RP101 Minggu 1 Belajar Dari Tokoh-Tokoh Perubahan Dunia
RP101 Minggu 1 Belajar Dari Tokoh-Tokoh Perubahan Dunia
Change Management
Transkrip
Minggu 1: Belajar dari Tokoh-tokoh Perubahan Dunia
Video 1: Perubahan yang Penuh Ketidakpastian
Video 2: Perubahan, Gelombang Kebangkitan
Video 3: Tantangan Perubahan
Video 4: Kemampuan Beradaptasi
Video 5: Berubah atau Resisten?
Video 1: Perubahan yang Penuh Ketidakpastian
Selamat datang di IndonesiaX. Saya Rhenald Kasali. Dan selama beberapa pekan kita
akan membahas manejemen perubahan atau Change Management course. Kita akan
membahas tentang pentingnya perubahan. Mengapa semua pemimpin di dunia ini
saat ini bicaranya adalah perubahan. Dan mengapa bangsa-bangsa, termasuk bangsa
kita sendiri mengalami kesulitan beradaptasi bahkan menyangkal dan kemudian
menolak perubahan. Dan beranggapan bahwa segala sesuatu yang kelihatannya indah
itu adalah baik bagi kita. Dan kemudian kita mendorong para pemimpin agar populis
mau menjalankan apa yang mau kita kehendaki.
Saudara-saudara kita akan membahas berbagai hal. Mulai dari apa yang menjadi
penyebab perubahan, kemudian tips bagaimana mangatasi perubahan, bagaimana
meng-handle resistensi dan tentunya strategi-strategi perubahan agar saudara berhasil.
Kita mulai dulu dengan membahas perubahan perubahan yang terjadi di seluruh
dunia.
Apakah itu di kerajaan-kerajaan Nusantara ataupun kerajaan di luar negeri kita. Yaitu di
China atau di kerajaan-kerajaan di Eropa seperti Romawi dan sebagainya. Kemudian
kita juga melihat perubahan-perubahan kontemporer. Apa yang terjadi selanjutnya
setelah terjadi perang dunia dan lain sebagainya.
Kita akan mulai dulu dari kerajaan Nusantara. Kita ketahui salah satu kerajaan penting
di Indonesia, di Nusantara saat itu adalah kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan ini sempat
pindah karena Merapi meletus, dari posisi di Jawa Tangah menjadi di Jawa Timur.
Kemudian dari situ kita menyaksikan kerajaan ini berkembang justru sangat pesat di
zaman rajanya yang sangat terkenal yaitu Erlangga.
Nama Erlangga kemudian diabadikan menjadi sebuah universitas terkanal di Jawa
Timur dan saya kira kita semua mengagumi sosok yang bernama Erlangga itu. Di
jaman Erlangga pula kita menyaksikan terjadi kemajuan yang pesat di dalam dunia
kebudayaan. Pada masa itu berkembanglah karya-karya pujangga terkenal. Tetapi
kemudian kita juga ketahui kerajaan Mataram Kuno juga berakhir di era zaman
Erlangga.
Halaman 1 dari 16
RP 101
Halaman 2 dari 16
RP 101
Halaman 3 dari 16
RP 101
Copernicus sendiri pada masa itu begitu asyik berada di atas menara gereja dan
melakukan perhitungan mengenai perubahan yang terjadi antara bumi dengan tata
surya. Di atas menara gereja karena dia seorang ahli hukum gereja yang juga
memahami segala macam hal terkait dengan scientific karena pada saat itu belum ada
spesialisasi. Copernicus kemudian akhirnya melakukan hitung-hitungan matematika
dan menemukan ternyata pusat tata surya itu ada di matahari.
Di luar dugaan Copernicus, ternyata temuannya itu menimbulkan pandangan yang
berbeda dari para ulama gereja.Tokoh-tokoh gereja kemudian mempergunjingkan
temuan Copernicus. Karena kalau tata surya itu bukan di bumi melainkan di matahari
maka dikhawatikan akan terjadi perubahan mendasar pada pola pikir manusia
khususnya adalah pada kitab penciptaan. Dan kita ketahui kemudian selama dua abad
karya Copernicus kita saksikan dilarang untuk dipalajari oleh gereja. Apa yang
dipelajari oleh Copernicus oleh para penerus-penerusnya. Termasuk Galileo Galilei.
Yang kemudian kita ketahui apa yang terjadi dengan Galileo Galilei, perubahanperubahan ini tidak hanya berhenti di situ.
Landasan pendekatan saintifik juga di teruskan oleh tokoh berikutnya yaitu Issac
Newton. Newton kemudian terkenal dengan pandangan kritisnya. Ketika ia sedang
pulang kampung dan duduk di bawah pohon apel dan tiba-tiba ia kejatuhan apel di
kepalanya. Kalau pertanyaan ini diajukan kepada masyarakat pada zaman itu mungkin
anda akan mengatakan hal yang sama. Yaitu, Ya terang sajalah, masa jatuhnya ke
atas. Apel jatuhnya ya harus ke bawah.
