Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PASAR MODAL

PENDAHULUAN
Apa yang ada di benak kita ketika kita berpikir tentang pasar modal? ada satu kata
yang akan muncul di benak kita saham. Orang mengidentikkan pasar modal dengan saham atau
kegiatan jual beli saham. Itu semua tidaklah salah. Namun pengertian itu belum menggambarkan
pengertian pasar modal yang sesungguhnya.
Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak jauh berbeda dengan pasar
tradisional yang selama ini kita kenal, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga tawar
menawaran harga. Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang
mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai
dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Mari kita
melihat apa pengertian pasar modal dari beberapa sumber yang penulis kutip:
1. Sunariyah (2000: 5) mendefinisikan pasar modal sebagai suatu pasar (tempat, gedung)
yang dipersiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis
surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek.
2. UU R.I. no 8/1995 mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Catatan: Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga
komersial saham, obligasi dan tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi
komulatif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari efek.
Transaksi investasi atau jual beli surat berharga di pasar modal dapat berbentuk sebagai
berikut:
1. Utang berjangka (jangka pendek/panjang).
Utang berjangka merupakan salah satu bentuk pendanaan dalam suatu entitas (badan
usaha) yang dilakukan dengan menerbitkan surat berharga dan dijual kepada para pemilik
dana ataupun para investornya. Utang jangka panjang dikenal dengan dua macam surat
berharga, yaitu:

a) Surat Obligasi, merupakan surat pengakuan utang oleh suatu entitas dengan
disertai janji imbalan bunga dengan rate tertentu. Periodenya biasanya diatas 3
tahun.
Ciri-ciri obligasi:

Surat berharga hutang yang diterbitkan pemerintah/perusahaan

Berjangka waktu lebih dari satu tahun

Mempunyai beban bunga yang dibayar secara periodik

Adanya wali amanat yaitu pihak yang mewakili kepentingan pemegang


efek bersifat hutang

Adanya pemeringkat efek

Dinyatakan dalam suatu perjanjian surat berharga yang disebut perjanjian


perwaliamanatan (indentur)

b) Sekuritas lain, terdiri berbagai jenis sekuritas yang biasanya disebut sekuritas
kredit, misalnya: right, warran, opsi, dan future. Sekuritas kredit biasanya
mempuyai hari jatuh tempo yang relative pendek, yaitu berjangka menengah
(antara 1 sampai 3 tahun).
2. Penyertaan.
Penyertaan merupakan salah satu bentuk penanaman modal pada suatu entitas (badan
hukum yang dilakukan dengan menyetor sejumlah dana tertentu dengan tujuan untuk
menguasai sebagian hak kepemilikan atas perusahaan tersebut. Badan usaha yang butuh
dana akan menerbitkan surat berharga dan dijual kepada investor yang mengakibatkan
para investor tersebut dapat memiliki sebagian sebesar saham yang dibeli.

STRUKTUR PASAR MODAL INDONESIA


Lembaga yang terkait dengan pasar modal
A. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)

Melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-sehari kegiatan pasar


modal.

Mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien
serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.

Bapepam mempunyai fungsi :

Menyusun Peraturan di bidang pasar modal

Menegakkan peraturan di bidang pasar modal

Pembinaan dan pengawasan terhadap Pihak yang memperoleh izin usaha,


persetujuan, pendaftaran dari Bapepam dan Pihak lain yang bergerak di pasar
modal

Menetapkan prinsip keterbukaan

Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh
Bursa Efek, LKP dan LPP

Penetapan ketentuan akuntasi di bidang pasar modal

Pengamanan teknis pelaksanaan tugas pokok Bapepam sesuai dengan


kebijaksanaan Menteri Keuangan

B. Perusahaan
Lembaga ini bertujuan untuk memperoleh dana di Pasar Modal melalui penawaran umum
(Initial Public Offering) hak kepemilikan atau Saham, dalam hal ini perusahaan berperan
sebagai emiten.
C. Self Regulatory Organizations (SRO)
Adalah organisasi yang berwenang membuat peraturan sendiri untuk kegiatan usahanya.

Bursa Efek
Adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk
perdagangan efek. Pada saat ini, di Indonesia ada 1 bursa efek yaitu Bursa Efek
Indonesia.

Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP)

Adalah lembaga

yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan

penyelesaian transaksi Bursa. Lembaga yang memperoleh izin usaha sebagai LKP
adalah PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)


Adalah lembaga yang menyelenggarakan kegiatan Kustodian sentral bagi Bank
Kustodian, Perusahaan Efek dan Pihak lain. Lembaga yang memperoleh izin
usaha sebagai LPP adalah PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

D. Perusahaan Efek
Adalah perusahaan yang mempunyai aktivitas sebagai berikut :

Penjamin Emisi Efek


Sebagai penjamin emisi efek, perusahaan melakukan kontrak dengan emiten
untuk melakukan penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli
sisa efek yang tidak terjual.

Perantara Pedagang Efek


Perusahaan memperdagangkan efek untuk kepentingan sendiri

maupun

kepentingan nasabah.

Manajer Investasi
Pihak yang kegiatan usahanya mengelola portfolio efek untuk para nasabah atau
mengelola portfolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali
perusahaan asuransi, dana pensiun dan bank yang melakukan sendiri kegiatan
usahanya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

E. Penasihat Investasi
Pihak yang memberikan jasa penasihat mengenai penjualan ataupun pembelian efek.
F. Lembaga Penunjang Pasar Modal

Biro Administrasi Efek

Kustodian

Wali Amanat

G. Profesi Penunjang Pasar Modal


Terdiri dari Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, Notaris dan profesi lain yang ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
Untuk dapat melakukan kegiatan di pasar modal, wajib terlebih dahulu terdaftar di
Bapepam. Persyaratan pendaftaran profesi penunjang pasar modal diatur dalam peraturan
Bapepam.
1. Akuntan Publik

Melakukan

pemeriksaan

atas

Laporan

KeuanganPerusahaan

dan

memberikan pendapatnya.

Memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi


Indonesia dan ketentuan Bapepam.

Memberi petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukukan yang baik (apabila


diperlukan)

2. Konsultan Hukum

Melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dari segi hukum (Legal Audit)

Memberikan pendapat dari segi hukum (Legal Opinion) terhadap emiten


dan perusahaan publik

3. Legal Audit

Akte pendirian berikut perubahannya

Permodalan

Perizinan

Kepemilikan asset harus atas nama perusahaan

Perjanjian dengan pihak ketiga baik dalam negeri ataupun luar negeri

Perkara baik perdata mapun pidana yang menyangkut prusahaan mapupun


pribadi direksi

UMR

Amdal

4. Notaris

Membuat Berita Acara RUPS

Membuat Akte Perubahan Anggaran Dasar

Menyiapkan perjanjian-perjanjian dalam rangka Emisi Efek

5. Penilai
Adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani Laporan Penilai, yaitu
pendapat atas nilai wajar aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut
keahlian dan penilai.
Mari kita melihat struktur organisasi dalam pasar modal melalui bagan di bawah ini:

MENTERI KEUANGAN

BAPPEPAM

BURSA EFEK

Penjaminan efek
Penjaminan emisi
efek
Perantara
pedagang efek
Manajer investasi

Lembaga Kliring dan


Peminan

Lembaga Penunjung
Biro Administrasi
Kostudian
Pemeringkat efek

Lembaga Penyimpanan
dan penyelesaian

Profesi Penunjang
Akuntan Publik
Konsultan Hukum
Reksa Dana

Bagan 1.1.
Gambar Struktur Pasar Modal

Investor
Investor domestic
a. Perorangan
b. Institusi
Investor Asing
a. Perorangan
b. Institusi

PERANAN PASAR MODAL


JENIS PASAR MODAL
Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menual surat berharganya di pasar modal.
Jogiyanto (2003: 15) menjelasakan bahwa ada empat jenis pasar modal, antara lain:
1. Primary Market atau pasar primer.
Biasanya jenis pasar ini adalah jenis pasar modal dimana surat berharga yang baru
dikeluarkan dipasarkan di jenis pasar ini. Surat berharga yang baru dijual dapat berupa
penawaran perdana ke public (Initial Public Offering) dan juga tambahan surat berharga
baru jika perusahaan sedang going public (sekuritas ini disebut seasoned new issues).
2. Secondary Market atau pasar sekunder
Jenis pasar modal dimana transaksinya adalah surat berharga yang sudah beredar.
3. Third Market
Jenis pasar modal ini memperdagangkan surat berharga pada saat pasar kedua tutup.
Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat
pasar kedua tutup.
4. Fourth Market
Jenis pasar modal yang dilakukan diantara intitusi berkapasitas besar untuk menghindari
komisi untuk broker. Pasar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk
memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar.Contohnya, instaner yang
dimiliki oleh Reuter yang menangani lebih dari satu milyar lembar saham tiap tahunnya.

