1.
1.1.
Masalah Energi
Produksi Minyak Dunia
Sejak ditemukan sumber cadangan minyak sekitar tahun 1980-an dan dieksploitasi secara besarbesaran, produksi minyak dunia dari tahun ke tahun cenderung semakin menurun. Situasi seperti
ini, kedepan akan menyebabkan terjadinya peningkatan harga karena ekstraksi minyak yang
semakin mahal dan peningkatan harga minyak global cenderung terus meningkat sampai pada
titik ekuilibrium antara pasokan dan kebutuhan terpenuhi.
Pertumbuhan Industrialisasi di China khususnya di bidang otomotif dengan jumlah penduduk
terbanyak di dunia, turut mendorong dan memberi beban dan dampak tersendiri akan kebutuhan
energi minyak dunia semakin bertambah meningkat. Disamping itu juga, penyebab peningkatan
permintaan energi minyak secara global juga dipicu oleh pertumbuhan ekonomi India.
Ditinjau berdasarkan region, tingkat produksi minyak dunia banyak didominasi negara-negara
Timur Tengah. Kemudian diikuti oleh kelompok negara dari Region Eropa-Eurasia (Eurasia
termasuk negara-negara pecahan Uni Soviet), Amerika Utara dan Afrika.
Pemanfaatan dan penggunaan sumber energi dari bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, gas
dan batubara, yang berasal dan diambil dari perut bumi secara terus-menerus, tiada henti
secara alamiah jumlahnya menjadi semakin menipis dan terbatas. Karena permintaan kebutuhan
yang terus meningkat, sedangkan jumlah produksi semakin menurun, sehingga secara tidak
langsung pengaruh harga menjadi semakin mahal dan tidak ekonomis.
Dampak dari penggunaan energi dari bahan fosil, yakni mulai dari prosespenyediaan,
pengolahan, transportasi dan hingga sampai pada penggunaan, terutama terkait dengan
masalah penggunaan energi di sektor transportasi, sampai saat ini masih memanfaatkan sumber
energi dari bahan fosil, sehingga menjadi beban bagi masalah konservasi dan kemampuan daya
dukung lingkungan sekitar atau global. Dampak terhadap masalah lingkungan, yaitu terutama
terkait dengan masalah perubahan iklim (climate change) dan efek gas rumah kaca (green house
effect gasses) yang ditimbulkan akibat penggunaan energi fosil.
Pergeseran dan perubahan cara pandang negara-negara di dunia mulaimengalihkan
dan cenderung mengurangi penggunaan energi dari bahan bakar fosil dan mengalihkan
perhatiannya pada pemanfaatan sumber energi terbarukan (renewable energy source) sebagai
sumber energi pengganti masa depan ramah lingkungan.
Tabel 1 Kebutuhan energi primer dunia sampai tahun 2030.
Million ton minyak ekivalen (Mtoe)
Pertumbuha
n rata-
Energi
Coal
Oil
Gas
Nuclear
Hydro
Biomass
1980
1,785
3,107
1,237
186
148
765
2004
2,773
3,940
2,302
714
242
1,176
2010
3,354
4,366
2,686
775
280
1,283
2015
3,666
4,750
3,017
810
317
1,375
2030
4,441
5,575
3,869
861
408
1,645
rata/tahun
2004-2030
1,8%
1,3%
2,0%
0,7%
2,0%
1,3%
and Waste
Other
33
57
99
136
296
6,6%
renewable
s
Total
7,261
11,204
12,842
14,071
17,09
1,6%
5
Berdasarkan data yang dari badan energi dunia (International Energy Agency-IEA), bahwa
permintaan kebutuhan energi dunia menunjukkan angka peningkatan yang sangat tajam. Hingga
tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami
peningkatan sebesar 1,6% per tahun. Kebutuhan paling banyak permintaan kebutuhan
energi dunia sekitar 80% masih didominasi dan dipasok dari bahan bakar fosil.