Tapi Issac Newton kemudian melakukan kajian-kajian lebih jauh. Dengan pendekatan
kritisnya kemudian lahirlah teori-teori baru tentang gravitasi misalnya. Tetapi teori-teori
yang dikembangkan oleh Newton begitu kuat di masa itu. Sehingga kemudian pada
abad berikutnya ketika dunia mengenal tokoh lain yang bernama Albert Einstein, yang
sangat terkenal itu, ia melakukan kajian kajian dan kemudian akhirnya menemukan
teori-teori baru dan kemudian dikenal rumusnya yang spesial yang kita kenal sampai
hari ini. E = mc. Rumus yang dikembangkan oleh Einstein itu tidak dinyana begitu
simpel. Tetapi karena kesimpelan kesederhanaannya itulah dunia menjadi mudah
memahami cara berfikir Albert Einstein.
Tetapi jangan berpikir Einstein melakukan ini dengan mudah. Ketika kemudian ia
menemukan teori-teori itu pada awal-awal temuannya. Tidak banyak orang bisa
menerimanya. Orang masih asyik dengan teori Issac Newton. Albert Einstein pada saat
itu masih dianggap sebagai pendatang baru dan banyak yang mempertanyakan,
Masak teori atau rumus cuma sesederhana itu? Padahal Albert Einstein memang
ingin menyederhanakan. Karena pada masa itu timbul pemberharu-pemberharu yang
selalu ingin menyederhanakan rumus-rumus.
Dan pada masa itulah Albert Einstein karena mengalami penolakan akhirnya kemudian
berfilsafat dan terkenal dengan ucapannya, Kita tidak dapat memecahkan masalahmasalah baru dengan cara-cara yang lama. Karena cara-cara yang lama itu hanya
cocok pada masanya. Dan ia mengharapkan semua orang harus berubah. Tetapi
karena banyak sekali orang yang tidak mau berubah dan asyik dengan landasan teori
Issac Newton. Kemudian ia kemudian mengeluarkan sebuah pandangan baru dan ini
sangat terkenal pula.Dia mengatakan demikian, Ukuran kecerdasan manusia adalah
pada kemampuannya untuk berubah.
Halaman 4 dari 16
RP 101
Selain Albert Einstein kita juga mengenal tokoh fenomenal lain yaitu Robert Malthus.
Malthus terkenal dengan kajiannya yang kemudian ditulis dalam sebuah esai yang
berjudul An Essay on the Principle of Population as It Affects the Future Improvement
of Society. Apa yang dilakukan oleh Malthus saat itu adalah ia melakukan kajian dan
berhitung secara statistik dan akhirnya menemukan bahwa the power of earth, yaitu
kemampuan bumi untuk menghasilkan bahan pangan bagi umat manusia akan kalah
menghadapi the power of population, yaitu kecepatan tumbuhnya populasi manusia.
Ini dikenal kemudian dengan sangat sederhana yang satu disebut akan
mengikuti deret ukur yaitu manusia dan kemudian pangannya semata-mata
mengikuti deret hitung. Artinya kalah cepat. Tetapi ramalan Malthus rupanya ini
dengan begitu bijak oleh masyarakat Inggris. Yang kemudian berakibat
melakukan temuan-temuan berbagai teknologi mereka kembangkan.
tumbuh
tumbuh
disikapi
meraka
Pertama adalah revolusi hijau. Mereka ingin agar umat manusia tidak lagi kelaparan
seperti yang terjadi di masa-masa lalu. Oleh karena itu maka diperlukan revolusi hijau
untuk menghasilkan pangan dengan kecepatan yang lebih cepat daripada
pertumbuhan manusia.
Sejak itulah dunia mengenal pestisida, benih unggul, dan lain sebagainya. Tapi
kemudian juga dilakukan pengembangan-pengembangan teknologi pada alat-alat
transportasi. Sehingga kemudian penduduk Inggris berhasil menemukan tempat-tempat
baru untuk kehidupan. Di situlah muncul teknologi transportasi. Sehingga dengan
demikian barangkali pada masa itu orang dengan mudah mencibir dan mengatakan,
Tuh kan, nggak terbukti. Ramalan Malthus tidak terbukti.
Padahal tidak terbuktinya itu adalah karena adanya warning dari Robert Malthus.
Malthus memberikan warning kemudian manusia berikhtiar. Manusia berusaha. Dan
akhirnya tidak terjadilah yang namanya petumbuhan penduduk yang begitu cepat di
masa itu.
Video 2: Perubahan, Gelombang Kebangkitan
Malthus memberikan warning kemudian manusia berikhtiar. Manusia berusaha. Dan
akhirnya tidak terjadilah yang namanya petumbuhan penduduk yang begitu cepat pada
masa itu. Saudara, jika ditahun 2005 saya menulis buku ini yang berjudul Change!
yang kemudian berdampak pada munculnya kegiatan-kegiatan transformasi di
Indonesia.
Maka sebetulnya di tahun 2015 ini juga ada sebuah buku bagus yang berjudul No
Ordinary Disruption yang ditulis oleh tiga orang ahli, yang menggambarkan empat
perubahan besar dunia yang pernah terjadi. Dan salah satu perubahannya itu adalah
demografi. Lagi-lagi demografi atau penduduk, the power of population, yang dulu
pernah dibahas oleh Malthus kembali dibahas kembali di tahun 2015.
Halaman 5 dari 16
RP 101
Padahal menjelang akhir abad 20 dulu, seorang penulis lainnya juga telah meramalkan
bahwa demografi akan menimbulkan dampak yang luar biasa. Kita di Indonesia
mengalami hal yang sebaliknya.Di dunia populasi itu sedang mengalami perlambatan.
