Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupan adalah mendapatkan

kehidupan layak tercapai seperti apa yang dicita-citakan sebagai sebuah bangsa.
Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB adalah suatu organisasi antar negara yang
didirikan untuk mempersatukan negara-negara demi tercapainya kedamaian,
keamanan, dan masyarakat yang sehat. PBB memiliki deklarasi bernama Millenium
Development Goals yang merupakan hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan
dari 189 negara PBB yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan
butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan
rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Indonesia adalah salah satu negara
yang menjadi anggota PBB dan mempunyai komitmen untuk melakukan upaya dalam
memenuhi hak dasar kebutuhan manusia yang tertuang dalam Millenium
Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan milenium. Tujuan
pembangunan milenium digagas pada Konferensi Tingkat Tinggi Milenium pada
bulan September 2000. Hal ini ditujukan untuk menghimpun komitmen pemimpin
dunia untuk mengatasi isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi, dan
kebebasan. Tujuan pembangunan milenium menempatkan pembangunan manusia
sebagai fokus utama pembangunan serta memiliki tenggat waktu dan kemajuan waktu
yang terukur. Tujuan pembangunan milenium menekankan tanggung jawab negara
berkembang seperti Indonesia untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka.1-4
Tujuan pembangunan milenium berisikan 8 butir yaitu:
1. Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan
2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua
3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
4. Menurunkan Kematian Anak
5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
6. Mengendalikan HIV dan AIDS, Malaria dan TB
7. Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup
8. Mengembangkan Kemitraan Pembangunan Di Tingkat Global

Gambar 1. Delapan butir tujuan pembangunan millennium


World Health Organization (WHO) sebagai organisasi kesehatan dunia
mencanangkan MDGs sebagai langkah nyata pembangunan kesehatan terutama
tertuang pada poin 4, 5, dan 6 yaitu menurunkan kematian anak, meningkatkan
kesehatan ibu, dan mengendalikan HIV dan AIDS, Malaria dan TB.
Pembangunan nasional di Indonesia pada bidang kesehatan memiliki tujuan
yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat yang
tercermin sebagai berikut: 5
1. Terwujudnya pembangunan berwawasan kesehatan, kualitas lingkungan,
perilaku hidup sehat, serta kemandirian individu, keluarga dan masyarakat di
bidang kesehatan.
2. Terwujudnya kesehatan

individu,

keluarga,

dan

masyarakat

melalui

peningkatan pemerataan, pemanfaatan serta peningkatan kualitas pelayanan


kesehatan masyarakat dan perorangan yang berkesinambungan.
3. Terwujudnya upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit melalui
surveilans, pengendalian faktor risiko, dan penanganan serta penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana.
4. Terwujudnya kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan yang
terpadu, efisien, rasional dan akuntabel.
5. Tersedianya sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas, merata dan
dapat didayagunakan secara optimal.
6. Tersedianya sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata,
terjangkau, dan dimanfaatkan secara rasional.
Pada tahun 1999, pemerintah Indonesia menetapkan sebuah paradigma dalam
kesehatan yang disebut Paradigma Sehat. Paradigma sehat merupakan perbaikan dari
paradigma sehat yang sebelumnya yang lebih bersifat mengobati tanpa melakukan
upaya pecegahan. Paradigma sehat secara makro berarti bahwa semua sektor harus
2

memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan dan secara mikro yaitu


menekankan upaya promotif dan preventif dengan tidak mengesampingkan upaya
kuratif dan rehabilitatif. Upaya kesehatan yang semula lebih terfokus pada kuratif dan
rehabilitatif, secara berangsur berkembang ke arah promotif dan preventif. Upaya
mencapai kesehatan masyarakat memerlukan pendekatan yang bersifat pembinaan
yang dalam jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam pemeliharaan kesehatan melalui peningkatan kesadaran mengenai
pentingnya menjaga kesehatan sehingga puskesmas merupakan ujung tombak untuk
mencapai MDGs.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia mulai dikembangkan
sejak dicanangkannya pembangunan jangka panjang yang pertama tahun 1971.
Didahului dengan beberapa proyek rintisan Puskesmas dibeberapa provinsi. Tujuan
dasar pemerintah mendirikan puskesmas adalah untuk mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang sebagian besar masih tinggal di pedesaan.6
Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui 6 kegiatan pokok
secara terpadu dan menyeluruh, meliputi: KIA/KB, usaha peningkatan gizi, kesehatan
lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Pengobatan, dan Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat (PKM) serta ditambah lagi dengan program kesehatan
pengembangan yaitu: Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Perkesmas, sehingga
dapat mewujudkan misi puskesmas. Secara operasional, Puskesmas berarti harus ada
upaya yang berkelanjutan, menyeluruh, terpadu, sistematis dan objektif yang
bertujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.6
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu standar dengan batas-batas
tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah
Kab/Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup
jenis pelayanan, indicator, dan nilai.6 Prinsip-prinsip SPM, yaitu:
1. Diterapkan pada kewenangan wajib.
2. Diberlakukan untuk seluruh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
3. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan kesehatan dasar tanpa
mengorbankan mutu, mempunyai dampak luas pd masyarakat.
4. Merupakan indikator kinerja, bukan standar teknis.
5. Dinamis
6. Dalam kerangka penyelenggaraan yang dasar.

Untuk dapat mewujudkan suatu Paradigma Sehat, diperlukan intervensi


kesehatan yang tidak hanya terbatas pada manusia saja. Sesuai dengan konsep sehat
menurut Gordon & Le Richt (1950), timbul atau tidaknya penyakit pada manusia
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: 6
1. Host (Pejamu)
2. Agent (Bibit penyakit)
3. Environment (Lingkungan)
Gambar 2. Konsep Sehat Menurut Gordon & Le Richt

Pemanfaatan konsep tersebut adalah untuk melakukan pencegahan penyakit,


penularan penyakit, pemberantasan penyakit, dan pengobatan penyakit yaitu dengan

cara mengintervensi ketiga faktor tersebut. Sedangkan menurut H.L. Bloem, status
kesehatan dari seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
1. Lingkungan
2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan
4. Biologik / keturunan

Gambar
3.

Konsep
Sehat
Menurut
H.L. Bloem
Identifikasi masalah pada laporan ini menggunakan data standar pelayanan

minimal (SPM) Puskesmas Borobudur periode JanuariOktober 2015. Cakupan yang


tidak mencapai target pada bulan JanuariOktober 2015 akan menjadi masalah yang
disepakati untuk dilakukan analisis lebih lanjut demi mendapatkan pemecahan
masalah.
B.

Perumusan Masalah
Mengetahui hasil kegiatan pelayanan di Puskesmas Borobudur dibandingkan

dengan SPM yang berlaku periode JanuariOktober 2015.


C.

Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui, menganalisa, dan mendeskripisikan pelaksanaan manajemen
program dan dibandingkan dengan SPM di Puskesmas Borobudur pada bulan
JanuariOktober 2015 dalam upaya perbaikan kinerja Puskesmas.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui proses P1, P2, dan P3 pada Puskesmas Borobudur.
b. Mengetahui hasil pencapaian upaya kesehatan dasar dan pengembangan
pada Puskesmas Borobudur pada bulan Januari-Oktober 2015.
c. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan yang terjadi di Puskesmas
Borobudur pada periode JanuariOktober 2015.
d. Menentukan prioritas masalah yang ada pada Puskesmas Borobudur.
e. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah yang
terpilih dipuskesmas Borobudur.
f. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masalah pencapaian upaya
kesehatan Puskesmas Borobudur.

g. Membuat rencana kegiatan dari pemecahan masalah terpilih di Puskesmas


Borobudur.
D.

Manfaat Kegiatan
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu kesehatan
Masyarakat.
b. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.
c. Mengetahui upaya-upaya pokok maupun tambahan yang ada di puskesmas.
d. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan didalam program puskesmas.
2. Bagi Puskesmas
a. Mengetahui upaya puskesmas yang belum memenuhi target SPM.
b. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya
puskesmas yang belum memenuhi target SPM.
c. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap
masalah tersebut.

E.

Metodologi Penulisan
Data diambil dari data primer dan data sekunder yang didapatkan di Puskesmas

Borobudur. Data primer diperoleh dari wawancara dengan kepala puskesmas dan
bidan Koordinator program, dan pengamatan langsung tentang pelaksanaan
manajemen,

berupa

pelaksanaan

proses

manajemen

(P1/Perencanaan,

P2/Penggerakkan, dan Pelaksanaan, P3/Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian).


Data sekunder diperoleh dari SIMPUS (Sistem Informasi Puskesmas) dan laporan
hasil kegiatan puskesmas.
Data hasil kegiatan

yang

diperoleh

kemudian

dianalisis

dengan

membandingkannya dengan SPM yang ada. Hasil kegiatan yang pencapaiannya


kurang dari 100% berdasarkan SPM merupakan masalah. Dari berbagai masalah
tersebut dilakukan upaya pemecahan berdasarkan problem solving cycle, yaitu setelah
dilakukan identifikasi masalah, maka selanjutnya ditentukan prioritas masalah dengan
menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.
Selanjutnya, berdasarkan kesepakatan bersama dipilih salah satu program
bermasalah yang akan dipecahkan. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis
penyebab dengan menggunakan diagram fishbone berdasarkan pendekatan sistem
untuk mencari kemungkinan penyebab. Dari berbagai kemungkinan penyebab
tersebut kemudian dilakukan konfirmasi untuk mencari penyebab yang paling
6

mungkin. Kemudian ditentukan alternatif pemecahan masalah berdasarkan masalah


yang ditentukan. Berdasarkan penyebab masalah yang paling mungkin tersebut,
ditentukan prioritas pemecahan masalah dengan menggunkan metode kriteria matriks.
Setelah didapatkan pemecahan masalah terpilih, selanjutnya dibuat rencana kegiatan
dalam bentuk POA (Plan Of Action).

BAB II
ANALISIS SITUASI
A.

Lingkungan
1. Keadaan Umum dan Lingkungan

1.1 Keadaan Geografi


Wilayah Kecamatan Borobudur terdiri dari 20 desa.
a. Batas-batas Wilayah Puskesmas Borobudur adalah :
7

Utara

: Kecamatan Mertoyudan

Selatan

: Kecamatan Kalibawang, Provinsi D.I. Yogyakarta

Barat

: Kecamatan Salaman dan Kecamatan Tempuran

Timur

: Kecamatan Ngluwar

b. Luas Wilayah Kerja

Wilayah kerja Puskesmas Borobudur adalah seluas 5458 Km2

Jumlah desa/kelurahan
o Jumlah desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Borobudur
adalah 20 (dua puluh) desa

Peta wilayah
o Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang terbagi satu wilayah

kerja Puskesmas, yaitu wilayah kerja Puskesmas Borobudur.

