakan yang biasa dilakukan pada pembuatan gigi tiruan lengkap
tidak akan menghasilkan suatu hasil yang diharapkan. Ini merupakan suatu kesulitan
tersendiri dimana pada lingir rahang bawah yang datar harus dengan suatu teknik pencetakan
yang khusus untuk memperoleh hasil yang terbaik.

Teknik Pencetakan rahang bawah dengan linggir datar


Teknik pencetakan merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam pembuatan
gigi tiruan lengkap rahang bawah dengan lingir datar untuk mendapatkan hasil yang baik.
Dalam prosedur pencetakan ini, dapat dilakukan dengan dua tahap, yang pertama yaitu
pencetakan awal (preliminary impression) dan pencetakan fungsional (secondary
impression). Pencetakan fungsional ditujukan untuk mencetak struktur jaringan pendukung
dan membentuk tepi gigi tiruan (peripheral border) yang dapat menutup pinggiran (border
seal) dengan baik. Keadaan ini memberikan retensi dan stabilisasi yang maksimal pada gigi
tiruan. Pencetakan pada lingir datar ini ditujukan untuk memanfaatkan semua kemungkinan
fiksasi jaringan baik aktif maupun pasif pada gigi tiruan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bentuk tulang pada pasien-pasien dengan
lingir datar kecil kemungkinannya untuk retensi dan stabilitas pada gigi tiruan lengkap.
Perlekatan otot terletak dekat dengan puncak lingir dan menyebabkan efek melepaskan yang
sangat besar pada gigi tiruan. Dengan alasan ini, batas pergerakan otot dan ruang dimana gigi
tiruan dapat diperluas tanpa melepaskan gigi tiruan harus tercatat dengan akurat pada
cetakan. Pencetakan seperti ini bisa didapatkan dari metode pencetakan dinamik.
Pencetakan dinamik adalah suatu metode pencetakan yang dapat mencetak daerah
mukosa otot yang bergerak untuk perluasan gigi tiruan tanpa menyebabkan pelepasan gigi
tiruan tersebut.
Keuntungan-keuntungan dari pencetakan dinamik adalah:
1. Menghindarkan efek melepaskan oleh otot, pada bentuk batas gigi tiruan yang tidak tepat.
2. Sebanyak mungkin memanfaatkan fiksasi jaringan aktif dan pasif pada gigi tiruan.
Keuntungan-keuntungan ini merupakan hasil langsung dari bahan cetak yang dibentuk
oleh gerakan-gerakan fungsional dari otot dan perlekatan otot sepanjang tepi landasan gigi
tiruan.
Pada pencetakan dinamik, cetakan dibentuk oleh aktivitas fungsional otot dan perlekatan
otot, maka unsur-unsur perkiraan seperti pada metode konvensional dikurangi. Suatu
perkiraan pada model yang harus dinilai untuk mendapatkan perluasan yang tepat di
sublingual seperti yang dikemukakan oleh Schreinemokers, atau perkiraan penentuan panjang
perluasan posterior dan sayap lingual, seperti pada teknik mukosa tidak diperlukan pada
teknik pencetakan dinamik.
TEknik pencetakan dinamik menurut DeFranco & Sallustio (1995).
Pencetakan ini menggunakan teknik untuk memaksimalkan aspek dukungan landasan
gigi tiruan dengan dua pendekatan yaitu fungsional dan anatomis. Pinggiran cetakan
diperoleh secara fungsional dengan metode mulut tertutup dan fase akhir pencetakan dibuat
dengan metode mulut terbuka untuk memperoleh dukungan anatomis.

