Anda di halaman 1dari 5

Scenario

1
3 blok 10 imam kf^^
1. Apa pengertian dari osteoporosis?
2. Apakah etiologi dari osteoporosis?
3. Bagaimana patofisiologi dari osteoporosis ?
4. Apa saja manifestasi klinik dari osteoporosis ?
5. Bagaimana diagnosis dari osteoporosis ?
6. Apa saja diagnosis banding dari osteoporosis ?
7. Apakah komplikasi dari penyakit osteoporosis ?
8. Bagaimana pengobatan pada osteoporosis ?
9. Bagaimana pencegahan osteoporosis ?
1. Definisi osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas
massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan
mudah patah. Penyakit ini disebabkan oleh hilangnya sedikit demi sedikit massa tulang pada
proses pergantian tulang yang konstan. (Robbins, 2009)
2. Etiologi osteporosis
Pola pembentukan dan absorpsi tulang akan berbeda-beda antar individu. Para ahli
memperkirakan adanya beberapa faktor penting yang mempengaruhi keseimbangan tersebut
yaitu faktor genetik, faktor metabolik (usia), faktor nutrisi (vitamin dan mineral), faktor
hormonal, dan faktor pengaruh obat-obatan.
Penyebab osteoporosis :
- Primer, disebabkan defisiensi estrogen (tipe1), atau usia lanjut (tipe2).
- Sekunder, karena berbagai penyakit ( hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, artritis rematoid ),
kondisi atau konsumsi obat2an tertentu.
- Idiopathic ( tidak diketahui ).
Jenis Osteoporosis :
- Post menopausal osteoporosis

Disebabkan oleh defisiensi estrogen akibat menopause

Terjadi 15-20 th pasca menopause

Bone loss pada tulang trabekular


- Senile osteoporosis

Disebabkan gangguan absorpsi kalsium di usus, mengakibatkan


hiperparatiroidisme sekunder

Terjadi pada pria dan wanita lansia

Bone lose pada tulang kortikal (Kanis A.,1997)


3. Patofisologi osteoporosis
Menopause mengakibatkan terjadinya penurunan estrogen, lalu terjadinya penurunan
kadar estrogen akibat menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin (IL-1, IL-6,
TNF-), sehingga aktivitas osteoklas meningkat. Selain itu, menopause juga mengakibatkan
penurunan absorpsi kalsium di usus dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal. Akibatnya
terjadi hipokalsemia dan meningkatnya paratiroid hormone (PTH), setelah itu terjadi
peningkatan resorpsi tulang dan terjadilah osteoporosis. (Francis RM.,1990)
4. Manifestasi osteoporosis
Gejala awal osteoporosis adalah sakit punggung pada bagian tulang belakang lumbar
atau thorak. Banyak pasien yang tidak mengenali ini sebagai awal penyakit. Rasa sakit
ditimbulkan oleh aktivitas biasa yang dulunya tidak menjadi tekanan. Pergerakan tulang
belakang jadi terbatas. Pasien dapat memperhatikan kehilangan tinggi beberapa inchi atau
dapat diidentifikasi selama pemeriksaan fisik tahunan. Kyphosis yang semakin memburuk atau
pembungkukan tulang belakang dapat berkembang sebagai tekanan patah tulang yang
semakin memburuk. Ini terjadi pada bungkuk dowagers klasik. Tulang rusuk akhirnya ada
pada puncak sambungan antara tulang kelangkang dan usus dari pinggul yang menyebabkan
perut menonjol ke luar dari daerah truncal yang seharusnya.