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang


c. Transportasi
Adapun untuk transportasi di wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Borobudur yang sesuai dengan kondisi desa dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 4 (empat):
o Pada musim kemarau

: 20 desa

o Pada musim hujan

: 20 desa

Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 2 (dua):


o Pada musim kemarau : 20 desa
o Pada musim hujan

: 20 desa

Kendaraan umum yang ada :


o Untuk mencapai kota kabupaten adalah bus dan angkutan desa
o Untuk mencapai ke desa - desa adalah ojek
d. Jumlah Desa Wilayah Kerja
Jumlah desa wilayah kerja Puskesmas Borbudur sebanyak 20 desa, yang
terdiri dari 92 dusun. Desa di wilayah kerja Puskesmas Borobudur :
1. Giripurno

11. Tanjungsari

2. Giritengah

12. Karanganyar

3. Tuksongo

13. Tegalarum

4. Majaksingi

14. Kembanglimus

5. Kenalan

15. Ringinputih

6. Bigaran

16. Bumiharjo

7. Sambeng

17. Borobudur

8. Candirejo

18. Karangrejo

9. Ngargogondo

19. Ngadiharjo

10. Wanurejo

20. Kebonsari
9

e. Kondisi Geografis
Datar sampai bergelombang

: 29% (198.593,74 Ha)

Bergelombang sampai berbukit

: 35% (239.682,1 Ha)

Berbukit sampai bergunung

: 36% (246.530,16 Ha)

f. Komunikasi
Sarana komunikasi dari puskesmas ke luar: telepon, radio, surat kabar.
g. Data Kesehatan Lingkungan
1. Sarana pelayanan air bersih
Tabel 1. Sarana Pelayanan Air Bersih
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Sarana Pelayanan Air


Sarana
Pemakai
Persentase
Bersih
Sumur gali
5472
31.652
55%
Perlindungan mata air
36
5.028
9,16%
Non PDAM
1903
544
1%
PDAM
731
1.034
2%
Sumur pompa tangan
67
979
2%
TOTAL
8209
39.237
68%
Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur tahun 2014
Dari data diatas terlihat sebagian besar penduduk (55%) di wilayah kerja

Puskesmas Borobudur memakai sumur gali sebagai sumber air bersih. Dari data di
atas total presentasi yang memakai sarana pelayanan air bersih (68%). Sedangkan
(32%) dari penduduk tidak menggunakan sarana pelayanan air bersih.
2. Sarana jamban
Tabel 2. Sarana Jamban
No. Sarana Jamban
Sarana
Pemakai
Persentase
1.
Cemplung leher angsa
5019
24.183
42,64%
2.
Cemplung non leher
2.074
9.725
17,15%
angsa
3.
Septic tanknon leher
1.179
6.344
11%
angsa
4.
Jamban umum (MCK)
40
0
0%
TOTAL
8.386
40.225
70%
Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur tahun 2014
Dari data di atas terlihat bahwa penggunaan jamban cemplung leher angsa
(42,64%). Dari data diatas total presentasi yang memakai sarana Jamban (70%).
Sedangkan (30%) tidak memakai jamban.
10

3. Sarana Pembuangan Air Limbah.


Di 8.108 rumah terdapat 7.352 rumah (91%) yang memiliki saluran
pembuangan air limbah. Sebanyak 967 telah di periksa dengan 452 telah memenuhi
syarat.

4.. Sarana Kesehatan


Puskesmas induk

: 1 buah

Puskesmas pembantu

: 4 buah (Kenalan, Karanganyar, Tegalarum,

Borobudur)
PKD

: 15 buah (Giripurno, Giritengah, Majaksingi

(dusun Kerug munggang dan Dusun Krajan), Sambeng, Candirejo (2),


Ngadiharjo, Kebonsari, Tuksongo, Ngargogondo, Karangrejo, Bigaran,
Bumiharjo, Wanurejo)
Bidan desa

: 20 orang di 20 desa (Giripurno, Wanurejo,

Giritengah, Majaksingi, Sambeng, Candirejo, Ngadiharjo, Tuksongo,


Karangrejo, Bumiharjo, Ringinputih, Kenalan, Bigaran, Ngargogondo,
Borobudur,

Tanjungsari,

Karanganyar,

Kebonsari,

Tegalarum,

Kembanglimus)
Posyandu Lansia

: 98 tempat

Posyandu

: 134 tempat

Dukun bayi terlatih

: 30 orang

UKS

: 31 unit

Pelembagaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Keluarga yang telah menganut pola hidup bersih dan sehat sesuai dengan
urutan tingkat status kesehatan adalah sebagai berikut :
Strata I

(Pratama)

:2%

Strata II

(Madya)

: 30,75 %

Strata III

(Utama)

: 54,61 %

Strata IV

(Paripurna)

: 12,57 %

Situasi Puskesmas
11

Puskesmas Borobudur merupakan puskesmas rawat inap yang terdiri atas 1


puskesmas induk dan mempunyai 4 puskesmas pembantu (Kenalan, Karang anyar,
Tegalarum, Borobudur). Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Borobudur hingga Oktober 2015.

Luas tanah

: 2901 m2

Luas gedung

: 365 m2

Jumlah tempat tidur

: 24 buah tempat tidur

Ruang pelayanan yang tersedia

: 1. Ruang rawat inap

: 11 ruang

2. Rawat gabung

: 3 ruang

3. BP umum

: 2 ruang

4. BP gigi

: 1 ruang

5. Ruang KIA-KB

: 2 ruang

6. Ruang laboratorium

: 1 ruang

7. Ruang pelayanan obat

: 1 ruang

8. Gudang obat

: 1 ruang

9. Dapur

: 1 ruang

1.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk

: 57.171 jiwa

Jumlah laki-laki

: 28.599 jiwa

Perempuan

: 28.572 jiwa

Jumlah KK

: 16.716 KK

Kepadatan penduduk

: 1,003 jiwa/km2

Jumlah pasangan usia subur

: 10044 pasangan

Dari data yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk
di kecamatan Borobudur masih rendah bila dibandingkan dengan profil Jawa Tengah.
Data penduduk berdasarkan umur tampak pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Komposisi penduduk berdasarkan golongan umur di wilayah kerja
Puskesmas Borobudur hingga Oktober 2015
NO.
1.
2.
3.
4.
5.

UMUR (TAHUN)
04
59
10-14
15-19
20-24

JUMLAH
4.819
4.737
4.597
4.461
3.596
12

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Total
Sumber : Data Dinas Kependudukan Kecamatan

3.718
4.229
4.321
4.289
4.113
3.656
3.180
2.422
1.878
1.327
1.780
57.171
tahun 2015

Tabel 4. Komposisi Penduduk Per Desa di Wilayah Puskesmas Borobudur


Tahun 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Nama Desa
Laki-laki
Perempuan
Jumlah Penduduk
Giripurno
1164
1112
2276
Giritengah
1489
1481
2970
Tuksongo
1710
1737
3447
Majaksingi
1303
1314
2617
Kenalan
580
576
1156
Bigaran
570
604
1174
Sambeng
641
663
1304
Candirejo
2011
2037
4048
Ngargogondo
840
831
1671
Wanurejo
2057
2052
4109
Borobudur
4408
4402
8810
Tanjungsari
619
601
1220
Karanganyar
847
781
1628
Karangrejo
1278
1285
2563
Ngadiharjo
2266
2256
4522
Kebonsari
963
919
1882
Tegalarum
1187
1271
2458
Kembanglimus
927
901
1828
Wringinputih
2742
2719
5461
Bumiharjo
1019
1030
2049
Total
28599
28572
57171
Sumber : Data Dinas Kependudukan Kecamatan tahun 2015

1.3 Sosial Budaya


a. Sarana Peribadatan
Masjid

: 106 buah

Gereja

3 buah
13

Musholla

: 47 buah

Data pemeluk agama dapat dilihat dari tabel berikut :


Tabel 5. Data Pemeluk Agama di Wilayah Puskesmas Borubudur tahun 2015
Agama
Jumlah
Persentase
Islam
54.564
95,40%
Kristen
114
0,20%
Katolik
1.539
2.69%
Budha
0
0,00%
Hindu
4
0,007%
Lain-lain
972
1.7%
Total
57.171
100%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Kecamatan Borobudur 2015
b. Tingkat Pendidikan
Tabel 6.Tingkat Pendidikan usia 5 Tahun ke Atas di Wilayah
Puskesmas Borobudur Tahun 2015
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Belum pernah sekolah
3304
Tidak tamat SD
4260
Tamat SD/MI
21.150
Tamat SLTP
7874
Tamat SLTA/MA
5761
Tamat AK/PT
757
Total
43.106
Sumber : Data Dinas Kependudukan Kecamatan tahun 2015
Sarana Pendidikan :
-

TK

: 34 buah

SD/MI

: 45 buah

SLTP/MTS

: 10 buah

SLTA/MA

: 4 buah

c. Perilaku Masyarakat
1.

Perilaku positif (mendorong pembangunan kesehatan)


Kegotongroyongan, kegiatan jumat bersih di beberapa desa
Pertemuan dasa wisma (PKK rutin di desa-desa)

2.

Perilaku negatif (menghambat pembangunan kesehatan)


Masih ada penduduk yang BAB tidak pada tempatnya (disungai,
kolam, kebun, selokan)
Masih ada penduduk yang membuang sampah tidak pada tempatnya
14

d. Sosial ekonomi
Mata Pencaharian
Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk
Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur tahun 2015
Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase
Buruh tani
7.714
19%
Petani
0
0%
Buruh
3069
7,67%
PNS/ABRI
5.966
14%
Pedagang
5.940
18%
Pengusaha
7.506
18%
Lain-lain
8342
20%
TOTAL
38.537
100
Sumber : Data Dinas Kependudukan Catatan Sipil tahun 2015
Sarana perekonomian
o Industri rumah tangga

: 23 buah

o Pasar umum

: 4 buah

o Bank

: 3 buah

o Warung makan

: 44 buah

o KUD

: 2 buah

o Terminal

: 1 buah

o Salon

: 12 buah

o Hotel

: 15 buah

15

Kepala Puskesmas
Dr. Yuniar, M.P.H

Kelompok
Jabatan
Fungsional

Unit
Pelayanan
Kesehatan

Rawat Jalan
Poli Umum: dr Siswanto,
dr. A. Ichsan
Poli Gigi: drg.Lus Udiarti,
drg. Siti Sundari
KIA : Esti Murdiwati
KB: Endang Puji

Kasubag TU: Umi Salamah SH


Administrasi Umum: Sri Rahayu
Bendahara Barang: Wisnu Raharja,
Amd.Kep

Unit Penggerak Pembangunan


Kesehatan

Penyehatan Lingkungan : Joko


Susiantono, ST
P2 malaria/DBD: Wiwik, S.Kep
Ns
P2 TB/Imunisasi/Kusta: Mujiati
P2 ISPA/Diare: Enik
UKS: Solimah, Amd Kep
Promkes: Estiningsih, Amd
Perkesmas: Fitri, Amd
P2PTM: A.Semi R ,SKep,Ns

Rawat Inap
Rawat Inap: dr Siswanto
Dapur/Gizi: Budi Irianto,
SKM

Penunjang Laboratorium:
Ismalia Adi Wibowo,A.Md.
Apotek: Susi
SIMPUS: Shinta, Amd.

Puskesmas Pembantu
Tegalarum: Wiwik Widayati
Kenalan: Ekaningtias
Karanganyar: Ria
Borobudur: Nur Hidayah

Keuangan
Walyana, Amd
Ismalia, Amd

Unit Pemberdayaan
Masyarakat dan Keluarga

Kesehatan Keluarga: Esti Murdiwati,


Endang P., Bidan Desa
Peningkatan Gizi: Budi Irianto, SKM

PKD Sambeng PKD Karangrejo


PKD Candirejo PKD Wanurejo
PKD Ngadiharjo PKD Tanjungsari
PKD Giritengah PKD Bumiharjo
PKD Kebonsari PKD Ngargogondo
PKD Giripurno PKD Bigaran
PKD Tuksongo
PKD Majaksingi atas (Kerug)
PKD Majaksingi bawah

16

Gambar 2. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS BOROBUDUR

17

B. Tenaga kerja puskesmas


1. Ketenagakerjaan
Tabel 8. Tenaga Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur tahun 2015
Tenaga Kerja
Jumlah Yang Ada
Puskesmas induk
Dokter umum
3
Dokter gigi
2
Bidan puskesmas
7
Bidan PONED
13
Bidan desa
20
Perawat kesehatan
17
Perawat gigi
2
Sanitarian
1
Petugas gizi
1
Tenaga
1
laboratorium
Pengelola obat
1
Tenaga
1
administrasi
kesehatan
Petugas loket
1
Pengemudi
1
Total
70
Sumber : Profil Tenaga Kerja Puskesmas Borobudur tahun 2015
2. Sumber dan penggunaan dana
Dana puskesmas diperoleh dari:
1. Umum
2. Kapitasi JKN
3. Klaim non kapitasi JKN
4. Klaim JAMKESDA
5. BOK
C. Pengelolaan puskesmas
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah. Puskesmas
memiliki wilayah kerja dan berhubungan langsung dengan dengan keluarga di rumah-rumah
mereka. Dalam mencapai tujuan puskesmas yang berdaya guna dibutuhkan suatu proses
(manajemen) yang baik dari puskesmas tersebut. Manajemen adalah ketrampilan untuk
memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan
menggerakkan orang lain dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. (1) Sejalan dengan
pengertian manajemen yang dirumuskan, maka akan dilakukan kegiatan pokok puskesmas
17

hingga didapatkan fungsi manajemen yang lebih mengandung pengertian tentang


perencanaan (P1), pergerakan pelaksanaan (P2), pengawasan, pengendalian dan penilaian
(P3).
a. Perencanaan (P1)
Didalam perencanaan, langkah-langkah yang harus ditempuh dan dipahami oleh
Pemimpin Puskesmas ialah sebagai berikut :
Mengetahui kebijaksanaan Pusat meliputi SKN, dll.
Menentukan tujuan dan sasaran
Melakukan analisa situasi
Menemukan masalah dan menentukan prioritas masalah
Menyusun rencana operasional
Pengaturan sumber daya
Hasil dari perencanaan (P1) ini adalah rencana kerja tahunan dan di Puskesmas
Borobudur telah dilakukan pembuatan rencana kegiatan tahun 2013.
b. Pergerakan Pelaksanaan (P2)
Kegiatan yang telah disusun menjadi rencana kerja perlu digerak laksanakan agar
dapat mencapai tujuan/sasaran yang telah ditetapkan dnegan cara terarah, berhasil guna,
dan berdaya guna. Kegiatan dalam fase ini adalah :
1.

