DENGUE FEVER
Penyusun:
Riandy Nopridio
10700061
Pembimbing:
: Femina tuni
: 21 tahun
: Perempuan
: Wiraswasta
: Krajan 3/4 sempolan
: Islam
: 30 maret 2015
: 2 april 2015
: 072211
: Anturium
2. Keluhan Utama
Demam
6. Riwayat Pengobatan
Paracetamol tablet
7. Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal
Sistem kardiovaskular
(-)
Sistem pernapasan
(-)
sesak
napas,
batuk,
pilek,
retraksi
otot
(+)
mual, muntah
(-)
Sistem urogenital
.
(-)
Sistem integumentum
(-)
Sistem muskuloskeletal
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan darah
Frekuensi jantung
Frekuensi napas
Suhu tubuh
: cukup
: compos mentis
: 100/70 mmHg
: 84 x/menit, teratur, kuat angkat (+)
: 18 x/menit, teratur
: 37,9 C (axilla)
2
sinistra
ikterik (+) pada sklera konjungtiva dextra dan
sinistra
cyanosis (-) pada mukosa
o Leher:
dyspneu (-)
pembesaran nodul limfe (-)
pembesaran tiroid (-)
peningkatan JVP (-)
kaku kuduk (-)
deviasi trakea (-)
Thorax
:
o Cor:
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: redup di ICS III parasternal dextra
sampai ICS IV midclavicula sinistra
Auskultasi
: S1 S2 tunggal, teratur, suara
tambahan (-)
o Pulmo :
Inspeksi
: simetris, retraksi - / Palpasi
: fremitus N / N
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: vesikuler + / +
rhonki - / wheezing - / -
Abdomen
:
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
o Palpasi
Extremitas
Extremitas Atas
Dextra
Sinistra
Extremitas Bawah
Dextra
Sinistra
Akral Hangat
Oedem
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
9. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Kesan
13.1
12,0 16,0
Normal
Leukosit
3.5
4,5 11,0
Hematokrit
37.5
36 46
Normal
Trombosit
107
150 450
10. Assesment
Obs febris H4 Susp. DHF gr 1
11. Plan Therapy
Infus Asering 20tpm
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi antrain 2x1 amp
: lemah
: compos mentis
: 100/70 mmHg
: 96 x/menit, teratur, kuat angkat (+)
: 20 x/menit, teratur
: 39,1 C (axilla)
:
4
o Kepala:
anemia (+) pada konjungtiva okular dextra dan
sinistra
ikterik (-) pada sklera konjungtiva dextra dan
sinistra
cyanosis (-) pada mukosa.
o Leher:
dyspneu (-)
pembesaran nodul limfe (-)
pembesaran tiroid (-)
peningkatan JVP (-)
kaku kuduk (-)
deviasi trakea (-).
Thorax
:
o Cor:
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: redup di ICS III parasternal dextra
sampai ICS IV midclavicula sinistra
Auskultasi
: S1 S2 tunggal, teratur, suara
tambahan (-)
o Pulmo :
Inspeksi
: simetris, retraksi - / -,
Palpasi
: fremitus N / N,
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: vesikuler + / +
rhonki - / wheezing - / -
Akral Hangat
Oedem
Abdomen
:
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
o Palpasi
Extremitas
Extremitas Atas
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)
Extremitas Bawah
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)
Hasil
Nilai normal
Kesan
11.8
12,0 16,0
Normal
Leukosit
2.4
4,5 11,0
Hematokrit
33.6
36 46
Normal
Trombosit
83
150 450
SGOT
57
10-31
SGPT
42
9-36
Faal Hati
4. Assesment
Obs.Febris H5 Susp. DHF gr 1 dd Dengue Fever
5. Plan Therapy
Infus Asering 20tpm
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi Antrain 3x1 amp
: lemah
: compos mentis
: 100/80 mmHg
Frekuensi jantung
: 88 x/menit, teratur, kuat angkat (+)
Frekuensi napas
: 20 x/menit, teratur
Suhu tubuh
: 37,2 C (axilla)
Kepala dan leher
:
o Kepala:
anemia (-) pada konjungtiva okular dextra dan
sinistra
ikterik (-) pada sklera konjungtiva dextra dan
sinistra
cyanosis (-) pada mukosa.
o Leher:
dyspneu (-)
pembesaran nodul limfe (-)
pembesaran tiroid (-)
peningkatan JVP (-)
kaku kuduk (-)
deviasi trakea (-).