PASAR PRIMER DAN SEKUNDER


A. Primary Market
Kita ambil contoh perusahaan XYZ. Perusahaan XYZ adalah sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang kontruksi. Awalnya perusahaan ini dimiliki oleh Mr. ABC dimana pada
tingkat manajerial perusahaan dipegang oleh sanak saudara Mr. ABC ataupun pegawai kunci.
Lima tahun perusahaan ini sangat berkembang pesat. Mr. ABC merasakan adanya kebutuhan
untuk menambah modal. Pada saat inilah Mr. ABC mulai mempertimbangkan untuk menambah
modal dengan cara hutang atau menerbitkan saham baru.

Ketika mempertimbangkan untuk menerbitkan saham baru, Mr. ABC meminta pendapat
dari pakar yang sering dinamakan Banker investasi. Banker investasi adalah seseorang atau
lembaga yang memberikan saran-saran penting yang dibutuhkan selama proses rencana
pelemparan sekuritas ke public (Jogiyanto, 2003: 18). Beberapa saran yang harus
dipertimbangkan adalah : (1) tipe sekuritas apa saja yang harus dijual, (2) harga dari sekuritas,
(3) waktu pelemparannya.
Selain sebagai pemberi saran, Banker investasi juga bertugas sebagai perantara antara
perusahaan dengan investor. Banker investasi akan membeli saham (underwriting function) dan
berfungsi sebagai pemasar ke investor. Proses pembelian sekuritas oleh banker investasi yang
nantinya akan dijual lagi ke investor dinamakan underwriting. Sang bankernya sendiri disebut
underwriter.
Banker investasi akan membeli saham berdasarkan harga yang sudah disetujui dan
bersedia menanggung resiko kegagalan atau kerugian saat menjual ke public. Banker investasi
sendiri mengambil keuntungan dari margin harga beli dan harga jual saham tersebut. Bila
banker investasi merasa bahwa kekuatan modalnya tidak kuat untuk membeli saham yang
dilempar dan dalam jumlah yang besar, maka banker investasi bisa membentuk syndicate.
Sindikat adalah sebuah kelompok yang terdiri dari lead manajer (banker investasi yang sebagai
manajer sindikat) dan beberapa underwriter lainnya serta penjual group yang tidak membeli
sekuritas tetapi ikut menjualkannya ke public.
Sebelum meminta saran kepada Banker ivestasi, Mr. ABC harus mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian melakukan going public.
Keuntungan going public adalah
a) Kemudahan meningkatkan modal dimasa yang akan datang.
Pada saat PT XYZ masih menjadi perusahaan yang tertutup, PT. JKL sebagai calon
investor biasanya enggan untuk menanamkan modalnya disebabkan kurangnya
keterbukaan informasi keuangan antara pemilik (Mr. ABC) dengan PT. JKL. Bila PT.
XYZ memutuskan untuk going public, dimana informasi keuangan harus dilaporkan ke
public secara regular akan membuat PT> JKL mempertimbangkan untuk memberikan
modal yang cukup besar kepada PT. XYZ.

b) Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham


Bila PT. XYZ tidak melakukan public offering, maka perusahaan ini akan kesulitan untuk
menujual sahamnya. Ini akan mengurangi tingkat likuiditasnya. Berbeda bila PT. XYZ
mau melakukan public offering. Perusahaan ini bisa menjual sahamnya ke public dan
hasilnya perusahaan akan memperoleh dana yang cukup kapanpun mereka membutuhkan
dana.
c) Nilai pasar perusahaan diketahui
Untuk alasan-alasan tertentu, nilai perusahaan perlu diketahui.
Kerugian going public adalah:
a) Biaya laporan meningkat
Apabila PT. XYZ sudah going public, maka setiap kuartal dan tahunnya harus
menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporan-laporan ini sangat mahal.
b) Pengungkaan (disclosure)
Mr. XYZ dan pimpinan lainnya terkadang keberatan dengan pengungkapan. Karena
pengungkapan ini akan membuat pesaing PT.XYZ memiliki informasi-informasi penting
milik PT. XYZ. Pengungkapan yang dimaksud adalah mengungkapkan semua informasi
penting perusahaan kepada public.
c) Ketakutan untuk diambil alih
Bila PT. XYZ melakukan going public maka kemungkinan perusahaan ini merger dengan
perusahaan lain besar. Atau bila ada investor yang membeli saham dalam jumlah besar,
maka Mr. ABC tidak lagi akan menguasai PT. XYZ.
B. Secondary Market
Setelah saham baru PT. XYZ diterbitkan melalui banker investasi, maka tugas sindikat
sudah slesai (broken syndicate). Saham yang sudah diterbitkan kemudian akan dipergadangkan
di pasar sekunder bersamaan dengan sekuritas-sekuritas perusahaan lainnya yang sudah berada
di sana. Pasar sekunder dibedakan menjadi dua, yaitu pasar bursa saham dan over the counter.
1. Pasar Bursa Saham
Saham PT. XYZ diperjual belikan di pasar saham dengan sistem lelang, sehingga pasar
saham atau pasar sekunder sering disebut auction market. Disebut pasar lelang karena
transaksi dilakukan secara terbuka dan harga didasarkan pada penawaran dan permintaan

