MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi Industri yang dibina oleh Dr,
Endang Suarsini, M.ked dan Ibu Sitoresmi
Oleh:
Kelompok 2/ HK
Elsa Mega Suryani (130342615336)
Khoirum Mawarti (120341421965)
Maulidiana Finansa Yusuf (130342615303)
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bakteri merupakan organisme mikroskopik. Hal ini menyebabkan organisme
ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah
setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai
berkembang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang
bakteri telah berhasil ditelusuri. Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari
peranan
berbagai
tokoh
penting
seperti Robert
Hooke, Antoni
van
BAB II
ISI
Metabolit Sekunder
Suatu mikroorganisme dapat menghasilkan produk metabolism yang
disebut metabolit. Senyawa yang dihasilkan selama fase pertumbuhan primer
(tropofase, fase eksponensial atau fase log) disebut metabolit primer. Senyawa
yang diproduksi selama fase stasioner (fase idiofase) disebut metabolit sekunder.
Metabolit sekunder biasanya dibentuk dari sejumlah produk antara yang
terakumulasi, baik di medium kultur atau di dalam sel, maupun dari produk akhir
dalam metabolisme primer. Metabolit sekunder tidak dihasilkan oleh seluruh
mikroorganisme, selain itu jenis metabolit sekunder yang terbentuk berbeda antara
mikroorganisme satu dengan yang lain. Pembentukan metabolit sekunder sangat
bergantung pada kondisi pertumbuhan, terutama komposisi medium. Metabolit
sekunder tidak esensial untuk pertumbuhan atau reproduksi organisme itu sendiri
dan hanya diproduksi dalam jumlah sedikit, namun karena efek farmakologi yang
dimilikinya, beberapa metabolit sekunder berpengaruh pada kehidupan manusia
baik menguntungkan maupun merugikan.
Karakteristik metabolit sekunder yang dikenal, adalah :
1.
Setiap
metabolit
sekunder
dihasilkan
hanya
oleh
sebagian
kecil
organisme/relative sedikit.
2. Metabolit sekunder kelihatannya tidak penting untuk pertumbuhan dan
reproduksi sel. Pembentukan metabolit sekunder sangat ekstrim bergantung pada
kondisi pertumbuhan, khususnya komposisi medium. Sering terjadi tekanan
pembentukan metabolit sekunder.
4. Metabolit sekunder sering dihasilkan sebagai kelompok struktur yang
berhubungan erat. Sebagai contoh, strain tunggal spesies Streptomyces ditemukan
dapat menghasilkan 32 antibiotika antrasiklin yang berbeda tetapi berhubungan.
5. Sering terjadi produksi metabolit sekunder secara berlebihan, sedangkan
metabolit primer terikat pada metabolisme primernya, biasanya tidak mengalami
kelebihan produksi seperti hal tersebut.
Gambar 1. Hubungan antara jalur metabolik primer untuk sintesis asam amino
aromatik dengan jalur metabolik sekunder untuk berbagai antibiotika (Sumber :
Brock & Madigan,1991).
banyak
mempengaruhi
penggunaan
obat
dibandingkan
dengan
b.
Tahap-tahap Menuju
Produksi Komersial
Suatu antibiotika yang dihasilkan secara komersial, pada awalnya harus
berhasil diproduksi pada fermentor industri berskala-besar. Salah satu gugusgugus penting adalah pengembangan efisiensi metode pemurnian. Metode
elaborasi (yang terperinci) sangat penting dalam ekstraksi dan pemunian
antibiotika, karena jumlah antibiotika yang terdapat dalam cairan fermentasi
hanya sedikit.
misalnya,
kloramfenikol,
tetrasiklin,eritromisin,
klindamisin,
dengan Staphylococcus aures telah terkontaminasi oleh sejenis jamur dan koloni
jamur tersebut dikelilingi oleh suatu zona yang jernih, menunjukkan adanya
penghambatan pertumbuhan bakteri (Pelczar & Chan, 2005).
Penisilin merupakan suatu kelompok persenyawaan dengan struktur yang
sekerabat dan sifat-sifat serta aktivitas yang agak berbeda. Semua penisilin
mempunyai inti yang sama yaitu cincin -laktam-thiazolidin, yang memberikan
sifat unik pada masing-masing penisilin adalah rantai sampingnya yang berbedabeda (Pelczar & Chan, 2005). Antibiotik ini spesifik menghambat sintesis dinding
sel bakteri, mencegah sintesis peptidoglikan yang utuh sehingga dinding sel akan
melemah dan akibatnya akan mengalami lisis (Susanti & Sri, 2004).
Penisilin diklasifikasikan sebagai obat -laktam karena cincin lactam
mereka yang unik. Mereka memiliki ciri-ciri kimiawi, mekanisme kerja,
farmakologi, efek klinis, dan karakteristik imunologi yang mirip dengan
sefalosporin, monobactam, carbapenem, dan -laktamase inhibitor, yang juga
merupakan senyawa -laktam. Penisilin dapat terbagi menjadi beberapa golongan:
- Penisilin natural (misalnya, penisilin G)
Golongan ini sangat poten terhadap organisme gram-positif, coccus gram negatif,
dan bakteri anaerob penghasil non--laktamase. Namun, mereka memiliki potensi
yang rendah terhadap batang gram negatif.
- Penisilin antistafilokokal (misalnya, nafcillin)
Penisilin jenis ini resisten terhadap stafilokokal -laktamase. Golongan ini aktif
terhadap stafilokokus dan streptokokus tetapi tidak aktif terhadap enterokokus,
bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan batang gram negatif.
