Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Graca J. V. Morena da C. S.
030.10.117
Pembimbing :
dr. Dean Wahjudy, SpOG (K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN
KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016
Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah
merah atau hemoglobin.1 Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin yang lebih
rendah dari 11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari
10,5 g/dL pada trimester kedua.2
Epidemiologi
Di seluruh dunia, frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi
yaitu berkisar antara 10-20%. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara
berkembang
berkaitan
dengan
anemia
dalam
kehamilan
yang
Penyebab utama
Patofisiologi
Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang
berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta
penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu
juga dengan penurunan gizi mikro. Peningkatan produksi sel darah merah
ini terjadi sesuai dengan proses perkembangan dan pertumbuhan masa
janin yang ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan
penyempurnaan susunan organ tubuh. Adanya kenaikan volume darah
pada saat kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat besi. Pada
trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena
peningkatan produksi eritropoetin sedikit, oleh karena tidak terjadi
menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Sedangkan pada awal
trimester kedua pertumbuhan janin sangat cepat dan janin bergerak aktif,
yaitu menghisap dan menelan air ketuban sehingga lebih banyak
kebutuhan oksigen yang diperlukan. Akibatnya kebutuhan zat besi
semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan produksi eritrosit
dan rentan untuk terjadinya anemia, terutama anemia defisiensi besi.
Konsentrasi hemoglobin normal pada wanita hamil berbeda dengan
wanita yang tidak hamil. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi
proses hemodilusi atau pengenceran darah, yaitu terjadi peningkatan
volume plasma dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
rendah.
meningkat.
Resistensi
Secara
perifer
fisiologis,
berkurang,
hemodilusi
ini
tekanan
darah
membantu
tidak
maternal
kembali
meningkatkan
normal
volume
tiga
bulan
plasma
setelah
seperti
partus.
laktogen
Stimulasi
yang
plasenta,
yang
plasma
hemoglobin
yang
terekspansi
darah,
dan
menurunkan
hitung
eritrosit,
hematokrit,
tetapi
tidak
Etiologi
Etiologi anemia dalam kehamilan terbagi menjadi dua yaitu :
1) Didapatkan (acquired)
Anemia
Anemia
Anemia
Anemia
Anemia
Anemia
defisiensi besi
karena kehilangan darah secara akut
karena inflamasi atau keganasan
megaloblastik
hemolitik
aplastik
2) Herediter
Thalasemia
Hemoglobinopati lain
Hemoglobinopati sickle cell
Anemia hemolitik herediter
macam
pembagian
anemia
dalam
kehamilan
telah
29,0%
c) Anemia aplastik
8,0%
d) Anemia hemolitik
0,7%
Faktor Predisposisi1
Kelainan gastrointestinal
Penyakit kronis
Riwayat Keluarga
Gejala Klinis
a.
Lemah letih
b.
Palpitasi
c.
Cepat lelah
d.
Lunglai
e.
Sering pusing
f.
Mata berkunang-kunang
g.
Lidah luka
h.
i.
Konsentrasi hilang
j.
k.
l.
Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar
b)
Gangguan
absorpsi
zat
besi
muntah
dalam
kehamilan
d)
7.5mg/hari
pada
trimester
akhir.
Zat
besi
yang
rata-rata
dibutuhkan untuk wanita hamil adalah 800 mg, 300 mg adalah untuk janin
dan plasenta, dan 500 mg ditambahkan untuk hemoglobin ibu. Hampir
200 mg zat besi hilang saat perdarahan persalinan dan post partum. Jadi
penyimpanan zat besi yang minimal di dalam tubuh pada wanita hamil
adalah lebih dari 500 mg di awal kehamilan. Apabila zat besi tidak
ditambah dalam kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi zat
besi, terutama pada kehamilan kembar, multipara, kehamilan yang sering
dalam jangka waktu yang singkat dan vegetarian. Di daerah tropia, zat
besi lebih banyak keluar melalui keringat dan kulit. Suplemen zat besi
setiap hari yang dianjurkan tidak sama untuk berbagai negara. Di Amerika
Serikat, untuk wanita tidak hamil, wanita hamil dan wanita yang menyusui
dianjurkan masing-masing 12mg, 15mg, dan 15 mg. Sedangkan di
Indonesia masing-masing 12 mg, 17 mg dan 17 mg.
