Daftar Isi.................................................................................................................... 1
Bab III: STRUKTUR BANGUNAN TINGGI ................................................................ 2
3.5.
3.5.1.
3.5.2.
3.6.
3.7.
3.7.1.
3.7.2.
3.7.3.
3.7.4.
|1
3.5.
Setelah aspek perencanaan arsitektural yang meliputi penentuan luas lantai dasar
dan luas lantai berulang (luas lantai tipikal) diperiksa, serta telah diuji kesesuaiannya
dengan kebutuhan fungsional, batasan tata kota (KDB dan KLB), maka pertamatama bangunan tinggi perlu diuji stabilitasnya, terutama terhadap gempa bumi.
3.5.1. Stabilitas Bangunan
Salah satu syarat agar sebuah bangunan memenuhi syarat dan layak dipakai adalah
kestabilan struktur yang bagus. Kestabilan memiliki arti bangunan tidak akan runtuh
(collapse) jika mendapat pengaruh gaya-gaya dari luar.
Bangunan tinggi umumnya mempunyai bentuk dasar segiempat,segitiga, bujur
sangkar, bulat, elips, atau kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut.Bangunan tinggi
yang berbentuk prismatic dengan bentuk dasar empat persegi panjang apabila
menerima beban geser (beban gempa) akan terguling.
Stabilitas Bangunan khususnya terhadap beban gempa, dapat diperoleh dari:
|2
Membuat Podium
Diberi podium,sehingga memperbesar jarak titik berat masa bangunan dengan
titik guling.
|3
Membuat Basemen
|4
|5
Elemen struktur vertikal lebih dominan memikul gaya aksial dan oleh
karenanya di bedakan antara struktur yang menggunakan bahan beton
dengan yang menggunakan bahan baja. Perkiraan dimensi struktur yang
menggunakan bahan beton (beton bertulang) dapat digunakan dua
pendekatan, yaitu seluruh gaya aksial dipikul oleh beton dan gaya aksial
dipikul oleh beton dan tulangan saja. Beban yang diterima oleh elemen
struktur vertikal (kolom dan dinding geser) merupakan akumulasi dari bebanbeban lantai diatasnya. Semakin kebawah gaya aksialnya makin besar. Oleh
sebab itu, dimensinya pun semakin kebawah semakin besar. Selain portal
yang merupakan elemen struktur vertikal yang menahan beban aksial, dalam
struktur ini juga digunakan flat slab concrete.
Flat Slab Concrete
Flate Plate (pelat datar) adalah pelat beton pejal dengan tebal merata yang
mentransfer beban secara langsung ke kolom pendukung tanpa bantuan
balok (McCormac, 2003). Pelat ini memerlukan tinggi lantai terkecil untuk
memberikan persyaratan tinggi ruangan dan memberikan fleksibilitas terbaik
untuk susunan kolom dan partisi. Pelat ini juga memberikan sedikit
penghalang untuk pencahayaan dan ketahanan api yang tinggi karena hanya
ada sedikit sudut tajam dimana pengelupasan beton dapat terjadi. Pelat datar
mungkin merupakan sistem pelat yang paling umum dipakai saat ini untuk
konstruksi hotel beton bertulang bertingkat banyak. Pelat datar kemungkinan
memunculkan masalah dalam transfer geser disekeliling kolom. Di daerah
ini dapat terjadi keruntuhan pons karena besarnya tegangan geser yang
terjadi. Seluruh gaya reaksi pada kolom, misalnya harus didistribusikan dalam
bentuk gaya geser ke daerah pelat di sekitar pertemuan pelat dan kolom.
Daerah pada pelat yang menahan gaya geser eksternal dapat diperoleh
dengan meninjau garis keruntuhan geser potensial. Pola retak yang terjadi
disebabkan oleh tarik diagonal yang diasosiasikan dengan tegangan geser
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
|6
yang terjadi. Dengan demikian, daerah pada pelat yang dapat memberikan
tahanan terhadap keruntuhan pons adalah permukaan retak. Permukaan ini
sangat tergantung pada tebal pelat dan keliling kolom.
Cara lain adalah dengan menggunakan drop panel yaitu memberi penebalan
pelat disekeliling kolom. Alternatif lain, luas geser pelat diperbesar dengan
memperbesar ukuran pelat. Hal ini juga dapat dilakukan secara lokal dengan
menggunakan kepala kolom (column capitals). Semakin besar kepala kolom,
akan semakin besar pula luas geser pelat. Kepala kolom dapat mempunyai
bentuk. Akan tetapi, karena keruntuhan geser diagonal dapat menyebabkan
material dibawah garis 45 tidak aktif, maka kepala kolom sering kali dibuat
berbentuk miring.
Beban yang diterima oleh elemen struktur vertikal (kolom dan dinding geser)
merupakan akumulasi dari beban-beban lantai di atasnya.; jadi, makin ke
bawah gaya aksianya makin besar. Oleh sebab itu dimensinyan pun makin ke
bawah gaya aksialnya makin besar.
Agar supaya dimensi kolom/dinding geser relatif sama dengan dimensi yang
ada di atasnya, maka dapat dilakukan beberapa upaya, di antaranya:
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
|7
|8
3.6.