Thailand misalnya, tingkat percepatan penduduknya mengalami penurunan dari
beberapa tahun yang lalu, 1 pasangan melahirkan 5 keturunan maka sekarang hanya
melahirkan 1 setengah atau mendekati 2. Maka pendekatan populasinya sudah 2
dengan 2. Artinya akan mengalami stagnasi. Tetapi di Indonesia kita mengalami apa
yang disebut dengan bonus demografi. Urbanisasi itu juga termasuk proses yang
pernah terjadi.
Maka empat hal yang dibahas dalam buku ini selain penduduk dan urbanisasi adalah
terjadinya perubahan lokus ekonomi yang tadinya terjadi di negara-negara yang kita
kira luar biasa begitu besar, termasuk di Barat, sekarang lokus ekonominya bergeser
ke China termasuk di negara-negara berkembang lainnya. Dimana tidak hanya terjadi
pada negaranya tetapi juga terjadi pada pusat-pusat kotanya.
Tadinya kita mengenal negara-negara dengan penduduk banyak itu adalah negaranegara yang padat, dengan kota-kota yang luar biasa seperti Meksiko City, Tokyo, dan
sebagainya. Tetapi sekarang kita mengenal misalnya disebutkan juga kota-kota seperti
yang namanya adalah Mumbai, Dubai, kemudian juga Shanghai. Tetapi juga
belakangan disebutkan ada negara lain yang barangkali ini luput dari pemahaman kita.
Jarang kita dengar.
Tetapi ini muncul dan ketiga penulis ini menyebutkan dua buah kota lain yang jarang
kita dengar. Yang pertama itu adalah Hsinchu. Hsinchu adalah sebuah kota yang
mengalami petumbuhan yang luar biasa. Dan ini adalah sebuah kota di Taiwan Utara
yang menjadi kota ke empat dengan poulasi yang kuat tetapi juga karena produksi
elektronik yang begitu menonjol.
Di samping Hsinchu di Taiwan, juga ada kota lain di China, 120 kilometer dari Beijing
ke arah Selatan. Yang dikenal dengan nama Tianjin. Ini juga sebuah kota yang
mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Dan kemudian diikuti oleh kota lain lagi di
Brazil. Dan kota ini adalah disebut sebagai Santa Catarina yang letaknya di perbatasan
dengan Uruguay.
Nah, kota-kota sepeti ini mengalami perubahan yang luar biasa termasuk kalau Anda
lihat, keliling Indonesia. Maka Anda akan menyaksikan Manado yang dulu tenang tibatiba menjadi sangat padat dan bahkan mengalami banjir bandang karena tiba-tiba
kedatangan penduduk dari darerah-daerah konflik. Dan kemudian orang itu datang ke
sana dengan membawa serta aset mereka, dan kemudan membeli properti dan tanah
tanah yang tadinya adalah daerah daerah yang dilindungi tiba-tiba menjadi pemukiman
yang padat. Manado pun berubah. Tetapi itu tidak hanya terjadi di Sulawesi.
Kalau dulu Anda mengatakan Malang sebagai kota yang sejuk dan dingin, maka
sekarang kita saksikan Malang telah berubah menjadi kota yang crowded. Bahkan
Ambon yang dulu sempat ditinggalkan di era krisis waktu terjadi konflik, kini pun telah
berubah menjadi sebuah pulau yang amat padat dan kalau Anda pergi kesana Anda
sudah mulai merasakan ada juga kemacetan di Ambon.
Halaman 6 dari 16
RP 101
Dan ini bukan hanya terjadi pada kota-kota yang saya sebutkan tadi. Di berbagai
penjuru dunia kita saksikan terjadi urbanisai dan juga terjadi migrasi penduduk dari satu
tempat ke tempat yang lain. Tetapi semua itu pasti ada pemicunya. Ada sebuah
gerakan yang memulai yang mengakibatkan orang kemudian berdatangan ke sana.
Dan ini juga pernah terjadi misalnya kalau anda lihat di daerah-daerah wisata. Dulu Bali
hanya memiliki dua atau tiga tempat wisata yang kita kenal, yaitu sebut saja misalnya
Kuta dan Sanur. Atau kalau mau ditambah, ditambah lagi dengan Nusa Dua barangkali
dan kotanya Denpasar. Waktu berjalan tanpa kita sadari terjadilah perubahan di
sebuah desa yang belakangan dikenal pula sebagai sebuah kota wisata, sebuah dewa
pedesaan yang bernama Ubud.
Ubud tidak menjadi tempat wisata begitu saja. Ubud menjadi pusat wisata yang
berbeda dengan daerah lainnya. Ketika Bali menjual wisata pantai, tetapi Ubud adalah
daerah pegunungan dengan kota seninya yang begitu indah. Di Ubud ini tentu saja
karena ada orang yang melakukan perubahan. Orang ini dikenal dengan nama Tjok
Raka Gde Agung Sukawati atau yang pada saat itu menjabat sebagai Raja Ubud.
Tetapi kemudian dia juga melihat masyarakatnya mencintai lukisan. Tetapi lukisanlukisannya hanyalah lukisan-lukisan terbatas pada hal-hal yang mereka ketahui dari
kitab suci. Lukisan-lukisannya hanya terbatas pada kisah-kisah yang biasa kita temui
dalam kitab Mahabharata dan Ramayana. Tetapi kemudian Raja Ubud, Tjok Raka Gde
Agung Sukawati, kemudian berpikir untuk mendatangkan pelukis.
