Unud 790 Tesisputriwidyantari
Unud 790 Tesisputriwidyantari
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak, CPA Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si
NIP. 19590510 199003 1 001
NIP. 19641225 199303 1 003
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Magister Akuntansi
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
iii
Ketua:
Anggota:
1. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si.
2. I Ketut Sujana, SE., M.Si, Ak.
3. Drs. I Gede Suparta Wisadha, M.Si, Ak.
4. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si, Ak.
iv
PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar dan ijasah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.
Wisadha, M.Si, Ak., dan Ibu Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si, Ak., sebagai tim
penilai yang telah berkenan memberi masukan konstruktif guna penyempurnaan
tesis ini.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas
Udayana, Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) atas kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
Program Magister di Universitas Udayana. Terima kasih pula kepada Prof. Dr. dr.
A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku direktur Program Pascasarjana Universitas
Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen
pengajar atas bimbingan, motivasi, dan arahannya selama penulis menjalankan
proses perkuliahan. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Ketut Budiartha, SE.,
vi
M.Si., Ak., Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ibu Ni Made Dwi
Ratnadi, SE., M.Si., Ak., dan Ibu Ni Luh Supadmi, SE., M.Si., Ak., selaku
pengelola Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
yang telah memberi perhatian dan bantuan yang tulus selama penulis mengikuti
pendidikan di Program ini.
Terima kasih pula kepada segenap rekan-rekan MAKSI angkatan II dan III
atas dukungan, semangat, dan bantuan dalam penyediaan data guna penyelesaian
tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis persembahkan kepada
kedua orang tua tercinta, Bapak A.A. Gde Adnyana Wijaya dan Ibu I Gusti Ayu
Tantri atas doa restu dan dukungannya selama ini sehingga penulis bisa
menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga kepada adikku A.A. Gede Widya
Mahantara, atas dukungan moral maupun material selama penulis mengikuti
pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.
Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusi
kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian
tesis ini. Penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
jika ada kekurangan yang pastinya tidak disengaja dalam tesis ini. Semoga tesis
ini bermanfaat.
Penulis
vii
ABSTRAK
OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI: STUDI PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Opini going concern yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan
adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan auditor akan
kelangsungan hidup perusahaan. Opini audit going concern dapat digunakan
sebagai peringatan awal bagi para pengguna laporan keuangan guna menghindari
kesalahan dalam pembuatan keputusan. Beberapa penelitian mengenai faktorfaktor yang berpengaruh pada opini audit going concern telah dilakukan. Namun,
hasil penelitian tersebut masih menunjukkan ketidakkonsistenan. Penelitian ini
bertujuan menguji kembali faktor-faktor yang memengaruhi opini audit going
concern. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah likuiditas, leverage,
profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas
audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure.
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia perioda 2000-2009 sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil
purposive sampling diperoleh 30 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria
sampel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi logistik.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa leverage dan opini audit
tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern. Variabel
profitabilitas, arus kas, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini
audit going concern. Hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa variabel
likuiditas, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client
tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern.
Kata kunci: opini audit going concern, likuiditas, leverage, profitabilitas, arus
kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit,
audit lag, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure
viii
ABSTRACT
GOING CONCERN AUDIT OPINION AND FACTORS THAT
INFLUENCE IT: STUDY AT MANUFACTURING COMPANIES ON
INDONESIAN STOCK EXCHANGE
Going concern opinion accepted by a company represents the condition
and events which arises auditors hesitation of the companys going concern.
Going concern audit opinion can be used as early warning to the user of financial
statements in order to prevent mistakes on decision making. A number of research
has been conducted concerning factors that influence to going concern audit
opinion. Yet, its result keeps showing inconsistency. This study objective is to
reinvestigate factors that influence going concern audit opinion. The factors used
on this research are liquidity, leverage, profitability, cash flow, companys size,
companys growth, audit quality, audit lag, prior year audit opinion, and auditor
client tenure.
This research using sample of manucaturing companies listed on Indonesia
Stock Exchange during 2000-2009. Based on purposive sampling, there are 30
manufacturing companies which fulfilled the sample requirements. Hypotesis
testing on this research was done by the logistic regression analysis.
The hypotesis testing showed that leverage and prior year audit opinion
have positive relationship to going concern audit opinion. Variables of
profitability, cash flow, and companys size have negative relationship to going
concern audit opinion. Variables of liquidity, companys growth, audit quality,
audit lag, and auditor client tenure have no relationship to going concern audit
opinion.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DALAM ....................................................................... i
PERSYARATAN GELAR ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................11
1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori............................................................................13
2.1.1 Teori keagenan (Agency theory).......................................13
2.1.2 Auditing ..........................................................................15
2.1.3 Opini audit .......................................................................19
2.1.4 Kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidup (going concern)................................21
2.1.4.1 Tanggung jawab auditor .......................................22
2.1.4.2 Pertimbangan atas kondisi dan peristiwa ..............24
2.1.4.3 Pertimbangan dampak informasi kelangsungan
hidup entitas terhadap laporan auditor ..................25
2.1.5 Likuiditas.........................................................................27
2.1.6 Leverage ..........................................................................27
2.1.7 Profitabilitas ....................................................................28
2.1.8 Arus kas...........................................................................28
2.1.9 Ukuran perusahaan ..........................................................29
2.1.10 Pertumbuhan perusahaan .................................................30
2.1.11 Kualitas audit ...................................................................30
2.1.12 Audit lag ..........................................................................33
2.1.13 Opini audit tahun sebelumnya ..........................................34
2.1.14 Auditor client tenure ........................................................35
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ...................................36
HASIL PENELITIAN
5.1 Statistik Deskriptif ......................................................................74
5.2 Analisis Regresi Logistik ............................................................78
xi
5.2.1
5.2.2
5.2.3
5.2.4
5.2.5
5.2.6
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Likuiditas pada Opini Audit going concern ..................87
6.2 Pengaruh Leverage pada Opini Audit going concern ...................88
6.3 Pengaruh Profitabilitas pada Opini Audit going concern .............89
6.4 Pengaruh Arus Kas pada Opini Audit going concern ...................89
6.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Opini Audit going concern ...90
6.6 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan pada Opini Audit going
concern .......................................................................................91
6.7 Pengaruh Kualitas Audit pada Opini Audit going concern ...........92
6.8 Pengaruh Audit Lag pada Opini Audit going concern ..................93
6.9 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya pada Opini Audit
going concern .............................................................................94
6.10Pengaruh Auditor Client Tenure pada Opini Audit going
concern .......................................................................................95
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan .....................................................................................97
7.2 Saran ........................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102
LAMPIRAN ................................................................................................... 109
xii
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
Halaman
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
keuangan
merupakan
salah
satu
sarana
penting
untuk
karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor
eksternal perusahaan. Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen
dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak
pengadilan karena melakukan mark up pendapatan dan menyembunyikan hutang
lewat business partnership. Weiss (2002) menemukan bahwa dari 228 perusahaan
publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya
menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya
kebangkrutan (Tucker et al, 2003).
Opini going concern yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan
adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan auditor akan
kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan
oleh auditor dalam memberikan opini going concern adalah meramalkan apakah
auditee akan mengalami kebangkrutan atau tidak. Ross et al. (2002) menyatakan
indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami financial
distress, yaitu suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi
untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Financial distress akan menyebabkan
perusahaan mengalami arus kas yang negatif, rasio keuangan yang buruk, dan
kegagalan untuk membayar kewajiban. Pada akhirnya, financial distress ini akan
mengarah pada kebangkrutan perusahaan sehingga
kelangsungan usaha
memengaruhi penerimaan opini audit going concern. Oleh karena itu, kajian atas
opini audit going concern dapat dilakukan dengan melihat faktor-faktor seperti
likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor
client tenure.
Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu
membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Makin rendah nilai
current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam
menutupi kewajiban jangka pendeknya. Beberapa peneliti (Mutchler, 1985; Chen
dan Church, 1992; LaSalle dan Anandarajan, 1996; Mutchler et al., 1997; Behn et
al., 2001; Bruynseels dan Willekens, 2006) telah menggunakan current ratio
dalam penelitian mereka dan menemukan bahwa current ratio berpengaruh
signifikan pada keputusan opini audit going concern. Namun penelitian yang
dilakukan oleh Rahayu (2007) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) menemukan
bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan pada penerbitan opini audit
going concern.
Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, serta
ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh
tempo, mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Rasio
leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan dalam
memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio
leverage umumnya diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu membandingkan
total kewajiban dengan total aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva
Salah satu rasio arus kas yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya adalah cash flow to total
debt ratio. Penelitian yang dilakukan Mutchler (1985) menemukan bahwa cash
flow to total debt ratio mampu memprediksi opini audit going concern yang
diberikan auditor. Namun penelitian yang dilakukan oleh Masyitoh dan Adhariani
(2010) menemukan bahwa cash flow to total debt ratio tidak berpengaruh
signifikan pada opini audit going concern.
Untuk kondisi dengan risiko litigasi rendah seperti Hongkong dan negara di
Asia Tenggara pada umumnya, Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa perusahaan
besar
memiliki
kemampuan
yang
lebih
baik
dalam
mempertahankan
kelangsungan
usahanya.
Perusahaan
yang
mengalami
10
11
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
13
14
15
2.1.2 Auditing
ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Halim (2008:1)
mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti audit secara objektif mengenai asersi-asersi tentang
berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Menurut Mulyadi (2002:9), secara umum auditing adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi. Tujuannya adalah
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan.
Menurut Jusup (2001:11) auditing atau pengauditan adalah suatu proses
sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan
asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif
untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Sedangkan Agoes (2000:1) mendefinisikan auditing sebagai suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap
16
17
18
19
antara
manajemen
dengan
stakeholders
perusahaan
karena
20
21
menuju
arah
likuidasi.
Suatu
operasi
yang
berlanjut
dan
22
laporan keuangan yang terbit pada suatu perioda mempunyai sifat sementara,
sebab masih merupakan suatu rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan.
Rahayu
(2007)
menyatakan
bahwa
istilah
going
concern
dapat
diinterpretasikan dalam dua hal, yang pertama adalah going concern sebagai
konsep dan yang kedua adalah going concern sebagai opini audit. Sebagai konsep,
istilah going concern dapat diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan
mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka panjang. Sebagai opini
audit, istilah opini going concern menunjukkan auditor memiliki kesangsian
mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya di masa
mendatang.
Dalam SA Seksi 341 paragraf 01 dinyatakan bahwa kelangsungan hidup
entitas dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti
adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya, informasi
yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas
adalah
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
entitas
dalam
memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar
aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan
operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain (IAI, 2001).
Kelangsungan hidup suatu entitas selalu dihubungkan dengan kemampuan
manajemen untuk membawa entitas tersebut untuk bertahan selama mungkin.
23
mempertimbangkan
dilaksanakannya
menunjukkan
apakah
adanya
seluruh
hasil
kesangsian
prosedur
besar
yang
mengenai
24
menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak
dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan audit tidak seharusnya
dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya (IAI, 2001).
besar
tentang
kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun
sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit). Contoh kondisi dan
peristiwa tersebut adalah sebagai berikut ini (IAI, 2001).
(1) Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan
penting yang jelek.
(2) Petunjuk lain tentang kemungkinan financial distress, sebagai contoh,
kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa,
penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap
pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang,
kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau
penjualan sebagian besar aktiva.
(3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, ketergantungan besar atau sukses proyek tertentu,
25
membahayakan
kemampuan
entitas
untuk
beroperasi,
dan
Lobbecke
(1996:52)
menyatakan beberapa
faktor
yang
kelangsungan
hidup
entitas
26
auditor
menyangsikan
kemampuan
satuan
usaha
dalam
27
2.1.5 Likuiditas
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat
waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu
membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Menurut Husnan dan
Pudjiastuti (2006), aktiva lancar adalah aktiva yang diharapkan berubah menjadi
kas dalam jangka waktu yang singkat (biasanya kurang dari satu tahun),
sedangkan kewajiban lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam
waktu dekat (biasanya juga kurang dari satu tahun). Rasio ini dapat memberikan
sebuah ukuran likuiditas yang cepat, mudah digunakan dan mampu menjadi
indikator terbaik sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah
ditutupi oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup
cepat (Brigham & Houston, 2009:95).
2.1.6 Leverage
Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai
investasinya (Sartono, 2001:120). Leverage dapat diproksikan dengan debt ratio
yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini
mengukur tingkat persentase utang perusahaan terhadap total aktiva yang dimiliki
28
atau seberapa besar tingkat persentase total aktiva dibiayai dengan utang. Semakin
besar tingkat rasio leverage menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan karena
sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk
membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor
pada umumnya lebih menyukai debt ratio yang rendah angka rasionya, maka
semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi
likuidasi. Semakin besar debt ratio maka akan semakin besar kemungkinan
auditor untuk memberikan opini audit going concern.
2.1.7 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk
dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya.
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan rasio laba bersih sebelum pajak
dibagi penjualan bersih (NIBTS). Rasio ini merupakan variabel penting dalam
pengukuran kinerja operasi yang dapat mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan pendapatan dan efisiensi pengelolaan biaya guna
mempertahankan kelangsungan usahanya.
29
Auditor perlu untuk memahami bagaimana menggunakan rasio arus kas dalam
melaksanakan audit karena ukuran tersebut akan semakin diperhatikan oleh
investor dan para pengguna laporan keuangan lainnya. Salah satu rasio arus kas
yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melanjutkan usahanya adalah cash flow to total debt ratio. Rasio ini diukur
dengan membandingkan antara arus kas operasi dengan total kewajiban.
30
31
afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena
auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas,
seperti pelatihan, pengakuan internasional, dan adanya peer review. Auditor yang
memiliki reputasi yang baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas
auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien.
DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil.
Selain itu, KAP skala besar memiliki insentif yang lebih besar untuk menghindari
kritikan kerusakan reputasi dibandingkan KAP skala kecil. KAP skala besar lebih
cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih
kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Argumen ini menunjukkan bahwa
KAP besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah
kelangsungan usaha kliennya. Palmrose (1988) membuktikan di dalam
penelitiannya bahwa kelompok auditor Big 8 memiliki tingkat litigasi yang rendah
dibandingkan non-Big 8, hal tersebut menunjukkan bahwa auditor Big 8
memberikan kualitas yang lebih tinggi karena memiliki motivasi untuk menjaga
reputasinya.
Sebelum tahun 2003, terdapat lima KAP besar di dunia yang disebut The Big
Five Auditors yaitu Arthur Andersen, Ernst & Young, Deloitte Touche Tohmatsu,
KPMG, dan PricewaterhouseCoopers. Lima KAP lokal yang berafiliasi dengan
The Big Five Auditors yaitu:
(1) KAP Prasetio Utomo & Co berafiliasi dengan Arthur Andersen,
(2) KAP Hanadi, Sarwoko, dan Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,
32
(3) KAP Hans Tuanakotta & Mustofa berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu,
(4) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG,
(5) KAP
Drs.
Hadi
Susanto
dan
Rekan
berafiliasi
dengan
PricewaterhouseCoopers.
Namun sejak tahun 2003 hingga sekarang, The Big Five Auditors tersebut
menjadi The Big Four Auditors. Keempat KAP tersebut adalah Ernst & Young,
Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, dan PricewaterhouseCoopers. Pada tahun
2003-2004 empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four Auditors
tersebut, adalah:
(1) KAP Prasetio, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,
(2) KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu,
(3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG,
(4) KAP
Drs.
Hadi
Susanto
dan
Rekan
berafiliasi
dengan
PricewaterhouseCoopers.
Pada tahun 2005, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four
Auditors adalah sebagai berikut:
(1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,
(2) KAP Osman Ramli Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu,
(3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG,
33
(4) KAP
Drs.
Hadi
Susanto
dan
Rekan
berafiliasi
dengan
PricewaterhouseCoopers.