Ketentuan yang perlu diperhatikan pula pada bangunan tinggi adalah perbandingan
antara tinggi bangunan dan lebar bangunan. Hal ini dimaksudkan agar bangunan
aman terhadap gaya lateral dan proposional. Di Amerika Serikat angka nisbah
bangunan tinggi ini dapat mencapai angka 9.
Pada gambar diatas menunjukkan sistem struktur untuk bangunan tinggi yang
menggunakan portal kaku (Rigid frame) hanya dapat memikul bangunan 20 lantai.
Jika bangunan ingin mencapai ketinggian sampai dengan 50 lantai, maka portal
harus di perkaku dengan dinding geser (Rigid Frame Shear Wall). Bangunan
dengan struktur beton hanya dapat digunakan untuk maksimal ketinggian 80 lantai.
Hal ini disebabkan oleh berat sendiri (Beban Mati) beton yang relatif besar.
|9
Bangunan tinggi yang menggunakan bahan struktur baja (baja komposit) dapat
digunakan sampai ketinggian 140 lantai.
Kesimpulan diatas bahwa bahan struktur baja lebih mampu untuk mendukung
bangunan yang lebih tinggi di bandingkan sistem yang sama pada struktur bahan
beton. Perlu diperhatikan bahwa baja perlu dilindungi terhadap bahaya kebakaran
dengan bahan bahan yang dapat meredam panas, seprti beton, beton ringan,
gypsum atau lapisan.
Tujuan Perncanaan Struktur
Sistem struktur pada bangunan tinggi dirancang dan dipersiapkan agar mampu:
Rigid-Frame
Truss/Braced-Frame
Infilled-Frame
Shear Wall Structure
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 10
3.7.
Dilatasi ini umumnya ditempatkan pada diskontinutas mendatar atau tegak pada
masa bangunan tersebut, di tempat dimana retak akan paling mungkin terjadi
(Gambar B). Dilatasi (Sambungan) ini juga di tempatkan pada slang 150 hingga 200
kaki (40 hingga 60 m) pada bangunan yang sangat panjang.
Dilatasi baik digunakan pada pertemuan antara bangunan yang rendah dengan yang
tinggi. Dilatasi baik digunakan untuk memisahkan bangunan induk dengan bangunan
sayap (annex). Dilatasi juga baik digunakan untuk bangunan yang memiliki
kelemahan secara geometris.
| 11
| 12
Dilatasi baik digunakan pada pertemuan antara bangunan yang rendah dengan yang
tinggi, antara bangunan induk dengan sayap, dan bagian bangunan lain yang
mempunyai kelemahan geometris.
| 13
| 14
Dalam penerapan system dilatasi perlu diperhatikan jaraknya. Jarak dilatasi harus
benar benar diperhitungkan. Dilatasi yang terlalu sempit apabila terkena
pergeseran akibat gaya vertical maupun horizontal akan timbul banyak masalah,
mulai dari dilatasi itu sendiri yang rusak, kebocoran yang sulit diperbaiki, sampai
kerusakan kerusakan di bagian lain akibat saling bertabrakannya blok bangunan
satu dengan yang lainnya.
Dalam penerapan system dilatasi perlu diperhatikan jaraknya. Jarak dilatasi harus
benar benar diperhitungkan. Dilatasi yang terlalu sempit apabila terkena
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 15
pergeseran akibat gaya vertical maupun horizontal akan timbul banyak masalah,
mulai dari dilatasi itu sendiri yang rusak, kebocoran yang sulit diperbaiki, sampai
kerusakan kerusakan di bagian lain akibat saling bertabrakannya blok bangunan
satu dengan yang lainnya.
Gambar sketsa bangunan diatas merupakan salah satu contoh bangunan yang
harus memakai system dilatasi. Bangunan tersebut berada di daerah sekitar danau
yang memiliki kondisi tanah kurang baik. Memilki kemungkinan yang besar tanah itu
mengalami pergerakan.
Selain itu bangunan disekitar danau tersebut termasuk bangunan tinggi, yang
memiliki tinggi bangunan yang berbeda beda. Untuk menahan gaya vertical dan
gaya horizontal yang timbul perlu dibuat system dilatasi.
Sistem dilatasi digunakan pada pertemuan antar bangunan yang memiliki tinggi yang
berbeda. Hal ini dikarenakan beban gaya yang diterima bangunan berbeda beda
antara bangunan yang tinggi dengan bangunan yang lebih rendah. Bangunan di atas
bisa menggunakan system dilatasi kolom, kantilever, gerber, maupun konsol. Tetapi
biasanya system dilatasi yang sering digunakan adalah system dilatasi kolom.
Sistem ini digunakan untuk bangunan bangunan yang panjang. Sistem ini juga
mempunyai kelebihan yaitu mampu menahan gaya horizontal yang timbul ( gempa
bumi ). Selain itu juga relative aman, dan apabila ada kerusakan kerusakan tidak
terlalu vatal.
| 16
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Juwana, Jimmy S., 2005, Sistem Bangunan Tinggi. Ciracas, Jakarta; Erlangga
Web:
http://documents.tips/documents/sistem-struktur-bangunan-tinggi03.html
http://eprints.undip.ac.id/34394/6/2143_chapter_II.pdf
http://muchlisryanbekti.blogspot.sg/2012/04/sistem-dilatasi-bangunan.html
| 17