dari anggota bursa yang meneriaki ask price dan bid price (order pembelian dan
penjualan sekuritas ditentukan sampai dicapainya harga kesepakatan).
Proses transaksi di bursa saham adalah sebagai berikut:
Pak Ali ingin membeli saham perusahaan X. Pak Ali tidak bisa melakukan jual beli
secara langsung. Dia harus mencari perantara atau sering disebut broker. Broker inilah
yang akan membantu Pak Ali dalam aktivitas jual beli saham di Bursa Saham.
Pak ali ingin membeli saham perusahaan X dengan harga Rp. 1.250/ lembar saham.
Dia ingin membeli 10 lot (1 lot= 500 lembar). Broker lalu mengamati pergerakan saham
perusahaan X dimana pada saat itu, harga saham perusahaan X adalah Rp.1.325. Lalu
broker akan menitipkan order ini kepada specialist untuk mengeksekusinya bila nantinya
harga pasar sudah mencapai harga Rp. 1.250. Spesialist adalah anggota dari bursa yang
mendapat tugas untuk mengamati, mencata dan menstabilkan harga serta volume
transaksi dari suatu saham tertentu. Satu saham perusahaan hanya akan ditangani oleh
satu specialist, karena spesialis selalu mengikuti dan mencatat perkembangan dari harga
saham tertentu. Namun di BEJ dan bES, Spesialis tidak dipergunakan.
Sebelum Pak Ali memilih broker, dia harus menentukan jenis broker yang
diinginkan, misalnya seperti full service broker atau discount broker. Djogiyanto (2003:
23) menjelaskan tentang jasa broker full service yang menawarkan jasa broker secara
lengkap, yaitu:

Investment Research and Advice


Tidak semua individual investor dapat melakukan sendiri penelitian yang
berkualitas disebabkan oleh karena dana, waktu, dan keahlian. Penelitian ini
disediakan dalam bentuk laporan-laporan atau publikasi yang rutin (misalnya,
tren pasar, prospek masa depan sebuah perusahaan, dll)

Asset Management
Broker bisa memberikan pinjaman dan pengelolaan dana yang dapat dipercaya.
Seorang investor dapat membuka rekening di broker yang disebut recening
margin (margin account).

Order Execution
Broker akan melakukan pembelian dan penjualan sesuai dengan order investor.

Clearing

Broker akan melakukan pekerjaan administrative yang cukup panjang setelah


melakukan jual beli saham untuk memenuhi order dari investor.
Untuk discount broker, mereka hanya menawarkan jasa yang minimum dengan komisi
yang rendah. Biasanya discount broker hanya melakukan execution order dan clearing.

2. Over the Counter atau pasar negosiasi (negosiation market)


Over the counter (OTC) market merupakan pasar modal untuk perusahaan yang lebih
kecil dibandingkan dengan perusahaan yang terdaftar di pasar modal. OTC menggunakan
system negosiasi (harga ditentukan dengan cara tawar menawar antara investor dan
dealer.
OTC Market terdiri dari jaringan dealer yang siap membeli dan menjual sekuritas. Dealer
berbeda dengan broker. Dealer mendapat laba dari perbedaan harga jual dan harga beli.
Dealer membeli sekuritas sebuah perusahaan kemudian akan dijual kembali.