Prosedur pencetakannya adalah sebagai berikut:

1. Buat oklusal rim RA pada model kerja di atas landasan lilin dan oklusal rim RB pada
model diagnostik di atas sendok cetak pribadi. Oklusal rim ini dibuat dari lilin yang datar.
2. Oklusal rim maksila dan mandibula kemudian dioklusikan sehingga didapatkan vertikal
dimensi. Penting sekali diperhatikan bahwa oklusal rim beroklusi tanpa adanya inklinasi.
(gambar 7)

Gambar 7. Oklusal rim rahang atas dan rahang bawah


3. Setelah didapatkan oklusi dan dimensi vertikal yang tepat, kemudian dibentuk perluasan
tepi cetakan dengan mengunakan bahan cetak tissue conditioning. Tepi bagian lingual
dibentuk dalam keadaan mulut terbuka dan pasien diminta untuk melakukan gerakangerakan lidah seperti menempatkan lidah ke pipi dan gerakan menyapu bibir atas. Pasien
juga diinstruksikan untuk membentuk tepi cetakan secara fisiologis dengan membunyikan
ooo dan eee sewaktu menggigit oklusal rim. Perlu diperhatikan, untuk aplikasi
pertama conditioning material harus diberikan dalam konsistensi yang lebih tebal untuk
mendapatkan perluasan yang maksimum. (gambar 8a)
4. Ulangi lagi tahap ke-3 diatas sesring mungkin untuk memperoleh perluasan yang
diinginkan. Pada setiap pengulangan, conditioning yang diaplikasikan lebih tipis
dibandingkan dengan yang pertama. Bentuklah sendok cetak pada setiap bagian dengan
conditioning sebelum penambahan berikutnya. Hilangkan kelebihan perluasan dengan
menggunakan ujung pisau yang panas. Bagian sendok cetak yang perluasannya terlalu
lebar dapat diidentifikasi dengan melihat daerah mana yang menyebabkan sendok cetak
terlepas selama mandibula bergerak normal. (gambar 8b)

(a)

(b)

Gambar 8 (a). Aplikasi pertama tissue conditioning dgn konsistensi lebih tebal

(b). Aplikasi terakhir setelah 2x aplikasi conditioning yg lebih tipis


5. Setelah perluasan dengan conditioning diperoleh, lakukan pencetakan akhir kedua
menggunakan bahan cetak polisulfide rubber dengan metode mulut terbuka dan
menggunakan prosedur standar pembentukan tepi cetakan. Proses ini meminimalkan
tekanan selama fase pencetakan mulut tertutup dan menghasilkan permukaan yang lebih
baik serta penggabungan yang lebih sempurna dengan bahan model atau gips batu.
(gambar 9)

Gambar 9. Cetakan polysulfide rubber dgn metode mulut terbuka


6.

Cetakan tidak perlu dilakukan boxing, karena prosedur ini sulit dan memakan waktu.

Cetakan langsung diisi gips untuk menghindari distorsi conditioning dan polisulfide. (gambar
10)

Gambar 10. Cetakan langsung diisi dengan stone gips.

Teknik Pencetakan Sublingual (Krammer 1982).


Pencetakan ini dimaksudkan untuk mendapatkan perluasan horizontal sayap lingual
gigi tiruan rahang bawah ke sublingual sehingga diperoleh retensi dan stabilisasi yang baik
dimana retensi yang dipengaruhi oleh perluasan landasan ini adalah retensi daya otot. Daya
otot ini didapat dari otot-otot lidah yang menahan gigi tiruan pada tempatnya dengan jalan

bersandar di atas sayap lingual. Selain daya otot juga daya atmosfir yang didapat dari border
seal akibat perluasan landasan.
Tahap-tahap pencetakan:
1. Pencetakan awal dengan bahan cetak alginat (irreversibel hidrocolloid) atau bahan cetak
kompon.
2. Pembuatan sendok cetak pribadi, setelah didapatkan model studi kemudian dibuat outline
yang meliputi bagian labial, bukal dan sublingual. Pada daerah sublingual dibuat
peredaan dengan lilin setebal 3 mm. Selanjutnya diatas outline ini dibuat sendok cetak
pribadi dari base plate atau self curing acrylic lalu dilakukan base plate trimming.
Pinggiran dari perluasan sayap lingual harus terletak dalam groove yang bergerak diantara
dasar lingual dan sublingual eminence. Setelah bagian sublingual, juga dilakukan di
bagian bukal dan labial.
3. Selanjutnya dilakukan muscle trimming, Pada daerah lingual sendok cetak ditambahkan
bahan untuk mencetak batas pinggiran lalu dilakukan gerakan-gerakan fungsionil. Agar
otot genioglosus dan frenulum dapat bebas maka bahan cetak dimasukkan kembali
dengan menjulurkan lidah keluar. Pembentukan pinggiran di daerah tersebut harus
menghasilkan border seal yang baik agar retensi cukup saat pasien membuka mulut dan
menggerakkan lidah. (gambar 11)

Gambar 11. Hasil muscle trimming dengan kompon.