Pengorganisasian
Pengorganisasian puskesmas diatur dalam Permenkes 75 tahun 2014. Penyusunan
struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten/ kota dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota sedangkan penetapannya dilakukan oleh pemerintah
daerah. Sebagai acuan dapat digunakan pola struktur organisasi puskesmas
sebagai berikut:
a. Kepala puskesmas
b. Kepala puskesmas merupakan seorang sarjana kesehatan dengan kriteria, sbb:
Tingkat pendidikan paling rendah sarana kesehatan dan punya kompetensi
manajemen puskesmas.
Masa kerja di puskesmas minimal 2 tahun.
Telah mengikuti pelatihan manajemen puskesmas.
c. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam
pengelolaan:
Data dan informasi
Perencanaan dan penilaian
Keuangan
Umum dan kepegawaian
d. Unit pelaksana tekniss fungsional puskesmas
18

Upaya kesehatan masyarakat , termasuk pembinaan terhadap UKBM


Upaya kesehatan perorangan
e. Jaringan pelayanan puskesmas
Unit puskesmas pembantu
Unit puskesmas keliling
Unit bidan di desa/komunitas
2. Tata kerja
1. Dengan kantor kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan kantor
kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat
kecamatan.

Koordinasi

tersebut

mencakup

pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian

perencanaan,

pergerakan

serta penilaian. Dalam hal

pelaksanaan fungsi pengendalian sumber daya masyarakat oleh puskesmas,


koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitasi.
2. Dengan dinas kesehatan kabupaten dan kota
Seccara teknis dan administratif, puskesmas bertanggung jawab terhadap dinas
kesehatan kab/kota. Sebaliknya dinas kesehatan kab/kota bertanggung jawab
membina serta memberikan bantuan administratif dan teknis terhadap
puskesmas.
3. Dengan jaringan pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas menjalin kerja sama termasuk penyelenggaraan rujukan dan
memantau kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan sebagai upaya
pembinaan kesehatan bersumberdaya masyarakat, puskesmas melaksanakan
bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan.
4. Dengan jaringan pelayanan kesehatan rujukan
Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan
berbagai sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti rumah sakit, dan
berbagai balai kesehatan masyarakat. Untuk upaya kesehatan masyarakat,
kerjasama diselenggarakan dengan berbagai sarana

pelayanan kesehatan

masyarakat rujukan, seperti dinas kesehatan kabupaten dan kota, balai teknik
kesehatan lingkungan, balai laboratorium kesehatan, serta balai kesehatan
masyarakat.
5. Dengan lintas sektor
Tanggung jawab puskesmas

sebagai

unit

pelaksana

teknis

adalah

menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan


oleh

dinas

kesehatan

penyelenggaraan

kabupaten/kota.

pembangunan,

Untuk

kesehatan

hasil
tersebut

yang
harus

optimal,
dapat

19

dikoordinasikan dengan berbagai lintas sector terkait yang ada di tigkat


kecamatan.
6. Dengan masyarakat
Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat
sebagai objek dan subjek pembangunan.
3.

Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)


1. Pengawasan:
Dilakukan dengan mengamati seluruh proses upaya kesehatan untuk menjamin
agar semua kegiatan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bila terjadi penyimpangan
dapat memberi saran tindakan koreksi yang dilakukan.
2. Pengendalian
Sebagai tindakan pengaturan dan pengarahan pelaksanaan agar tujuan dapat
dicapai secara berhasil guna dan berdaya guna. Ada kewenangan melakukan
tindakan koreksi.
3. Penilaian
Meningkatkan hasil guna serta daya guna perencanaan dan pelaksanaan
program dan memberikan petunjuk dalam pengelolaan tenaga, dana, dan
fasilitas untuk program yang ada sekarang dan yang akan datang. Proses ini
pada dasarnya terdiri dari :
Menetapkan standar performa / indikator
Mengukur performance yang sesungguhnya
Membandingkan performance yang sesungguhnya dengan standar
yang diharapkan
Mancari alasan-alasan terjadinya penyimpangan
Menetapkan cara-cara untuk memperbaiki penyimpangan tersebut
Melaksanakan cara-cara perbaikan tersebut

D. Deskripsi Kerja
a. Dokter atau Kepala Puskesmas
Tugas Pokok

: Mengusahakan agar fungsi Puskesmas terselenggara dengan


baik.

Fungsi

:
A. Sebagai Manager
1. Melaksanakan fungsi fungsi manajemen di Puskesmas

20

2. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara


vertikal dan horizontal
3. Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.
B. Sebagai seorang Dokter
1. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita
2. Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi
3. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan masyarakat
b. Dokter Umum
Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah

kerja

Puskesmas dapat berjalan dengan baik.


Fungsi

:
1. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas
2. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas baik di
Puskesmas, Pustu atau Pusling
3. Memberikan bimbingan dan supervise teknis kepada penderita dan
masyarakat
4. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran
masyarakat
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan

c. Dokter Gigi
Tugas Pokok

: Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah


kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.

Fungsi

:
1. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas
2. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja
Puskesmas
3. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas
4. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat
Membantumembina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran
serta masyarakat
5. Memberikan penyuluhan kesehatan
6. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan

d. Perawat Gigi
Tugas Pokok

: Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas.


21

Fungsi

:
1. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di puskesmas
2. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi
yang sakit
3. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi
4. Melaksanakan UKS dan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)
5. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi

5. Tata Usaha
Tugas Pokok :
1. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas
2. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk
Fungsi

:
1. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi
2. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas
3. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas
4. Melakukan laporan berkala ketatausahaan
6. Petugas Perkesmas

Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan Perkesmas di


wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.
Fungsi

:
1. Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun luar gedung
2. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Perkesmas
3. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
4. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas
5. Melakukan pendataan sasaran secara periodic

7. Petugas Pengobatan
Tugas Pokok :
1.

Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.

2.

Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi


dari dokter

3.

Melaksanakan penyuluhan kesehatan

4.

Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi


22

5.

Melakukan pencatatan dan pelaporan

6.

Melakukan kegiatan Puskesmas

7.

Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu

8. Petugas P2PM
Tugas Pokok :

Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan


pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi

:
1. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas
2. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular
3. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular
4. Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan
5. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas delegasi
dari dokter
6. Melakukan kunjungan rumah
7. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait
P2PM
8. Memberikan penyuluhan kesehatan
9. Melakukan pencatatan dan pelaporan

9. Petugas KIA
Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas
agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi

:
1. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui, bayi
dan anak
2. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi
3. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil
4. Melakukan pembinaan dukun bayi
5. Melakukan pembinaan kepada bidan desa
6. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait
dengan KIA
7. Melakukan penyuluhan kesehatan
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan
23

9. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi


10.

Petugas Gizi

Tugas Pokok : melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di wilayah


kerja Puskesmas.
Fungsi

:
1. Melaksanakan pemberian makanan tambahan
2. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang gizi
3. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan gizi
4. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan
6. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik
7. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik
8. Melakukan pembinaan Posyandu
9. Melakukan rujukan kasus gizi

11.

Petugas Sanitarian

Tugas Pokok

Merubah, mengendalikan atau menghilangkan unsur fisik dan lingkungan yang


memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat.

Fungsi

:
1. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih, jamban
keluarga, rumah sehat, kebersihan lingkungan dan pekarangan
2. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata air,
penampungan air hujan dan sarana air bersih lainnya
3. Pengawasan higiene, perusahaan dan tempat tempat umum
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan
5. Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral
6. Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang terkait dengan H.S.
7. Memberikan penyuluhan kesehatan
8. Pengawasan, penyehatan perumahan
9. Pengawasan pembuangan sampah
10. Pengawasan makanan dan minuman
11. Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah)
24

12.

Pelayanan Imunisasi

Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah kerja


Puskesmas.
Fungsi

:
1. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas
2. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi
3. Melakukan pencatatan dan pelaporan
4. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi
5. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur
6. Melakukan sweeping untuk daerah - daerah yang cakupannya kurang
7. Memberikan penyuluhan kesehatan

13.

Petugas Apotek

Tugas Pokok

: Memeriksa, meracik dan membungkus obat.

Fungsi

:
1. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat
2. Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di apotik
3. Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu, dan PKD
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat
5. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat

14. Petugas Laboratorium


Tugas Pokok : Melakukan pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi

:
1.

Membantu menegakkan diagnosa penyakit

2.

Melaksanakan pemeriksaan spesimen

3.

Membantu rujukan spesimen

4.

Ikut membantu kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan


laboratorium

15.

5.

Memberikan penyuluhan kesehatan

6.

Melakukan pencatatan dan pelaporan


Petugas Pendaftaran

Tugas Pokok : Melakukan proses pelayanan di pendaftaran pada semua pengunjung


Puskesmas.
25

Fungsi

:
1. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan
2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran
3. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien
4. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku
5. Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari tersebut
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan

16. Petugas Gudang Obat


Tugas Pokok : Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas
Fungsi

:
1. Membantu dokter atau Kepala Puskesmas dalam pengelolaan obat di
Puskesmas
2. Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas
3. Mengatur penyimpanan obat
4. Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat
5. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan Desa
(PKD)
6. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam obat

E. Sarana Pelayanan Puskesmas


6. Sarana
a. Sarana fisik
Gedung puskesmas meliputi: loket pendaftaran, laboratorium, apotek, ruang
KIA/KB, BP umum, BP gigi, kantor administrasi, tata usaha, ruang kepala
puskesmas, ruang imunisasi, ruang rawat inap, kamar mandi, tempat parkir,
mushola, ruang tunggu.
b. Sarana penunjang medis
dental unit dan dental chair : dalam keadaan lengkap (dua unit)
perlengkapan medik umum: KIA set dan KB set, poliklinik set
terbatas,peralatan

operasi,

obstetry

dan

neonatal

kid,perlengkapan

laboratorium, EKG dan alat periksa.


c. Sarana obat
26

Jumlah obat cukup, jenis terbatas, dalam keadaan baik. Obat-obat berasal dari
obat Instalansi Farmasi Kabupaten Magelang tiga bulan.
d. Sarana penunjang
mobil puskesling

: 1 buah

sepeda motor

: 5 buah

komputer

: 8 buah

lemari es

: 1 buah

alat komunikasi

: radio, telepon, dan alat-alat penyuluhan

viewer

: 1 buah

Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan suatu wilayah dapat dilihat melalui data angka kematian ibu, angka
kematian bayi, dan angka kematian anak balita. Hal ini berdasarkan target Millenium
Developmental Goals (MDGs). Data-data tersebut yang diperoleh dalam setahun adalah, sbb:

Jumlah kematian ibu dalam wilayah puskesmas Borobudur hingga Oktober 2015
adalah 0 (Nol) ibu.
Jumlah kematian bayi dalam wilayah puskesmas Borobudur hingga Oktober 2015
adalah 2/1.000 kelahiran hidup (KLH).
Jumlah kematian balita dalam wilayah puskesmas Borobudur hingga Oktober
2015 adalah 0/1.000 kelahiran hidup (KLH).