Pada tahun 2006-2008, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big four
Auditors adalah sebagai berikut:
(1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,
(2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu,
(3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG,
(4) KAP Haryanto Sahari berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers.
Pada tahun 2009, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four
Auditors yaitu:
(1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,
(2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu,
(3) KAP Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG,
(4) KAP
Tanudireja
Wibisana
&
Rekan
berafiliasi
dengan
PricewaterhouseCoopers.
34
35
36
yang
menyebabkan auditor
untuk
mengidentifikasi masalah
mungkin
menganggap
pengujian
yang dilakukan
sebagai
manajemen
klien
mungkin
menjadi
prioritas
auditor,
2.2
dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Mutchler (1985), Chen dan Church
(1992), Fanny dan Saputra (2005), Setyarno dkk. (2006), Januarti (2009), dan
Putra (2010). Namun hasil dari penelitian-penelitian tersebut tidak konsisten.
Mutchler (1985) melakukan analisis diskriminan dengan memasukkan enam rasio
keuangan (Cash Flow/Total Liabilities, Current Assets/Current Liabilities, Net
Worth/Total Liabilities, Total Long-term Liabilities/Total assets, dan Net Income
Before Tax/Net Sales), item contrary information, mitigating factors, tren dan tipe
opini tahun sebelumnya. Hasil temuannya menunjukkan bahwa model dengan
variabel rasio-rasio keuangan dan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai
37
akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9% dibanding model
yang lain. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai rasio keuangan
dan tipe opini audit tahun sebelumnya sangat berguna dalam memprediksi
keputusan opini going concern.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Mutchler (1985) adalah sama-sama
meneliti current ratio, dan cash flow/total liabilities. Perbedaannya adalah
penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik untuk menguji faktorfaktor yang memengaruhi opini audit going concern. Selain rasio keuangan dan
opini audit tahun sebelumnya, penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure
sebagai variabel independen.
Chen dan Church (1992) menguji kegunaan status default dan variabel
keuangan dalam mengidentifikasi opini going concern yang diterima perusahaan.
Variabel keuangan yang digunakan adalah cash flows from current operations divided
by total liabilities (CFTL), current assets divided by current liabilities (CACL), longterm
debt divided by total assets (LDTA), net income before taxes divided by net sales
(NIBTS), perubahan current ratio (CCR), terjadinya rugi operasi 2 tahun berturut-turut
(LOS2), dan ukuran perusahaan (LTA). Hasil penelitiannya menemukan hubungan
yang kuat antara status default dan penerbitan opini audit going concern.
Pengujian tambahan yang dilakukan menemukan bahwa kekuatan penjelas dan
kemampuan prediktif tambahan dapat dicapai dengan mempertimbangkan status
default dalam menentukan penerbitan opini audit going concern.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Chen dan Church (1992) adalah
sama-sama meneliti pengaruh rasio keuangan, dan ukuran perusahaan pada opini
38
39
40
penerimaan opini audit going concern, audit lag tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern, opinion shopping tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern, kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Januarti (2009) adalah sama-sama
meneliti pengaruh ukuran perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun
sebelumnya, dan auditor client tenure pada opini audit going concern dengan
menggunakan teknik analisis regresi logistik. Perbedaannya adalah penelitian ini
penelitian ini menambahkan variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas,
dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen. Selain itu, sampel
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia perioda 2000-2009.
Putra (2010) meneliti pengaruh model prediksi kebangkrutan, reputasi auditor,
opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag pada opini audit going concern.
Sampel penelitian terdiri dari 154 perusahaan manufaktur yang mengalami
financial distress di Bursa Efek Indonesia perioda 2002-2008. Alat analisis yang
digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model
prediksi kebangkrutan berpengaruh negatif pada opini audit going concern,
reputasi auditor tidak berpengaruh pada opini audit going concern, opini audit
tahun sebelumnya dan audit lag berpengaruh positif pada opini audit going
concern.
41
Variabel Penelitian
(4)
Enam rasio
keuangan yaitu
CashCash
Flow/Total
Liabilities,
Current
Assets/Current
Liabilities, Net
Worth/Total
Liabilities, Total
Long-term
Liabilities/Total
assets, dan Net
Income Before
Tax/Net Sales),
item contrary
information,
mitigating factors,
tren dan tipe opini
tahun sebelumnya
Hasil Penelitian
(5)
Model dengan
variabel rasio-rasio
keuangan dan tipe
opini audit tahun
sebelumnya
mempunyai
akurasi prediksi
keseluruhan yang
paling tinggi
sebesar 89,9%
dibanding model
yang lain
42
(1)
(2)
2. Kevin C. W.
Chen and Bryan
K. Church
(1992)
(3)
(4)
Default on
Variabel
Debt
dependen: opini
Obligations
audit going
and the
concern.
Issuance of
Variabel
Going-Concern independen: cash
Opinions
flows from current
operations divided
by total liabilities
(CFTL), current
assets divided by
current liabilities
(CACL), longterm
debt divided by total
assets (LDTA), net
income before taxes
divided by net sales
(NIBTS), perubahan
current ratio (CCR),
terjadinya rugi
operasi 2 tahun
berturut-turut
(LOS2), ukuran
perusahaan (LTA),
dan status default
3.
Margaretta
Fanny dan
Sylvia Saputra
(2005)
(5)
Enam variabel
yaitu CFTL,
CACL, LDTA,
NIBTS, LTA,
CCR berguna
dalam
menjelaskan
penerbitan opini
audit going
concern.
Status default
lebih berguna
dalam
menjelaskan
penerbitan opini
audit going
concern
dibandingkan
variabel keuangan.
Opini Audit
Variabel
Penggunaan model
Going concern: dependen: opini
prediksi
Kajian
audit going
kebangkrutan yang
Berdasarkan
concern.
dikembangkan
Model Prediksi Variabel
oleh Altman
Kebangkrutan,
independen: model memengaruhi
Pertumbuhan
ketepatan
prediksi
Perusahaan,
pemberian opini
kebangkrutan,
dan Reputasi
audit going
pertumbuhan
Kantor
concern,
perusahaan, dan
Akuntan
reputasi Kantor
pertumbuhan
Publik (Studi
Akuntan Publik.
perusahaan dan
Pada Emiten
reputasi Kantor
Bursa Efek
Akuntan Publik
Jakarta)
tidak berpengaruh
terhadap
pemberian opini
audit going
concern.
43
(1)
(2)
4. Eko Budi
Setyarno, Indira
Januarti, dan
Faisal (2006)
(3)
(4)
Pengaruh
Variabel
Kualitas Audit,
dependen: opini
Kondisi
audit going
Keuangan
concern.
Perusahaan,
Variabel
Opini Audit
independen:
Tahun
kualitas audit,
Sebelumnya,
kondisi keuangan
Pertumbuhan
perusahaan, opini
Perusahaan
audit tahun
Terhadap
sebelumnya, dan
Opini Audit
pertumbuhan
Going concern
perusahaan
5.
Analisis
Variabel
Variabel kondisi
Pengaruh
dependen: opini
keuangan tidak
Faktor
audit going
berpengaruh
Perusahaan,
concern.
terhadap
Kualitas
penerimaan opini
Variabel
Auditor,
audit going
independen:
Kepemilikan
kondisi keuangan, concern,
Perusahaan
debt default,
variabel debt
Terhadap Opini ukuran
default
Audit Going
perusahaan,
berpengaruh
concern
opini audit tahun
positif terhadap
(Perusahaan
sebelumnya,
penerimaan opini
Manufaktur
audit lag, auditor
audit going
yang Terdaftar
client tenure,
concern,
di Bursa Efek
kualitas audit,
ukuran perusahaan
Indonesia)
opinion shopping,
berpengaruh
kepemilikan
negatif terhadap
manajerial dan
Indira Januarti
(2009)
(5)
Kualitas audit
tidak berpengaruh
terhadap opini
audit going
concern,
penggunaan model
prediksi
kebangkrutan yang
dikembangkan
oleh Altman
berpengaruh
negatif terhadap
opini audit going
concern,
opini audit tahun
sebelumnya
berpengaruh
positif terhadap
opini audit going
concern, dan
pertumbuhan
perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap opini
audit going
concern.