Brundtland,
ICPQL(*)
Becker, F. Et al
Ekonomi
GH. 1987
Pertumbuhan
1996
Ekonomi
1997
Ekonomi
ekonomi untuk
kesejahteraan
kesejahteraan
Lingkunga
dasar
Lingkungan
Keseimbangan
Lingkungan
untuk generasi
lingkungan yang
adalah dimensi
sekarang dan
sehat
sentral dalam
Keadilan sosial,
proses sosial
Penekanan pada
pemenuhan
kebutuhan
Sosial
mendatang
Pemenuhan
kebutuhan
kesetaraan jender,
proses
dasar
rasa aman,
pertumbuhan
bagimasyarakat menghargai
diversitas budaya
sosial yang
dinamis,
keadilan sosial
dan kesetaraan
ICPQL: Independent Commission on Population and Quality of Life (UN Educational,
(*)
dikembangkan dan diterapkan oleh banyak negara, baik di negara-negara maju maupun di
negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Paradigma pembangunan Indonesia sebelum dicetuskannya konsep pembangunan berkelanjutan
adalah hanya bertumpu pada pertumbuhan ekonomi semata, yakni pembangunan tanpa
mempertimbangkan aspek-aspek penting lainnya, seperti aspek keseimbangan ekologi, aspek
keadilan sosial, aspek aspirasi politis dan sosial budaya dari masyarakat setempat. Gambar 4
memperlihatkan tahapan-tahapan revolusi konsep pembangunan berkelanjutan.
1.4. Konsep Teknologi Hijau
Difinisi dan pengertian konsep teknologi hijau (Green Technology Concept) adalah
mengacu pada pola pikir konsep pembangunan hijau (Green Development), didalam ruang
lingkup pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) yang mengandung arti sangat
luas. Makna yang terkandung didalam konsephijau tidak hanya terkait dengan pembahasan
masalah pembangunan berkelanjutan saja, melainkan juga memperhatikan dan mengedepankan
masalah lingkungan (ekologis). Di samping itu terkait juga dengan pentingnya
upaya penerapan suatu sistem yang terintegrasi, holistik, dan perilaku hemat energi.
dimanfaatkan dari satu entitas ke entitas yang lain dalam sistem siklus tanpa merusak
lingkungan/alam sekitar.
Di dalam konsep hijau, sumberdaya dimanfaatkan secara efisien mungkin. Teknologi hijau yaitu
suatu konsep pemilihan dan penerapan teknologi dengan mempertibangkan kemampuan daya
dukung dari sumberdaya alam sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan
sumberdaya sedikit mungkin sehingga mengurangi limbah yang dihasilkan.
1.1. Roadmap Sektor Energi Surya
1.1.1.
Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan
untuk pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional.
Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan
pertambahan penduduk. Sedangkan akses ke energi yang andal dan terjangkau merupakan
prasyarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat.
1.1.2.
Ketergantungan energi minyak Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat dan sangat
memberatkan APBN. Kementerian ESDM menyatakan, pemanfaatan minyak bumi sebagai
pemasok energi merupakan beban terbesar bila dibandingkan dengan energi lainnya.
Persentasenya mencapai 42,99%, jauh lebih tinggi dibanding dengan penggunaan energi lain
seperti batubara dengan pasokan produksi 34,47% dan gas bumi yang hanya 18,48%. Dalam
kurun lima tahun terakhir, konsumsi minyak bumi nasional mencapai 1.197.006.967 barel.
Ketersediaan cadangan nasional minyak bumi sebagai energi tak terbarukan jumlahnya semakin
terbatas. Menurut data Kementerian ESDM, pada tahun 2009 cadangan minyak bumi Indonesia
hanya tinggal 3,9 miliar barel. Jumlah tersebut sangat kecil bila dibandingkan dengan negaranegara produsen minyak bumi dunia. Dengan cadangan 3,9 miliar barel produksi per tahun
merupakan jumlah yang sangat sedikit dan kelak cadangan tersebut menjadi habis.
Kebutuhan energi nasional didominasi oleh sektor Industri dengan pemakaian hingga mencapai
329,7juta SBM (setara barel minyak) atau 49,4% dari total konsumsi energi nasional. Di posisi
kedua, ditempati sektor transportasi dengan kebutuhan kosumsi sebesar 226,6juta SBM atau
34%. Sementara kebutuhan rumah tangga dan bangunan komersial masing-masing menggunakan
81,5juta SBM atau setara 12,2% dan 29,1juta SBM (4,4%).
Keterbatasan akses ke energi komersial telah menyebabkan pemakaian energi per kapita masih
rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Konsumsi per kapita pada saat ini sekitar 3 SBM
yang setara dengan kurang lebih sepertiga konsumsi per kapita rerata negara ASEAN. Dua
pertiga dari total kebutuhan energi nasional berasal dari energi komersial dan sisanya berasal dari
biomassa yang digunakan secara tradisional (non-komersial). Sekitar separuh dari keseluruhan
rumah tangga belum terjangkau dengan sistem elektrifikasi Nasional.