Ketika ia menyaksikan ada seseorang membawa pikulan lukisan dan orang itu
kemudian berkeliling Ubud mencari pembeli, maka kemudain orang itu ia tawarkan
untuk tinggal di sana. Kelak orang ini dikenal sebagai pelukis yang sangat terkenal
yaitu Affandi. Tetapi ia tidak berhenti pada Affandi.
Ia juga mendatangkan pelukis-pelukis internasional yang belakangan kita kenal sebagai
tokoh-tokoh besar, apakah itu Walter Spies, Blanco, Hans Snel, Arie Smit, Rudolf
Bonnet, bahkan juga tokoh-tokoh lainnya yang barangkali menghiasi sejarah lukisan
Bali dewasa ini.
Nah, orang-orang itu seringkali dijemput oleh Raja Ubud di pelabuhan ketika ia
mendengar ada pelukis besar mendarat di pelabuhan, maka ia tawarkan untuk tinggal
di Ubud. Ia sediakan tempat dan mereka boleh melukis disana karena mereka
merasakan sebuah ketenangan yang luar biasa. Tetapi ia memiki satu permintaan
kepada pelukis-pelukis besar itu. Tolong ajarkan anak-anak di Ubud melukis. Sejak
itulah teknik melukis di Bali berubah. Akhirnya sekarang kita lihat di Ubud dikenal
sebagai sebuah desa yang kaya dengan karya lukisnya. Saya termasuk orang yang
mengoleksi lukisan-lukisan mereka.
Saudara-saudara sekalian, apa yang dilakukan Raja Ubud ini terus membekas. Dan
kalau kita saksikan, kalau kita bersepeda keliling Ubud maka kita akan menyaksikan di
sepanjang Desa Ubud terdapat karya-karya seni yang tidak habis-habisnya.
Misalnya saja di Desa Penestanan, Pengosekan, dan Sukowati, maka di situ Anda
akan menemukan kampung atau desa pelukis. Kalau Anda bergeser lagi pergi ke
daerah sekitarnya, Anda akan sampai di desa yang disebut Celuk, di situlah terdapat
seni kerajinan perak. Dan kalau Anda bergeser lagi ke Desa Batubulan, maka di situ
Anda akan menyaksikan sebuah kesenian, sebuah desa dengan teknik stone carving.
Halaman 7 dari 16
RP 101
Kemampuan untuk memahat yang luar biasa. Dan patung-patung karya seni yang luar
biasa besar.
Jadi sekali lagi, semua ini ada karena faktor pemicunya. Dan faktor pemicunya itu
adalah adanya 1 orang yang terbebani. Orang yang terbebani inilah yang kemudian
akan melakukan sesuatu gerakan yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang lain.
Video 3: Tantangan Perubahan
Jadi sekali lagi semua itu ada faktor pemicunya. Dan faktor pemicunya itu adalah ada
satu orang yang terbebani. Orang yang terbebani inilah yang kemudian akan
melakukan sesuatu gerakan yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang lain.
Saya ambil contoh saja misalnya begini. Kalau Anda pergi ke daerah di Timur Tengah,
maka Anda masih menyaksikan kebiasaan untuk melakukan perbudakan. Ini tentu
mengkhawatirkan apalagi Indonesia banyak mengirim tenaga kerja perempuan ke sana
untuk bekerja di rumah-rumah tangga di Timur Tengah. Dan karena mereka masih
terbiasa dengan budaya perbudakan maka pembantu rumah tangga kalau tidak
beruntung maka mereka akan bekerja di tangan sebuah keluarga yang akan
memperlakukan mereka sebagai budak. Dan ini sudah sering kita bicarakan.
Tetapi di Amerika ada seseorang yang terpanggil. Orang ini bernama Abraham Lincoln.
Dia menyaksikan perbudakan ini luar bisa dan tidak pantas dilakukakan oleh umat
manusia. Pada masa itu perbudakan dilakukan oleh orang kulit putih terhadap orangorang kulit hitam. Maka kemudian Abraham Lincoln berjanji pada dirinya, Untuk
melakukan perubahan saya harus terbebani dan untuk itu saya harus menjadikan diri
saya sebagai seorang presiden.
Ia pun kemudian terpilih menjadi presiden. Agak mirip dengan keinginan yang begitu
kuat yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat, yaitu Obama. Dan saudara
sekalian, ketika kemudian Lincoln terpilih sebagai presiden, salah satu program yang
dilakukan adalah menghapuskan perbudakan. Lantas apakah yang dilakukan oleh
Lincoln ini dapat diterima oleh masyarakatnya? Tentu saja tidak.
Yang namanya perubahan selalu akan menghadapi kelompok yang menentang.
Kelompok yang tidak senang terhadap adanya pembaharuan. Kelompok yang merasa
terganggu karena ada kepentingan-kepentingan. Atau kelompok lain yang dibayar oleh
orang-orang yang punya kepentingan. Atau barangkali orang-orang yang belum bisa
membaca bahwa inilah saatnya untuk melakukan perubahan.
Dan mereka kemudian bergerak melawan Abraham Lincoln. Dan kita tahu Lincoln
kemudian tewas dibunuh, tertembak. Apa yang dilakukan oleh Lincoln ternyata masih
membekas. Betul. perbudakan sudah dihapuskan.Tetapi yang kita saksikan ternyata
masyarakat Amerika Serikat masih terbiasa saaat itu, terbiasa mempraktikkan apa
yang disebut dengan segregasi.