2,4
zat
besi
yang
meningkat
secara
substansial
selama
kehamilan dan cukup pada pemenuhan zat besi wanita yang sehat, itu
gagal untuk memenuhi kebutuhan pemakaian zat besi wanita hamil. Pada
wanita yang memasuki kehamilan dengan cadangan zat besi rendah,
suplemen zat besi sering gagal untuk mencegah kekurangan zat besi.
Lebih jauh lagi, kondisi seperti implantasi plasenta yang abnormal dapat
menyebabkan kehilangan darah kronis dan meningkatkan kebutuhan zat
besi selama kehamilan.
Sehubungan dengan periode postpartum, peningkatan volume
plasma selama kehamilan yang secara proporsional lebih tinggi dari
peningkatan massa sel darah merah darah menghasilkan hemodilusi yang
fisiologis. Akibatnya, ibu dilindungi dari hilangnya sel darah merah selama
perdarahan yang berhubungan dengan persalinan. Namun, 5% dari
persalinan disertai dengan kehilangan darah >1 L, dan gejala anemia,
termasuk
gejala
jantung,
bisa
terjadi
pada
parturients,
sehingga
itu, bahkan banyak yang bersifat normositer dan normokrom. Hal itu
disebabkan karena defisiensi besi dapat berdampingan dengan defisiensi
asam folat. Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi adalah kadar zat besi
serum rendah, ferritin yang rendah, daya ikat zat besi serum tinggi,
protoporfirin eritrosit tinggi, reseptor transferin yang meningkat, dan tidak
ditemukan hemosiderin dalam sumsum tulang. Apabila pada pemeriksaan
kehamilan hanya hemoglobin yang diperiksa dan Hb kurang dari 10gr/dL,
maka wanita dapat dianggap sebagai menderita anemia defisiensi besi,
baik yang murni maupun yang dimorfis, karena tersering anemia dalam
kehamilan adalah anemia defisiensi besi. Nilai Hb yang kurang dari 10g/dl
dianggap sebagai anemia defisiensi besi yang ringan, manakala Hb yang
kurang dari 8g/dl adalah anemia defisiensi besi yang berat.
Juga
harus
dicatat
bahwa
meskipun
ada
bukti
yang
besi
oral,
data
pada
peningkatan
berat
lahir
dan
megaloblastik
dalam
kehamilan
disebabkan
karena
Intake yang kurang : diet yang kurang asam folat, muntah dalam
kehamilan
b)
Penggunaan
asam
folat
meningkat
kebutuhan
saat
hamil
dalam
leukopoesis,
seperti
hipersegmentasi
disebabkan
oleh
defisiensi
vitamin
B12.
Apabila
anemia
Diagnosis1
Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau < 10,5 g/dl (pada
trimester II)
Bila Hb < 11 g/dL atau hematorit < 33%, harus dilakukan investigasi
mg besi elemental dan 250 g asam folat. Pada ibu hamil dengan
anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90
hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai 42 hari
pascasalin.Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam
folat kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat
Dosis sediaan
Kandungan besi
325
325
325
150
elemental
65
107
39
150
b. Tatalaksana Khusus
Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab
anemia berdasarkan hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan
persalinan
o Infeksi kronik
Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi
berikut:
o Kadar Hb <7 g/dl atau kadar hematokrit <20 %
o Kadar
Hb
pandangan
>7
g/dl
dengan
berkunang-
gejala
kunang,
klinis:
atau
pusing,
takikardia
memantau
pertambahan
tinggi
fundus,
Komplikasi
primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakantindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan
persalinan perlu tindakan operatif.
uteri
sehingga
perdarahan
post
partum,
infeksi
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan Kesehatan
Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. edisi pertama.
Jakarta. 2013. p160-1
2. Cunningham F.G, Hauth J.C, Bloom S.L, Leveno K.J et al.
Hematological disorders. In : William obstetrics. 22nd edition.
New York : Mc-Graw Hill Medical Publishing Division, 2005; 1143,
1145, 1148
3. Sharma JB, Shankar Menakshi . 2010. Anemia in Pregnancy. JIMSA
October
December
2010
Vol.
23
No.
4.
http://medind.nic.in/jav/t10/i4/javt10i4p253.pdf.
Availale at
Accesed
:
on
January 2016.
4. Hudono S.T. Penyakit darah. Dalam : Wiknjosastro H, Saifuddin
A.B, Rachimhadhi T, eds. Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006; 448, 450-7.