4. Kemudian dilakukan pencetakan fisiologis, sebelumnya pada sendok cetak pribadi dibuat
beberapa lubang pada daerah yang membutuhkan peredaan tekanan. Lalu bahan cetak
zinc oxide eugenol yang telah diaduk rata, dioleskan pada sendok cetak dan dimasukkan
ke dalam mulut pasien. Pada posisi ini kemudian dilakukan gerakan menelan untuk
mengaktifasi lingual paraprosthetic muscular system. Selanjutnya pasien diminta untuk
membuat peredaan dari frenulum lingualis dan otot genioglosus. Gerakan lateral juga
dilakukan untuk mencatat gerakan dari dasar mulut. Setelah itu hasil cetakan diisi dengan

gips untuk membuat model kerja, kemudian pada model kerja ini dibuat gigi tiruan
lengkap. (gambar 12 a,b)

(a)

(b)

Gambar 12 (a). Cetakan terakhir


(b). Hasil cetakan yg telah diisi gips, perluasan sayap Sublingual ditandai dgn garis putusputus.

4. SCP
5. PEMBUATAN BASE PLATE DANBITE RIM

6. ARTIKULATOR
MOUNTING MODEL RAHANG PADA ARTIKULATOR
Mounting adalah prosedur laboratoris pemasangan model studi/kerja rahang atas dan
rahang bawah pada artikulator atau instrumen yang serupa. Pada tahapan pembuatan gigi
tiruan, mounting dilakukan setelah penetapan gigit (jaw relation record) yang hasilnya
digunakan sebagai panduan untuk melekatkan model studi/kerja pada artikulator.
Menurut the glossary of prosthodontics, artikulator merupakan alat mekanik yang
dapat merepresentasikan posisi TMJ dan bagian-bagian rahang, dimana pada alat tersebut
model rahang atas dan rahang bawah dilekatkan. Kegunaan artikulator antara lain untuk
keperluan diagnostik (melihat relasi rahang dan oklusi gigi geligi dan rahang) dan rehabilitasi
stomatognatik (pembuatan gigi tiruan).
Klasifikasi artikulator antara lain :

1. Artikulator engsel sederhana (simple hinge artikulator) atau disebut juga sebagai
okludator, hanya mampu melakukan gerakan membuka dan menutup rahang. Perlu
diwaspadai bila menggunakan artikulator jenis ini, karena tingkat kecermatan rendah
dan resiko kesalahan oklusi cukup besar.
2. Artikulator rata-rata (average value/fixed condyle/three-point/ free-plane
artikulator). Pada artikulator jenis ini sudut kondile 25- 30 dan kemiringan meja
insisal 10 telah ditetapkan dan tidak dapat disesuaikan dengan kondisi pasien, contoh
: artikulator buatan Shofu, SMIC, Ash, Leon, Detrey.Artikulator padan sebagian (semi
adjustable artikulator). Pada jenis ini penyesuaian inklinasi kondile dan sudut bennet
menggunakan interocclusal record dengan bantuan face-bow. Model dapat
disesuaikan dengan sumbu engsel rahang dan posisi meja insisal dapat diatur akan
tetapi jarak antara kondile tidak dapat disesuaikan. Artikulator jenis ini dibagi menjadi
(a) artikulator arkon (arcon artikulator) dimana lereng kondile terletak di atas, dan (b)
artikulator non-arkon (non-arcon artikulator) dimana lereng kondile terletak di bawah.
Contoh : artikulator buatan Hanau, Dentatus, Dinar.
3. Artikulator semi atau padan penuh (semi atau fully adjustable artikulator).
Sistem kerja artikulator ini sepenuhnya mengimitasi arah maupun lengkung gerak
kondile. Dibutuhkan keahlian operator yang cukup baik karena pemakaiannya yang
rumit dan sulit.
Alat dan Bahan : Lap & Koran untuk alas kerja; Model kerja RA & RB; Pisau Malam, Pisau
Model, Pisau gips , Bunsen burner & pemantik api, Artikulator Rata-Rata, Mangkuk karet
dan Spatula Gips, Kuas, Vaseline & Malam perekat (sticky wax) , Gips tipe II (warna putih) ;
Malam mainan, batang korek api, karet gelang, tali rafia; Vibrator
Tahapan kerja :
1. Buatlah bentukan 3 (tiga) cekungan (index groove) atau sesuaikan dengan tonjolan
pada permukaan split cast plate (untuk artikulator handy IIA Shofu) pada dasar model
kerja RA dan RB dengan menggunakan bantuan pisau gips dan pisau malam.
Tujuannya adalah untuk menambah retensi model kerja dengan gips saat dipasang
dalam artikulator.
2. Model kerja difiksasi menggunakan batang korek api dan malam perekat (sticky wax
warna oranye) yang dilunakkan di atas nyala api bunsen burner.