Pada tahun 60-an muncullah seorang anak muda yang masa kecilnya juga terbebani.
Ia terbebani karena sejak kecil ia pernah bermain dengan rekannya. Sama-sama
seorang anak kecil, yang adalah anak orang kulit putih. Ia adalah kulit hitam. Teman
mainnya adalah anak kulit putih. Tetapi ketika asyik bermain, kemudian orangtua si kulit
putih itu merampas dan mengambil anaknya sambil berucap, Anak saya tidak pantas
bermain dengan anak seorang budak.
Halaman 8 dari 16
RP 101
Kata-kata itu rupanya membekas pada anak muda ini yang kelak dikenal dengan nama
Martin Luther King. Luther King kemudian bertanya kepada ibunya. Dan ibunya
memberikan kata-kata yang cukup membekas bagi dirinya. Ketika ia bertanya, Apa itu
budak? Ibunya begitu tersengat dengan kata itu dan kemudian menjelaskan budak itu
adalah orang seperti yang kita kenal. Orang yang diperah tenaganya yang menjadi
tawanan atau milik dari tuannya.
Tetapi ibunya memberikan nasihat pada Martin Luther King. Martin, kita tidak akan
pernah diperlakukan sebagai budak kecuali kita sendiri menghendaki perbudakan ini
terjadi. Seseorang tidak akan pernah tertindas kecuali orang itu memberikan kepalanya
sendiri untuk ditindas. Kata-kata itu begitu kuat rupanya dan akhirnya kemudian
terjadilah sesuatu yang terus-menerus sepanjang hidupnya dialami oleh King.
Ketika ia menjelang dewasa, ia ternyata menjadi juara pidato di sebuah gereja, dengan
bangga ia membewa pulang pialanya. Tetapi ketika naik bis, bisnya kemudian
perlahan-lahan penuh, kursi tempat duduknya diminta oleh pengemudi agar diberikan
kepada orang kulit putih yang belakangan masuk. Martin Luther King tentu tidak bisa
menerima keadaan ini. Karena ini adalah bagian dari apa yang disebut sebagai
kelanjutan dari perbudakan yang harus sudah dihapuskan. Ia berontak sampai
kemudiaan ia diturunkan. Dan kejadian itu sangat membekas bagi Martin Luther King.
Diturunkan dari bis, diberhentikan di tengah jalan, dan kemudian ia harus berjalan kaki.
Kejadian itu kemudian semakin mempertajam niatnya untuk melakukan gerakan ketika
ada seorang perempuan yang juga diperlakukan sama ketika ia kemudian mencapai
usia dewasa. Dan sejak itulah ia memimpin gerakan-gerakan untuk menghapuskan
segregasi.
Dan kita tahu pada saat itu ia mendapatkan dukungan dari Presiden Kennedy. Tetapi
rupanya kelompok resisten begitu kuat melawannya.
Selalu ada resistensi, selalu ada orang-orang yang menentang karena mereka sudah
nyaman dengan segregasi. Masuk ke toilet mereka dapat prioritas, karena ini adalah
toiletnya orang kulit putih, sedangkan orang kulit hitam toiletnya begitu kotor. Nelson
Mandela berjuang cukup lama bahkan ia dipenjarakan sekitar 27 tahun karena
memimpin sebuah gerakan untuk menghapuskan apartheid. Yaitu lagi-lagi adalah
politik perbudakan, politik segregasi yang membedakan manusia berdasar warna kulit.
Tetapi saya kira apa yang dilakukan oleh Nelson Mandela tidak lepas dari karya besar
Martin Luther King. Ketika Martin Luther King mengalami masa kejayaannya. Apa yang
terjadi? Martin Luther King pun mati ditembak. Dan pendukungnya pun, Kennedy,
dengan kasus yang berbeda tentu juga mengalami hal yang tidak menguntungkan.
Kennedy juga dikenal sebagai tokoh perubahan. Bukan karena aktivitasnya, tetapi
karena visinya yang begitu berani untuk mengantarkan perubahan yang kita rasakan
hari-hari ini. Kennedy adalah pendukung setia Martin Luther King. Sehingga kemudian
mengkhawatirkan kalangan kulit putih konservatif saat itu. Tetapi Kennedy mempunyai
visi yang luar biasa saat itu. Kennedy sangat dikenal dengan pidatonya yang
merupakan isi visinya dia.
Ketika ditanya oleh masyarakat apa visinya, di salah satu kampus Kennedy malah
mengatakan, Visi saya adalah mendaratkan manusia ke bulan dan membawa mereka
kembali dengan selamat ke atas muka bumi ini. Kapan? Pada akhir dekade ini.
Halaman 9 dari 16
RP 101
Tahun 61 Kennedy berbicara seperti itu. Dan kemudian ia juga menghadapi seranganserangan.
Karena pada saat itu, banyak sekali orang yang belum bisa melihat. Apakah mungkin
manusia bisa terbang ke bulan? Apa gunanya terbang ke bulan? Apakah sesederhana
itu untuk terbang ke bulan? Apakah ada teknologinya? Apa kepentingan kita? Dan
ketika itu terjadi, Kennedy kemudian menjelaskan visinya.
Dia mengatakan begini, ada dua hal. Yang pertama, Suatu bangsa tidak akan berubah
menjadi bangsa yang besar kecuali bangsa itu mau melakukan halhal yang sulit.