Thorax
:
o Cor:
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: redup di ICS III parasternal dextra
sampai ICS IV midclavicula sinistra
Auskultasi
: S1 S2 tunggal, teratur, suara
tambahan (-)
o Pulmo :
Inspeksi
: simetris, retraksi - / -,
Palpasi
: fremitus N / N,
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: vesikuler + / +
rhonki - / wheezing - / -
Abdomen
:
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
o Palpasi
Extremitas
Akral Hangat
Oedem
Extremitas Atas
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)
Extremitas Bawah
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)
Nilai normal
Kesan
Hemoglobin
10.8
12,0 16,0
Normal
Leukosit
2.7
4,5 11,0
Hematokrit
30.3
36 46
Trombosit
65
150 450
4. Assesment
Obs. H6 Febris DHF gr 1 dd dengue fever
5. Plan Therapy
Infus Asering 20 tpm
Injeksi Ranitidin 2x1
Injeksi Antrain 3x1
Keadaan Umum
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 100/80 mmHg
Frekuensi jantung
Frekuensi napas
: 20 x/menit, teratur
Suhu tubuh
: 36,8 C (axilla)
o Kepala:
Leher:
dyspneu (-)
Thorax
o Cor:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
S1
S2
o Pulmo :
Inspeksi
: simetris, retraksi - / -,
Palpasi
: fremitus N / N,
Perkusi
Auskultasi
: sonor
: vesikuler + / +
rhonki - / wheezing - /
Abdomen
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
: timpani
o Palpasi
Extremitas
Akral Hangat
Oedem
3.
Extremitas Atas
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)
Extremitas Bawah
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Kesan
12.3
12,0 16,0
Normal
Leukosit
4.3
4,5 11,0
Hematokrit
35.7
36 46
Normal
Trombosit
62
150 450
4. Assesment
10
Keluhan Utama
Keluhan pusing berkurang
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Frekuensi jantung
Frekuensi napas
: 20 x/menit, teratur
Suhu tubuh
: 37,2 C (axilla)
o Kepala:
Leher:
dyspneu (-)
11
Thorax
o Cor:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
S1
S2
Inspeksi
: simetris, retraksi - / -,
Palpasi
: fremitus N / N,
Perkusi
Auskultasi
: sonor
: vesikuler + / +
rhonki - / wheezing - /
Abdomen
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
: timpani
o Palpasi
Akral Hangat
Oedem
Extremitas
Extremitas Atas
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)
Extremitas Bawah
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)
12
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Kesan
13.4
12,0 16,0
Normal
Leukosit
4.0
4,5 11,0
Hematokrit
38.3
36 46
Normal
Trombosit
63
150 450
Assesment
DHF gr 1 dd Dengue fever
Plan Therapy
Infus Asering 20tpm
Injeksi Ranitidin 2x1
Injeksi Antrain 3x1
a. Follow up 4 april 2015
1. Keluhan Utama
Tidak ada keluhan, pasien merasa sudah lebih baik
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 100/80 mmHg
13
Frekuensi jantung
Frekuensi napas
: 20 x/menit, teratur
Suhu tubuh
: 36,8 C (axilla)
o Kepala:
Leher:
dyspneu (-)
Thorax
o Cor:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
S1
S2
Inspeksi
: simetris, retraksi - / -,
Palpasi
: fremitus N / N,
14
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: vesikuler + / +
rhonki - / wheezing - /
Abdomen
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
: timpani
o Palpasi
Extremitas
Akral Hangat
Oedem
3.
Extremitas Atas
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)
Extremitas Bawah
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Kesan
11.8
12,0 16,0
Normal
Leukosit
5.2
4,5 11,0
Hematokrit
34.7
36 46
Trombosit
94
150 450
4. Assesment
Dengue fever
5. Plan Therapy
Infus Asering 20tpm
15
a. Resume
Perempuan usia 21 tahun datang dengan keluhan demam selama 4 hari
disertai nyeri kepala, mual muntah dan nyeri pada otot dan sendi.
Keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/70 mmHg,
nadi 84 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu tubuh 37,9 C (axilla). keadaan
cor dan pulmo baik dalam batas normal. Extremitas atas dan bawah hangat dan
tidak ada oedem.
Pada
pemeriksaan
laboratorium
didapatkan Trombositopenia,
dan
16
demam berdarah
dengue
ditemukan
tanda
hemokonsetrasi
dan
trombositopenia, yang jika tidak ditangani dengan cepat dapat masuk dalam fase
syok.
3.2 Epidemiologi
Infeksi virus dengue tersebar di wilayah asia tenggara, pasifik barat dan
karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis untuk penyakit ini. Peningkatan
kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan
3.3 Gejala klinis
Secara umum, demam dengue dan demam berdarah dengue akan ditandai dengan
fase febril yaitu demam tinggi mendadak dan terus-menerus 2-7 hari, diikuti oleh
fase afebril (demam mereda). Fase afebril ini merupakan fase kesembuhan untuk
demam dengue, tetapi merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada
awal sukar dibedakan berdasarkan gejala apakah akan terjadi demam dengue atau
demam berdarah dengue.