3. Periksa terlebih dahulu kelengkapan artikulator yaitu sendi artikulator, pin vertical
(incisor guide pin), pin horizontal (incisor indicator), pasak pengunci artikulator
dengan gips (model locking pin RA dan RB), model plate, magnet.
4.

Ulasi
semua
bagian
artikulator

(model locking pin, split cast plate) yang akan berkontak dengan stone gipsum dan
dasar model kerja menggunakan bahan separasi (vaseline)
5. 5. Sebelum pemasangan model studi/kerja pada artikulator, terlebih dahulu pasang
model plate RA dan RB pada split cast plate RA dan RB
6. 6. Tentukan posisi model kerja pada artikulator dengan bantuan karet gelang atau
occlusal plane table. Perhatikan! garis median model harus sebidang garis median
pada artikulator dan bidang oklusi model sebidang dengan horisontal
artikulator (segitiga Bonwill). Periksa kesejajaran bidang oklusal gigi geligi atau
galangan gigit terhadap segitiga Bonwill dengan menggunakan karet gelang.
7. 7. Sebelum pemasangan model studi/kerja pada artikulator, terlebih dahulu pasang
model plate RA dan RB pada split cast plate RA dan RB
8. 8. Siapkan adonan gips tipe II untuk memasang model dalam artikulator. Letakkan
adonan gips tipe II di bagian atas artikulator hingga menutupi split cast plate dan
model locking pin, tunggu hingga gips mengeras 30 menit, gunanya untuk
memfiksasi split cast plate dan model locking pin (Untuk artikulator handy IIA Shofu)
supaya

tidak berubah posisi.

9. Letakkan adonan gips tipe II pada model RA yang sudah diulasi vaselin.

10. Letakkan adonan gips tipe II pada model plate RA hingga menutupi bagian-bagian
undercut model plate.

11. Katupkan bagian atas artikulator sehingga menekan model kerja RA.
12. Rapikan kelebihan gips tipe II yang melekat pada artikulator lalu tunggu hingga gips
mengeras

13. Perhatikan pin vertikal harus menempel pada incisor guide table dan pin horisontal
harus tetap berkontak pada pertemuan antara insial gigi insisif pertama RA dan RB
(sejajar garis median).
14. Apabila gips untuk model kerja RA dalam artikulator telah mengeras, baliklah posisi
artikulator sehingga bagian bawah artikulator menjadi bagian atas.

15. Lakukan tahapan pemasangan model dalam artikulator RB (tahapan sama dengan
pemasangan model kerja dalam artikulator RA).

16. Fiksasi artikulator menggunakan tali rafia yang diikatkan sekeliling artikulator dengan
erat agar tidak terjadi perubahan gigitan model kerja (mis. kesalahan letak gigit) dan
meminimalkan ekspansi gips.
17. Periksa apakah garis median model kerja yang telah dipasang dalam artikulator telah
sebidang dengan garis median artikulator, periksa posisi pin horisontal. Tunjukkan
pada instruktur dengan karet gelang tetap terpasang.