44
(1)
(2)
(3)
(4)
institusional.
(5)
penerimaan opini
audit going
concern,
opini tahun
sebelumnya
berpengaruh
positif terhadap
penerimaan opini
audit going
concern,
kualitas audit
berpengaruh
positif terhadap
penerimaan opini
audit going
concern,
auditor client
tenure
berpengaruh
negatif terhadap
penerimaan opini
audit going
concern,
audit lag tidak
berpengaruh
terhadap
penerimaan opini
audit going
concern,
opinion shopping
tidak berpengaruh
terhadap
penerimaan opini
audit going
concern,
kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
terhadap
penerimaan opini
audit going
concern.
45
(1)
(2)
6. I Gede Cahyadi
Putra (2010)
(3)
Opini Audit
Going
Concern:
Kajian
Berdasarkan
Prediksi
Kebangkrutan
dan Auditor
Independen
(4)
(5)
Variabel dependen: Model prediksi
opini audit going
kebangkrutan
concern.
berpengaruh
negatif pada opini
Variabel
independen: model audit going
concern,
prediksi
kebangkrutan,
reputasi auditor
reputasi auditor,
tidak berpengaruh
opini audit tahun
pada opini audit
sebelumnya, dan
going concern,
audit lag
opini audit tahun
sebelumnya
berpengaruh
positif pada opini
audit going
concern,
audit lag
berpengaruh
positif pada opini
audit going
concern.
BAB III
RERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
46
47
48
kelangsungan
hidup
perusahaan.
Perusahaan
dengan
tingkat
49
50
Manajemen
SA
Seksi 341
Laporan Keuangan
Pemilik
Perusahaan
Auditor
Independen
Kelangsungan
Usaha
Diragukan
Opini Audit
Going concern
(1) Likuiditas
(2) Leverage
(3) Profitabilitas
(4) Arus Kas
(5) Ukuran Perusahaan
(6) Pertumbuhan Perusahaan
(7) Kualitas Audit
(8) Audit lag
(9) Opini Audit Tahun Sebelumnya
(10) Auditor client tenure
Gambar 3.1 Rerangka Berpikir
51
Kajian Teoritis
Teori Keagenan
Likuiditas
H1
Leverage
H2
Profitabilitas
H3
Arus Kas
H4
Ukuran Perusahaan
H5
Pertumbuhan
Perusahaan
H6
Kualitas Audit
H7
Audit lag
H8
H9
H10
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
Opini Audit
Going concern
52
53
54
55
mengukur
efektivitas
perusahaan
dalam
mempertahankan
posisi
56
semestinya
sehingga
perusahaan
dapat
mempertahankan
posisi
57
6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang
mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H7 :
bahwa
perusahaan
yang
menerima
opini
going
concern
3.3.9 Pengaruh opini audit tahun sebelumnya pada opini audit going
concern
Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany
(2004), Setyarno dkk (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), dan
Putra (2010) menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun
sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya
58
perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan
semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit
going concern.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H9 :
Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going
concern.
3.3.10 Pengaruh auditor client tenure pada opini audit going concern
Auditor client tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP
dengan auditee yang sama. Ketika hubungan klien suatu KAP telah berlangsung
bertahun-tahun, klien dapat dipandang sebagai sumber pendapatan yang
berlangsung terus, yang secara potensial dapat mengurangi independensi KAP.
Terdapat ancaman terhadap obyektivitas auditor dari familiaritasnya terhadap
klien, yang mengarahkan pada kritik yang menyatakan bahwa tidaklah mungkin
untuk mengharapkan auditor untuk melakukan penilaian yang bersifat obyektif
dan tidak bias (Bazerman et al., 2002). Perikatan audit yang lama akan
menjadikan auditor kehilangan independensinya sehingga lebih sulit untuk
memberikan opini going concern.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H10:
Auditor client tenure berpengaruh negatif pada opini audit going concern.
59
Likuiditas
Leverage
Profitabilitas
+
Arus Kas
Ukuran Perusahaan
-
Pertumbuhan
Perusahaan
Kualitas Audit
+
Audit lag
BAB IV
METODA PENELITIAN
60
61
tersebut dapat disajikan dalam bentuk rancangan penelitian seperti pada Gambar
4.1 berikut ini.
LATAR
BELAKANG
MASALAH
PENELITIAN
TUJUAN
PENELITIAN
MANFAAT
PENELITIAN
Kuantitatif
KAJIAN
PUSTAKA
Data
Penelitian
Data Sekunder
ICMD & BEI
Purposive
Sampling
HIPOTESIS
PENELITIAN
Independen
Likuiditas
Leverage
Profitabilitas
Arus Kas
Ukuran
Perusahaan
6. Pertumbuhan
Perusahaan
7. Kualitas
audit
8. Audit lag
9. Opini Audit
Tahun
Sebelumnya
10.Auditor
Client Tenure
1.
2.
3.
4.
5.
Rancangan
Penelitian
Variabel
Penelitian
Dependen
Opini Audit
Going Concern
Kesimpulan
Penelitian
Hasil Pengujian
dan Pembahasan
Regresi
Logistik
Saran dan
Implikasi
62
63
64
Kriteria
Jumlah
Perusahaan
174
(46)
(5)
(1)
(66)
(26)
30
10
300
65
Kelompok Industri
Food and Beverages
Textile Mill Products
Apparel and Other Textile Products
Lumber and Wood Products
Paper and Allied Products
Chemical and Allied Products
Plastics and Glass Products
Cement
Metal and Allied Products
Fabricated Metal Products
Stone, Clay, Glass, and Concrete Products
Cables
Electronic and Office Equipment
Automotive and Allied Products
Photographic Equipment
Pharmaceuticals
Jumlah
Sumber: ICMD
Jumlah
5
1
5
2
2
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
3
30
2000 2001
GC
14
14
NGC
16
16
30
30
Total
Sumber: data diolah
Perusahaan
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
14
14
15
13
9
9
11
10
16
16
15
17
21
21
19
20
30
30
30
30
30
30
30
30
(Lampiran 3)
Total
123
177
300
66
4.4
Variabel Penelitian
4.4.2.1 Likuiditas
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat
67
waktu. Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio yaitu aktiva
lancar dibagi kewajiban lancar (Mutchler, 1985). Rasio ini mengukur sejauh mana
perusahaan mampu untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
Current Ratio
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
.................................................................(1)
4.4.2.2 Leverage
Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai
investasinya. Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt
ratio yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva (Sartono,
2001:121). Rasio ini mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibelanjai dengan
kewajiban yang berasal dari kreditor dan modal sendiri yang berasal dari
pemegang saham.
Debt Ratio
Total Kewajiban
Total Aktiva
........................................................................(2)
4.4.2.3 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan
dari aktivitas utama yang dilakukan. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur
menggunakan rasio laba bersih sebelum pajak dibagi dengan penjualan bersih
(Mutchler, 1985).
NIBTS
..............................................................(3)
68
......................................(4)
Pertumbuhan Penjualan
Penjualant Penjualant 1
......................................(5)
Penjualant 1
69
70
dummy. Opini audit going concern diberi kode 1, opini audit non going concern
diberi kode 0.
4.5
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi
logistik karena variabel terikatnya yaitu opini audit going concern merupakan data
kualitatif yang menggunakan variabel dummy (Sumodiningrat, 2007:334) dan
variabel bebasnya merupakan kombinasi antara variabel metrik dan non-metrik.