Kalau kita hanya mau melakukan hal yang gampang saja, saya kira inilah yang terjadi
di Indonesia belakangan ini karena kita dilimpahi oleh kelimpahan sumber daya alam
dan kemudahan, maka kita tidak akan berubah menjadi bangsa yang besar.
Kennedy menantang bangsa Amerika dan mengatakan, Dulu kita sudah berhasil
menyeberangi Atlantik. Dulu kita sudah berhasil pergi ke gunung yang tertinggi, Mount
Everest. Maka umat manusia sekarang harus bisa menerbangkan anggota
masyarakatnya ke bulan. Kennedy mengalami tantangan yang luar biasa.
Dan yang kedua Kennedy kemudian mengatakan, dan ini saya kira masuk akal pada
saat itu dan menggelorakan masyarakat Amerika karena Amerika tengah dilanda
kegelisahan menghadapi Uni Soviet yang saat itu sudah berhasil mengembangkan juga
teknologi ruang angkasa. Dia mengatakan begini, Kita harus menerbangkan manusia
ke bulan karena kita tidak ingin negeri kita dilihat oleh Rusia, oleh Uni Soviet, dari
bokong mereka.
Nah, apa yang disampaikan oleh Kennedy ini tentu kita ketahui, belum menjadi
kenyataan ketika kemudian tahun 1963 ia pun juga mati tertembak. Tetapi visi Kennedy
terus berkembang, terus hidup, secara konsisten terus didalami. Menginspirasi banyak
ilmuwan di NASA dan juga di berbagai space center di Amerika. Dan kemudian
akhirnya pada tahun 1969 mendaratlah manusia pertama ke bulan yang tokohnya
belum lama ini meninggal dunia, Neil Amstrong.
Dan kita ketahui sejak saat itu Amerika Serikat kemudian menjadi pelopor, menjadi
perintis, menjadi penguasa dalam teknologi kedirgantaraan. Sehingga kita saksikan
Amerika begitu mudah berperang saat ini. Kemanapun mereka perang, mereka
menggunakan teknologi ruang angkasa. Mereka menggunakan teknologi dari atas
untuk menghancurkan lawan-lawannya. Ini adalah kemajuan yang begitu pesat karena
mereka mau dan berani melakukan hal-hal yang sulit. Sementara kaum resisten tetap
saja menjalankan perannya.
Dulu, sekarang, maupun di masa depan, setiap tokoh perubahan akan menghadapi
gerakan-gerakan resistensi. Mereka ini biasanya adalah terdiri dari orang-orang yang
merasakan kenikmatan di masa lalu. Cara-cara lama. Atau mereka memang dibayar
untuk melakukan itu, utnuk menghambat terjadinya perubahan karena adanya
kelompok yang memiliki interest. Kelompok yang merasa terganggu dengan adanya
perubahan. Di Rumah Perubahan saya mempunyai sebuah kata mutiara, bunyinya
begini, Perubahan belum tentu menjadikan segala sesuatu lebih baik. Tetapi tanpa
perubahan sudah pasti tidak ada pembaharuan.
Halaman 10 dari 16
RP 101
Halaman 11 dari 16
RP 101
Harganya Rp 3 juta tanpa rasa menyesal karena begitu pulang biasanya saya
membawa oleh-oleh untuk anak-anak saya. Tapi kali ini perspektifnya adalah perspektif
story telling. Perspektifnya saya ingin bercerita kepada mereka. Anak anak saya pada
saat itu masih kecil dan bertanya, Ayah bawa apa? Ini oleh-oleh buat kamu, ini
mainan untuk kamu. Sedangkan ini mainan kita bersama. Dan sejak itulah saya
memainkan ini dan bercerita apa ini.
Halaman 12 dari 16
RP 101
Saya menggunakan ini untuk menjelaskan kepada mereka sebagai alat pendidikan
supaya mereka memiliki perspektif yang lain. Dan ternyata, belakangan saya lihat,
anak-anak saya juga senang menggunakan ini untuk menghadapi tamu-tamunya,
temantemannya yang datang ke rumah dan dia menggunakan ini untuk
menjelaskannya.
Mengubah cara berpikir adalah peranan penting dari para pemimpin. Sama seperti tadi
artis-artis yang tadi berubah pikiran yang tadinya mengejar pembajak kemudian
kemudian mereka menyadari, Eh, teknologi ini enggak bisa dilawan. Teknologi ini
sudah terjadi. Sudah merajalela dimana-mana. Dan teknologi inilah yang membuat
kami terkenal. Bukankah cara mencari income sudah berubah? Dari tadi lewat dapur
rekaman, sekarang sudah berubah jadi dapur panggung. Berhadapan langsung dengan
audience. Dan mereka membayar mahal. Para artis harusnya mensyukuri itu.
Dan perspektif ini juga dilakukan oleh tokoh lain dari buku yang saya tulis tahun 2015
berjudul Agility. Di sini saya memberikan perspektif, Agility, dengan judul dibawahnya
adalah bukan singa yang mengembik. Bukan singa yang mengembik. Anda lihat di sini
ada gambar singa. Tetapi kenapa saya katakan bukan singa yang mengembik? Ini
tidak lain adalah karena saya mengutip pendapat dari seorang diplomat Prancis yang
bernama Charles Maurice de Talleyrand.
Charles Maurice de Talleyrand mengatakan bahwa 100 kambing dipimpin oleh seekor
singa akan jauh lebih berbahaya ketimbang 100 ekor singa yang dipimpin seekor
kambing. Bahkan Napoleon dulu pernah mengatakan, Aku tidak takut, pasukanku tidak
takut berhadapan dengan 1.000 ekor singa sepanjang mereka dipimpin oleh seekor
kambing. Itu adalah singa yang mengembik.
