Unsur : Au
Tempat ditemuin emas :
Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk
karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung
emas (gold -bearing rocks) (Lucas, 1985). Kelimpahan relatif emas
didalam kerak bumi diperkirakan sebesar 0,004 g/ton, termasuk sekitar
0,001 g/ton terdapat didalam perairan laut .
Letak batuan emas :
Di alam, emas umumnya ditemukan dalam bentuk logam bebas
yang terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk
batuan mineral.
Ciri ciri tanah yang mengandung emas :
Terdapat mata air panas di sekitar tempat tersebut.
Terdapat aliran sungai disekitarnya. Biasanya kita melihat para penambang emas
melakukan tambang pada daerah sungai.
Terdapat gunung berapi disekitarnya dan memiliki usia yang cukup lama.
Memiliki lapisan tanah lempung yang tebal
Ada batuan putih berurat emas (urat kaca atau batuan kaca transparan)
Tanahnya mengandung mineral sulfida (berbau seperti belerang), dan kita akan
merasakan hawa belerang disekitar tempat tersebut.
Terdapat mata air panas di sekitar kawasan tersebut.
Ada aliran sungai di kawasan tersebut.
Pengolahan Emas
Pada industri , emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari
batuan bijih emas. Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas
yang layak untuk dieksploitasi sebagai industri tambang emas,
kandungan emasnya sekitar 25 g/ton.
Metode isolasi emas yang saat ini banyak digunakan untuk keperluan
eksploitasi emas skala industri adalah metode sianida dan metode
amalgamasi (Hiskey, 1985 dan Lee, 1994) Namun demikian, kedua
metode tersebut memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan metode sianida adalah: (a) proses berjalan sangat
lambat, dan (b) menggunakan natrium sianida yang sangat beracun
emas, perak, dan logam lainnya terhadap karbon aktif masih belum
dipahami secara mendalam. Penelitian tentang adsorpsi spesies
aurosianida terhadap karbon aktif telah banyak dilakukan dalam beberapa
dekade terakhir. Mekanisme yang meliputi adsorpsi emas sebagai sebuah
pasangan ion Mn+[Au(CN)2]n telah diusulkan (Davidson R.J., 1974).
Adsorpsi emas-disianida terhadap karbon aktif telah dikaji secara ekstensif
dan kesepakatan umum telah ditemukan untuk mekanisme adsorpsi emas
terhadap karbon aktif. Adams dan Fleming (1989), Adams (1990) dan
Jones dkk (1988) telah menyimpulkan bahwa emas disianida teradsorp
tanpa perubahan kimia dari larutan basa terhadap karbon aktif. Lagipula,
struktur seperti grafit dari karbon aktif telah ditemukan menjadi satu
faktor yang paling penting untuk adsorpsi emas di-sianida (Miller dan
Sibrell, 1991). Namun demikian, hanya sedikit pertimbangan yang
diperhatikan untuk peranan dari sifat-sifat tekstur dan permukaan karbon
aktif.
Tsuhida (1985) dan Adams (1993) telah menyelidiki pengaruh sifat-sifat
permukaan dalam hubungannya dengan perbedaan gugus-gugus fungsi
dan adsorpsi emas disianida. Adams menyimpulkan bahwa karakteristikkarakteristik struktur yang baik tidak cukup untuk menghasilkan karbon
aktif dengan aktifitas yang tinggi, walaupun keberadaan gugus fungsi
tertentu, seperti hidroksil, karboksil, dan gugus fenol berperan penting
dalam adsorpsi emas disianida.
Vegter dan Sandenbergh (1997) telah menunjukkan hubungan yang
kualitatif antara perilaku adsorpsi emas disianida-karbon aktif dengan
sistem kabon aktif organik. Muller, dkk (1980), Derylo-Marczewska (1993),
dan Seco, dkk (1997) telah berhasil membuat model perilaku adsorpsi
kesetimbangan dari sistem organik-larutan-aktif karbon tersebut. Modelmodel tersebut tidak mengkaitkan pengaruh-pengaruh kimia permukaan
larutan seperti interaksi kimia dan interaksi elektrostatis terhadap
kesetimbangan adsorpsi. 4
Sumber :
http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate-13299-Chapter1.pdf
. Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk
karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung
emas (gold -bearing rocks) (Lucas, 1985). Kelimpahan relatif emas
didalam kerak bumi diperkirakan sebesar 0,004 g/ton, termasuk sekitar
0,001 g/ton terdapat didalam perairan laut .