Ghozali (2006:225) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk menguji
apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel
bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas
data
pada
variabel
bebasnya
(Ghozali,
2006:225),
dan
mengabaikan
71
SIZE=
SG=
KA=
AL=
OTS=
ACT=
=
ukuran perusahaan
pertumbuhan perusahaan
kualitas audit
audit lag
opini audit tahun sebelumnya
auditor client tenure
variabel pengganggu
72
73
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1
Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
Minimum
.00
.03594
.05084
-14.25360
-.58389
24.66128
-.90770
.00
9.00
.00
1.00
Maximum
1.00
557.46821
5.07253
1.77035
1.61405
30.47847
53.39483
1.00
235.00
1.00
10.00
Mean
.4100
8.7170966
.8603010
-.1132515
.0817395
27.15191
.2957215
.5600
76.3433
.4267
3.0633
Std. Deviation
.49266
54.94166710
.65648105
.91009104
.22822862
1.44449126
3.12541141
.49722
26.63061
.49542
2.22617
74
75
concern, dan 177 perusahaan sampel menerima opini audit non going
concern.
(2) Nilai rata-rata current ratio (CACL) sampel yang diteliti sebesar 8,7170966.
Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan sampel secara rata-rata
baik. Hasil tersebut sesuai dengan ukuran yang digunakan oleh Hampton
(1980) dalam Setyowati (2009) bahwa ukuran likuiditas secara normal 2 : 1.
Angka rata-rata current ratio tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
sampel memiliki aktiva lancar di atas kewajiban lancar sehingga sampel
diharapkan akan mampu untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya
yang jatuh tempo. Dilihat dari besarnya standar deviasi menunjukkan terdapat
perusahaan sampel yang likuiditasnya sangat rendah tetapi ada yang sangat
tinggi. Hal ini berarti likuiditas dari perusahaan sampel memiliki variasi yang
tinggi.
(3) Nilai rata-rata debt ratio (TDTA) sampel yang diteliti sebesar 0,8603010
dengan minimum 0,05084 dan maksimum 5,07253. Rasio tersebut
memberikan gambaran ada perusahaan sampel yang memiliki jumlah
kewajiban yang kecil sehingga angka rasio menunjukkan 0,05084. Namun,
ada pula perusahaan sampel yang memiliki rasio melebihi 1, hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki ekuitas negatif atau
terdapat indikasi adanya risiko yang cukup besar bagi kreditor. Secara
keseluruhan, rata-rata perusahaan sampel memiliki nilai rasio yang kurang
dari 1, itu berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki ekuitas yang
76
rata-rata
pertumbuhan
perusahaan
yang
diproksikan
dengan
77
78
(10) Variabel opini audit tahun sebelumnya (OTS) memiliki nilai rata-rata sebesar
0,4267 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa opini audit tahun
sebelumnya dengan kode 1, yakni menerima opini audit going concern lebih
sedikit muncul dari 300 perusahaan sampel. Dari 300 perusahaan sampel, 128
perusahaan sampel menerima opini audit going concern pada tahun
sebelumnya, dan 172 perusahaan sampel yang tidak menerima opini audit
going concern pada tahun sebelumnya.
(11) Nilai rata-rata auditor client tenure (ACT) adalah sebesar 3,0633 dengan nilai
minimum 1 dan maksimum 10. Nilai rata-rata sebesar 3,0633 menunjukkan
bahwa perusahaan sampel memiliki rata-rata perikatan dengan KAP selama
3,0633 tahun. Nilai maksimum sebesar 10 menunjukkan bahwa ada
perusahaan sampel yang diaudit oleh KAP yang sama selama 10 tahun. Hal
ini tentu saja melanggar Peraturan Menteri Keuangan 17/PMK.01/2008 yang
mengharuskan perusahaan mengganti KAP yang telah mendapat penugasan
audit enam tahun berturut-turut.
5.2
79
80
0
1
Overall Percentage
Sumber: data diolah (Lampiran 5)
0
169
7
Percentage
Correct
8
95,5
116
94,3
95,0
Tampilan dalam Tabel 5.2 tersebut menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going
concern adalah sebesar 94,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 116 perusahaan (94,3%)
yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari total 123
81
perusahaan yang menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit
non going concern adalah 95,5 persen. Hal ini berarti bahwa dengan model regresi
tersebut, terdapat sebanyak 169 perusahaan (95,5%) yang diprediksi menerima
opini audit non going concern dari total 177 perusahaan yang menerima opini
audit non going concern.
TDTA
NIBTS
SIZE
SG
KA
AL
OTS
ACT
1.000
.006
-.032
.023
-.012
-.959
.069
.015
.158
.340
-.335
CACL
.006
1.000
.443
.098
-.040
-.143
-.027
-.108
.085
.010
-.101
TDTA
-.032
.443
1.000
-.124
-.192
-.159
.014
-.245
-.056
.299
.060
NIBTS
.023
.098
-.124
1.000
.154
.025
.043
-.010
-.093
-.342
-.013
CFOTD
-.012
-.040
-.192
.154
1.000
.064
.018
.180
-.067
-.335
-.034
SIZE
-.959
-.143
-.159
.025
.064
1.000
-.072
-.046
-.310
-.427
.251
SG
.069
-.027
.014
.043
.018
-.072
1.000
-.019
.025
-.009
.010
KA
.015
-.108
-.245
-.010
.180
-.046
-.019
1.000
.117
-.182
.000
AL
.158
.085
-.056
-.093
-.067
-.310
.025
.117
1.000
.127
.025
OTS
.340
.010
.299
-.342
-.335
-.427
-.009
-.182
.127
1.000
-.236
ACT
-.335
-.101
.060
-.013
-.034
.251
.010
.000
.025
-.236
1.000
Constant
CACL
CFOTD
82
GC
7 ,827 0,318CACL 3,537TDTA 2,042 NIBTS 4,866 CFOTD 0,487 SIZE
1 GC
Estimasi parameter dari model dan tingkat signifikansinya dapat dilihat pada
Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Variables in The Equation
B
S.E.
Wald
CACL
-.318
.302 1.112
TDTA
3.537 1.300 7.406
NIBTS
-2.042 1.012 4.071
CFOTD -4.866 2.286 4.532
SIZE
-.487
.226 4.622
SG
.060
.138
.189
KA
-.231
.676
.117
AL
.006
.012
.297
OTS
5.897
.803 53.889
ACT
-.202
.172 1.375
Constant 7.827 5.753 1.851
Sumber: data diolah (Lampiran 5)
Step 1(a)
Df
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sig.
.292
.006
.044
.033
.032
.664
.732
.586
.000
.241
.174
Exp(B)
.727
34.352
.130
.008
.615
1.062
.793
1.006
363.843
.817
2507.998
83
84
85
disimpulkan
bahwa
variabel
pertumbuhan
perusahaan
tidak
berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata lain H6 ditolak.
(7) Pengujian hipotesis ketujuh (H7)
Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh positif pada
opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel kualitas
audit yang diukur dari berafiliasi atau tidak dengan KAP Big 4 memiliki
koefisien regresi negatif sebesar -0,231 dengan tingkat signifikansi 0,732
yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel kualitas audit tidak berpengaruh pada opini audit going
concern atau dengan kata lain H7 ditolak.
(8) Pengujian hipotesis kedelapan (H8)
Hipotesis kedelapan menyatakan bahwa audit lag berpengaruh positif pada
opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel audit lag
memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,006 dengan tingkat signifikansi
0,586 yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel audit lag tidak berpengaruh pada opini audit
going concern atau dengan kata lain H8 ditolak.
86
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1
87
88
6.2
membandingkan total kewajiban dengan total aktiva. Rasio leverage yang tinggi
akan menyebabkan perusahaan lebih memfokuskan penggunaan modalnya untuk
membayar kewajiban daripada untuk mendanai operasi perusahaannya. Hal ini
menyebabkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan berkurang
sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Rasio leverage yang
tinggi juga menunjukkan semakin kecil aktiva perusahaan yang didanai oleh
pemilik sehingga risiko perusahaan juga semakin besar. Hal ini dapat
menimbulkan kesangsian auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan
usahanya.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif
pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua dalam
penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Carcello dan
Neal (2000) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa
leverage berhubungan positif dengan pemberian opini audit going concern.
89
6.3
6.4
bahwa informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pengguna
laporan keuangan sebagai dasar yang memadai untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas serta setara kas dan menilai kebutuhan
perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan
90
6.5
91
perusahaan kecil (Setyowati, 2009). Perusahaan dengan total aktiva yang besar
juga menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan
karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki
prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang.