Scenario
2
3 blok 10 imam kf^^
Keluhan bisa nyeri pinggang tiba-tiba atau nyeri pinggang kronik. Kebanyakan terjadi
secara spontan atau kegiatan sehari-hari (mengangkat benda ,mendorong, atau menarik).
Nyeri pinggang adalah keluhan yang paling banyak datang ke dokter dan kadang
dirujuk ke rumah sakit untuk di rawat.Umumnya nyeri pinggang datang pada serangan
pertama, 10% pasien mengeluh nyeri pinggang lebih 6 minggu, 5% mengeluh nyeri pinggang
lebih dari 3 bulan. (Cooper et al., 1992)
5. Penegakkan diagnosa
- Pemeriksaan fisik : Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap pasien
osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan pasien, deformitas tulang, nyeri spinal dan
jaringan parut pada leher. Hipokalsemia ditandai oleh iritasi muskuloskeletal, yang berupa
tetani. Biasanya akan didapatkan aduksi jempol tangan, fleksi sendi MCP dan ekstensi
sendi-sendi IP. Pasien dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau
-

Dowagers hump dan penurunan tinggi badan. (Sudoyo Aru, 2007)


Pemeriksaan penunjang : Ditegakkan dengan pemeriksaan xray foto lateral view, lalu di
ukur tinggi corpus vertebra bagian depan dan belakang dan dibandingkan rationya,
dikatakan fraktur bila terjadi pengurangan tinggi lebih sama dengan 20 %, atau lebih atau
sama dengan 4 mm atau rasio lebih kecil sama dengan 0.8.
Tes yang paling umum untuk mengukur kepadatan tulang adalah pengamat DEXA
(Dual Energy X-ray Absorptiometry). Osteoporosis diukur densitas massa tulang dengan
ditemukan nilai t-score yang kurang dari 2,5. Sedangkan dikatakan normal nilai t-score >
-1 dan Osteopenic apabila t-score antara -1 to - 2,5. Dan dikatakan osteoporosis apabila
nilai z-score < 2.
Teknik lain untuk memperkirakan kekuatan tulang meliputi pemeriksaan QCT
(Quantitative Computed Tomography) dan berbagai alat yang berdasarkan ultrasound. QCT
merupakan alat yang akurat dan informatif, tapi memberikan dosis radiasi yang tinggi.
(J. A. Kanis, O. Johnell,2005)

6. Diagnosis banding osteoporosis


Mieloma multiple,
Neoplasma lainnya,
Osteomalasia, terjadi pada orang dewasa disebabkan oleh defek dalam proses

mineralisasi tulang dan sering terjadi akibat defisiensi vitamin D atau deplesi fosfat.
Osteogenesis imperfakta tarda (tipe 1),
Hiperparatiroidisme skeletal (primer dan sekunder),
Mastositosis. (Djuwantoro, 2007)

7. Penatalaksanaan osteoporosis
1. Tindakan Umum: kompres hangat, analgetik, dan terapi fisik.
2. Aktivitas: penderita dapat melakukan jalan-jalan sepanjang 1 mil dua kali sehari, penderita
harus menghindari latihan fisik dan manuver yang meningkatkan gaya kompresif dan stres
mekanis pada vertebra dan tempat tulang perifer, dan rehabilitasi untuk spasme otot
punggung.
3. Diet: diet penurunan berat badan jika penderita mempunyai berat badan yang berlebihan,
masukkan kalsium 1.500 mg/hari, hindari masukkan fosfat dan protein berlebih, dan vitamin
D 400-800 UI setiap hari.
4. Pengobatan:
a) Kalsitonin sintetik dan ikan salem 100 UI setiap hari. Sebaiknya tidak digunakan
bersamaan dengan kalsium dan vitamin D.
b) Terapi penggantian hormon (estrogen atau progesteron).
c) Bifosfonat lainnya. (Djuwantoro, 2007)
8. Pencegahan Osteoporosis