7.
1. PENYUSUNAN ANASIR GIGI ANTERIOR
Penyusunan

anasir

gigi tiruan

agar

terlihat

PENYUSUNAN GIGI
natural

terutama

dalam

hal

penampilan(estetik) dan saat gigi tiruan berfungsi (mis. Bicara, tertawa, pengunyahan)
merupakan penggabungan antara seni dan ilmu pengetahuan. Pada saat pembuatan rekam
medis, penting untuk mencatat seluruh fitur pada wajah pasien baik kondisi normal maupun
abnormal. Penyusunan anasir gigi tiruan untuk mencapai estetik yang diharapkan umumnya
tergantung pada komposisi, ukuran, bentuk dan warna dari ke enam gigi anterior yang
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kpribadian pasien, kosmetik dan refleksi artistik.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan ukuran dan bentuk gigi anterior antara lain:
Ukuran wajah
Jarak antara maksila mandibula (interarch space) yang tersisa
Pengukuran jarak antara distal gigi kaninus sisi kiri hingga distal gigi kaninus
sisi kanan
Panjang bibir

Ukuran dan relasi rahang


Sedangkan warna gigi dipengaruhi oleh:
Usia
Kebiasaan
Kompleksi wajah
Warna pupil mata
Pemilihan warna gigi dilakukan dengan bantuan panduan warna (shade guide)dengan
cara membasahi shade guide dengan air terlebih dahulu kemudian memposisikannya sedikit
di dalam rongga mulut pasien yang terbuka dengan bantuan pencahayaan alami.
Tahap penyusunan anasir gigi anterior:
Perhatikan! Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan bidang labial

galangan gigit merupakan bidang labil gigi.


Perhatikan! Sumbu-sumbu masing-masing gigi dari aspek labial dan proksimal dan

relasi gigi-gigi anterior rahang atas dengan rahang bawah.


Urutan penyusunan: dimulai dari RA 11-12-13-21-22-23, berlanjut pada RB 41-42-

43-31-32-33
Penyusunan gigi insisivus sentral RA:
1) Perhatikan! Posisi garis median harus sejajar dengan median wajah.
2) Incisal edge paralel dan menyentuh bidang oklusi atau galangan gigit RB nya
(diketahui dengan bite plane table articulator).
3) Bila dilihat dari aspek labial : sumbu gigi 900 dengan bidang oklusal dan
bagian servikal gigi sedikit miring ke distal, sumbu gigi hampir paralel dengan
garis median.
4) Permukaan labial I1 diposisikan berada 5-9mm lebih anterior dari bagian
tengah papila oleh karena pola resorpsi residual alveolar ridge RA umumnya
mengarah ke atas dan kebelakang sehingga posisi anasir gigi anterior RA
diletakkan lebih ke anterior dan inferior residual alveolar ridge untuk mengisi
posisi gigi aslinya.
5) Apabila dilihat dari aspek proksimal: gigi deviasi 8 0 terhadap bidang vertikal
(protrusi) dan permukaan labial gigi sama dengan permukaan labial galangan
gigit.

Penyusunan gigi insisivus lateral RA:


1) Incisal edge paralel dengan bidang oklusal tetapi permukaannya lebih kurang
0,5mm di atas bidang oklusi (sedikit mengambang)
2) Aspek labial terlihat deviasi 100 terhadap garis median, bagian servikal sedikit

miring ke arah palatal.


3) Aspek proksimal ada deviasi 120 terhadap garis median.
Penyusunan gigi kaninus RA:
1) Incisal edge menyentuh bidang oklusi.
2) Aspek labial tampak sumbu gigi bervariasi pada bagian servikal, dari tegak
hingga sedikit miring ke arah distal. Sisi mesiolabial terlihat dari aspek labial
dengan cara memiringkan servikal gigi ke arah distal.
3) Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak dengan 2/3 bagian servikal lebih
menonjol ke labial untuk memperlihatkan tonjolan kaninus.