Tabel 9. Pola Duapuluh Besar Pasien Rawat Jalan Puskesmas Borobudur Semua Kelompok
Umur Periode Januari Oktober 2015

No.
1

Kode
1804

ICDX
J06.8

2
3
4
5
6
7
8

4113
1601
2102
0105
4114
0808
4008

R50.9
I10
K29.6
A09
R51
E11.9
M13.8

Diagnosis
Infeksi akut lain pd sal pernapasan bag atas
(ISPA)
Demam (Febris)
Hipertensi Primer
Gastritis
Diare dan Gastroenteritis non spesifik
Nyeri kepala (Cephalgia)
Diabetes Melitus Non-Insulin (NIDDM) Tipe 2
Arthritis tidak spesifik

Jumlah
2374
847
861
743
514
488
426
364
27

9
10
11
12
13
14
15
16

4010
3808
###
9792
###
###
3757
###

M79.1
L23.8
Z02.1
T94.1
Z30.4
Z00.8
I25.9
Z02.8

17
18
19
20

2547
7984
9151
4124

F29
R05
T14.9
J02.9

Myalgia
Dermatitis Alergi
Pemeriksaan kesehatan calon karyawan
Sequelle of Injury
Surveillance of contraceptive drug
Pemeriksaan umum lainnya
Ischaemic Heart Disease
Pemeriksaan kesehatan untuk tujuan
administrasi
Psikosis non organik
Batuk
Injury unspecified
Faringitis akut

339
372
243
159
129
92
72
70
65
64
55
50

Sumber : Data Profil Kesehatan Puskesmas Borobudur berdasarkan SIMPUS tahun 2015

BAB III
DATA KHUSUS UPAYA PUSKESMAS BOROBUDUR
A. Program-Program Pokok Puskesmas
1. Upaya kesehatan masyarakat esensial adalah:
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. KIA dan KB
d. P2PM (Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular)
28

e. Pengobatan (UKP)
2. Upaya kesehatan pengembangan:
a. Upaya perawatan masyarakat
b. Upaya kesehatan jiwa
c. Upaya kesehatan sekolah
d. Upaya kesehatan usia lanjut
3. Upaya kesehatan inovasi
a. Rawat inap
b. Laboratorium
c. EKG
d. Apotek
e. Klinik gizi
f. Klinik sanitasi
g. Pelayanan Kebersihan Gedung dan Lingkungan
B. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
1. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

Pelayanan KIA buka setiap hari, dikelola oleh dua orang bidan Puskesmas,
Pelayanan KIA dilakukan setiap hari Senin sampai dengan hari Sabtu.

Pelayanan KB buka setiap hari, khusus pelayanan KB IUD setiap hari Kamis.

a. KIA
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari program kesehatan ibu dan
anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat
kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya menuju NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
b. KB
Upaya Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, jarak antara
kehamilan diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah
anak telah mencapai yang dikehendaki. Tujuan KB dapat dibagi 2, yaitu:
i.

Tujuan umum

29

Yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka


mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKBS).
ii.

Tujuan khusus

Yaitu meningkatnya kesadaran keluarga/masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi,


menurunnya jumlah angka kelahiran bayi, meningkatnya kesehatan keluarga masyarakat
dengan cara penjarangan kelahiran.
Tabel 10. Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Borobudur Januari Oktober
2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Indikator
Cakupan Kunjungan bumil
K1*
Cakupan Kunjungan bumil K4
Deteksi kasus resiko tinggi Ibu
hamil*
Ibu hamil resiko tinggi yang
ditangani (PONED)
Ibu hamil dg komplikasi yg
ditangani (PONED)
Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan
Cakupan Kn1*) (6 jam s/d 48
jam)
Cakupan kunjungan neonatus
(Kn2) (hari ke 3 s/d hari ke 7)
Cakupan kunjungan neonatus
(Kn3) (8 hr s/d 28 hr)

Target

Cakupan
Sasaran
Persen
Kegiatan
(%)

Pencapaian

100%

901

948

105.24%

105.24%

95%

901

830

92.14%

96.99%

100%

180

325

180.39%

180.39%

100%

359

359

100.00%

100.00%

100%

359

359

100.00%

100.00%

100%

860

852

99.07%

99.07%

100%

819

855

104.37%

104.37%

95%

819

854

104.25%

109.74%

95%

819

853

104.13%

109.61%

Persen
(%)
113.77%
100.00%

No

Indikator

Target

Sasaran

10
11
12

Cakupan kunjungan Bayi


BBLR yg ditangani
Neonatal resti yg ada /
ditemukan*
Neonatal resti/komplikasi yg
ditangani (PONED)
Jumlah dukun bayi yg terlatih
Frekuensi pembinaan dukun
Deteksi dini tumbuh kembang
anak balita dan pra sekolah
Cakupan pemeriksaan
kesehatan siswa SD &

90%
100%

819
56

Kegiatan
n
932
56

100%

107

107

100.00%

100.00%

80%

107

107

100.00%

125.00%

100%
100%

30
8

30
8

100.00%
100.00%

100.00%
100.00%

95%

3936

5534

140.61%

148.01%

100%

935

851

91.02%

91.02%

13
14
15
16
17

Pencapaian
126.42%
100.00%

30

18
19
20
21

setingkat
Jumlah TK yang dibina
100%
34
Jumlah seluruh peserta KB
80%
9254
7784
77.10%
aktif
Jumlah posyandu pra usila dan
100%
18
134
670.00%
usila yang ada
Cakupan pelayanan pra usila
70%
1875
1581
77.28%
dan usila
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari Oktober 2015

96.37%
670.00%
110.40%

2. Perbaikan Gizi Masyarakat

Pelayanan dikelola nutritionis di bagian gizi yang dibuka setiap hari Senin

sampai dengan hari Sabtu.


Pelayanan gizi.

Tujuan dari program ini adalah untuk menurunkan angka penyakit gizi kurang yang
umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama pada anak
balita dan wanita. Upaya yang dilakukan pada pelayanan gizi terutama diarahkan untuk
menanggulangi 4 masalah gizi utama yaitu kurang kalori protein, kurang vitamin A,
gangguan akibat kekurangan yodium, dan anemia gizi.
Jenis kegiatan:
a. Pemantauan dan pertumbuhan balita
Indikatornya: -Balita yang datang dan ditimbang (D/S) (80%)
- Balita yang naik berat badannya (N/D) (80%)
- Balita BGM (<1,5 %)

b. Pelayanan gizi
Indikatornya:
- Cakupan bayi (6-11 bulan) diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x/tahun (95%).
- Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A 2x/thn (95%).
- Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe (90%).
- Balita gizi buruk yang mendapat perawatan (100%).
Tabel 11. Hasil Kegiatan Gizi Puskesmas Borobudur Januari Oktober 2015
No.

Indikator

Target

Sasar

Cakupan

Pencapa
31

an

Kegiatan

Perse
n (%)
83.20
%
81.71
%
100.0
0%
100.0
0%
93.80
%

ian

Balita yg datang dan ditimbang (D/S)

80%

4396

3658

Balita yg naik berat badannya (N/D)

80%

3658

2989

95%

1046

1046

95%

6906

6906

90%

1081

845

< 1,5
%

3657

18

0.5%

98%

100.0
0%

104.00
%
102.14
%
105.26
%
105.26
%
104.22
%
300.00
%
102.04
%

860

851

98.95
%

109.95
%

3
4
5
6

Cakupan bayi (6-11 bln) yg diberi


kaps vit A dosis tinggi
Cakupan anak balita (12 - 59 bln) yg
diberi kapsul vit A 2x/ thn
Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet
Fe
Balita BGM

Cakupan pemberian pmt MP ASI pd


bayi BGM dari gakin*
Balita gizi buruk mendapat perawatan

100%

Cakupan bufas mendapat kapsul vit A

90%

Sumber: Puskesmas Borobudur Januari Oktober 2015


3. Upaya Kesehatan Lingkungan

Klinik hygine dan sanitasi :


Pelayanan di puskesmas buka setiap hari Senin, dan pelayanan di luar puskesmas
setiap hari Selasa sampai dengan hari Sabtu, dikelola oleh 1 orang tenaga
sanitarian yang juga bertugas dalam program lapangan.

Upaya kesehatan lingkungan


Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan untuk mengubah, mengendalikan, atau
menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat
yang dapat memberikan pengaruh jelek terhadap kesehatan.

Jenis kegiatan:
1. Pelayanan kesehatan lingkungan
Indikatornya:
a.

Institusi yang dibina (70%)

b.

Rumah sehat (70%)

c.

Penduduk yang memanfaatkan jamban (75%)

d.

Rumah yang mempunyai SPAL (65%)

2. Pelayanan pengendalian vektor


32

Indikatornya: Rumah atau bangunan bebas jentik Aedes (100%)


3. Pelayanan higienis dan sanitasi di tempat umum
Indikatornya:
a.

TTU yang diperiksa (100%)

b.

TTU yang memenuhi syarat sanitasi (80%)

c.

T2PM yang diperiksa (90%)

d.

T2PM yang memenuhi syarat sanitasi (75%)

Tabel 12. Hasil Kegiatan Status Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur


Januari Oktober 2015
No.

Indikator

Target

Sasa
ran

Cakupan
Kegi
atan

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pencapaian

Pers
en
(%)

Institusi yang dibina


70%
Jml Tempat-tempat Umum
100% 115
23
20.00%
(TTU) yg diperiksa*
Tempat-tempat umum (TTU) yg
80%
23
23
100.00%
memenuhi syarat sanitasi
Tempat Pengolahan Makanan &
90%
Penjualan(TP2M) diperiksa*
TP2M yg memenuhi syarat
75%
sanitasi*
Rumah sehat
70%
100
42
42.00%
Penduduk yg memanfaatkan
75%
76
64
84.21%
jamban
Rumah yg mempunyai SPAL
65%
104
47
45.19%
Rumah/bangunan bebas jentik
100%
Aedes
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari Oktober 2015

20.00%
125.00%

86,02%
60%
112.28%

4. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)

Pelayanan buka setiap hari yang dikelola oleh 3 orang tenaga kesehatan.

Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

Tujuan dari program P2PM ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
mencegah akibat buruk lebih lanjutpenyakit serta menkonsolir penyakit yang telah dapat
dikendalikan.
Kegiatan dari P2PM adalah :
a. P2 TB Paru
33

Indikatornya :- Cakupan suspek TB paru (80%)


- Penderita BTA + (case detection rate) (70%)
- Angka konversi (convertion rate) (80%)
- Angka kesembuhan (cure rate)
b. ISPA
Indikatornya : Cakupan pneumonia balita yang ditangani (100%)
c. P2 Diare
Indikatornya : Balita dengan diare yang ditangani (100%)
d. Imunisasi
Indikatornya :
1. Jumlah bumil yang mendapat TT1 (98%)
2. Jumlah bumil yang mendapat TT2 (95%)
3. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi :
i.

BCG (95%)

ii.

DPT1 (95%)

iii.

DPT3 (95%)

iv.

Polio 1 (95%)

v.

Polio 4 (95%)

vi.

Campak (95%)

vii.

Hepatitis B 1 (0-7 hari) (95%)

viii.

Hepatitis B 1 total (95%)

ix.

Hepatitis B 2 (95%)

x.

Hepatitis B 3 (95%)

e. P2 DBD
Indikatornya :

Penderita DBD yang ditangani sesuai standar (100%)

Rumah atau bangunan bebas jentik


Tingkat insidens (<20/100.000 penduduk)
Kematian karena DBD (<1% )
f. P2 Malaria

34

Hasil kegiatan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)


Januari Oktober 2015:
i.
ii.
iii.
iv.
v.

Cakupan suspek TB paru 80%


Penemuan kasus TB BTA (+) 70%
Angka kesembuhan 85%
Cakupan bayi dengan pneumoni yang ditemukan/ditangani sesuai
standar
Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar 100%

Tabel 13. Hasil Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular Puskesmas Borobudur Januari
Oktober 2015
No.