Pada industri , emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari
batuan bijih emas. Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas
yang layak untuk dieksploitasi sebagai industri tambang emas,
kandungan emasnya sekitar 25 g/ton.
Metode isolasi emas yang saat ini banyak digunakan untuk keperluan
eksploitasi emas skala industri adalah metode sianida dan metode
amalgamasi (Hiskey, 1985 dan Lee, 1994) Namun demikian, kedua
metode tersebut memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan metode sianida adalah: (a) proses berjalan sangat
lambat, dan (b) menggunakan natrium sianida yang sangat beracun
(Parkes dan Phil, 1961). Pada metode amalgamasi, penggunaan merkuri
dapat berdampak mencemari lingkungan (Steele et al, 2000).
Selama beberapa abad ini sianida telah menjadi agen leaching
untuk emas. Sianida memiliki sifat-sifat yang baik, seperti keselektifannya
terhadap emas, dan sebelum karbon aktif dikenal, sianida juga cocok
untuk recovery emas melalui pengendapan dengan seng. Kabon aktif
telah menjadi adsorben yang banyak diminati pada skala industri
tambang, khususnya untuk recovery emas. Mekanisme adsorpsi sianidaemas terhadap karbon aktif telah banyak diselidiki dan dipublikasikan.
Sianida-emas dengan mudah teradsorp ke karbon aktif dan bisa
didesorpsi 2
emas, perak, dan logam lainnya terhadap karbon aktif masih belum
dipahami secara mendalam. Penelitian tentang adsorpsi spesies
aurosianida terhadap karbon aktif telah banyak dilakukan dalam beberapa
dekade terakhir. Mekanisme yang meliputi adsorpsi emas sebagai sebuah
pasangan ion Mn+[Au(CN)2]n telah diusulkan (Davidson R.J., 1974).
Adsorpsi emas-disianida terhadap karbon aktif telah dikaji secara ekstensif
dan kesepakatan umum telah ditemukan untuk mekanisme adsorpsi emas
terhadap karbon aktif. Adams dan Fleming (1989), Adams (1990) dan
Jones dkk (1988) telah menyimpulkan bahwa emas disianida teradsorp
tanpa perubahan kimia dari larutan basa terhadap karbon aktif. Lagipula,
struktur seperti grafit dari karbon aktif telah ditemukan menjadi satu
faktor yang paling penting untuk adsorpsi emas di-sianida (Miller dan
Sibrell, 1991). Namun demikian, hanya sedikit pertimbangan yang
diperhatikan untuk peranan dari sifat-sifat tekstur dan permukaan karbon
aktif.
Tsuhida (1985) dan Adams (1993) telah menyelidiki pengaruh sifat-sifat
permukaan dalam hubungannya dengan perbedaan gugus-gugus fungsi
dan adsorpsi emas disianida. Adams menyimpulkan bahwa karakteristikkarakteristik struktur yang baik tidak cukup untuk menghasilkan karbon
aktif dengan aktifitas yang tinggi, walaupun keberadaan gugus fungsi
tertentu, seperti hidroksil, karboksil, dan gugus fenol berperan penting
dalam adsorpsi emas disianida.
Vegter dan Sandenbergh (1997) telah menunjukkan hubungan yang
kualitatif antara perilaku adsorpsi emas disianida-karbon aktif dengan
sistem kabon aktif organik. Muller, dkk (1980), Derylo-Marczewska (1993),
dan Seco, dkk (1997) telah berhasil membuat model perilaku adsorpsi
kesetimbangan dari sistem organik-larutan-aktif karbon tersebut. Modelmodel tersebut tidak mengkaitkan pengaruh-pengaruh kimia permukaan
larutan seperti interaksi kimia dan interaksi elektrostatis terhadap
kesetimbangan adsorpsi. 4
http://infotambang.com/sekilastentang-emas-p406-165.htm
Makin besar kandungan perak, makin berwarna keputih-putihan.
Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi dapat bereaksi dengan
klorin, fluorin dan aqua regia.
Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan
di deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode isonya adalah XAU.
Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Gambar proses terbentuknya emas