Sebelum menyusun gigi-gigi anterior rahang bawah, perhatikan dahulu relasi gigi RA
dan RB. Overbite (vertical overlap) yaitu jarak antara insisal gigi anterior RA
terhadap insisal gigi anterior RB, lebih kurang 1mm. Sedangkan overjet (horizontal
overlap) yaitu jarak antara permukaan palatal gigi anterior RA terrhadap permukaan
labial gigi anterior RB, lebih kurang 2mm. Permukaan labial gigi anterior RB tidak
menyentuh permukaan lingual gigi anterior RA saat relasi sentris untuk menghindari
masalah yang timbul (mis. Kontak prematur yang dapat menyebabkan gigi tidak
stabil) saat pergerakan eksentris rahang yang dapat berakibat ketidakstabilan gigi

tiruan.
Penyusunan gigi insisivus sentral RB:
1) Incisal edge berada 1mm diatas bidang oklusal
2) Aspek labial terlihat sumbu gigi paralel dengan garis median.
3) Aspek proksimal terlihat sumbu gigi condong 50 ke lateral dan terletak di
puncak residual alveolar ridge.
Penyusunan gigi insisivus lateral RB:
1) Incisal edge disesuaikan dengan incisal edge gigi 31 dan 41
2) Aspek labial tampak sumbu gigi paralel dengan garis median.
3) Aspek proksimal tampak gigi tegak atau condong sedikit ke labial.
Penyusunan gigi kaninus RB:
1) Incisal edge sejajar dengan gigi insisivus sentral dan lateral.
2) Aspek labial tampak sumbu gigi sedikit miring.
3) Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak atau condong ke lingual dan bagian
servikal sedikit menonjol.

2. PENYUSUNAN ANASIR GIGI POSTERIOR


Anasir gigi posterior RA dan RB disusun pada posisi oklusi sentris. Penyusunan
berpedoman pada curve of wilson sebagai kurva kompensasi transversal, curve of spee
sebagai kurva kompensasi sagital dan optimal intercuspidal antara gigi geliginya.
Curve of wilson merupakan garis kompensasi transversal yang menyentuh ujung cups
dari gigi-gigi posterior. Curve of spee merupakan garis kompensasi sagital

Tahapan penyusunan anasir gigi posterior:

Perhatikan! Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan bidang bukal

galangan gigit merupakan bidang bukal gigi.


Perhatikan!sumbu-sumbu masing-masing gigi dari aspek bukal dan proksimal serta

relasi gigi-gigi posterior rahang atas dengan rahang bawah.


Urutan penyusunan gigi: pada rahang atas dimulai dari gigi premolar pertama hingga
molar kedua (PI-P2-M1-M2) sisi kanan kemudian berlanjut pada sisi kirinya,
sedangkan pada rahang bawah dimulai dari gigi molar pertama kemudian molar kedua

lalu berlanjut ke gigi premolar kedua dan pertama (M2-M1-P2-P1) pada sisi kanan

dan kiri.
Penyusunan gigi premolar pertama rahang atas:
Cups bukal menyentuh bidang oklusi. Cusp palatinal berada 0,5mm di atas bidang

oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat sumbu gigi tegak lurus.
Penyusunan gigi premolar kedua rahang atas:
Cusp bukal dan palatinal menyentuh bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal

terlihat sumbu gigi tegak lurus.


Penyusunan gigi molar pertama rahang atas:
1) Cusp mesio palatinal menyentuh bidang oklusi
2) Cusp mesio bukal 0,5mm diatas bidang oklusi
3) Cusp distobukal 1mm diatas bidang oklusi. Cusp distopalatinal 0,5 mm
diatas bidang oklusi.
4) Aspek bukal dan proksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 5 0 terhadap garis

vertikal.
Penyusunan gigi molar kedua rahang atas:
1) Cusp mesiopalatinal 1 mm diatas bidang oklusi. Cusp mesiobukal 1,5 mm
diatas bidang oklusi. Cusp distobukal 2 mm diatas bidang oklusi. Cusp disto
palatinal 1,5 mm di atas bidang oklusi.
2) Aspek bukal dan proksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 150 terhadap garis
vertikal.
3) Catatan : Cusp palatinal gigi premolar dan molar pertama dan kedua terletak
pada garis yang ditarik dari retromolar pad hingga ke distal gigi kaninus pada
galangan gigit rahang bawah. Garis tersebut merupakan tampak kedudukan
fissura gigi-gigi posterior rahang bawah.