Indikator

Jumlah penderita yang diperiksa


sediaan darahnya slide ACD
Jumlah penderita yang diperiksa
sediaan darahnya slide PCD
Cakupan suspek tb paru*
Penemuan kasus TB BTA(+)
(Case Detection Rate)
Angka konversi (convertion rate)
*
Angka kesembuhan (cure rate)
Cakupan balita dg pneumoni yg
ditemukan / ditangani (sesuai
standar)
Balita dg diare yg ditangani sesuai
standar
Penderita kusta yang selesai
berobat
Jumlah bumil yg mendapat TT1*
Jumlah ibu hamil yg mendapat
TT2*
BCG*

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Cakupan
Kegia Persen
tan
(%)

Pencapai
an

Target

Sasaran

5%

5333

1515

28.41%

568.13%

2%

47643

2108

4.42%

221.23%

80%

510

72

14.12%

17.65%

70%

51

15.74%

22.48%

80%

85.71%

107.13%

85%

100%

117%

100%

244

63

25.83%

25.83%

100%

143

438

305.43%

305,43%

98%

901

394

43.74%

44,63%

95%

901

390

43.29%

45,57%

95%

819

858

104.74%

110.25%

100%

35

No.

Indikator

Target

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

DPT 1*
DPT 3 *
Polio 1*
Polio 4*
Campak*
Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)*
Hepatitis B1 total*
Hepatitis B2 *
Hepatitis B3*
Penderita DBD yg
ditangani*sesuai standar

95%
95%
95%
95%
95%
95%
95%
95%
95%

23

Incidence rate DBD

100%

Sas Kegiat
aran
an
819
854
819
892
819
858
819
857
819
857
819
858
819
854
819
873
819
892
32

38

Persen (%)

Pencapaian

104.25%
108.89%
104.74%
104.62%
104.62%
104.74%
104.25%
106.57%
108.89%

109.74%
114.62%
110.25%
110.12%
110.12%
110.25%
109.74%
112.18%
114.62%

100%

100%

20/100.000
61/100.000
38
penduduk
penduduk
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari Oktober 2015

32,00%

5. Promosi Kesehatan
Pelayanan dikelola oleh 1 orang tenaga kesehatan, pembinaan dan pengembangan peran
serta aktif masyarakat. Dalam pembinaan dan pengembangan peran serta aktif
masyarakat, yang dinilai adalah:
a. Jumlah posyandu yang dinilai seluruhnya
Jumlah seluruhnya ada 134 posyandu, kegiatan posyandu terdiri dari 5 program
yaitu KIA/KB, gizi, imunisasi, penyuluhan dan penanggulangan diare.
b. Jumlah PKD (Poliklinik Kesehatan Desa)
Jumlah seluruhnya 15 PKD (Giripurno, Tuksongo, Majaksingi Atas/Keruk,
Majaksingi Bawah, Bigaran, Sambeng, Candirejo, Ngargogondo, Wanurejo,
Borobudur, Karangrejo, Tegalarum, Bumiharjo)
c. Pembinaan dan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan Berdasarkan target Dinkes
Kabupaten Magelang tahun 2015.
Indikator kinerja pada program ini adalah penyuluhan kelompok dan umum yang
dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu:
a. Upaya penyuluhan, pencegahan, penanggulangan penyalahgunaan narkoba,
psikotropika dan zat adiktif (P3NAPZA) berbasis masyarakat sebesar 24%
b. Posyandu purnama seluruhnya sebanyak 40%. Frekuensi pembinaan sebesar
12x/tahun. Jumlah kader terlatih sebesar 1 posyandu minimal memiliki 5 kader
aktif sebesar 80%.

36

Tabel 14. Hasil Kegiatan Upaya Promosi Kesehatan Puskesmas Borobudur


Januari Oktober 2015
Cakupan
No

Indikator

Target

Persen
(%)

11822

98.15%

Rumah tangga sehat

Bayi yang mendapat ASI


80%
577
460
79.72%
Eksklusif
Desa dengan garam
90%
beryodium
Keluarga Sadar Gizi
80%
(Kadarzi)
Posyandu purnama
40%
137
33
24.09%
Posyandu mandiri
6%
137
44
32.12%
Jumlah kunjungan posyandu
100%
1370
1644
120.00%
seluruhnya
Frekuensi Pembinaan
100%
1142
1644
144.00%
Jumlah Kader Terlatih
100%
685
588
85.84%
Jumlah Kader aktif
80%
588
503
85.54%
Penyuluhan P3 NAPZA di
100%
11
9
83.08%
sekolah
Penyuluhan HIV/AIDS di
100%
11
17
156.92%
sekolah
Penyuluhan NAPZA dan
24%
80
17
21.25%
HIV/AIDS oleh petugas
Klien yang mendapat
penanganan HIV/AIDS
Kasus infeksi menular
seksual yang diobati
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari Oktober 2015

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

12045

Kegiatan
1

65%

Sasaran

Pencapaian

151.00%
99.65%

60.22%
535.28%
120%
144%
85.84%
106.93%
83.08%
156.92%
88.54%

6. Upaya Pengobatan
A. Pengobatan
Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk keperluan
tersebut.
Tujuan dari upaya pengobatan dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Umum, yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat.
b. Khusus, dapat dibagi menjadi 4 tujuan, yaitu:
1. Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.
37

2. Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit.


3. Mencegah dan mengurangi kecacatan.
4. Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik.
Adapun kegiatan pokok dalam program pengobatan, yaitu:
1. Melakukan diagnosa sedini mungkin.
1. Melakukan tindakan pengobatan.
2. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu.
3. Melaksanakan pertolongan pertama pada trauma (kecelakaan), keracunan dan lainlain.
Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan menilai
jumlah kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang merupakan
indikator kinerja kerja pada program pengobatan, yaitu:
1. Kasus baru: pernyataan diagnosis pertama kali oleh dokter/ paramedis bahwa
seseorang menderita penyakit tertentu. Dengan indikator pencapaian target yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2009 sebesar 60% kali
jumlah penduduk.
2. Kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang
masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah
kunjungan pertama kali dalam tahun berikutnya namun masih dalam suatu periode
penyakit yang bersangkutan.
3. Kunjungan

kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama)

penyakit yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit
menahun adalah kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun berikutnya Frekuensi
kunjungan adalah rata-rata jumlah kunjungan setiap kasus ke puskesmas dan
jaringannya sampai sembuh.
Tabel 15. Hasil Kegiatan Jangkauan Pengobatan Rawat Jalan Puskesmas Borobudur
Januari Oktober 2015
No.

Indikator

1
2

Jumlah kasus baru (x)


Frekuensi kunjungan : jml
kasus B+L+KK / B.
Frek.Kunj.= (x+y+z)/ x
BOR (Bed Occupance Rate)
LOS (Length of Stay)

3
4

Target

Sasaran

Cakupan
Persen
Kegiatan
(%)
23007
101.88%

Pencapaia
n

60%

22583

169.80%

1.21

23007

25379

288.55%

238.47%

60%
4

6083
803

2242
2242

36.85%
2.79

61.42%
143.26%
38

Sumber: Puskesmas Borobudur Januari Oktober 2015


B. Pelayanan Pengobatan Puskesmas Borobudur
1. Rawat Jalan
a. Poliklinik Umum

Poliklinik Puskesmas Induk.


o Pelayanan buka setiap hari kecuali hari libur, dikelola oleh:
Tenaga dokter: 2 orang, bertugas setiap hari.
Tenaga paramedis: 2 orang di Pengobatan dan 2 orang di Rawat Inap, bertugas
setiap hari Senin sampai Sabtu, bekerja sama dengan dokter.
Poliklinik Puskesmas Pembantu.
o Tegalarum : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola
oleh perawat Puskesmas.
o Kenalan : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola
oleh perawat Puskesmas
o Borobudur : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola
oleh perawat Puskesmas
o Karanganyar: buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola

oleh perawat Puskesmas


Pondok Bersalin Desa (Polindes).
o Terdapat 1 pondok bersalin desa buka 24 jam.
Poliklinik Kesehatan Desa (PKD).
o Terdapat 12 Poliklinik Kesehatan Desa buka setiap hari pukul 07.00 -

14.00 WIB
b. Poliklinik Gigi
Pelayanan dokter gigi setiap hari Senin sampai dengan hari Sabtu, dibantu oleh
seorang perawat gigi dilakukan setiap hari. Poliklinik gigi dikelola oleh:
Tenaga dokter gigi: 2 orang.
Tenaga perawat gigi: 1 orang.

C. Upaya Kesehatan Pengembangan


1. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
39

Pelaksanaan dilakukan menurut kebutuhan masyarakat pada waktu tertentu oleh


tenaga kesehatan dan dibantu oleh kader kesehatan, tokoh masyarakat, organisasi
kemasyarakatan dan masyarakat sendiri melalui PKD, Posyandu, penyuluhan dan upaya
promosi kesehatan lainnya.
2. Upaya Kesehatan Jiwa
Pelaksanaan dilakukan menurut kebutuhan masyarakat pada waktu tertentu oleh
tenaga kesehatan dan dibantu oleh kader kesehatan melalui PKD, Posyandu dengan kegiatan
berupa konseling dan upaya promosi kesehatan jiwa.
Tabel 16. Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Jiwa Puskesmas Borobudur
Januari Oktober 2015
Indikator

Target

Sasaran

Pelayanan
gangguan
jiwa di sarkes
umum

40%

Cakupan
Hasil
Persen (%)
-

Pencapaian
-

Sumber: Puskesmas Borobudur Januari Oktober 2015


4. Upaya Penunjang
Laboratorium
Pelayanan buka setiap hari, dikelola oleh 1 petugas laboratorium, dan seorang petugas
laboratorium pembantu, dengan pemeriksaan yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan
hemoglobin, golongan darah, kadar gula darah, asam urat, PP test, pemeriksaan BTA,
pemeriksaan darah malaria, tes kehamilan.

BAB IV
ANALISIS MASALAH

40

Hasil kegiatan Puskesmas Borobudur pada bulan Januari Oktober 2015 yang
diperoleh berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah disebutkan pada bab
sebelumnya. Sehingga didapatkan masalah yaitu hasil cakupan kegiatan Puskesmas pada
bulan Januari Oktober 2015 yang masih belum memenuhi Standart Pelayanan Minimal
(SPM). Dari masalah tersebut, perlu dilakukan upaya pemecahan masalah dengan
menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem, sebagai berikut:

INPUT

PROSES

OUTPUT

Man
Money
Method
Material
Machine

Fungsi
Manajemen
(P1,P2,P3)
dan
Manajemen
Mutu

Cakupan
Kegiatan dan
Mutu

OUTCOME

LINGKUNGAN
Fisik
Kependudukan
Sosial Budaya
Sosial Ekonomi
Kebijakan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem


Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka
pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut. Berdasarkan pendekatan
sistem, masalah akan timbul dan terlihat pada output, sedangkan sumber masalah dapat
terjadi pada input ataupun proses.
A. Kerangka Pikir Masalah

41

Masalah adalah kesenjangan antara harapan atau tujuan yang ingin dicapai dengan
kenyataan sesungguhnya sehingga menimbulkan rasa tidak puas. Dengan demikian untuk
memutuskan adanya suatu masalah, memerlukan tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
Adanya kesenjangan.
Adanya rasa tidak puas.
Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut.
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
Identifikasi atau inventarisasi masalah
Penentuan prioritas masalah
Penentuan penyebab masalah
Memilih penyebab yang paling mungkin
Menentukan alternatif pemecahan masalah
Penetapan pemecahan masalah
Penyusunan rencana penerapan
Monitoring dan evaluasi

1. Identifikasi Masalah

2. Penentuan
Prioritas Masalah

8. Monitoring &
Evaluasi

3. Penentuan
Penyebab Masalah

7. Penyusunan
rencana penerapan

6. Penetapan
pemecahan masalah
terpilih

5. Menentukan
alternatif
pemecahan masalah

4. Memilih
Penyebab yang
paling mungkin

Gambar 5. Siklus Pemecahan masalah


B. Cakupan program yang masih bermasalah
Setelah ditemukan masalah kegiatan program (dengan menentukan hasil kegiatan,
dalam SPM, yang pencapaiannya < 100%), langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas
masalah. Masalah yang ditemukan adalah, sebagai berikut:

42

Tabel 17. Daftar Masalah Manajemen Program


Puskesmas Borobudur Bulan Januari Oktober 2015
No

Program

Pencapaian (<

1.
2.
3.
4
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Cakupan kunjungan bumil k4


Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat
Jumlah peserta KB yang aktif
Jumlah TTU yang diperiksa
Rumah sehat
Penduduk yang memanfaatkan jamban
Rumah yang memiliki SPAL
Cakupan suspek TB Paru
Penemuan kasus TB dengan BTA (+) (Case Detection Rate)
Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau

100%)
96.99%
99.07%
91.02%
96.37%
39.60%
88.94%
81.67%
81.18%
17.65%
22.48%
25.83%

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

ditangani (sesuai standar)


Jumlah bumil yang mendapat TT1
Jumlah bumil yang mendapat TT2
Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif
Posyandu purnama ( indikator 2008)
Jumlah kader terlatih
Penyuluhan P3 Napza di sekolah
Penyuluhan napza dan HIV AIDS oleh petugas kesehatan
BOR
Jumlah kunjungan gilut di rawat jalan (dalam/luar gedung)
Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum

44.63%
45.57%
99.65%
60.22%
85.84%
83.08%
88.54%
61.42%
44.79%
36.02%

C. Teknik prioritas masalah


Tabel 17 menunjukkan adanya masalah pada manajemen program Puskesmas
Borobudur untuk bulan Januari Oktober 2015. Melihat banyaknya masalah yang
ditemukan, maka perlu dilakukan pemilihan prioritas masalah dengan menggunakan metode
Hanlon Kuantitatif.
Metode Hanlon Kuantitatif
Merupakan metode yang mudah dipakai untuk menentukan prioritas masalah dengan
rumus, sbb:
(A + B) x C x D
Keterangan :
1. Kriteria A

: Besar masalah

(nilai 0-10)

2. Kriteria B

: Kegawatan masalah

(nilai 1-5)
43

3. Kriteria C

: Kemudahan penanggulangan

(nilai 1-5)

4. Kriteria D

: PEARL faktor

(nilai 0 atau 1)

Adapun tujuan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif dalam menentukan prioritas


masalah:
1. Identifikasi faktor - faktor luar yang dapat diikutsertakan dalam proses penentuan
masalah.
2. Mengelompokkan faktor - faktor yang ada dan memberikan bobot terhadap kelompok
faktor tersebut.
3. Memungkinkan anggota untuk mengubah faktor dan nilai sesuai kebutuhannya.
Kriteria A : Besar masalah
Menetapkan faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya masalah. Data yang
digunakan bersifat kuantitatif. Misalnya presentase penduduk yang terkena efek langsung
masalah tersebut, asumsi jumlah biaya yang dikeluarkan perorangan per bulan oleh karena
masalah tersebut, besar kerugian (biaya) yang dialami penduduk dan lain-lain. Untuk
menetapkan besar masalah dapat dilihat dari populasi dan sasaran Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Dalam menilai besar masalah maka hal yang perlu diperhatikan adalah
penetapan range untuk menentukan nilai besarnya masalah.

Langkah langkahnya adalah, sebagai berikut:


1. Kriteria A: Besarnya masalah
Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi pencapaian hasil
kegiatan dengan pencapaian 100%.
Program-program yang belum mencapai target:
Tabel 18. Kriteria A (Besar Masalah)
No
1.
2.
3.
4

Program

Pencapaian (< 100%)

Cakupan kunjungan bumil k4


Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan
Cakupan pemeriksaan kesehatan
siswa SD & setingkat
Jumlah peserta KB yang aktif

96.99%
99.07%

Besarnya masalah
( 100 % - % pencapaian)
3.01%
0.93%

91.02%

8.98%

96.37%

3.63%
44

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Jumlah TTU yang diperiksa


Rumah sehat
Penduduk yang memanfaatkan
jamban
Rumah yang memiliki SPAL
Cakupan suspek TB Paru
Penemuan kasus TB dengan BTA
(+) (Case Direction Rate)
Cakupan balita dengan pneumonia
yang ditemukan atau ditangani
(sesuai standar)
Jumlah bumil yang mendapat TT1
Jumlah bumil yang mendapat TT2
Jumlah bayi yang mendapat ASI
eksklusif
Posyandu purnama ( indikator
2008)
Jumlah kader terlatih
Penyuluhan P3 Napza di sekolah
Penyuluhan napza dan HIV AIDS
oleh petugas kesehatan
BOR (Bed Occupying Rate)
Jumlah kunjungan gilut di rawat
jalan (dalam/luar gedung)
Pelayanan gangguan jiwa di sarkes
umum

39.60%
88.94%
81.67%

60.40%
11.06%
18.33%

81.18%
17.65%
22.48%

18.82%
82.35%
77.52%

25.83%

74.17%

44.63%
45.57%
99.65%

55.37%
54.43%
0.35%

60.22%

39.78%

85.84%
83.08%
88.54%

14.16%
16.92%
11.46%

61.42%
44.79%

38.58%
55.21%

36.02%

63.98%

Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 21
= 1 + 3,3 x 1,32 = 1 + 4,35 = 5,35 5 kelas
Langkah 3:
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar dengan
terkecil kemudian di bagi kelas/kolom
Nilai besar masalah : terbesar

= 82,35%
45

terkecil
Interval

= 0,35%

nilai terbesar nilai terkecil


k

82,35-0,35 13,67
6

Langkah 4
Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas
Tabel 19. Skala Interval
Kolom/Kelas

Skala interval

Nilai

Skala 1

0,35 - 14,01

Skala 2

14,02 - 27,68

Skala 3

27,69 - 41,35

Skala 4

41,36 - 55,02

Skala 5

55,03 - 68,66

Skala 6

68,67 82,35

Langkah 5.
Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya
Tabel 20. Penentuan Masalah Sesuai Dengan Kelasnya
Besarnya masalah terhadap presentase pencapaian
0,35 - 14,02 - 27,69 - 41,36 - 55,03 - 68,67 Nilai
Masalah
1. Cakupan kunjungan
bumil K4
2. Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan
3. Cakupan pemeriksaan
kesehatan siswa SD &
setingkat

14,01
(1)

27,68
(2)

41,35
(3)

55,02
(4)

68,66
(5)

82,35
(6)

46

4. Jumlah peserta KB aktif


5. Jumlah TTU yang
diperiksa
6. Rumah sehat
7. Penduduk yang
memanfaatkan jamban
8. Rumah yang memiliki
SPAL
9. Cakupan suspek TB paru
10. Penemuan kasus TB
dengan BTA + (case
detection rate)
11. Cakupan balita dengan
pneumonia dan ditemukan
atau ditangani (sesuai
standar)
12. Jumlah bumil yang
mendapat TT1
13. Jumlah bumil yang
mendapat TT2
14. Jumlah bayi yang
mendapat ASI ekslusif
15. Posyandu purnama
(indikator 2008)
16. Jumlah kader terlatih
17. Penyuluhan P3 NAPZA
di sekolah
18. Penyuluhan NAPZA &
HIV AIDS oleh petugas
kesehatan
19. BOR (Bed Occupying
Rate)
20. Jumlah kunjungan gilut
di rawat jalan (dalam atau
luar gedung)
21. Pelayanan gangguan
jiwa di sarkes umum

1
5

X
X
X

1
2

2
X
X

6
6

X
X

5
4

1
X

X
X

2
2

1
X

3
X

Kriteria B: Kegawatan Masalah


Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan keganasan, tingkat urgensi, dan
tingkat penyebaran/ meluasnya tiap masalah dengan sistem scoring dengan score 1 5.
Keganasan dinilai sebagai berikut:
Sangat ganas

=5

Ganas

= 4

Cukup ganas

=3
47

Kurang ganas = 2
Tidak ganas

= 1

Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut:


Sangat mendesak

= 5

Mendesak

= 4

Cukup mendesak

= 3

Kurang mendesak

= 2

Tidak mendesak

= 1

Tingkat penyebaran/meluasnya masalah dinilai sebagai berikut:


Sangat mudah menyebar/meluas

= 5

Mudah menyebar/meluas

= 4

Cukup menyebar/meluas

= 3

Sulit menyebar/meluas

= 2

Tidak menyebar/meluas

= 1
Tabel 21. Kriteria B Kegawatan Masalah

Masalah
1. Cakupan kunjungan bumil K4
2. Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan
3. Cakupan pemeriksaan kesehatan
siswa SD & setingkat
4. Jumlah peserta KB aktif
5. Jumlah TTU yang diperiksa
6. Rumah sehat
7. Penduduk yang memanfaatkan
jamban
8. Rumah yang memiliki SPAL
9. Cakupan suspek TB paru
10. Penemuan kasus TB dengan BTA
+ (case detection rate)
11. Cakupan balita dengan pneumonia
dan ditemukan atau ditangani (sesuai
standar)
12. Jumlah bumil yang mendapat TT1
13. Jumlah bumil yang mendapat TT2
14. Jumlah bayi yang mendapat ASI
ekslusif

Keganasan
2
2

Urgensi
3
3

Penyebaran
1
1

Nilai
6
6

2
2
2
2

3
2
3
3

2
3
2
2

7
7
7
7

2
2
4

3
2
4

2
2
4

7
6
12

3
3
3

2
2
3

1
1
1

6
6
7
48

15. Posyandu purnama (indikator


2008)
16. Jumlah kader terlatih
17. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah
18. Penyuluhan NAPZA & HIV AIDS
oleh petugas kesehatan
19. BOR (Bed Occupying Rate)
20. Jumlah kunjungan gilut di rawat
jalan (dalam atau luar gedung)
21. Pelayanan gangguan jiwa di sarkes
umum

2
1
3

2
3
3

1
1
3

5
5
9

2
2

2
3

2
2

6
7

Kriteria C: Kemudahan Penanggulangan


Menilai masalah tersebut dalam penanggulangan tentang keberadaan sumber daya
(tenaga, alat, obat, biaya, fasilitas kesehatan,dll), teknologi yang digunakantersedia, dan
kemampuan serta kemudahan menyelesaikan masalah. Bobot penilaian antara 1-5 yaitu :
Sulit ditanggulangi

:1

Cukup sulit ditanggulangi

:2

Tidak mudah ditanggulangi

:3

Mudah ditanggulangi

:4

Sangat mudah ditanggulangi

:5

Tabel. 22 Kriteria C ( Kemudahan Dalam Penganggulangan)


Masalah
1. Cakupan kunjungan bumil K4
2. Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan
3. Cakupan pemeriksaan kesehatan
siswa SD & setingkat
4. Jumlah peserta KB aktif
5. Jumlah TTU yang diperiksa
6. Rumah sehat
7. Penduduk yang memanfaatkan
jamban
8. Rumah yang memiliki SPAL
9. Cakupan suspek TB paru
10. Penemuan kasus TB dengan BTA
+ (case detection rate)
11. Cakupan balita dengan pneumonia

Nilai
4
4
3
4
2
3
3
3
2
2
2
49

dan ditemukan atau ditangani (sesuai


standar)
12. Jumlah bumil yang mendapat TT1
13. Jumlah bumil yang mendapat TT2
14. Jumlah bayi yang mendapat ASI
ekslusif
15. Posyandu purnama (indikator
2008)
16. Jumlah kader terlatih
17. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah
18. Penyuluhan NAPZA & HIV AIDS
oleh petugas kesehatan
19. BOR (Bed Occupying Rate)
20. Jumlah kunjungan gilut di rawat
jalan (dalam atau luar gedung)
21. Pelayanan gangguan jiwa di sarkes
umum

3
3
3
3
3
4
3
3
2
2

Kriteria D: PEARL Factor


Terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya suatu
program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah :
1. P

: Propriate (Kesesuaian dengan program nasional/kesepakatan dunia/ program


daerah)

2. E

: Economic (Secara ekonomi murah, kegiatan tersebut untuk dilaksanakan)