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan
bahwa
ukuran
perusahaan
berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung
hipotesis kelima dalam penelitian ini. Kevin et al. (2006) yang menyatakan bahwa
perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress.
Carcello dan Neal (2000) juga menemukan bahwa ukuran perusahaan
berhubungan negatif dengan pemberian opini audit going concern. Penelitian
McKeown et al. (1991) juga menemukan bahwa perusahaan besar memiliki
kemungkinan yang lebih kecil untuk gagal dalam mempertahankan kelangsungan
usahanya.
6.6
berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung
hipotesis keenam dalam penelitian ini. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan
dengan pertumbuhan penjualan tidak selalu mengindikasikan bahwa laba yang
diperoleh perusahaan juga meningkat. Peningkatan beban operasional yang lebih
tinggi dibandingkan peningkatan penjualan akan mengakibatkan laba bersih yang
negatif dan berdampak pada saldo laba ditahan perusahaan.
92
6.7
berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung
hipotesis ketujuh dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan
penelitian Setyarno dkk. (2006), serta Praptitorini dan Januarti (2007)
menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan
opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan
temuan penelitian Mutchler et al. (1997) yang menunjukkan bukti univariat bahwa
auditor Big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada
perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6.
Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kualitas audit tidak dapat
dijadikan sebagai faktor yang dapat memengaruhi opini audit going concern. Hal
ini berarti bahwa KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun yang tidak
berafiliasi dengan KAP Big 4 sama-sama memberikan kualitas audit yang baik
dan bersikap independen dalam mengeluarkan opini audit going concern. Hal
yang sama juga dinyatakan oleh Barnes dan Huan (1993), Barnes dan Huan
93
(1993) menyatakan bahwa ketika sebuah KAP sudah memiliki reputasi yang baik
maka ia akan berusaha mempertahankan reputasinya itu dan menghindarkan diri
dari hal-hal yang bisa merusak reputasinya tersebut sehingga mereka akan selalu
bersikap objektif terhadap pekerjaannya. Selain itu, KAP dan akuntan yang akan
melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib terlebih dahulu terdaftar di
Bapepam dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Kep-34/PM/2003
Peraturan Nomor VIII.A.1. Oleh karena itu, apabila memang perusahaan tersebut
diragukan kelangsungan hidupnya maka opini yang akan diterimanya adalah opini
audit going concern, tanpa memandang apakah auditornya terafiliasi dengan Big 4
atau tidak.
6.8
tanggal opini laporan auditor independen (Lennox, 2002). Ashton et al. (1987)
menyatakan
bahwa
perusahaan
yang
menerima
opini
going
concern
94
6.9
berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung
hipotesis kesembilan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan
temuan penelitian Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany (2004),
Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), dan Putra
(2010) yang menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun
sebelumnya dengan opini tahun berjalan.
Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan
opini going concern yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Walaupun
penerbitan kembali opini audit going concern tidak semata-mata didasarkan pada
opini audit going concern yang diterima pada tahun sebelumnya, namun
penerimaan
opini
audit
going
concern
pada
tahun sebelumnya
akan
95
mengalami penurunan harga saham. Selain itu, penerimaan opini audit going
concern dapat berdampak pada kesulitan perusahaan untuk mencari pinjaman
(Firth, 1980 dalam Setyowati, 2009). Nogler (1995) juga menemukan bukti bahwa
setelah auditor mengeluarkan opini going concern maka perusahaan harus
menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini
wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) pada tahun berikutnya, jika tidak
maka opini going concern dapat diberikan kembali.
6.10 Pengaruh Auditor Client Tenure pada Opini Audit Going concern
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa auditor client tenure tidak
berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung
hipotesis kesepuluh dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian Januarti (2009) yang menunjukkan bahwa auditor client tenure
berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern. Namun hasil
penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008)
yang menemukan bahwa auditor client tenure tidak berpengaruh signifikan pada
penerimaan opini audit going concern. Penelitian Lennox (2002) juga menemukan
bukti bahwa auditor client tenure kurang dipertimbangkan oleh auditor dalam
memberikan opini audit going concern.
Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa independensi auditor
tidak terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dengan
kliennya. Auditor akan tetap mengeluarkan opini audit going concern kepada
perusahaan yang diragukan kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan
usaha tanpa memedulikan kehilangan fee audit yang akan diterima di masa
96
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, landasan teori, hipotesis, dan hasil
pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini.
(1) Likuiditas tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hal ini berarti
bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern tidak hanya
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya, tetapi lebih melihat pada kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Rahayu (2007) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang
menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh pada pemberian opini audit
going concern.
(2) Leverage berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian Carcello dan Neal (2000) serta Masyitoh
dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa leverage berhubungan
positif dengan pemberian opini audit going concern. Rasio leverage yang
tinggi menunjukkan semakin kecil aktiva perusahaan yang didanai oleh
pemilik sehingga risiko perusahaan semakin besar. Hal ini dapat
menimbulkan kesangsian auditor akan kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan usahanya.
(3) Profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar nilai rasio profitabilitas suatu perusahaan
97
98
yang
juga
menemukan
bahwa
perusahaan
besar
memiliki
99
100
7.2 Saran
Beberapa keterbatasan memengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi bahan
pengembangan pada penelitian selanjutnya. Saran-saran yang dapat disampaikan
berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) adalah sebesar 0,891 yang
berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen adalah sebesar 89,1 persen, sedangkan sisanya sebesar 10,9
persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hal ini
berarti masih ada variabel lain yang perlu diidentifikasi untuk menjelaskan
penerimaan opini audit going concern. Variabel lain yang secara teoritis
mungkin dapat memengaruhi opini audit going concern yaitu debt default,
101
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2000. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan
Publik). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and the
Prediction of Corporate Bankruptcy. Journal of Finance. September: 589609.
Arens, Alvin A., dan James K. Lobbecke. 1996. Auditing: Pendekatan Terpadu
(Auditing An Integrated Approach), Jilid 1. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba
Empat.
Ashton, Robert H., John J. Willingham, and Robert K. Elliott. 1987. An Empirical
Analysis of Audit Delay. Journal of Accounting Research. Vol. 25, No. 2:
275-292.
Auditing Standards Board. 1988. Statement on Auditing Standards No.59: The
Auditors Consideration of an Entitys Ability to Continue as a Going
Concern. New York: AICPA.
Badera, I Dewa Nyoman. 2008. Pengaruh Kesesuaian Hubungan Corporate
Governance dengan Budaya Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan.
Disertasi: Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bazerman, Max H., George Loewenstein, and Don A. Moore. 2002. Why Good
Accountants
Do
Bad
Audits.
Available
at:
http://sds.hss.cmu.edu/media/pdfs/loewestein/WhyGoodAccountants.pdf.
(accessed 03 November 2010).
Behn, Bruce K., Steven E. Kaplan, and Kip R. Krumwiede. 2001. Further
Evidence on the Auditors Going-Concern Report: The Influence of
Management Plans. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 20,
No.1: 13-18.
Belkaoui, Ahmed R. 2006. Teori Akuntansi. Edisi Terjemahan. Jilid 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Blay, Allen D., and Marshall A. Geiger. 2001. Market Expectation for First Time
Going-Concern Recipients. Journal of Accounting, Auditing & Finance.
Vol. 16, No. 3: 209-226.
Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston. 2009. Fundamentals of Financial
Management (Dasar-dasar Manajemen Keuangan). Edisi 10. Jakarta:
Salemba Empat.
102
103
104
105
Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Nonkeuangan pada Opini Going
concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Purwokerto: 13-15 Oktober.
Jusup, Al Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-20/PM/2002
Peraturan Nomor VIII.A.2 Tentang Independensi Akuntan yang
Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Available at: www.bapepam.go.id.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-34/PM/2003
Peraturan Nomor VIII.A.1 Tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan
Kegiatan di Pasar Modal. Available at: www.bapepam.go.id.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-36/PM/2003
Peraturan Nomor X.K.2 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala. Available at: www.bapepam.go.id.