Data dari dokumen HDI (Human Development Index) tahun 2005 menyebutkan bahwa
konsumsi tenaga listrik/orang di Indonesia masih 463 kWh/cap. Angka ini masih di bawah
negara tetangga kita Malaysia, (3.234kWh/cap), Thailand (1.860kWh/cap), Filipina
(610kWh/cap), dan Singapura (7.961kWh/cap).
Sumberdaya energi primer baik energi fosil maupun energi terbarukan yang ada di Indonesia saat
ini dapat ditunjukkan dalam tabel 1. Sumber energi terbarukan, antara lain panas bumi, biomasa,
energi surya dan energi angin relatif cukup besar.
Penggunaan energi sampai saat ini secara ekonomi juga belum optimal, hal ini ditunjukkan oleh
elastisitas penggunaan energi yang masih di atas 1 (satu) dan intensitas pemakaian energi yang
masih lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas rerata dari negara ASEAN. Indonesia
memerlukan energi sekitar 4,1kg setara minyak untuk menghasilkan setiap $1 GDP (GDP per
unit of energy use 2000 PPP US$ per kg of oil equivalent). Sedangkan negara-negara lainnya
memerlukan kurang dari angka tersebut untuk menghasilkan GDP yang sama.
Sistem penyediaan dan pemanfaatan energi berkelanjutan telah menjadi agenda internasional dan
telah disepakati pada Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Berkelanjutan (World Sumit on
Sustainable Development) di Johannesburg Afrika Selatan pada bulan September 2002. Untuk
mewujudkan sistem penyediaan dan pemanfaatan energi yang berkelanjutan dapat ditempuh
dengan memadukan konsep optimasi pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), pemilihan dan
penggunaan teknologi energi tepat dan efisien dan dengan membudayakan pola hidup hemat
energi, yang lebih dikenal dengan Energi Hijau (Green Energy).
Komitmen pemerintah Republik Indonesia melanjutkan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan
telah digariskan di dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) serta program-program
pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan nasional melalui pengelolaan sumberdaya alam
dan pemeliharaan daya dukungnya guna membawa manfaat bagi peningkatan kesejahteraan
generasi sekarang tanpa mengurangi hak generasi mendatang.
Peranan aktif Indonesia di dalam pembahasan isu pembangunan berkelanjutan dan persiapan
pelaksanaan World Summit on Sustainable Development 2002dimaksudkan untuk menunjukkan
kepada masyarakat bangsa-bangsa mengenai komitmen Indonesia tersebut.
Kebijakan pemerintah mempertahankan pos Menteri Negara Lingkungan Hidup di dalam kabinet
gotong royong serta upaya pemerintah membentuk Dewan Pembangunan Berkelanjutan dinilai
masyarakat internasional sebagai komitmen kuat pemerintah RI dalam melaksanakan program
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Untuk mendorong pemanfaatan energi terbarukan bagi pembangkit listrik, pemerintah Indonesia
disebutkan juga telah menyusun beberapa peraturan antara lain Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Listrik yang Memprioritaskan
Penggunaan Sumber Energi Setempat, dengan Kewajiban Mengutamakan Pemakaian Energi
Terbarukan.
Untuk meningkatkan kapasitas terpasang dan mendorong peran serta pengusaha kecil dan
menengah dalam energi terbarukan, pemerintah telah menyusun program pembangkit listrik
skala kecil, dengan menggunakan energi terbarukan. "Program ini mengatur listrik yang
dihasilkannya, berdasarkan skema itu nantinya dapat dibeli dan digunakan oleh perusahaan
nasional dalam hal ini PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Untuk mendukung upaya dan program pengebangan EBT, pemerintah sudah menerbitkan
serangkaian kebijakan dan regulasi yang mencakup Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang
Kebijakan Energi Nasional, Undang-Undang No. 30/2007 tentang Energi, Undang-undang No.
15/1985 tentang Ketenagalistrikan, PP No. 10/1989 sebagaimana yang telah diubah dengan PP
No. 03/2005 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan
dan Pemanfaatan Tenaga Listrik dan PP No. 26/2006 tentang Penyediaan & Pemanfaatan Tenaga
Listrik, Permen ESDM No. 002/2006 tentang Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Energi
Terbarukan Skala Menengah, dan Kepmen ESDM No.1122K/30/MEM/2002 tentang Pembangkit
Skala Kecil tersebar. Saat ini sedang disusun RPP Energi Baru Terbarukan yang berisi
pengaturan kewajiban penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan dan
pemberian kemudahan serta insentif.