3. A

: Acceptable(Dapat diterima oleh masyarakat, Pemda, dll)

4. R

: Resource (Tersedianya sumber daya yang mendukung kegiatan)

5. L

: Legality (Ada landasan hukum/etika kedokteran, dll)

Bobot nilai bila dijawab ya bernilai 1 dan bila dijawab tidak bernilai 0. Hasil maksimal
dari perhitungan rumus Hanlon tersebut adalah 100, semakin tinggi nilai angka perhitungan
maka masalah tersebut akan diprioritaskan untuk ditanggulangi.
Tabel 23. Kriteria D (PEARL Factor)
Masalah
1. Cakupan kunjungan bumil K4
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
3. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat
4. Jumlah peserta KB aktif
5. Jumlah TTU yang diperiksa

P E A R L Hasil
kali
1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1
1
50

6. Rumah sehat
7. Penduduk yang memanfaatkan jamban
8. Rumah yang memiliki SPAL
9. Cakupan suspek TB paru
10. Penemuan kasus TB dengan BTA + (case detection rate)
11. Cakupan balita dengan pneumonia dan ditemukan atau
ditangani (sesuai standar)
12. Jumlah bumil yang mendapat TT1
13. Jumlah bumil yang mendapat TT2
14. Jumlah bayi yang mendapat ASI ekslusif
15. Posyandu purnama (indikator 2008)
16. Jumlah kader terlatih
17. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah
18. Penyuluhan NAPZA & HIV AIDS oleh petugas kesehatan
19. BOR (Bed Occupying Rate)
20. Jumlah kunjungan gilut di rawat jalan (dalam atau luar
gedung)
21. Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum
Semua masalah diatas dengan menggunakan kriteria D

1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1 1 1 1 1
1
(PEARL faktor) didapatkan

hasil satu dari setiap masalah. Karena dilihat dari sumber daya seperti tenaga, alat, biaya,
obat, fasilitas serta teknologi yang mendukung masalah yang ada dari setiap masalah yang
muncul, kelima faktor tersebut mendukung sehingga program pemecahan masalah dapat
dilaksanakan.
Penentuan Prioritas Masalah Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam
formula nilai prioritas dasar (NPD) serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan
prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C
NPT = (A+B) x C x D
Tabel. 24 Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kuantitatif
No

NPD

NPT

1
2
3
4
5
6
7
8
9

1
1
1
1
5
1
2
2
6

6
6
6
7
7
7
7
7
6

4
4
3
4
2
3
3
3
2

1
1
1
1
1
1
1
1
1

28
28
21
32
24
24
27
27
24

28
28
21
32
24
24
27
27
24

Urutan
Prioritas
VI
VII
XIX
II
XVI
XII
IX
X
XVII
51

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

6
6
5
4
1
3
2
2
1
3
5
5

12
9
6
6
7
5
5
5
9
6
7
8

2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

36
30
33
30
24
24
21
21
30
27
24
26

36
30
33
30
24
24
21
21
30
27
24
26

I
VIII
III
IV
XIII
XIV
XXI
XX
V
XI
XVIII
XV

D. Urutan Prioritas Masalah


Berdasarkan tabel urutan prioritas masalah, didapatkan urutan masalah di Puskesmas
Borobudur sebagai berikut :
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.
XIII.
XIV.
XV.
XVI.
XVII.
XVIII.
XIX.
XX.
XXI.

Penemuan kasus TB dengan BTA (+) (Case Direction Rate)


Jumlah peserta KB yang aktif
Jumlah bumil yang mendapat TT1
Jumlah bumil yang mendapat TT2
Penyuluhan napza dan HIV AIDS oleh petugas kesehatan
Cakupan kunjungan bumil k4
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani (sesuai standar)
Penduduk yang memanfaatkan jamban
Rumah yang memiliki SPAL
BOR (Bed Occupying Rate)
Rumah sehat
Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif
Posyandu purnama ( indikator 2008)
Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum
Jumlah TTU yang diperiksa
Cakupan suspek TB Paru
Jumlah kunjungan gilut di rawat jalan (dalam/luar gedung)
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat
Penyuluhan P3 Napza di sekolah
Jumlah kader terlatih

52

BAB V
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

A. Kegiatan/ Indikator Kegiatan yang Bermasalah


Berdasarkan hasil perhitungan data penentuan prioritas masalah melalui metode
Hanlon kuantitatif, ditemukan masalah cakupan penemuan kasus TB BTA (+) menjadi
prioritas utama. Dilihat dari data target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2015
untuk penemuan kasus TB BTA (+) yang ada / ditemukan sebesar 70%, maka cakupan pasien
TB yang ada / ditemukan menjadi permasalahan yang perlu dianalisis untuk mencari
penyelesaikan/ solusinya.

B. Definisi operasional
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex. Tuberkulosis Paru BTA (+)
o Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif

53

o Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan


kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
o Hasil pemeriksaan satu spesimen dahakk menunjukkan BTA positif dan biakan
positif

54

Penemuan kasus TB BTA (+) (Case Detection Rate) merupakan perbandingan antara
jumlah kasus TB BTA + yang ditemukan dibandingkan dengan seluruh sasaran suspek TB
paru per periode Januari Oktober 2015 dikalikan 100%
Rumus:
Penemuan kasus TB BTA (+) =

Jumlah kasus TB BTA (+)


x 100 %
Seluruh sasaran suspek TB paru pada periode Januari Oktober 2015

P2 TB
PARU
Penemuan
kasus TB
BTA(+)

Target
dinkes
2015

Hasil
Kegiata
n

Sasara
n

Sasar
an 1
tahun

Sasaran
bulan
berjalan

J
a
n

F
e
b

M
a
r

A
p
r

M
e
i

J
u
n

70%

jml
kasus
tb
BTA(+)

1,07/10
00x jml
pddk

61

51

J
u
l

A
g
t

S
e
pt

O
k
t

H
a
sil

%
Cak
upa
n

Penc
apai
an

15.7
4%

22.4
8%

C. Analisis penyebab masalah


Terdapat beberapa faktor yang mendasari timbulnya kesenjangan antara target yang
ditetapkan dengan hasil kegiatan yang dicapai. Salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan penyebab masalah adalah mengunakan diagram fish bone memakai data yang
telah diolah dalam enam bulan terakhir dari Januari-Oktober 2015. Cara menganalisis
penyebab masalah adalah dengan menggunakan pendekatan sistem yang meliputi: input,
proses, output, outcome, serta faktor lingkungan, sehingga dapat disimpulkan hal-hal yang
menyebabkan timbulnya permasalahan tersebut. Beberapa kemungkinan penyebab masalah
yang ada, antara lain:
Tabel 25. Analisis Penyebab Masalah Cakupan TB BTA (+) yang Ditemukan
Ditinjau dari Faktor Input
INPUT
KELEBIHAN
KEKURANGAN

55

Pengetahuan kader yang masih


kurang tentang permasalahan TB

MAN
(Tenaga Kerja)

MONEY
(Pembiayaan)
METHOD
(Metode)

Tersedianya dana bantuan


operasional dari BOK

Passive promotif case finding

Tersedianya tempat untuk


melakukan pemeriksaan seperti:
puskesmas, pustu, PKD,
polindes, poliklinik

MATERIAL
(Perlengkapan)

MACHINE
(Peralatan)

Koordinator program yang telah


Kurangnya umpan balik kader
terlatih
untuk
melakukan
dalam menjaring pasien TB BTA
pemeriksaan pasien dengan
(+) dengan mengirimkan sampel
suspek TB
sputum
Terdapat dokter dan perawat
yang dapat menentukan adanya
faktor-faktor yang dimiliki pada
pasien dengan suspek TB
Terdapat analis laboratorium
yang terlatih untuk melakukan
pemeriksaan TB
Terdapat kader dan bidan desa
untuk membantu menjaring
pasien suspek TB

Tersedianya stetoskop, pot


sputum, mikroskop, object glass,
dek glass, pewarna ziehl neelsen

Tidak ditemukan masalah

Kurangnya kesadaran pasien


suspek TB untuk rutin
memeriksakan diri ke
puskesmas

Tidak terdapat ruangan


khusus pengambilan sputum

Tidak ditemukan masalah

Tabel 26. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan TB BTA (+) Yang
Ditemukan Ditinjau dari
Faktor Proses dan Lingkungan
PROSES

KELEBIHAN

KEKURANGAN

56

Jadwal pemeriksaan dan pencatatan


rutin pada setiap pasien suspek TB
pada
daerah
wilayah
kerja
Belum melakukan perencanaan
puskesmas
Borobudur,
dan
sosialisasi pada masyarakat.
kunjungan rutin pada pasien TB
BTA (+)

Pelayanan pemeriksaan sputum


pasien suspek TB Sewaktu, Pagi,
Sewaktu.

P1
(Perencanaan)

P2
(Pelaksanaan)
P3
(Pengawasan
Pengendalian
dan Penilaian)
Lingkungan

Kurangnya kesadaran keluarga


yang serumah dengan pasien
TB
BTA
(+)
untuk
memeriksakan sputum.
Kurangnya kunjungan ke pasien
TB BTA (+) selama pengobatan
PMO kurang efektif

Pencatatan hasil pemeriksaan


pasien suspek TB
Evaluasi dilakukan terhadap pasien
TB BTA (+)
Adanya BKPM, Rumah Sakit,
Dokter praktek mandiri

Belum adanya umpan balik


pelaporan kasus TB BTA (+) ke
Puskesmas Borobudur.

57

Pengetahuan kader yang masih


kurang tentang permasalahan
TB.
Kurangnya umpan balik kader
dalam menjaring pasien TB
BTA (+) dengan mengirimkan
sampel sputum.
Kurangnya kesadaran
pasien suspek TB untuk
rutin memeriksakan diri ke
puskesmas

INPUT

MATERIAL

Tidak ditemukan masalah

METHOD
MACHINE

perencanaan sosialisasi pada


masyarakat.

Kurangnya kunjungan ke
pasien TB BTA (+)
selama pengobatan
PMO kurang efektif

Tidak ditemukan masalah

MAN

Belum melakukan

MONEY

Tidak ditemukan masalah

Cakupan penemuan BTA


(+) yang ditemukan bulan
Januari Oktober 2015 di
Puskesmas Borobudur
dengan
pencapaian
22.48% lebih rendah dari
target dinkes 100 %

LINGKUNGAN

P1

Belum adanya umpan balik pelaporan kasus TB


BTA (+) ke Puskesmas Borobudur.

P3

P2

Kurangnya kesadaran keluarga yang


serumah dengan pasien TB BTA (+) untuk
memeriksakan sputum.

Gambar 4. Diagram Fish Bone


Berdasarkan Pendekatan Sistem

PROSES
57

V.3 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah


Setelah dilakukan konfirmasi kepada pihak puskesmas yang terdiri dari bidan
koordinator program, dokter, dan perawat mengenai pasien TB BTA (+) yang
ditemukan, maka dari kemungkinan

penyebab masalah diatas maka didapatkan

penyebab masalah yang paling mungkin, yaitu sbb:


1. Pengetahuan kader yang masih kurang tentang permasalahan TB.
2. Kurangnya umpan balik kader dalam menjaring pasien TB BTA (+) dengan
mengirimkan sampel sputum.
3. Kurangnya kesadaran pasien suspek TB untuk rutin memeriksakan diri ke
puskesmas.
4. Belum melakukan perencanaan sosialisasi pada masyarakat.
5. Kurangnya kesadaran keluarga yang serumah dengan pasien TB BTA (+) untuk
memeriksakan sputum.
6. Kurangnya kunjungan pasien TB BTA (+) selama pengobatan.
7. PMO kurang efektif.
8. Belum adanya umpan balik pelaporan kasus TB BTA (+) ke Puskesmas Borobudur.

V.4 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah


58

Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya, yaitu
dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah. Berikut ini adalah alternatif pemecahan
penyebab masalah yang ada, yaitu:

Tabel 27. Alternatif Pemecahan Masalah


No.
Masalah
Alternatif Pemecahan Masalah
1. Pengetahuan kader yang masih kurang Melakukan penyuluhan mengenai faktortentang permasalahan TB.
faktor risiko dan kondisi-kondisi yang
berkaitan dengan TB
2. Kurangnya umpan balik kader dalam Melakukan penyuluhan kepada kader
menjaring pasien TB BTA (+) dengan mengenai gejala dan tanda pasien suspek TB
mengirimkan sampel sputum.
3.