Kevin, C.K. Lam, and Yaw M. Mensah. 2006. Auditors Decision Making Under
Going-Concern Uncertainties in Low Litigation-Risk Environments:
Evidence
from
Hong
Kong.
Available
at:
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=899323. (accessed 03
November 2010).
Koh, Hian Chye, and Sen Suan Tan. 1999. A Neural Network Approach to
Prediction of Going concern Status. Accounting and Business Research.
Vol. 29, No. 3: 211-216.
Komalasari, Agrianti. 2004. Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxy Going
Concern terhadap Opini Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 9,
No. 2: 1-15.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
LaSalle, Randal E., and Asokan Anandarajan. 1996. Auditor View on the Type of
Audit Report Issued to Entities with Going concern Uncertainties.
Accounting Horizons. Vol. 10, No. 2: 51-72.
Lennox, Clive S. 2002. Going-concern Opinions in Failing Companies: Auditor
Independence
and
Opinion
Shopping.
Available
at:
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=240468. (accessed 18
Oktober 2010).
106
107
108
Lampiran 1
Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern
Tidak
SA Seksi 508
[PSA No.29)
Ya
Apakah auditor
sangsi atas
kelangsungan
hidup entitas?
Apakah ada
rencana
manajemen?
Ya
Ya
Apakah rencana
manajemen dapat
dilaksanakan?
Tidak
Ya
Apakah cukup
pengungkapan?
Tidak
Tidak
Memberikan
Pendapat
Tidak
Tidak
Memberikan
Pendapat
Tidak
Ya
109
Lampiran 2
Daftar Perusahaan Sampel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Kode
DAVO
PTSP
PSDN
SMAR
PAFI
ESTI
KARW
BIMA
SRSN
SIMM
BRPT
SULI
SPMA
SAIP
BUDI
LMPI
INTP
JKSW
KICI
KDSI
MLIA
IKBI
MTDL
GJTL
LPIN
KONI
DVLA
INAF
SCPI
CEKA
Nama Perusahaan
Davomas Abadi
Pioneerindo Gourmet International
Prasidha Aneka Niaga
SMART
Panasia Filament Inti
Ever Shine Textile Industry
Karwell Indonesia
Primarindo Asia Infrastructure
Indo Acidatama
Surya Intrindo Makmur
Barito Pacific
Sumalindo Lestari Jaya
Suparma
Surabaya Agung Industry Pulp
Budi Acid Jaya
Langgeng Makmur Plastik Industry
Indocement Tunggal Prakarsa
Jakarta Kyoei Steel Works
Kedaung Indah Can
Kedawung Setia Industrial
Mulia Industrindo
Sumi Indo Kabel
Metrodata Electronics
Gajah Tunggal
Multi Prima Sejahtera
Perdana Bangun Pusaka
Darya-Varia Laboratoria
Indofarma
Schering Plough Indonesia
Cahaya Kalbar
110
Lampiran 3
Nilai Setiap Variabel
Tahun 2000
No OA CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
0 235
0 108
75
1 151
99
0 2.60615 0.54941
88
67
1 113
0 3.73708 0.54444
66
10
0 1.93144 0.35315
89
11
1 116
12
1 0.25551 0.88108
79
13
0 107
14
1 110
15
1 107
16
1 110
17
82
18
0 122
19
0 2.67961 0.41205
1 106
20
71
21
1 135
22
0 2.37606 0.20320
87
23
0 2.78643 0.42157
71
24
1 163
25
1 102
26
95
27
19
28
0 1.76213 0.45637
1 109
29
50
30
0 118
0.038 1.23192
111
Tahun 2001
No OA
CACL
TDTA
0 112.91461 0.39165
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
91
0 105
85
91
0 102
2.77520 0.47168
86
78
1 116
4.55687 0.84288
1 102
10
1.87817 0.40689
87
11
1 105
12
0.19647 1.08331
81
13
71
14
0.04656 1.50730
1 107
15
1 119
16
92
17
49
18
0 119
19
2.57896 0.37943
1 107
20
87
21
99
22
2.87021 0.16837
67
23
2.38610 0.37931
73
24
1 186
25
1 102
26
0.84556 0.51331
98
27
0.96334 0.57009
25
28
2.37771 0.36247
98
29
18
30
0 148
112
Tahun 2002
No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
0 334.24060 0.37025
78
1.38273 0.74994
59
77
0.61087 1.08690
46
1.64642 0.83823
79
1.49594 0.41524
71
73
1 113
48
10
65
11
90
12
0.20480 1.19231
84
13
49
14
0.04731 1.53979
64
15
2.93119 0.82392
1 139
16
59
17
2.82321 0.66782
23
18
0.29800 1.68534
48
19
84
20
77
21
2.10379 1.24683
86
22
2.32057 0.21136
71
23
71
24
0.60674 0.98147
1 148
25
0.92136 0.37070
1 100
26
66
27
2.20141 0.29678
31
28
1 160
29
15
30
1.92406 0.23377
87
113
Tahun 2003
No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
0 497.87213 0.33938
79
1.40754 0.77040
58
98
0.56131 1.06792
49
63
72
85
78
47
10
84
11
0.38791 1.12862
83
12
91
13
3.38657 0.78506
64
14
90
15
77
16
68
17
1.86903 0.55314
20
18
0.17137 1.86250
51
19
80
20
72
21
57
22
44
23
2.29604 0.44073
75
24
1.56199 0.89702
1 118
25
77
26
78
27
3.01595 0.26791
47
28
0 106
29
0.66988 0.90337
30
2.47304 0.21560
91
114
Tahun 2004
No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
0 557.46821 0.56297
69
1.30291 0.95863
85
1 130
49
61
76
0.64614 0.92361
81
89
88
10
49
11
73
12
87
13
66
14
82
15
82
16
82
17
1.41542 0.52351
28
18
74
19
69
20
60
21
80
22
2.01254 0.28833
56
23
1.65547 0.54346
77
24
1.42496 0.73435
90
25
90
26
67
27
3.86118 0.26010
53
28
1.53467 0.51205
89
29
0.67808 0.96748
27
30
54
115
Tahun 2005
No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
0 24.40279 0.55368
87
2.03963 0.90883
82
6.22132 0.64583
60
1.44606 0.58039
48
86
76
96
86
0.80256 0.59459
69
10
55
11
1.17507 0.53928
81
12
1.36195 0.83242
59
13
0.78515 0.69280
74
14
80
15
86
16
2.05938 0.25842
51
17
2.51887 0.46572
20
18
74
19
54
20
83
21
86
22
1.76735 0.38275
61
23
1.72428 0.53951
80
24
2.31075 0.72860
79
25
90
26
27
27
3.50227 0.29062
48
28
1.62275 0.48876
83
29
0.69490 0.98598
55
30
48
116
Tahun 2006
No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
5.98468 0.63958
59
82
2.17341 0.59422
64
1.52126 0.51420
51
88
73
87
0.56362 2.95211
87
1.33766 0.51414
64
10
74
11
1.05220 0.38944
59
12
1.19866 0.71001
82
13
3.77427 0.67517
87
14
0.04151 1.98193
86
15
1.25290 0.71291
85
16
4.11363 0.25729
61
17
2.14448 0.37147
22
18
7.95835 2.34198
80
19
61
20
0.98263 0.64542
88
21
87
22
2.01679 0.36762
73
23
1.51709 0.61388
79
24
1.94293 0.70654
79
25
88
26
85
27
4.69284 0.26021
53
28
1.48460 0.59169
87
29
68
30
3.47072 0.29997
24
117
Tahun 2007
No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
9.26507 0.69384
24
1.45511 0.93427
84
2.22399 0.60700
66
1.72032 0.56242
37
86
72
0.76873 1.07022
78
0.62669 2.98232
88
1.32908 0.44258
85
10
60
11
2.02303 0.31620
79
12
1.14922 0.67360
77
13
4.03958 0.54981
67
14
77
15