- Penisilin dengan spektrum yang diperluas (Ampisilin dan Penisilin
antipseudomonas). Obat ini mempertahankan spektrum antibakterial penisilin dan
mengalami peningkatan aktivitas terhadap bakteri gram negatif (Katzung, 2007).
Menurut Waluyo (2004), sifat-sifat yang harus dimiliki oleh penisilin
adalah sebagai berikut:
1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak inang (host).
2. Bersifat bakteriosidal dan bukan bakteriostatik.
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman.
4. Berspektrum luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Grampositif dan bakteri Gram-negatif.
8. Bacteriosidal level, di dalam tubuh cepat dicapai dan dapat bertahan untuk
waktu yang lama.
kelas,
yaitu
Phycomyces,
Ascomycetes,
Basidiomycetes,
dan
2. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Grampositif. Contoh: Basitrin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin,
seperti benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, fenesetin K,
metisilin Na, nafsilin Na, oksasilin Na, kloksasilin Na, dikloksasilin Na
dan floksasilin Na, turunan linkoksamida, asam fusidat dan beberapa
turunan sefalosforin.
3. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gramnegatif. Contoh: Kolistin, polimiksin B sulfat dan sulfomisin.
4. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap Mycobacteriae
(antituberkulosis). Contoh: Streptomisin, kanamisin, rifampisin, viomisin
dan kapreomisin.
5. Antibiotika yang aktif terhadap jamur (antijamur). Contoh: Gliseofulfin
dan antibiotika polien, seperti nistatin, amfoterisin B dan kandisidin.
6. Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (antikanker).
Contoh:
WHO
(2012),
ketidaktepatan
serta
ketidak
rasionalan
porin.
Ketiadaan,
mutasi,
atau
kehilangan
Porin
dapat
1) Asam Kojat
Asam kojat (5-hidroksi-2-hidroksimetil-1,4-piron) adalah metabolit sekunder
yang banyak diproduksi oleh spesies jamur dari genus Aspergillus dan Penicillium
melalui proses fermentasi dalam kondisi aerob. Senyawa ini pertama kali
ditemukan di Jepang oleh Saito pada tahun 1907 yang diisolasi dari miselium
Aspergillus oryzae yang tumbuh pada steamed rice (disebut koji dalam bahasa
Jepang) pada proses fermentasi untuk pembuatan sake (3, 25). Asam kojat
memiliki rumus empiris C6H6O4 dengan berat molekul 142,11. Asam kojat
sangat mudah larut dalam air, etanol, dan aseton; mudah larut dalam etil asetat,
kloroform, dan piridin. Asam kojat membentuk Kristal jarum prismatis dengan
aseton, etanol, eter dan etil asetat, atau metanol dan etil asetat. Titik leburnya
adalah 153-1540C dan memiliki nilai pKa berkisar dari 7,90 hingga 8,03. Berikut
adalah rumus bangun dari asam kojat :
proses
sepenuhnya
dipahami.
fermentasi
Arnstein
belum
dan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dari isi pembahasan yaitu:
1. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang diproduksi selama fase
stasioner (fase idiofase). Pembentukan metabolit sekunder sangat
bergantung pada kondisi pertumbuhan, terutama komposisi medium.
2. Metabolit sekunder yang berguna bagi manusia yaitu asam kojat yang
banyak digunakan dalam industri kosmetik, obat-obatan dan makanan.
Sementara itu contoh metabolit sekunder yang merugikan adalah
aflatoksin yang bersifat toksik bagi manusia.
DAFTAR RUJUKAN
Aryantha, I P., S Widayanti & Yuanita. 2004. Eksplorasi Fungi Deuteromycetes
Aspergillus sp. dan Penicillium sp. Penghasil Senyawa Antikolestrol
Lovastin.
Laporan Akhir Penelitian Dasar. Proyek Penelitian Ilmu
Pengetahuan Dasar. FMIPA.ITB. Bandung
Beukes, C.C. 2011. A Study on the Relationship Between Between Improved
Patient and Compliance with Antibiotic Use. South African Society of
Clinical Pharmacy. http://www.sasocp.co.za/downloads/conference/D3P3%20A%20study%20on%20the%20relationship%20between
%20improved%20patient%20knowledge%20%26%20compliance
%20with%20antibiotic%20use.pdf. Diunduh pada 28 April 2013.
Brock, T. D. 1996. Principles of Microbiology. Prentice Hall Inc. New Jersey.
hlm. 288.
Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 2007. Basic & Clinical Pharmacology,
10th Ed. New York:McGraw-Hill.
Kheira H., A.G Selselet & S.A Bensoltane. 2007. Dermatophytes Fungi as
Producer of Antibiotic Like-Substance. Advances in Biological Research.
1(3-4): 134-136
Pulungan, Sahara. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotika dan
Penggunaannya di Kalangan Mahasiswa Non Medis Universitas Sumatera
Utara. USU Institutional Repository.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25623. Diakses 15 Mei 2013.
WHO. 2012. Antimicrobial Resistance. World Health Organization Media
Centre. http://www.who.int/mediacentre/factsheets. Diakses Pada 28 April
2013.
WHO. 2012. Americans` Knowledge of and Attitudes Toward Antibiotic
resistance. Hart Research Associates and Public Opinion Strategies.
Http://www.who.int. Diakses pada November 2013.
Widayati, Aris et al. 2012. Knowledge and beliefs about antibiotics among people
in Yogyakarta City Indonesia: a cross sectional population-based survey.
Antimicrobial
Resistance
and
Infection
Control.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc. diakses pada 21 April 2013.
Suwandi, U. 1992. Mekanisme Kerja Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No.
76.Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan. P.T. Kalbe Farma.
Setyaningsih, I. 2004. Resistensi Bakteri dan Antibiotik Alami dari Laut. Makalah
Falsafah Sains. IPB. Bogor.