Kurangnya kesadaran pasien suspek Memberikan edukasi kepada pasien suspek TB


TB untuk rutin memeriksakan diri ke mengenai pentingnya kontrol rutin selama
puskesmas.
pengobatan

4.

Belum
melakukan
perencanaan Melakukan sosialisasi tentang program
sosialisasi pada masyarakat.
penanggulan TB kepada masyarakat

5.

Kurangnya kesadaran keluarga yang Memberikan edukasi kepada keluarga pasien


serumah dengan pasien TB BTA (+) dengan TB BTA (+) untuk memeriksakan
untuk memeriksakan sputum.
sputum

Kurangnya kunjungan ke pasien TB


BTA (+) selama pengobatan.

Kunjungan ke pasien TB BTA (+) minimal 2x

PMO kurang efektif.

Belum adanya umpan balik pelaporan


kasus TB BTA (+) ke Puskesmas
Bekerja sama dengan instansi yang
Borobudur.
bersangkutan untuk memberikan umpan balik
kasus TB BTA (+) ke Puskesmas Borobudur

Penyuluhan kepada PMO mengenai tugasnya

V.5 Penentuan Pemecahan Masalah


59

Dari

hasil analisis pemecahan

masalah, didapatkan alternatif pemecahan masalah

sebagai berikut:
a)

Melakukan penyuluhan mengenai faktor-faktor risiko dan kondisi-

b)

kondisi yang berkaitan dengan TB


Melakukan penyuluhan kepada kader mengenai gejala dan tanda

c)

pasien suspek TB Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan terlatih


Memberikan edukasi kepada pasien suspek TB mengenai

pentingnya kontrol rutin selama pengobatan


d)
Melakukan sosialisasi tentang program penanggulan TB kepada
masyarakat
e)

Memberikan edukasi kepada keluarga pasien dengan TB BTA (+)

untuk memeriksakan sputum


f)
Kunjungan ke pasien TB BTA (+) minimal 2x
g)
Penyuluhan kepada PMO mengenai tugasnya
h)
Bekerja sama dengan instansi yang bersangkutan

untuk

memberikan umpan balik kasus TB BTA (+) ke Puskesmas Borobudur

PENYEBAB MASALAH
Pengetahuan kader yang masih kurang
tentang permasalahan TB.
Kurangnya umpan balik kader dalam menjaring
pasien TB BTA (+) dengan mengirimkan sampel
sputum

ALTERNATIF PEMECAHAN
Melakukan penyuluhan mengenai
faktor-faktor risiko dan kondisi-kondisi
yang berkaitan dengan TB
60

Kurangnya kesadaran pasien suspek TB untuk


rutin memeriksakan diri ke puskesmas.

Belum melakukan perencanaan


sosialisasi pada masyarakat.
Kurangnya kesadaran keluarga yang serumah
dengan pasien TB BTA (+) untuk memeriksakan
sputum.

Kurangnya kunjungan ke pasien TB BTA (+)


selama pengobatan.

PMO kurang efektif.


Belum adanya umpan balik pelaporan kasus
TB BTA (+) ke Puskesmas Borobudur.

Melakukan penyuluhan kepada kader


mengenai gejala dan tanda pasien
suspek TB
Memberikan edukasi kepada pasien suspek TB
mengenai pentingnya kontrol rutin selama
pengobatan

Melakukan sosialisasi tentang program


penanggulan TB kepada masyarakat
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien
dengan TB BTA (+) untuk memeriksakan
sputum

Kunjungan ke pasien TB BTA (+) minimal


2x

Penyuluhan kepada PMO mengenai


tugasnya
Bekerja sama dengan instansi yang
bersangkutan untuk memberikan umpan
balik kasus TB BTA (+) ke Puskesmas
Borobudur

Gambar 5. Diagram Alternatif Pemecahan Masalah

V.6 Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks Menggunakan Rumus


Mx IxV/C
61

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan


penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah

dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks

menggunakan rumus M x I x V / C.
Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut :
1.

Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program:

Magnitude ( m ) Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.

Importancy ( I ) Pentingnya cara penyelesaian masalah

Vulnerability ( v ) Sensitifitas cara penyelesaian masalah


Kriteria m, I, dan v kita beri nilai 1-5
Bila makin magnitude maka nilai nya makin besar, mendekati 5. Begitu juga
dalam melakukan penilaian pada kriteria I dan v.

2. Efisiensi pogram
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost)
Kriteria cost (c) diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya
mendekati 1.
Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan
menggunakan kriteria matriks :

Tabel 28. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah


62

Penyelesaian
Masalah

Penyuluhan mengenai faktor-faktor risiko


dan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan
TB
Penyuluhan kepada kader mengenai gejala
dan tanda pasien suspek TB
Edukasi kepada pasien suspek TB
mengenai pentingnya kontrol rutin selama
pengobatan
Sosialisasi tentang program penanggulan
TB kepada masyarakat
Edukasi kepada keluarga pasien dengan TB
BTA (+) untuk memeriksakan sputum
Kunjungan ke pasien TB BTA (+) minimal
2x
Penyuluhan kepada PMO mengenai
tugasnya
Bekerja sama dengan instansi yang
bersangkutan untuk memberikan umpan
balik kasus TB BTA (+) ke Puskesmas
Borobudur

M
2

Nilai
Kriteria
I
V
4,33
3

3,33

Hasil akhir

Urutan

C
2,33

(M x I x V) / C
11,15

III

2,67

7,48

3,33

2,67

1,33

6,68

VI

4,67

3,67

15,26

II

3,37

2,67

1,33

6,76

VII

3,37

2,67

8,99

IV

4,33

1,67

15,55

4,33

2,67

2,33

4,96

VIII

Setelah penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan


menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan
penyebab masalah

rendahnya cakupan penemuan kasus TB BTA (+) di wilayah kerja

Puskesmas Borobudur, adalah sebagai berikut :


1) Penyuluhan kepada PMO mengenai tugasnya
2) Sosialisasi tentang program penanggulan TB kepada masyarakat
3) Penyuluhan mengenai faktor-faktor risiko dan kondisi-kondisi yang berkaitan
dengan TB Meningkatkan program suami siaga
4) Kunjungan ke pasien TB BTA (+) minimal 2x
5) Penyuluhan kepada kader mengenai gejala dan tanda pasien suspek TB
6) Edukasi kepada pasien suspek TB mengenai pentingnya kontrol rutin selama
pengobatan
7) Edukasi kepada keluarga pasien dengan TB BTA (+) untuk memeriksakan sputum
8) Bekerja sama dengan instansi yang bersangkutan untuk memberikan umpan balik
kasus TB BTA (+) ke Puskesmas Borobudur
Dari beberapa alternatif pemecahan masalah, dipilih 3 prioritas alternatif pemecahan
masalah, yang kemudian disusun sebagai rencana pelaksanaan kegiataan (plan of action),
yaitu:
63

1. Penyuluhan kepada PMO mengenai tugasnya


2. Sosialisasi tentang program penanggulan TB kepada masyarakat
3. Penyuluhan mengenai faktor-faktor risiko dan kondisi-kondisi yang berkaitan
dengan TB Meningkatkan program suami siaga

64

5.8 PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN


Tabel 29. Plan of Action Peningkatan Cakupan Penemuan Kasus TB BTA (+) di Puskesmas Borobudur
Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Tempat

Pelaksana

Waktu

Biaya

Metode

Tolak ukur

1. Penyuluhan kepada
Meningkatkan
PMO mengenai tugasnya pengetahuan dan
tanggung jawab
PMO

PMO

Puskesmas
Borobudur

Dokter
puskesmas

Disesuaikan

Puskesmas

Seminar

Meningkatnya
pengetahuan dan
tanggung jawab
PMO

2. Sosialisasi tentang Meningkatkan


program
penanggulan pengetahuan
TB kepada masyarakat
masyarakat tentang
TB
3. Penyuluhan mengenai Meningkatkan
faktor-faktor risiko dan pengetahuan kader
kondisi-kondisi
yang tentang TB dan
berkaitan dengan TB
penjaringan pasien
suspek TB

Masyarakat

Desa
wilayah
kerja
borobudur
Puskesmas,
pustu, PKD

Puskesmas
bagian TBC

Disesuaikan

Puskesmas

Penyuluhan

Puskesmas
bagian TBC

Disesuaikan

Anggaran
dana dari
Puskesmas

Penyuluhan

Meningkatnya
pengetahuan
masyarakat
tentang TB
Meningkatnya
pengetahuan
kader tentang
TB dan
penjaringan
pasien suspek
TB

Masyarakat
dan kader
desa

65

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil kesepakatan bersama Kepala Puskemas Borobudur, maka
permasalahan penemuan kasus TB BTA (+) yg ada / ditemukan dengan pencapaian 22.48%
menjadi prioritas utama untuk dilakukan analisis pemecahan masalah. Dilihat dari data target
Rendahnya angka penemuan kasus TB BTA (+) yang ada/ditemukan diakibatkan oleh
kurangnya pengetahuan kader dan masyarakat tentang permasalahan TB BTA (+) sehingga
kurangnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat, untuk melakukan pemeriksaan secara rutin,
serta kurangnya pengetahuan kader dalam menentukan pasien suspek TB. Alternatif
pemecahan masalah yang diperoleh berdasarkan metode kriteria matriks kegiatan yang paling
memberikan manfaat adalah penyuluhan mengenai TB, pencatatan dan pelaporan berkala
neonatus dengan gangguan kesehatan.
B. Saran
1.

Terhadap Puskemas Borobudur

Pembentukan tim evaluasi terstruktur yang terdiri dari dokter, bidan, dan
perawat terhadap penyuluhan dan pemeriksaan pasien suspek TB, baik

untuk kinerja tenaga kesehatan, kader, dan pasien suspek TB.


Pencatatan dan pelaporan secara rutin dan berkala pada pasien suspek TB.
Mengikut sertakan tenaga medis dan paramedis dalam seminar-seminar

dan workshop tentang topik-topik permasalahan TB.


Menjalin kerja sama dengan rumah sakit umum daerah untuk melakukan
promosi kesehatan dan pelatihan secara rutin untuk masalah TB.

2.

Untuk masyarakat

66

Masyarakat diharapkan proaktif memeriksakan diri terutama pasien suspek


TB.

Masyarakat diharapkan antusias untuk mengikuti penyuluhan yang diadakan


untuk mengetahui faktor-faktor resiko dan kondisi-kondisi yang berkaitan
dengan TB.

DAFTAR PUSTAKA
1. About United Nation. United Nation, 2014. Available at http://www.un.org
/en/aboutun/languages.shtml. Accessed on 11st December, 2015.
2. Stalker P. Millenium Development Goals. Syebubakar A, Hadar I, Ega L, Parray
O,

Hutayan

R,

Kuncoro

A,

Editors.

2nd

edition.

Available

at

http://www.undp.or.id/pubs/docs/let%20speak%20out%20for%20mdgs
%20%20id.pdf. Accessed on 11st December, 2015.
3. World Health Organization. The Millennium Development Goals for Health: A
review of the indicators. Jakarta: World Health Organization; 2004.
67

4. Pembangunan Kesehatan Nasional. Universitas Sumatera Utara. Available at :


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21014/5/Chapter%20I.pdf.
Accessed on 12nd December, 2015.
5. RISKESDAS 2013. Available

at

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/

archives/678. Accessed on 12nd December, 2015.


6. Puskesmas. Universitas Sumatera Utara. Available
usu.ac.id/bitstream/123456789/31773/4/Chapter%20II.pdf.

at:

http://repository.

Accessed

on

12nd

December, 2015.
7. Hartoyo. Handout instrument analisa penyebab untuk pemecahan masalah:
Magelang, 2015.
8. Hartoyo. Handout penentuan prioritas pemecahan masalah: Magelang 2015.

68

Anda mungkin juga menyukai