BAB III
SEJARAH PASAR MODAL INDONESIA
( http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah.htm)

Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada
abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den Effectenhandel
pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880. Pada tanggal 14 Desember 1912,
Amserdamse Effectenbueurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat Asia, bursa
Batavia tersebut merupakan yang tertua ke-empat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo.

Zaman Penjajahan
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan
secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung
yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda
dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk
pribumi.
Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah
mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang
terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Vereniging voor de
Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai perdagangan.
Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf;
Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H.
Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert &
V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.
Sedangkan

Efek

yang

diperjual-belikan

adalah

saham

dan

obligasi

perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan


Pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang
diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya.
Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat
kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya
dan 1 Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa.

Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman &
Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster. Sedangkan anggota bursa di
Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa.
Companien & Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co.
Perkembangan pasar modal waktu itu cukup menggembirakan yang terlihat dari nilai efek
yang tercatat yang mencapai NIF 1,4 milyar (jika di indeks dengan harga beras yang disubsidi
pada tahun 1982, nilainya adalah + Rp. 7 triliun) yang berasal dari 250 macam efek.
Perang Dunia II
Pada permulaan tahun 1939 keadaan suhu politik di Eropa menghangat dengan
memuncaknya kekuasaan Adolf Hitler. Melihat keadaan ini, pemerintah Hindia Belanda
mengambil kebijaksanaan untuk memusatkan perdagangan Efek-nya di Batavia serta menutup
bursa efek di Surabaya dan di Semarang.
Namun pada tanggal 17 Mei 1940 secara keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup
dan dikeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa semua efek-efek harus disimpan dalam bank
yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda. Penutupan ketiga bursa efek tersebut sangat
mengganggu likuiditas efek, menyulitkan para pemilik efek, dan berakibat pula pada penutupan
kantor-kantor pialang serta pemutusan hubungan kerja. Selain itu juga mengakibatkan banyak
perusahaan dan perseorangan enggan menanam modal di Indonesia.
Dengan demikian, dapat dikatakan, pecahnya Perang Dunia II menandai berakhirnya
aktivitas pasar modal pada zaman penjajahan Belanda
Aktif Kembali
Setahun setelah pemerintahan Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun
1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai
aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia.
Didahului dengan diterbitkannya Undang-undang Darurat No. 13 tanggal 1 September
1951, yang kelak ditetapkankan sebagai Undang-undang No. 15 tahun 1952 tentang Bursa,
pemerintah RI membuka kembali Bursa Efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni 1952, setelah
terhenti selama 12 tahun. Adapun penyelenggaraannya diserahkan kepada Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 bank negara dan beberapa makelar
Efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat.

Sejak itu Bursa Efek berkembang dengan pesat, meskipun Efek yang diperdagangkan
adalah Efek yang dikeluarkan sebelum Perang Dunia II. Aktivitas ini semakin meningkat sejak
Bank Industri Negara mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955, dan
1956. Para pembeli obligasi banyak warga negara Belanda, baik perorangan maupun badan
hukum. Semua anggota diperbolehkan melakukan transaksi abitrase dengan luar negeri terutama
dengan Amsterdam.
Masa Konfrontasi
Namun keadaan ini hanya berlangsung sampai pada tahun 1958, karena mulai saat itu
terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di Bursa. Hal ini diakibatkan politik konfrontasi
yang dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda sehingga mengganggu hubungan ekonomi
kedua negara dan mengakibatkan banyak warga negara Belanda meninggalkan Indonesia.
Perkembangan tersebut makin parah sejalan dengan memburuknya hubungan Republik
Indonesia dengan Belanda mengenai sengketa Irian Jaya dan memuncaknya aksi pengambilalihan semua perusahaan Belanda di Indonesia, sesuai dengan Undang-undang Nasionalisasi No.
86 Tahun 1958.
Kemudian disusul dengan instruksi dari Badan Nasionalisasi Perusahaan Belanda
(BANAS) pada tahun 1960, yaitu larangan bagi Bursa Efek Indonesia untuk memperdagangkan
semua Efek dari perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, termasuk semua Efek yang
bernominasi mata uang Belanda, makin memperparah perdagangan Efek di Indonesia.
Tingkat inflasi pada waktu itu yang cukup tinggi ketika itu, makin menggoncang dan
mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pasar uang dan pasar modal, juga terhadap mata
uang rupiah yang mencapai puncaknya pada tahun 1966.
Penurunan ini mengakibatkan nilai nominal saham dan obligasi menjadi rendah, sehingga
tidak menarik lagi bagi investor. Hal ini merupakan pasang surut Pasar Modal Indonesia pada
zaman Orde Lama
ORDE BARU
Langkah demi langkah diambil oleh pemerintah Orde Baru untuk mengembalikan
kepercayaan rakyat terhadap nilai mata uang rupiah. Disamping pengerahan dana dari
masyarakat melalui tabungan dan deposito, pemerintah terus mengadakan persiapan khusus
untuk membentuk Pasar Modal.

Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di BI di
bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil penelitian tim menyatakan
bahwa benih dari PM di Indonesia sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun 1952,
tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih awam tentang pasar modal, maka
pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemunduran.
Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan surat keputusan KepMenkeu No. Kep-25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972 tim dibubarkan, dan pada tahun 1976
dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa. Bapepam bertugas
membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh Gubernur Bank Sentral.
Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan intensitas untuk
membentuk kembali PU dan PM. Selain sebagai pembantu menteri keuangan, Bapepam juga
menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan pengelola bursa efek.
Pada tanggal 10 Agustus 1977 berdasarkan kepres RI No. 52 tahun 1976 pasar modal
diaktifkan kembali dan go publik-nya beberapa perusahaan. Pada jaman orde baru inilah
perkembangan PM dapat di bagi menjadi 2, yaitu tahun 1977 s/d 1987 dan tahun 1987 s/d
sekarang.
Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d 1987 mengalami kelesuan meskipun
pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana
dari bursa efek. Fasilitas-fasilitas yang telah diberikan antara lain fasilitas perpajakan untuk
merangsang masyarakat agar mau terjun dan aktif di Pasar Modal.
Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan oleh beberapa
masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya
batasan fluktuasi harga saham dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi masalah itu pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi yang
berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket
Kebijaksanaan

Oktober

1988,

dan

Paket

Kebijaksanaan

Desember

1988.

Pakdes 1987
Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi,
dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi

efek. Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49%
dari total emisi.
Pakdes 87 juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan
memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk
memasuki bursa efek.
Pakto 88
Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankkan, namun mempunyai dampak terhadap
perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit),
dan pengenaan pajak atas bunga deposito.
Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab
dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara
sektor perbankan dan sektor pasar modal.

Pakdes 88
Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal
dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa.
Karena tiga kebijaksanaan inilah pasar modal menjadi aktif untuk periode 1988 hingga
sekarang.

SEJARAH BAPEPAM
Pada waktu Pasar Modal dihidupkan kembali tahun
1976,

dibentuklah

Bapepam,

singkatan

dari

Badan

Pelaksana Pasar Modal.


Menurut Keppres No.52/1976, Bapepam bertugas:

Mengadakan

penilaian

terhadap

perusahaan-

perusahaan yang akan menjual saham-sahamnya


melalui Pasar Modal apakah telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan dan sehat serta baik;

Menyelenggarakan Bursa Pasar Modal yang efektif


dan efisien;

terus-menurus mengikuti perkembangan perusahaan-

perusahaan yang menjual saham-sahamnya melalui


pasar modal.
Bapepam dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat oleh Presiden dan dalam
melaksanakan

tugasnya

ia

bertanggung-jawab

kepada

Menteri

Keuangan.

Akhir Dualisme
Pada mulanya, selain bertindak sebagai penyelenggara, Bapepam sekaligus merupakan
pembina dan pengawas. Namun akhirnya dualisme pada diri Bapepam ini ditiadakan pada tahun
1990 dengan keluarnya Keppres No. 53/1990 dan SK Menkeu No. 1548/1990.
Keluarnya Keppres 53 tentang Pasar Modal dan SK Menkeu No. 1548 tahun 1990 itu
menandai era baru bagi perkembangan pasar modal. Dualisme fungsi Bapepam dihapus,
sehingga lembaga ini dapat memfokuskan diri pada pengawasan pembinaan pasar modal.
Dengan fungsi ini, Bapepam dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan pasar modal
yang teratur wajar, efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
Dibandingkan dengan tugas pokok Securities Exchange Commission (SEC) di Amerika Serikat,
tugas ini hampir sama. SEC bertugas menjaga keterbukaan pasar modal secara penuh kepada
masyarakat investor dan melindungi kepentingan masyarakat investor dari malpraktik di pasar
modal.
Mekanisme pasar modal di inndonesia

Anda mungkin juga menyukai