Scenario
3
3 blok 10 imam kf^^
1. Asupan kalsium cukup; Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Dosis harian yang dianjurkan untuk usia
produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg
per hari.. Pilihlah makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe,
tahu, keju dan kacang-kacangan.
2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore); Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh
menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang.
Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah. Berjemurlah di
bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari
sesudah jam 16.00.
3. Melakukan olah raga dengan beban; Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan
sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah
raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan
kepadatan tulang. Juga bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan massa tulang
4. Gaya hidup sehat; Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari
rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko osteoporosis.
Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan secara bijak.
5. Hindari obat-obatan tertentu; Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid
ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat anti
kejang. Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau
oleh dokter.
(Setyohadi,2007)
9. Komplikasi Osteoporosis
Kasus patah tulang sering terjadi dan merupakan komplikasi serius dari osteoporosis.
Umumnya sering dialami pada tulang punggung dan pinggul yang langsung mendukung berat
tubuh. Walaupun bisa disembuhkan dengan tindakan operasi modern, patah tulang punggung
atau pinggul dapat menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian, khususnya pada usia lanjut.
Selain patah tulang, akibat terburuk dari osteoporosis adalah nyeri tulang yang
mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga berakibat pada gangguan gerak hingga lumpuh yang
otomatis mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Penurunan kualitas hidup itu menyebabkan
20 % wanita pasca menopause yang mendapat faktor osteoporosis meninggal karena komplikasi
stroke. (Setyohadi,2007)

ANALISIS SKENARIO

Dari hasil diagnosis yang didapatkan eyang Neli terkena penyakit Osteoporosis. Osteoporosis
berdasarkan etiologis dapat disegmentasikan menjadi osteoporosis primer dan osteoporosis
sekunder. Osteoporosis primer merupakan sindrom osteoporosis yang terjadi pada wanita paska
menopause (post menopause osteoporosis) serta juga pada pria berusia lanjut (senile osteoporosis).
Post menopause osteoporosis terjadi karena berkurangnya hormon estrogen yang bertugas
membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang. Gejalanya bisa timbul pada usia 51-75
tahun, meskipun tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk terkena penyakit ini.
Sedangkan

senile

osteoporosis

kemungkinan

terjadi

akibat

berkurangnya

kalsium

dan

Scenario
4
3 blok 10 imam kf^^
ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang baru. Sementara
osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang disebabkan oleh berbagai hal antara lain oleh
kelainan endokrin, gangguan fungsi hati, ginjal, defisiensi vitamin D, gangguan hematologi, kelainan
saluran cerna dan berbagai macam obat obatan. Proses menurunkan kepadatan tulang secara
perlahan ini seringkali tidak menimbulkan gejala. Itu sebabnya osteoporosis disebut the silent
disease. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi sangat rapuh bahkan
hancur, akan timbul nyeri dan kelainan bentuk tulang.
Tulang merupakan jaringan ikat yang dinamis yang selalu diperbarui melalui proses
remodelling yang terdiri dari proses resorpsi dan formasi. Proses resorpsi dan formasi selalu
berpasangan. Osteoblas adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses formasi tulang,
yaitu berfungsi dalam sintesis matriks ulang yang disebut osteoid, yaitu komponen protein dari
jaringan tulang. Osteoklas adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses resorpsi tulang.
Osteoklas mengeluarkan enzim proteolitik yang akan mencerna atau melarutkan matriks organik
tulang dan asam yang akan menimbulkan terlarutnya garam tulang. Sel osteoklas juga mengimbibisi
tulang dengan memfagositosis partikel kecil dari matriks dan kristal tulang, dan pada akhirnya juga
akan melarutkan zat zat ini dan melepaskan produknya ke dalam darah. Dalam keadaan normal,
massa tulang yang diresorpsi akan sama dengan massa tulang yang diformasi, sehingga terjadi
keseimbangan. Sedangkan pada osteoporosis, proses resorpsi lebih aktif dibandingkan formasi,
sehingga terjadi defisit massa tulang dan tulang menjadi semakin tipis dan perforasi.
Esterogen memegang peranan penting pada maturasi tulang yang sedang tumbuh dan
mencegah kehilangan massa tulang. Esterogen dapat menurunkan resorpsi tulang secara tidak
langsung melalui penurunan sintesis berbagai sitokin, seperti IL-1, TNF-, dan IL-6. IL-6 diketahui
banyak terdapat pada lingkungan mikro tulang dan berperan merangsang resorpsi tulang.
Pada kondisi menopause, terjadi penurunan kadar esterogen, yang secara berangsur-angsur
efek penurunan resorpsi tulang pun berkurang, sehingga terjadi lonjakan resorpsi yang secara terus
menerus menyebabkan kepadatan massa tulang pun berkurang . Tiap peningkatan umur 1 dekade,
resiko osteoporosis meningkat 1,4-1,8. Pada kasus eyang Neli, beliau mengalami menopause dini
pada usia 39 tahun, Hal itu menyebabkan kadar esterogen berkurang, sehingga meningkatkan resiko
terserang osteoporosis. Awalnya tidak ada gejala, tetapi secara diam-diam seiring bertambahnya usia,
massa tulang pun berkurang. Apalagi diketahui pula bahwa selama ini Eyang Neli makan hanya 2 kali
sehari, dengan lauk pauk seadanya. Padahal, gizi itu sangat berpengaruh terhadap pembentukan
tulang. Contohnya susu, susu mempunyai peranan penting untuk mencegah osteoporosis. Susu
adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat penting untuk pembentukan tulang.
Penurunan kepadatan massa tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan beresiko
mengalami fraktur. Pada kasus Eyang Neli, beliau terjatuh saat mandi, dan beradarkan hasl
pemeriksaan radiologis didapatkan hasil fraktur colles dan fraktur kompresi vertebrae. Fraktur colles
ini adalah fraktur yang terjadi pada bagian metafisis tulang radius bagian distal. Pada pemeriksaan
radiologis daerah fraktur, dapat dilihat karakteristik gambaran patahan fraktur ini, yaitu : Garis
patahan yang transversal 2 cm distal dari radius, prosesus styloid ulnaris biasanya avulse, biasanya
hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan tertentu dapat terjadi banyak
patahan yang dinamakan kominutif. Sedangkan Fraktur kompresi vertebrae adalah trauma vertebra
yang mengenai medula spinalis dapat menyebabkan defisit neorologis berupa kelumpuhan.

