Anda di halaman 1dari 4

RESUME BAB II McPhail and Walters

PERSPEKTIF DESKRIPTIF DALAM ETIKA AKUNTANSI


ETIKA AKUNTAN DAN PROFESIONAL LAINNYA

Pasca kasus Enron, profesi akuntansi telah mengalami suatu krisis. Profesi akuntansi tidak asing dengan yang
namanya skandal. Ada banyak contoh akuntan individu yang bertindak tidak etis dalam melaksanakan
profesinya.

Karakteristik profesi akuntansi

Banyak penelitian akademis yang telah dilakukan untuk mempelajari karakteristik profesi akuntan dalam
hubungannya dengan perilaku etis. Hasil dari sejumlah penelitian antara lain:
- Perkembangan moral akuntan dan mahasiswa akuntansi menunjukkan hasil yang tidak cukup baik. Di
samping itu, akuntan sebagai sebuah kelompok, tampaknya menunjukkan penalaran moral yang lebih
rendah dibandingkan kelompok profesional lainnya.
- Bisnis dan pendidikan akuntansi memiliki efek negatif pada pengembangan etika mahasiswa. Pendidikan
akuntansi dan bisnis tampaknya belum mampu untuk mempersiapkan akuntan yang beretika. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya doktrin bahwa peran bisnis dalam masyarakat adalah untuk menghasilkan
barang dan jasa dengan keuntungan di mana etika dan tanggung jawab sosial bukan pertimbangan
penting dalam pengambilan keputusan perusahaan kecuali mereka memiliki dampak langsung pada
produksi atau keuntungan. Selain itu, profesi akuntan juga tidak memberikan penekanan terhadap
penerapan etika pada kurikulum pendidikan profesionalnya.

Profesi Lain

Selain profesi akuntan, beberapa hasil penelitian akademis juga menunjukkan bahwa profesi lain seperti
dokter, pengacara maupun insinyur juga penurunan sensitivitas etis serta banyak terjadi perilaku tidak etis
dari para profesional tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa keprihatinan atas etika akuntan profesional
bukan merupakan kasus yang terisolasi namun juga tercermin di profesi yang lain.

Model Perkembangan Moral


Model Kohlberg

Perbedaan level moralitas antar berbagai profesi dapat dilihat dari skala moralitas. Salah satu skala moralitas
yang dapat digunakan mengukur kematangan moral individu berdasarkan respon mereka terhadap
serangkaian dilema hipotetis adalah model Pengembangan Moral Kognitif (CMD) yang diciptakan oleh
Lawrence Kohlberg. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Level
3. Post Conventional
2. Conventional
1. Pre Conventional

Tahap
6
5
4
3
2
1

Watak
Berdasarkan prinsip moral yang universal
Seimbang dengan perhatian kepentingan semua orang
Diinformasikan berdasarkan hukum sosial
Menyesuaikan diri dengan norma kelompok
Kepentingan pribadi menjadi motivasi utama
Menghindari hukuman

Model Gilligan

Model CMD tidak luput dari kritik. Salah satu kritik dilontarkan oleh Gilligan yang menyatakan bahwa Model
Kohlberg muncul untuk dikembangkan terutama dari responden laki-laki. Gilligan menyajikan satu pandangan
baru berupa Etika Kepedulian yang lebih melekat dan lebih tegas terkait pengembangan etika. Hierarki
pengembangan moral Gilligan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Fokus ketiga
Hubungan dinamis antara diri sendiri dan yang lain
Transisi: Pertanyaan logis atas ketimpangan antara kebutuhan orang lain dan diri sendiri
Fokus kedua
Peduli dengan kebebasan orang lain termasuk pengorbanan diri
Transisi: Fokus pada pandangan diri sebagai keegoisan yang tidak dapat diterima
Fokus pertama
Peduli diri sendiri dan menjamin kelangsungan hidup

Model Etika Profesional: Perspektif Empiris

Dari berbagai literatur dan hasil penelitian empiris, dapat dibuat satu model yang dapat menunjukkan
hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis seseorang. Model terbut dapat
digambarkan sebagai berikut:

RESUME BAB II McPhail and Walters


Perspektif Normatif Etika Akuntansi
Deontological Ethics

Deontological Ethics menjawab pertanyaan bagaimana seseorang harus bertindak berdasarkan pendekatan
deduktif. Pendukung utama dari Etika Deontologi adalah Immanuel Kant di mana Kant mendasarkan pada dua
prinsip dasar yaitu Alasan dan Rasa Hormat. Kant menyarankan bahwa kita harus bertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip universal yang berlaku, terlepas dari konsekuensi dari tindakan tersebut. Kant menyebut
prinsip atau aturan yang harus selalu diikuti tanpa pengecualian sebagai categorical imperatif. Pendapat Kant
tersebut dikritik karena Kant menolak situasi individu yang khusus.
John Rawls kemudian mengajukan Teori Keadilan yang meningkatkan posisi Etika Deontologi. Rawls
menyatakan bahwa sebagai individu kita mungkin bisa melihat logika dari categorical imperatif dan setuju
bahwa penting untuk memperlakukan orang lain dengan hormat.

Teleological Ethics

Berbeda dengan pandangan deontologi yang fokus kepada kebenaran atau kesalahan suatu tindakan,
teological membentuk moralitas dari perilaku tertentu dengan berpatokan pada konsekuensi perilaku
tersebut. Teori konsekuensi ini didasarkan pada perbedaan yang penting antara perilaku yang baik dan tujuan.
Etika Teleological tidak luput dari kritik karena mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin dari perbuatan
yang tidak mungkin dan karena itu dapat digunakan untuk membenarkan perbuatan tidak terpuji. Bentuk
umum dari argumen consenquentalist adalah paham Utilitarianisme

Pendekatan Berbasis Kebajikan Untuk Tindakan Individual

Teori kebaikan menyediakan posisi alternatif untuk pendekatan berbasis prinsip. Teori kebajikan menyatakan
bahwa lebih penting untuk dapat mengartikulasikan prinsip-prinsip moral tertentu, daripada berfilsafat
abstrak. Perhatian teori kebajikan adalah ketika individu mungkin merekatkan kumpulan prinsip, hal ini tidak
semestinya menyiratkan bahwa prinsip ini adalah bagian dari karakter mereka. Literatur tentang teori
kebajikan menyediakan dasar teoritis untuk mulai menjelajahi beberapa karakteristik ideal yang sering
dikaitkan dengan profesional akuntansi dan narasi yang lebih luas yang menopang nilai-nilai ini.

Reason and Moral Sense Theorists

Di satu sisi beberapa teori menunjukkan alasan itu adalah satu-satunya dasar yang tepat untuk pembuatan
keputusan etis. Namun, teori lain berpendapat bahwa terdapat sesuatu yang lebih diperlukan dalam
membuat keputusan etis.

Bentuk Permasalahan Etika Bisnis Menurut Fritzsch

1. Bribery (penyuapan)
Penyuapan merupakan permasalahan etika di mana seseorang memanipulasi orang lain/pihak yang
diinginkan dengan memberikan sesuatu untuk memperoleh pengaruh. Penyuapan didefisinikan sebagai
penawaran, pemberian, atau permohonan terhadap sesuatu yang diberi nilai (uang) dengan tujuan untuk
mempengaruhi suatu tindakan yang terkait dengan wewenangnya pada jabatan publik.
2. Unfair Discrimination (diskriminasi)
Diskriminasi merupakan perlakuan yang berbeda atau penolakan terhadap seseorang karena perbedaan
suku, ras, jenis kelamin, kewarganegaraan atau agama.
3. Coercion (pemaksaan)
Pemaksaan merupakan perlakukan seseorang yang memaksa orang lain dengan ancaman untuk
mencapai tujuannya.
4. Deception (penipuan)
Penipuan merupakan tindakan seseorang untuk memanipulasi orang /perusahaan dengan menyesatkan
mereka.
5. Theft (Pencurian)
Pencurian merupakan perbuatan mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Anda mungkin juga menyukai