Maka buku ini kami beri judul bukan singa yang mengembik. Kita wajib takut terhadap
pasukan-pasukan kambing yang dipimpin oleh seekor singa. Kalo kewirausahaan atau
ownership menjadi hal yang sangat mendasar untuk melakukan perubahan di badan
badan usaha milik negara, di sini maupun di luar negeri, maka yang jadi pertanyaan
adalah seperti apa karyawan yang kita miliki kalau tidak ada rasa memiliki di
perusahaan itu?
Perusahan-perusahaan milik negara kalau dulu dibayarnya dengan upah yang rendah,
terima pegawainya tanpa selektif, tidak dilakukan seleksti dengan begitu kuat.
Kemudian tidak ada pikiran bahwa perusahaan akan rugi dan tidak ada sanksi apa-apa.
Maka yang terjadi adalah dalam tanda kutip perumpamaan ini pun akan terbentuk.
Terbentuklah orang-orang pandai yang direkrut dari berbagai kampus di seluruh
Indonesia. Orang-orang terbaik, orang-orang pandai dengan indeks prestasi yang
tinggi.
Tetapi mereka kemudian menjadi singa yang mengembik. Menjadi seperti seakan-akan
seekor kambing. Tetapi akan sangat berbahaya kalau mereka kemudian berhasil
mendapatkan seorang pemimpin. Dan pemimpin itu adalah seorang yang dalam tanda
kutip menjadi singa. Kambing-kambing itu pun akan mengaum.
Halaman 13 dari 16
RP 101
Dan itulah yang terjadi di beberapa badan usaha milik negara kita yang berhasil
mendapatkan pemimpin-pemimpin hebat. Salah satu cerita di dalam buku ini adalah
kisah tentang perpindahan bandara. Kita ketahui seringkali bandara, jalan tol dan
segala macam infrastruktur di Indonesia bergeraknya lambat sekali. Ada yang
mengatakan karena rakyat telah dipengaruhi oleh para calo. Dan calo itu kemudian
ingin menjual tanahnya dengan harga yang sesuka hati. Maka jalan itu tidak bisa
ditembus. Karena mereka ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Belakangan kita ketahui ternyata mereka juga berlindung pada kekuatan-kekuatan lain
yang lebih besar. Mulanya adalah kekuatan agama, kemudiaan politik kemudian
kekuatan-kekuatan lain yang mereka bisa bayar. Tetapi kita juga menyaksikan ada
mentalitas broker di kalangan para pengembang yang berakibat semua itu bergerak
lambat sekali.
Di samping tentu saja mentalitas para pengambil keputusan yang cenderung cari aman
dan tidak menghendaki terjadinya perubahan. Infrastrukur seperti bandara kemudian
menjadi lambat sekali dibangun. Bahkan jarak antara desain sampai peresmian ada
yang sampai 20 tahun lebih. Dan akibatnya beberapa bandara di antaranya begitu
diresmikan langsung crowded.
Tiba-tiba pengunjungnya lebih banyak daripada yang seharusnya. Mengapa demikian?
Karena ia tertahan cukup lama dari waktu yang direncakan sampai saat diresmikan.
Dan ini juga terjadi di Bandara Polonia. Di Medan, dulu kalau kita pergi ke sana kita
mendarat di Bandara Polonia. Semula bandara ini cukup besar dan juga terletak jauh
dari hunian penduduk.
Tapi lambat laun maka bandara ini pun terkepung seperti Bandara Kemayoran dulu.
Pemukiman padat kemudian masuk ke daerah situ. Dan akibatnya menjadi tidak layak
lagi bagi pesawat terbang untuk come and go melalui bandara tersebut. Landing or
take off sudah tidak menarik lagi, bahkan berbahaya. Karena sudah banyak sekali
pemukiman-pemukiman dan gedung-gedung tinggi di sekitar bandara itu. Sampai
kemudian terjadilah suatu peristiwa yang menggetarkan kita. Yaitu jatuhnya sebuah
pesawat yang kebetulan ditumpangi oleh gubernur.
Dan ketika pesawat itu jatuh itu pun menggetarkan wakil presiden. Wakil presiden
kemudian datang kesana, mengunjungi keluarga korban dan kemudian bertanya, Ini
bandara sudah tidak layak kenapa kalian tidak pindah saja? Dan mereka mengatakan,
Oh sudah pak. Seperti biasa kita selalu akan bertemu dengan orang-orang yang
perspektifnya melihatnya merasa dirinya sudah tahu. Mereka merasa lebih pandai
daripada yang seharusnya. Dan mereka mengatakan sudah tetapi tidak ada gerakan
apa-apa.
Sudah ke mana? Sudah pak. Kami sudah rencanakan ke Kualanamu. Ayo kita
pergi, kata Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika itu. JK pun pergi ke sana dan JK melihat
ternyata pembebasan tanah saja belum rampung. Dan kemudian JK bertanya, Kenapa
tidak dibebaskan tanahnya? Dan mereka semua mengatakan, Karena rakyatnya tidak
mau dengan ganti rugi sebesar itu.