Visi kebijakan pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi adalah terwujudnya
penyediaan dan pemanfaatan energi yang efisien, bersih, handal, dan harga yang terjangkau
dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan visi, maka misi kebijakan pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi
adalah upaya menjaga kesinambungan ketersediaan energi nasional yang berkelanjutan (security
of supply) dan memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan serta mendorong penguasaan,
penerapan dan penggunaan teknologi yang efisien dan hemat energi sehingga terciptanya budaya
hemat energi di masyarakat, terwujudnya pemerataan kesejahteraan di masyarakat dan pada
akhirnya adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam hal penggunaan dan pemanfaatan
energi baru terbarukan dan konservasi energi.
1.1.3.
Penelitian IPTEK
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan unsur kemajuan peradaban manusia yang
sangat penting, karena melalui kemajuan IPTEK, manusia dapat mendayagunakan kekayaan dan
lingkungan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas
kehidupannya. Kemajuan IPTEK juga mendorong terjadinya globalisasi budaya kehidupan
manusia karena manusia semakin mampu mengatasi dimensi jarak dan waktu. Penguasaan
IPTEK suatu bangsa akan sangat mempengaruhi posisi tawar dalam persaingan global. Indikatorindikator tersebut sering dipublikasikan baik itu melalui media cetak ataupun elektronik. Untuk
mencapai tingkat kesejahteraan dan pendidikan yang layak, masyarakat Indonesia secara umum
masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya, lemah dalam menghasilkan
karya-karya inovatif dan kreatif. Sehingga bangsa Indonesia belum sepenuhnya mampu mandiri
di tengah persaingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Salah satu faktor penting penentu daya saing suatu negara adalah penguasaan teknologi. Semua
hal tersebut di atas mendasari visi penelitian, pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (litbang IPTEK) di bidang energi, yaitu: Terwujudnya ketersediaan energi yang
didukung kemampuan IPTEK secara nasional yang mengacu pada amanat Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Undang-undang No 18 tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek, inpres No. 4/2003 tentang
Pengkoordinasian Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, dan Perpres No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.
Mengingat bahwa Pemerintah Indonesia mempunyai keterbatasan dalam sarana dan pra-sarana
yang diperlukan untuk mewujudkan mimpi-mimpi di atas, maka langkah yang fokus dan
strategis sangat diperlukan, sehingga pencapaian tujuan dari Visi IPTEK 2025 Kementerian
Ristek dapat berhasil. Dalam sistem nasional penelitian, pengembangan dan penerapan Iptek, ada
langkah yang dipandang sangat mendesak, yaitu langkah yang harus dilakukan segera (urgent)
untuk kelangsungan hidup (survival) bangsa; dan ada langkah yang penting (important), yaitu
langkah yang strategis dan jangka panjang untuk kemandirian bangsa, dengan tetap
mengindahkan pengaruh dan konvensi internasional.
Jangka Menengah
(2005-2010)
(2011-2015)
Penelitian dan Pengembangan (litbang)
Peran Pemerintah
Jangka Panjang
(2016-2025)
hingga
silikon hingga
selain silikon
akan litbang
organic gases
melaksanakanlitbang metalo
mendukung industrisel sury
a thin-film
monokristal dan
monokristal dan
dan silikon
silikon polykristal
silikon polykristal
surya
modul surya
Melaksanakan koordin Melaksanakan litbang Melanjutkan litbang
asi seluruh balitbang teknologi pembuatan teknologi pembuatan modul
dan perguruan tinggi modul surya dan
surya dan
hybrid, grid-connected,
connected, building
kebutuhan dalam
modul suryalokal
lokal
negeri
Peran Industri/Swasta
Mendukung kegiatan Mengembangkan mod Menciptakan bahan baru dan
litbang modul
el untuk volume
peralatan
suryamonocrystal/poly produksi
crystaldengan
yangtinggi dengan
harga murah
menyiapkan dana
melihatpasokan bahan
ality assurance/quality
komponen sistem-
diintegrasikanpada banguna
gridconnected)
n.