Penyusunan gigi posterior rahang bawah perlu diperhatikan:


a. Aspek bukal: relasi molar kelas 1 yaitu cusp mesio bukal M1 RA terletak pada
fissura bukal (mesio bukal-developmental groove) M1 RB.
b. Aspek proksimal: cusp palatinal gigi RA terletak pada fissura gigi RB.

c. Tinggi gigi RA akan semakin tinggi (mendekati puncak ridge) ke arah


posterior sedangkan pada RB mengikuti lengkung RA
d. Garis retromolar pad hingga ke distal gigi kaninus rahang bawah merupakan
tempat kedudukan fissura gigi RB.
e. Penyusunan gigi-gigi posterior harus mengikuti garis anteroposterior
curve/curve of spee/ garis kompensasi sagital untuk tercapai stabilitas gigi
tiruan; garis lateral curve/curve of wilson/ garis kompensasi lateral untuk
mengikuti gerakan mandibula saat mengunyah (cusp palatinal menyentuh
bidang oklusi)

Periksa susunan gigi dalam artikulator:

a) Oklusi sentrik : lihat overbite dan overjet pada gigi anterior dan teliti kontak
gigi posterior RA dan RB
b) Gerakan protrusi mandibula: apabila mandibula digerakkan ke arah anterior
maka gigi anterioe akan berada pada posisi edge to edge dan gigi-gigi
posterior akan berada pada posisi cusp to cusp. Pada artikulator free-plane,
yang dilakukan adalah memundurkan rahang atas agar tercapai gerakan
protrusi mandibula.
c) Artikulasi: periksa working side (sisi kerja) yang digunakan untuk mengunyah
dan balancing side (sisi keseimbangan) untuk keseimbangan agar tidak terjadi
kontak prematur yang mengarah pada traumatik oklusi dan ketidakstabilan
GTP. Sesuaikan dengan oklusi dinamik ideal GTP (bilateral balancing
occlusion/BBO)
Perlu diperhatikan! Dalam posisi oklusi sentrik, gerakan protrusi mandibula dan
artikulasi, pin vertikal artikulator tetap menyentuh incisal guide table.
Catatan: untuk melihat kesejajaran gigi gunakan occlusal bite plane. Aspek bukal gigi
kaninus dan premolar serta mesial cusp bukal molar pertama harus menyentuh
occlusal bite plane sedangkan cusp distobukal molar pertama tidak menyentuh.
(gambar 30A). Untuk kesejajaran gigi posterior RA, ke empat cusp bukal gigi molar 1
dan 2 menyentuh occlusal bite plane sedangkan gigi premolarnya tidak menyentuh.
(gambar 30B).

3. KONTUR GINGIVA
Bentuk kontur gingiva pada GTP penting untuk menunjang retensi dan stabilitas GTP
serta kenyamanan pasien terhadap GTPnya.
Buat batasan tepi lempeng gigit sesuai dengan outline gigi tiruan yang telah dibuat
sebelumnya.
1. Ketebalan malam model disesuaikan dengan jaringan lunak pasien yang hilang
akibat resorpsi dan kontur wajah pasien dan tidak terlalu tipis. Usahakan dibuat
sesuai aslinya dan terlihat sealamiah mungkin
2. Pada rahang atas:
Buat bentuk rugae dan raphe palatina pada daerah palatum yang
mempunyai ketebalan maksimal 2,5 mm.

