Anda di halaman 1dari 7

NUTRITIOUS WORD

Life like you wanna be! Never stop to dreaming.


NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) / FOOD BALANCE SHEET
(FBS)
Neraca Bahan Makanan merupakan salah satu metode penilaian gizi
secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara tidak langsung
merupakan metode penilaian dengan mengenali akar permasalah gizi dari
segi sosial, ekonomi, budaya dan juga politik. Aspek-aspek yang
termasuk dalam penilaian status gizi secara tidak langsung antara lain
aspek sosial dan ekonomi, faktor kesehatan, aspek politik, geografi dan
iklim, pengaruh kebudayaan dan isu-isu demografi,
Neraca Bahan Makanan sendiri mempunyai keterkaitan dengan
ketersediaan makanan suatu wilayah, baik dari sisi produksi pangan dan
akses makanan, yang secara tidak langsung mempengaruhi status gizi
masyarakat di wilayah tersebut.
Apa yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan NBM?
1. Posisi pangan
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya
merupakan hak asasi manusia. Pangan juga menjadi komponen dasar
dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Pangan
memiliki fungsi dalam menjaga kestabilan politik dan sosial. Pangan
sendiri merupakan suatu produk kebudayaan hasil adaptasi masyarakat
yang melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya.
Setiap negara melakukan pengamanan terhadap kebutuhan pangan
penduduknya, karena melalui penguatan ketersediaan pangan dapat
dilakukan perbaikan konsumsi pangan dan status gizi).
2. Regulasi Pangan (PP 68/2002 tentang Ketahanan Pangan, Inpres no. 5
tahun 2011 tentang pengamanan produksi beras nasional dalam
menghadapi cuaca ekstrim, dan PP 38/2009 tentang tugas dan
kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam urusan wajib pangan).
3. Kebijakan Pangan (Kebijakan umum pembangunan ketahanan pangan
2010-2014, DKP 2011)
Lalu apa itu ketersediaan makanan? Ketersediaan makanan dapat
diartikan sebagai tersedianya pangan, baik dari produksi dalam negeri
maupun sumber lain. Ketersediaan pangan di suatu wilayah dapat

diperoleh dari tiga sumber yaitu produksi lokal, pasokan pangan, dan
pengelolaan cadangan makanan. Produksi pangan sendiri merupakan
proses dalam menghasilkan, menyediakan, mengolah, membuat,
mengemas, mengemas kembali dan mengubah bentuk makanan.
Pengangkutan makanan merupakan sekumpulan proses dalam
memindahkan makanan atau bahan pangan dari satu tempat ke tempat
lain dengan cara atau sarana angkutan berkaitan dengan proses produksi
makanan, peredaran makanan dan perdagangan makanan. Peredaran
makanan merupakan proses penyaluran makanan ke masyarakat, baik
dengan perdagangan maupun tidak. Perdagangan makanan adalah
kegiatan pemindahtanganan makanan dengan memperoleh imbalan.
Ketersediaan pangan berfungsi untuk mejamin pasokan makanan untuk
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dari segi kuantitas, kualitas,
keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan disuatu wilayah
dalam periode waktu tertentu (biasanya satu tahun) dapat diketahui
dengan menyusun neraca bahan pangan (nasional dan regional).
Neraca bahan makanan merupakan alat kunci analisis yang
menggambarkan data pangan dan pertanian di suatu negara, memberikan
gambaran menyeluruh tentang pasokan makanan suatu negara dalam
periode waktu tertentu, menunjukan ketersediaan secara nasional dari
masing-masing jenis pangan.
Data dalam neraca bahan makanan disajikan dalam bentuk tabel dan
jumlah pangan rata- rata yang tersedia untuk dikonsumsi oleh penduduk
per kapita (kg/kap/tahun; gr/kap/hari; kal/kap/hari; gr protein/kap/hari; gr
lemak/kap/hari.
Neraca Bahan makanan memberikan gambaran tentang sumber daya
pangan dari segi pengadaan dan penyediaan serta utilitas atau
penggunaan pangan. Komponen pengadaan pangan berasal dari produksi
dalam negeri, stok dan impor, sedangkan komponen penyediaan pangan
wilayah nantinya akan dikoreksi dengan ekspor.
Penyediaan pangan untuk dikonsumsi merupakan data penyediaan
pangan wilayah yang telah dikoreksi dengan berbagai penggunaan seperti
untuk pakan, bibit, industri makanan dan non-makanan serta yang
tercecer.
Ketersediaan pangan wilayah dapat diukur secara kualitatif dengan
menggunakan skor PPH (pola pangan harapan). Sebelum menghitung
skor pola pangan harapan maka terlebih dahulu menghitung energi dan
zat gizi bahan pangan, menghitung % energi dan zat gizi, % angka
kecukupan energi dan zat gizi, kemudian dibandingkan untuk