Mengembangkan pilot Melanjutkanpengemba Mengembangkan industri
proyek sistem PLTS
komponen sistem-sistem
jala-jala PLN
jala-jala PLN
Melanjutkan pengkajian
penerapan sistem-sistem
Melanjutkan training
tentangPLTS di
Indonesia.
terus menerus
Mengembangkan ske Bekerjasama dengan
Mengembangkan inovasi
penyebarluasan
penggunaan PLTS
yang
kelistrikan
kelistrikan yangberbasis
berkesinambungan
pada PLTS
MemfasilitasipengemMemfasilitasipengembang Memfasilitasi
bangan infrastruktur an infrastruktur distribusi pengembangan infrastruk
distribusi
untuk penjualanretail
turdistribusi untuk
penjualan retail
l
Menetapkan SNI
Menetapkan SNI
Menetapkan SNI
sistem dan
komponen PLTS
agar terjadi
persaingan yang
lebih sehat dalam
upaya
mendukungdiversifik
asi sistem
PLTS sebagai pilihan
konsumen
Peran Industri / Swasta
Menyiapkan pendana Membangun industri komponen penunjang sisteman untuk
pembangunan
industri dan
melaksanakan
promosi secara
intensif tentang pasar
domestik dan
internasional.
sistemPLTS
Melakukan investasi Menciptakan model bisnis Melakukan inovasiuntuk manufakturing kelistrikan yang berbasis
memenuhi
jala-jala listrik
alone) maupun
rata 50 MW per
(grid connected)
yangterintegrasi dengan
tahun
bekerjasama dengan
connected)
mendorong lembaga
pada PLTS.
keuangan
dan perbankanmenciptakan
inovasi kredituntuk
mendorong pemanfaatan
sistem PLTS.
Membuat Standard Nasional Mendorong pengemb Menerapkan kewajiba
Indonesia untuk semua
angan infrastruktur,
n sertifikasi bagi
porto folio
diarahkanpada pencapaian
terbarukan
energyterbarukan bagi
gi sebesar
pembangkitan.
Mendorong keluarnya
kebijakan-kebijakan baik di
n kebijakan-kebijakan n kebijakan-kebijakan
maupun
kepada pemerintah
inovasi system
untuk mendorong
finansial untuk
dikeluarkannya
mendukung perluasan
ngan
Bersama-sama pemerintah
PLTS.
Mendorong pengguna Memproduksikompon
Indonesia untuk
produk-produk
bersertifikat.
1.1.
Geografis
Dilihat secara geografis posisi Indonesia terletak antara 60LU sampai 110LS dan 950BT sampai
1410BB, antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, antara Benua Asia dan Benua Australia,
dan antara pertemuan dua rangkaian pegunungan, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.
Posisi letak geografis yang demikian menempatkan Indonesia berada pada posisi silang yang
strategis dibawah garis khatulistiwa dan berada di daerah yang beriklim tropis yang panasnya
merata sepanjang tahun, sehingga semua wilayah dapat menerima energi panas dari sinar
Matahari yang melimpah hampir sepanjang hari.
Berdasarkan data kekuatan radiasi sinar matahari yang sampai di Bumi, yang berasal dari 18
lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai
berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat
Indonesia (KBI) sekitar 4,5kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan
Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan
demikian, potesi angin rata-rata Indonesia sekitar 4,8kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar
9%.
Untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah-daerah semacam ini, salah satu jenis energi yang
cocok dan potensial untuk dikembangkan adalah pemanfaatanenergi surya.
Indonesia dengan negara kepulauan yang mempunyai kondisi geografi yangsangat beragam. Den
gan kondisi yang bersifat alami ini menyebabkan terjadinya kesenjangan yang
beragam, baik dalam sarana, prasarana, sumberdaya manusia maupun dalam tingkat sosial ekono
mi. Dengan perbedaan kesenjangan tersebut, maka terdapat sebagian kondisi daerah yang
sudah maju dan terdapat kondisi daerah yang masihterbelakang.
Oleh sebab itu pembangunan di wilayah dengan kondisi daerah yang masihterbelakang perlu
adanya penyediaan energi yang cukup, hal ini bermanfaat untuk
mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah dan antara perkotaan dan perdesaan,dengan
demikian tingkat kesenjangannya dapat diperbaiki
dan pada akhirnya dapatmeningkatkan pemerataan pembangunan.
Secara garis besar fokus permasalahan adalah kebutuhan energi listrik domestik semakin
meningkat dengan jumlah produksi terbatas, terutama kebutuhan energi baik itu untuk
masyarakat secara umum, industri skala kecil, menengah maupun besar. Dampak semua itu
menyebabkan eksploitasi sumberdaya alam yang tak terkendali sehingga menyebabkanefek
pemanasan global di bumi semakin meningkat.