AGIAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas
Dosen pengampu: Dr. Atik Hodikoh, M.Kep Sp.Mat
Oleh:
Ani Fitryani (P17320313011)
Faradita Putri Barliana (P17320313027)
Tingkat II-B
kalau PN Jakarta Pusat menolak gugatan kami, maka kami akan mengajukan
upaya hukum berupa penetapan ke Mahkamah Agung", jelasnya ketika ditemui
dalam acara diskusi di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, Kamis (4/11).
Iskandar mengatakan kekecewaannya kepada Menteri Kesehatan Siti Fadillah
Supari yang pernah menjanjikan akan menanggung biaya Ny. Agian selama
berada di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM) Jakarta beberapa waktu
lalu di hadapan media massa. Tapi kenyataannya menurut Iskandar, sampai saat
ini hal tersebut belum terealisasi. "Lima menit setelah Ibu menteri menyatakan hal
itu, datangbill pengobatan untuk Hasan. Ini namanya kebohongan publik yang
dilakukan oleh pejabat negara. Apabila terlaksana Senin depan (9/11), kami akan
melaporkan Ibu menteri ke polisi karena melakukan kebohongan publik," ungkap
Iskandar.
Menanggapi pernyataan Iskandar, dalam kesempatan yang sama, Sekretaris
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, Pandu mengatakan
permasalahan yang ada di departemennya adalah dana untuk memberikan
pelayanan kesehatan. Mengenai janji Siti Fadillah, pihaknya tidak berkomentar.
"Yang diatur dalam undang-undang kita hanya mengenai dana pendidikan,
sedangkan sektor kesehatan yang juga faktor penting dalam kehidupan belum
terlalu diperhatikan," ungkapnya.
Kondisi Ny. Agian sendiri menurut pengamatan Tempohingga Rabu (3/11) masih
belum pulih. Bahkan kini makin memburuk dengan adanya luka parah dibagian
punggung dengan diameter 15 cm dan kedalam 7 cm. Berat badan Ny. Agian
selama dua minggu ini juga melorot 7 hingga 8 kilogram. Menurut Ketua Divisi
Malpraktek dari LBH Kesehatan Christ Benjamin, jika hal ini dibiarkan terus,
malahan akan terjadi euthanasia pasif.
Mengutip pembicaraannya dengan dokter vaskuler yang menangani Agian, Christ
menyebut bahwa penderita yang lumpuh, seharusnya posisi badan digerakkan tiap
setengah jam sekali. Tapi untuk kasus Ny. Again, itu tidak mungkin dilakukan.
Bisa dua atau tiap tiga jam sekali digerakkan saja sudah bagus," ujarnya. Christ
sendiri mendatangi Ny. Again sebagai wakil dari Forum Dokter Pembanding.
Christ mengungkapkan, semakin kurus dan semakin banyaknya luka yang dialami
Ny. Again, membuat semakin besar kemungkinan ketidakberdayaan. "Dan secara
tidak langsung telah dilakukan euthanasia pasif," tegasnya. Ini berarti ujungujungnya sama saja," kata Christ. Soal kondisi penyakit primer Ny. Agian yang
menyangkut masalah otak, Christ mengaku sampai saat ini belum diketahui pasti,
karena belum ada laporan lagi, katanya.
"Memang kita tidak bisa langsung mengatakan ini kesalahan dari pihak rumah
sakit. Tapi tugas kami di sini memberitahu Komisi Perawatan ataupun
Departemen Kesehatan, kata Christ. Lebih lanjut Christ menyebut bahwa kasus
Agian adalah prototip untuk melihat kasus-kasus yang sebenarnya sering terjadi di
masyarakat. "Bahwa pemerintah sering menutup mata atas kejadian seperti ini.
Bisa jadi karena Menteri Kesehatan tidak langsung menunjuk orang untuk
"Sudah."
"Makan apa tadi?"
"Jengkol."