Scenario
5
3 blok 10 imam kf^^
Fraktur fisiologis adalah fraktur yang diakibatkan oleh trauma bisa karena jatuh atau tertimpa
benda. Di mana tubuh masih bisa melakukan adaptasi sedangkan pada fraktur patologi bisa
disebabkan oleh penyakit seperti tumor.
Hasil pemeriksaan serum juga didapatkan hasil hipokalsemia. Hipokalsemia adalah rendahnya
kadar kalsium di dalam darah. Hipokalsemia ditandai oleh iritasi muskoloskeletal, yang berupa tetani
Pemeriksaan

densitometer

(Lunar)

menggunakan

teknologi

DXA

(dual-energy

x-ray

absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan


kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15
menit. DXA sangat berguna untuk:
penderita yang

wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis

diagnosisnya belum pasti penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus

dinilai secara akurat

Ambrose TL et all.,2002. The influence of Back Pain on Balance and Functional Mobility in 65 to 75-years-old
women with osteoporosis; Osteoporos Int,13:868-873.
Cooper et al., 1992. Osteo Int. ; 2.pp.285 -89
Cumming and Melton,1761. Epidemiology and outcomes of osteoporotic fractures Lancet.
E. Klemetti, S. Kolmakov, H. Krger,1994. Pantomography in assessment of the osteoporosis risk group, Scand J
Dent Res, 102, 68-72.
Francis RM.,1990. Osteoporosis: Pathogenesis and management, Kluwer Academic press, Boston.
J. A. Kanis, O. Johnell,2005. Requirements for DXA for the management of osteoporosis in Europe, Osteoporos
Int, 16, 229-38.
Jensen AL,Harder Ingegerd. 2004. The Osteoporotic Pain experience;Osteoporos Int,15: 204-208.
Kanis A.,1997. Osteoporosis, Elsevier, London.
Roux C et all.,2007. A Clinical tool to determine the necessity of spine radiography in postmenopausal women
with osteoporosis presenting with back pain: Ann Rheum Dis,66: 81-85.
Setiyohadi, Bambang. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II : Osteoporosis. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia pp 1259-1274

Anda mungkin juga menyukai