Ketebalan malam model pada daerah labial 2 mm untuk memperbaiki


kontur fasial yang hilang akibat pencabutan gigi-gigi anterior (mis.lip
support), sedangkan pada gigi-gigi posterior ketebalan malam model
mencapai 3 mm.
Tepi malam model dibuat landai/membulat.
3. Pada rahang bawah:
Permukaan labial tidak boleh terlalu menonjol agar tekanan yang
diaplikasikan bibir bawah terhadap gigi tiruan berkurang (stabilitas).
Pada permukaan bukal dibuat landai, ketebalan sayap pada daerah
premolar maksimal 2mm dan pada daerah molar melebar sesuai dengan
outline gigi tiruan hingga mencapai daerah retromolar pad.
Permukaan lingual diperluas ke ares retromylohyoid dan sedikit konkaf
agar lidah dapat berada dalam posisi istirahat untuk kestabilan gigi tiruan.
4. Pada daerah attached gingiva dibuat stippling dengan cara memukul sikat gigi
yang berbulu kaku pada daerah leher gigi. Umumnya terlihat lebih prominen di
daerah interproksimal gigi dibandingkan pada daerah akar gigi.
5. Gunakan nyala api bunsen burner untuk memanaskan permukaan malam model,
tetapi berhatihatilah agar tidak terlalu panas supaya kontur gingiva tidak rusak.
Malam model harus melekat dengan baik pada permukaan model kerja dan tidak
dapat dilepas.
6. Haluskan permukaan malam model menggunakan kapas ataupun kain yang
dibasahi dengan air sabun.
Catatan: masalah yang biasa dihadapi saat tahapan ini antara lain terlalu banyak
bagian yang tertutup oleh malam model, gagal membentuk kontur anatomi gingiva seperti
yang diharapkan dan perubahan warna pada malam model akibat terlalu panas (overheating).
Hal-hal tersebut di atas kurang mendukung estetik gigi tiruan, oleh karena itu harus dihindari.

8. TRY IN
- Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat try in penyusunan gigi:
a. Kesesuaian susunan, bentuk, ukuran dan posisi gigi di dalam mulut pasien
b. Pemeriksaan oklusi dengan bantuan articulating paper. Hubungan gigi atas dan
c.
d.
e.
f.

bawah harus interdigitasi dengan baik.


Pemeriksaan basis gigi tiruan rahang bawah terhadap gerakan fungsional lidah
Pemeriksaan stabilitas, retensi, basis gigi tiruan rahang atas
Pemeriksaan estetis dengan melihat garis kaninus
Pemeriksaan fonetik

Setelah semuanya sesuai dan pasien merasa puas dan tidak ada keluhan, maka
dilanjutkan pada proses packing dan lain-lain.
-

Setelah gigi tiruan jadi, maka dilakukan try in dengan memperhatikan


a. Retensi
Dilakukan dengan cara mengerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau tidak
b. Oklusi
Dilakukan dengan bantuan lembar articulating paper, bagian yang kontak
prematur atau daerah yang tertekan berat harus dilakukan oclusal adjustment pada
gigi tiruannya
c. Stabilitas
Diperiksa saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, ekspresi wajah dan sebagainya.
Selain itu, adaptasi basis dan tepi gigi tiruan, posisi distal, dimensi vertikal, fonetik,

estetik dan keadaan jaringan pendukung gigi tiruan juga diperiksa. Pastikan tidak ada gusi
yang menerima tekanan yang besar dan perhatikan juga pipi dan bibir pasien jangan ada yang
kendur. Apabila pasien merasa puas dan tidak ada keluhan, maka dapat dilakukan insersi gigi
tiruan.

9. INTRUKSI DAN PEMELIHARAAN


Instruksi penggunaan dan pemeliharaan protesis
1. Bersihkan gigi tiruan menggunakan sikat dan setelah makan
2. Protesis direndam dengan air bersih suhu kamar sewaktu dilepas
3. Pada malam hari, sebelum tidur lepaskan gigi tiruan agar jaringan otot-otot
dibawahnya dapat beristirahat.
4. Sebagai latihan, saat awal pemakaian sebaiknya makan makanan bertekstur lunak.
5. Biasakan mengunyah makanan pada kedua sisi rahang secara bersamaan
6. Hindari makanan yang keras, makanan dan minuman yang lengket taupun terlalu
panas
7. Apabila tidak nyaman atau terasa sakit, gangguan bicara, gigi tiruan tidak stabil,
ataupun terjadi kerusakan pada gigi tiruan dianjurkan untuk konsultasi ke dokter gigi
8. Pasien dianjurkan kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih
lanjut dan jika tidak terdapat gangguan, pasien dapat terus memakai gigi tiruan
tersebut

Yang perlu di perhatikan pada saat kontrol adalah


1. Pemeriksaan subjektif: tanyakan pada pasien ada tidaknya keluhan, gangguan
ataupun rasa sakit
2. Pemeriksaan objektif: melihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan
dan periksa retensi dan stabilisasi

Anda mungkin juga menyukai