Halaman 14 dari 16
RP 101
Setelah dihitung, dicek, Jusuf Kalla mengatakan, Oh terang saja. Ini ganti ruginya
terlalu rendah. Ini harus dinaikkan. Kita tidak boleh ganti rugi, harus ganti untung. Dan
kemudian mereka melihat dengan perspektif yang berbeda. Dari ganti rugi menjadi
ganti untung. Tetapi mereka perlu penjelasan. Dan kemudian JK memberikan
penjelasan. Kalau kalian bayar ganti rugi sebesar ini mereka akan menjadi semakin
miskin. Bukankah pembangunan tujuannya adalah menghapuskan kemiskinan? Kalau
mereka dapat ganti rugi dan tidak bisa membeli tanah lagi, maka kita yang semakin
kaya. Kita bisa mendarat di sana, kita punya instrustructur. Tetapi masyarakat yang
punya tanah justru tambah miskin. Maka kita berikan ganti untung supaya mereka bisa
membeli tanah lagi di sekitar sini.
Itu yang pertama. Yang kedua landas pacunya kurang panjang. Maka kemudian JK
bertanya, Siapa pemiliknya? Kebetulan adalah itu tanah milik negara, dikuasai oleh
salah satu Badan Usaha Milik Negara. Sebuah perkebunan. Dan Wakil Presiden Jusuf
Kalla saat itu kemudian bercerita kepada saya. Dia mengatakan, Saya kemudian pergi
ke rumah dirut dari perusahaan perkebunan itu. Mengajaknya makan, bicara, dan
setelah itu saya bertanya, Bagaimana Pak Dirut, apakah sudah mengerti? Dan dia
mengatakan, Baik, Pak. Sudah beres, Pak. Silakan.
Padahal hal ini menjadi beku bertahun-tahun tidak bisa dibebaskan tanah
itu.Pendekatan pribadi di Indonesia menjadi sangat penting sekali. Tentu saja ada
faktor lain misalnya saja pembentukan atau penentuan mengenai desain. Dan
Anda
mungin bertanya, di Bandara Kualanamu kenapa tidak ada desain, desainnya bukan
desain Melayu atau desain Batak, atau barangkali desain Jawa barangkali karena 30%
penduduk Medan adalah orang dari Jawa yang kita kenal dengan Jawa Deli?
Tetapi hal itu terjadi semua karena untuk menghindari kepentingan atau menghindari
keburuhan dari kelompok yang berbeda-beda. Dicari jalan tengah dan JK kemudian
menyarankan, Sudah, kita pakai desain internasional saja. Green building. Bandara
internasional yang minimalis yang kemudian kita bisa saksiakan di berbagai kota di
Indonesia. Inilah yang kemudian saya sebut sebagai agility. Ketangkasan.
Perubahan membutuhkan pemimpin yang tangkas. Pemimpin yang berani. Berani
membukakan mata.Berani membukakan perpektif. Mengajak orang melihat dengan
perspektif yang berbeda seperti pedagang yang mengajak saya untuk melihat dengan
perpektif yang berbeda. Dari tadinya saya melihat ini adalah benda biasa sepeti
lumpang, menjadi sebuah benda yang bisa mengikat kita dalam percakapan.
Dan saya kira ini pulalah yang melandasi perubahan yang terjadi di dunia kepolisian.
Anda tahu dulu polisi itu berada di bawah TNI. Ya, di bawah TNI. Pangkatnya pun
pangkat militer. Pendidikannya pun di akademi yang sama dengan tentara angkatan
darat, laut, dan udara.
Tetapi waktu berjalan, reformasi 1998 ternyata menyisakan sebuah kejadian yang
memilukan bagi kita. Karena ada sejumlah anak-anak muda mahasiswa yang menjadi
korban. Dan masyarakat kemudian menuding, siapakah yang melakukan
penembakan? Apakah polisi? Ataukah militer? Kalau polisi mengapa mereka
menggunakan senjata tajam? Dan kemudian terjadilah dialog-dialog uuntuk melakukan
perubahan di kepolisian.
Halaman 15 dari 16
RP 101
Kita saksikan nama pangkat pun berubah. Tadinya kita melihat ada pangkat kolonel.
Sekarang pangkatnya namanya kombes, komisaris besar. Dan tadinya tidak ada kata
inspektur. Sekarang ada kata inspektur. Polisi pun mengubah perspektifnya yang
tadinya sebagai bagian dari militer dengan senjata untuk mematikan sekarang mereka
menjadi bagian dari masyarakat. Dari military police, polisi dengan pendekatan militer,
dengan atribut militer dengan senjata untuk membunuh. Sekarang menjadi atributatribut sipil. Dengan tangan kanan memegang kitab HAM dan kemudian mereka pun
harus memberikan senyum, memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Kita bisa saksikan sekarang di televisi ada polisi yang cantik-cantik. Polisi yang bisa
menjelaskan informasi lalu lintas dengan baik. Namanya pun kita ingat. Dan namanamanya cukup menggoda kita, karena mereka adalah orang-orang yang cantik yang
sehari-hari yang kita lihat. Yang kurang lebihnya bisa kita anggap melayani
berkomunikasi dengan baik dengan orang lain.
Polisi pun berubah. Senjatanya saja mereka ubah. Dari senjata untuk mematikan, untuk
membunuh menjadi senjata, untuk sekedar melumpuhkan dengan kitab HAM di tangan
kanan mereka. Mengubah perspektif adalah salah satu hal yang harus dilakukan oleh
para pemimpin dalam melakukan perubahan.
Halaman 16 dari 16