1.49196 0.55286
87
16
2.90017 0.26595
71
17
2.96018 0.30637
42
18
74
19
75
20
1.24038 0.58967
63
21
77
22
3.10470 0.25330
78
23
1.28009 0.70500
73
24
2.20853 0.71781
72
25
1.70103 0.44102
60
26
25
27
5.36257 0.17596
60
28
1.31038 0.71116
88
29
0.76816 0.98601
59
30
1.35902 0.64308
37
118
Tahun 2008
No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
0 114
1.08742 0.89913
75
2.78294 0.52552
65
1.72235 0.52339
40
89
77
89
84
1.37075 0.50872
73
10
79
11
79
12
47
13
33
14
69
15
1.04747 0.61814
84
16
2.35185 0.29847
33
17
1.78574 0.24498
63
18
85
19
6.45649 0.23571
62
20
1.19569 0.53031
76
21
75
22
4.10260 0.20313
51
23
1.33565 0.67430
84
24
86
25
1.30124 0.54820
89
26
89
27
4.13402 0.20357
49
28
1.33157 0.69291
79
29
0.89085 0.95816
59
30
7.35068 0.59165
30
119
Tahun 2009
No OA
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA AL OTS ACT
64
1.16887 0.76543
76
10
1.56268 0.05084
64
1.57974 0.51517
40
83
1.38375 0.50507
76
84
0.58453 3.12932
85
1.70664 0.47212
67
10
78
11
2.16167 0.46253
81
12
69
13
1.38650 0.51923
89
14
0.90586 1.33597
71
15
1.04352 0.51014
82
16
2.78428 0.26200
46
17
3.00555 0.19373
62
18
5.55290 2.51974
90
19
62
20
1.19709 0.56664
71
21
0.21663 2.08689
74
10
22
7.18329 0.12429
53
23
1.49325 0.61732
85
24
2.53176 0.69915
76
10
25
2.27008 0.32699
89
26
1.05875 0.76137
77
27
3.05023 0.29184
48
28
1.54206 0.58969
84
29
0.93750 0.90464
90
30
4.89447 0.46952
64
120
Lampiran 4
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
GC
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA
AL
OTS
ACT
Valid N (listwise)
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
Minimum
Maximum
Mean
.00
1.00
.4100
.03594 557.46821 8.7170966
.05084
5.07253
.8603010
-14.25360
1.77035 -.1132515
-.58389
1.61405
.0817395
24.66128 30.47847
27.15191
-.90770 53.39483
.2957215
.00
1.00
.5600
9.00
235.00
76.3433
.00
1.00
.4267
1.00
10.00
3.0633
121
Std. Deviation
.49266
54.94166710
.65648105
.91009104
.22822862
1.44449126
3.12541141
.49722
26.63061
.49542
2.22617
Lampiran 5
Hasil analisis regresi logistik
Logistic Regression
N
Included in Analysis
Missing Cases
Total
300
0
300
0
300
Unselected Cases
Total
Percent
100.0
.0
100.0
.0
100.0
Internal Value
0
1
Iteration Historya,b,c
Iteration
Step
1
0
2
3
-2 Log
likelihood
406.116
406.115
406.115
Coefficients
Constant
-.360
-.364
-.364
122
Classification Tablea,b
Predicted
Step 0
Observed
Opini Audit
Opini Audit
.00
1.00
177
0
123
0
.00
1.00
Overall Percentage
Percentage
Correct
100.0
.0
59.0
Step 0
Constant
B
-.364
S.E.
.117
Wald
9.613
df
1
Sig.
.002
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
Sig.
.040
.000
.005
.000
.245
.289
.791
.001
.000
.000
.000
Variables
Score
4.212
86.219
7.789
31.591
1.353
1.123
.070
10.184
234.496
14.782
239.773
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA
AL
OTS
ACT
Overall Statistics
123
df
Exp(B)
.695
Iteration
Step
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-2 Log
likelihood
145.418
109.201
93.065
85.151
83.297
82.960
82.768
82.547
81.995
81.956
81.956
81.956
Constant
-.219
1.509
4.746
7.165
8.046
8.039
7.825
7.807
7.780
7.826
7.827
7.827
CACL
-.002
-.006
-.012
-.018
-.024
-.035
-.054
-.089
-.261
-.317
-.318
-.318
TDTA
.320
.928
2.009
3.092
3.869
4.115
4.111
4.027
3.624
3.536
3.537
3.537
NIBTS
-.019
-.052
-.231
-1.199
-1.668
-1.917
-2.042
-2.036
-2.018
-2.040
-2.042
-2.042
CFOTD
-.245
-.749
-1.899
-3.456
-4.571
-4.930
-4.968
-4.951
-4.877
-4.867
-4.866
-4.866
Coefficients
SIZE
-.060
-.164
-.328
-.457
-.520
-.528
-.518
-.512
-.489
-.487
-.487
-.487
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 406.115
d. Estimation terminated at iteration number 12 because parameter estimates changed by less than .001.
124
SG
.012
.029
.049
.058
.060
.058
.056
.057
.059
.060
.060
.060
KA
.048
.122
.135
-.040
-.208
-.274
-.288
-.284
-.256
-.232
-.231
-.231
AL
-.001
.000
.004
.006
.008
.008
.007
.007
.007
.006
.006
.006
OTS
3.227
4.251
4.669
5.221
5.767
5.956
5.967
5.948
5.872
5.894
5.897
5.897
ACT
-.026
-.075
-.152
-.196
-.214
-.216
-.216
-.214
-.206
-.202
-.202
-.202
Step
Block
Model
Chi-square
324.159
324.159
324.159
df
Sig.
.000
.000
.000
10
10
10
Model Summary
Step
1
-2 Log
Cox & Snell
likelihood
R Square
81.956a
.661
Nagelkerke
R Square
.891
Chi-square
4.398
df
Sig.
.820
Step
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Classification Tablea
Predicted
Step 1
Observed
Opini Audit
Opini Audit
.00
1.00
169
8
7
116
.00
1.00
Overall Percentage
a. The cut value is .500
125
Percentage
Correct
95.5
94.3
95.0
Step
a
1
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA
AL
OTS
ACT
Constant
B
-.318
3.537
-2.042
-4.866
-.487
.060
-.231
.006
5.897
-.202
7.827
S.E.
.302
1.300
1.012
2.286
.226
.138
.676
.012
.803
.172
5.753
Wald
1.112
7.406
4.071
4.532
4.622
.189
.117
.297
53.889
1.375
1.851
df
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sig.
.292
.006
.044
.033
.032
.664
.732
.586
.000
.241
.174
Exp(B)
.727
34.352
.130
.008
.615
1.062
.793
1.006
363.843
.817
2507.998
a. Variable(s) entered on step 1: CACL, TDTA, NIBTS, CFOTD, SIZE, SG, KA, AL, OTS, ACT.
126
Correlation Matrix
Step
1
Constant
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA
AL
OTS
ACT
Constant
1.000
.006
-.032
.023
-.012
-.959
.069
.015
.158
.340
-.335
CACL
.006
1.000
.443
.098
-.040
-.143
-.027
-.108
.085
.010
-.101
TDTA
-.032
.443
1.000
-.124
-.192
-.159
.014
-.245
-.056
.299
.060
NIBTS
.023
.098
-.124
1.000
.154
.025
.043
-.010
-.093
-.342
-.013
CFOTD
-.012
-.040
-.192
.154
1.000
.064
.018
.180
-.067
-.335
-.034
127
SIZE
-.959
-.143
-.159
.025
.064
1.000
-.072
-.046
-.310
-.427
.251
SG
.069
-.027
.014
.043
.018
-.072
1.000
-.019
.025
-.009
.010
KA
.015
-.108
-.245
-.010
.180
-.046
-.019
1.000
.117
-.182
.000
AL
.158
.085
-.056
-.093
-.067
-.310
.025
.117
1.000
.127
.025
OTS
.340
.010
.299
-.342
-.335
-.427
-.009
-.182
.127
1.000
-.236
ACT
-.335
-.101
.060
-.013
-.034
.251
.010
.000
.025
-.236
1.000