Pengunjung kamar nomor tiga di paviliun Soepardjo Roestam RSUPN Cipto
Mangunkusumo, tempat Agian Isna Nauli Siregar (33) dirawat, serentak
tertawa mendengar dialog itu. Jawaban Agian memang menggelitik. Tentu saja
ia belum boleh makan jengkol. Selama ini, makanan yang diterimanya masih
berbentuk cairan yang dimasukkan lewat selang. Namun, belakangan ini, ia
mulai bisa menelan bubur atau havermouth yang diberikan tiga kali sehari.
Menyaksikan dan mendengarkan langsung celetukan-celetukan Agian
membuat siapa pun yang ada di kamarnya terharu, tertawa, sekaligus kagum
akan keajaiban Tuhan. Sejak sekitar sebulan silam, sedikit demi sedikit Agian
mulai bisa berkomunikasi. Meski kata-kata yang diucapkannya masih terbatas,
ia bisa menjawab pertanyaan, menerima telepon, mengekspresikan perasaan,
mengaji, bahkan menyanyi.
Namun, anggota tubuhnya belum berfungsi sempurna. Tangannya masih
belum bisa digerakkan, bahkan saat ditemui pada hari Kamis (6/1) sore,
masing-masing tangannya tergenggam erat. Esok dan lusanya, di tangan
kanannya tampak tergenggam botol spray pengharum tubuh, yang sengaja
diletakkan di situ agar saraf tangannya tak lagi kaku.
PROTES BILA "DIDIAMKAN"
Lantaran belum bisa menggerakkan tangan, bila lukanya yang hampir
mengering sedang gatal seperti yang terjadi belakangan ini, Agian hanya bisa
mengeluh. Ia tak bisa menunjukkan atau mengatakan letaknya. Dini atau
Ninda dari LBH Kesehatan yang sebulan belakangan bergantian dengan Hasan
menjaga Agian, hanya bisa mengira-ngira lokasinya. "Kalau kakinya saya
gelitik, dia belum bisa merasakan geli," ujar PS Hasan K, suami Agian.
Selain itu, mata Agian juga belum bisa melihat secara sempurna, meski melek
layaknya orang normal. Ia baru bisa mengenali orang dari suaranya, itu pun
terbatas pada orang-orang yang sudah sering menjenguknya, atau jika ia
diberitahu siapa yang sedang berbicara. Sebaliknya, pendengaran Agian justru
tergolong tajam. Bila ada yang menanyakan kondisinya pada Dini dan Ninda
dengan suara lirih, Agian akan menimpali, "Ngomongin gue ya?"
Sejak sadar kembali, tampak sekali Agian sosok yang ceria. Menurut Hasan,
sejak dulu memang istrinya berpembawaan seperti itu. "Orangnya ceplasceplos kalau ngomong. Sekarang juga begitu, tapi komunikasinya memang
belum sempurna. Ucapannya masih seenaknya," papar Hasan.
Saat ditanya tentang kabar suaminya, misalnya, Agian menjawab benci.
"Benci tapi rindu," tutur Agian lalu terbahak dengan ucapannya sendiri.
"Benci benci benci," pancing Dini. Agian dengan cepat meneruskan bait lagu
lama milik Ratih Purwasih itu. "Tapi rindu jua. Bila ingat kau sakiti hatiku,"
ujar Agian dengan mata yang tetap terkatup. Lalu, saat dipancing lagu
Sepanjang Jalan Kenangan, Agian juga dengan lancar meneruskan liriknya.
Menurut Ninda, pada Jumat (7/1) lalu, setelah dipancing, Agian juga
menyanyikan lagu My Heart Will Go On milik Celine Dion yang jadi
soudtrack film Titanic. "Tadi malam
kami juga mengaji surat Yaasiin. Waktu kami salah baca, dia langsung
mengingatkan, 'Salah tuh'," papar Ninda sambil tersenyum. Agian yang akrab
disapa Mami oleh Ninda dan Dini, memang hafal beberapa surat Al Quran.
Saat dibacakan Fatihah dan beberapa surat Al Quran oleh seorang pengunjung
Sabtu (8/1) siang lalu, Agian langsung mengikuti sampai selesai. Bahkan, ia
membaca lebih cepat dari penuntunnya. Namun, di tengah mengajinya, ia
berteriak kegatalan.