menghasilkan skor PPH.


Istilah yang perlu dipahami dalam ketersediaan pangan adalah rasio
kecukupan atau Self Sufficiency Ratio (SSR) dan rasio ketergantungan
impor atau Import Dependency Ratio (IDR). Rasio kecukupan
menggambarkan seberapa besar produksi pangan atau komoditas tertentu
dalam menyumbang atau dapat memenuhi ketersediaan pangan suatu
wilayah. Rasio ketergantungan import adalah perbandingan impor dan net
impor (impor dikurangi ekspor) terhadap ketersediaan pangan wilayah
maupun ketersediaan pangan yang siap dikonsumsi.
Tujuan disusunnya NBM :
Mengetahui gambaran pengadaan (produksi, stok, impor) makanan
Mengetahui penggunaan dan ketersediaan makanan untuk konsumsi
penduduk
Memperoleh gambaran detail tentang ketersediaan makanan,
swamsembada pangan, ketergantungan pada impor, efisiensi pasca panen,
kompetisi penggunaan pangan untuk manusia dan ternak, kecenderungan
produksi, ekspor, impor, stok pangan, maupun kualitas dan komposisi
pangan yang tersedia.
Neraca Bahan Makanan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan
pangan suatu wilayah secara menyeluruh dan secara operasional memberi
gambaran proyeksi mengenai kebutuhan penyediaan dan produksi atau
penyediaan pangan.
Mekanisme penyusunan Neraca Bahan Makanan :
Membentuk tim penyusun NBM yang bertugas mengumpulkan data dan
menetapkan situasi ketersediaan pangan.
Mengumpulkan data yang diperlukan
Konsolidasi data
Penyusunan data oleh tim penyusun NBM
Analisis ketersediaan pangan wilayah berdasarkan SKPD
Pelaporan atau publikasi
Advokasi
Pemanfaatan NBM untuk menyusun perencanaan pangan wilayah.
Cara menyusun NBM
Kolom NBM berisi :
1. Jenis Bahan Makanan
2. Produksi (Masukan)

3. Produksi (Keluaran)
4. Perubahan stok (stok akhir stok awal)
5. Impor
6. Persediaan pangan wilayah sebelum ekspor
7. Ekspor
8. Penyediaan dalam negeri
9. Penggunaan : Bibit
10. Pengunaan : Pakan
11. Penggunaan : Diolah untuk makanan
12. Penggunaan : Diolah bukan untuk makanan
13. Tercecer
14. Bahan Makanan
15. kg/kap/tahun
16. gram/kap/hari
17. Energi : Kal/gr/hari
18. Gram protein/kap/hari
19. Gram lemak/kap/hari
Kolom 1 berisi jenis bahan makanan dalam NBM itu dikelompokan
dalam 11 komoditi utama, yaitu padi-padian, makanan berpati, gula,
buah/biji berminyak, buah, sayuran, ikan, daging, susu, telur, minyak dan
lemak (hewani dan nabati). Bisa diringkas menjadi 9 komoditi utama,
padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, buah, sayur, biji
berminyak, minyak gula, pangan hewani.
Kolom 2 & 3 merupakan jumlah produksi hasil pertanian, baik yang
belum atau sudah mengalami pengolahan, dibedakan menjadi : masukan