Demam Dengue
17
Sakit kepala
Nyeri orbita
Nyeri perut
3.4 Patofisiologi
Infeksi virus dengue untuk pertama kali akan merangsang terbentuknya antibodi
non-netralisasi. Sesuai dengan namanya, antibodi tersebut tidak bersifat
menetralkan replikasi virus, tetapi justru memacu replikasi virus. Akibatnya
terbentuk kompleks imun yang lebih banyak pada infeksi sekunder oleh serotype
lain. Hal itu yang menyebabkan manifestasi klinis infeksi sekunder lebih berat
dibanding infeksi sekunder (Soedarmo, 2002).Antibodi non-netralisasi yang
terbentuk akan bersirkulasi bebas di darah atau menempel di sel fagosit
mononuklear yang merupakan tempat utama infeksi virus dengue. Antibodi nonnetralisasi yang menempel pada sel fagosit mononuklear berperan sebagai
reseptor dan generator replikasi virus. Kemudian virus dengue dengan mudah
masuk dan menginfeksi sel fagosit (mekanisme aferen). Selanjutnya virus
bereplikasi di dalam sel fagosit dan bersama sel fagosit yang telah terinfeksi akan
menyebar ke organ lain seperti hati, usus, limpa, dan sumsum tulang belakang
18
(mekanisme eferen). Adanya sel fagosit yang terinfeksi akan memicu respon dari
sel imun lain sehingga muncul berbagai manifestasi klinis/yang disebut sebagai
mekanisme efektor (Soedarmo, 2002; Nainggolan et al., 2006).
19
Abdoerrachman, 2002).
Selain menyebabkan demam, IL-1 juga bertanggung jawab terhadap gejala lain
seperti timbulnya rasa kantuk/tidur, supresi nafsu makan, dan penurunan sintesis
albumin serta transferin. Penurunan nafsu makan merupakan akibat dari
kerjasama IL-1 dan TNF-. Keduanya akan meningkatkan ekspresi leptin oleh sel
adiposa. Peningkatan leptin dalam sirkulasi menyebabkan negative feedback ke
hipothalamus ventromedial yang berakibat pada penurunan intake makanan
(Luheshi et al., 2000).
IFN- sebenarnya berfungsi sebagai penginduksi makrofag yang poten,
menghambat replikasi virus, dan menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi.
Namun, bila jumlahnya terlalu banyak akan menimbulkan efek toksik seperti
demam, rasa dingin, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala berat, muntah, dan
somnolen (Soedarmo, 2002).
Sejak awal demam sebenarnya telah terjadi penurunan jumlah trombosit pada
penderita DBD. Penurunan jumlah trombosit memudahkan terjadinya perdarahan
pada pembuluh darah kecil seperti kapiler yang bermanifes sebagai bercak
kemerahan. Di sisi lain, peningkatan jumlah histamin meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan cairan plasma dari
intravaskuler ke interstisiel. Hal itu semakin diperparah dengan penurunan jumlah
albumin akibat kerja IL-1 dan gangguan fungsi hati. Adanya plasma leakage
tersebut menyebabkan peningkatan Hct. Trombositopenia terjadi akibat
pemendekan umur trombosit akibat destruksi berlebihan oleh virus dengue dan
sistem komplemen (pengikatan fragmen C3g); depresi fungsi megakariosit, serta
supresi sumsum tulang. Destruksi trombosit terjadi di hepar, lien, dan sumsum
tulang. Trombositopenia menyebabkan perdarahan di mukosa tubuh sehingga
sering muncul keluhan melena, epistaksis, dan gusi berdarah. Hepatomegali pada
pasien DBD terjadi akibat kerja berlebihan hepar untuk mendestruksi trombosit
dan untuk menghasilkan albumin. Selain itu, sel-sel hepar terutama sel Kupffer
20
mengalami banyak kerusakan akibat infeksi virus dengue. Bila kebocoran plasma
dan perdarahan yang terjadi tidak segera diatasi, maka pasien dapat jatuh ke dalam
kondisi kritis yang disebut DSS (Dengue Shock Sydrome) dan sering
menyebabkan kematian (Soedarmo, 2002; Nainggolan et al., 2006
3.5 Diagnosis
Demam Dengue
21
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan
tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan
dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien
tampak gelisah.
2. Laboratorium
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja
DBD.
Derajat Penyakit
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah
ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi)
Derajat
I
Derajat
II
22
3.7 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah
terapi suportif, dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat
diturunkan hingga 1%
23
Bab 4. Pembahasan
4.1 Gejala
Dasar Teori
Demam
Nyeri kepala
Mual
Muntah
Nyeri retroorbita
Nyeri pada sendi dan tulang
24
pasien, menjelaskan
25