dan keluaran. Produksi masukan adalah hasil produksi yang masih dalam
bentuk asli atau olahan yang akan mengalami proses pengolahan
selanjutnya. Produksi keluaran adalah hasil produksi pertanian yang
sudah menjadi produksi hasil turunan.
Kolom 4 berisi perubahan stok yang merupakan selisih dari stok akhir
dikurangi stok awal. Bila stok meningkat (+) berarti ketersediaan
menurun, sebaliknya bila stok menurun (-) ketersediaan meningkat.
Kolom 5 berisi data impor bahan pangan yang masuk dari negara atau
wilayah administrasi lain melalui perdagangan antar pulau dan provinsi.
Kolom 6 merupakan data penyediaan dalam negeri sebelum ekspor.
Sejumlah bahan makanan dari produksi keluaran dikurangi dengan
perubahan stok dan ditambah impor.
Kolom 7 berisi data ekspor, yaitu jumlah pangann yang dikeluarkan ke
negara atau wilayah administratif lain.
Kolom 8 penyediaan bahan makanan : produksi (keluaran) perubahan
stok + impor ekspor.
Penggunaan bahan makanan untuk bibit, pakan, penggunaan dalam
industri makanan dan non makanan, yang tercecer/penyusutan dan bahan
makanan terdapat pada kolom 8-14.
Kolom 15-19 mencakup sejumlah bahan makanan yang dapat dikonsumsi
oleh setiap penduduk dalam suatu negara atau daerah.
Data yang digunakan dalam penyusunan NBM dapat dibedakan
berdasarkan jenis dan sumber data informasi serta berdasarkan arus
sumber informasi. Berdasarkan jenis data dan sumber informasi ada dua
data yang dipakai dalam NBM yaitu data penduduk dan data pangan.
Data penduduk mencakup jumlah dan laju pertumbuhan penduduk serta
data rata-rata besar keluarga. Data pangan mencakup data jenis pangan
yang terdapat dalam NBM (komoditas utama [asli] dan turunan yang
biasa dikonsumsi di wilayah tersebut dan teerdapat datanya secara
kontinyu dan resmi) serta data penyediaan dan pengadaan pangan
(produksi dan stok).
Berdasarkan arus sumber informasi dibedakan menjadi pendekatan
transportasi, pendekatan pelaku pasar dan pendekatan lain melalui
instansi terkait.

Kelemahan pendekatan transportasi : jembatan timbang tidak menimbang


berat bahan pangan per komoditi tapi total keseluruhannya serta tidak
merinci jenis-jenisnya hanya mencatat kelompok komoditi utamanya
seperti sayuran dan buah-buahan saja.
Kelemahan pendekatan pelaku usaha : tidak ada direktori pelaku usaha
besar dan menengah yang bisa melakukan ekspor impor.
Kelemahan pendekatan lainnya : data sering underestimate karena hanya
berasal dari data yang dicatat dimasing-masing instansi.

About these ads


RELATED
Jejak-Jejak Laskar Pangan
In "Tulisanku"
Perempuan : Senjata Pemberantas Gizi Buruk
In "Tulisanku"
Penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Titrimetri 2,6-Diklorofenol
In "Artikel Gizi"
This entry was posted in Artikel Gizi. Bookmark the permalink.
Post navigation
PREVIOUS POST
NEXT POST
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name *
Email *
Website
Comment

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title="" rel="">
<abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite>
<code> <del datetime=""> <em> <i> <pre> <q cite=""> <strike>
<strong>

Notify me of new comments via email.


Widgets
Facebook
Create a free website or blog at WordPress.com. | The Singl Theme.

Anda mungkin juga menyukai