Morfologi virus
Virus merupakan suatu organisme yang terdiri
dari suatu inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan
protein.
Virus
Virus
DNA
Virus besar
Virus
RNA
Virus kecil
Siklus Multiplikasi
Virus ada 10 fase :
1. Penyerapan pada permukaan sel (adsorption)
2. Penetrasi kedalam sel ( Penetration )
3. Pengepasan molekul asam nucleat (Uncoating)
4. Transkripsi mRNA virus(Early translation)
5. Sintesis protein yang menekan sintesis molekul sel hospes
6. Sintesis enzim yang dibutuhkan untuk replikasi virus
7. Replikasi asam nucleat virus
8. Sintesis protein virus (Late translation )
9. Perakitan virion baru ( Maturation )
10. Pelepasan virion keluar hospes untuk menyerang sel
hospes yang baru (Release )
Tahap I
Proses
infeksi
virus
Tahap II
Tahap III
Tahap I
Tahap II
Tahap III
INTERFERON
(IFN)
I
N
T
E
R
F
E
R
O
N
Mekanisme
kerja IFN
Uncoating
Penetrasi
Sintesis protein
tahap awal
Analog purin/pirimidin;
Reverse transcriptase
inhibitor
Sintesis asam
nukleat
Adsorpsi virus
Sel mamalia
Dihambat oleh
neuroamidase
(influenza )
Perakitan
Dihambat oleh
metimazol ( variola );
protease ihibitor
Penglepasan virus
Dihambat oleh
rifampin ( Vaccinia )
OBAT ANTIVIRUS
Antinonretrovirus
Antiretrovirus
Protease Inhibitor ( PI )
Antivirus
Anti-nonretrovirus
Antivirus
untuk
herpes
Antivirus
untuk
influenza
Anti - retrovirus
Antivirus
untuk
HBV&HCV
NRTI
NtRTI
Zidovudin
Didanosin
Asiklovir
Gansiklovir
Foskamet
Amantadin
Oseltamivir
PI
Nevirapin
Efavirenz
Lamivudin
Interferon
NNRTI
Tenofovir
Sakuinavir
Ritonavir
Viral entry
inhibitor
Enfuvirtid
Bisiklam
OBAT ANTI
NONRETROVIRUS
ANTIVIRUS UNTUK HERPES
Analog nucleotida
Hambatan terhadap
DNA polimerase virus
Asiklovir dimetabolisme oleh enzim kinase virus menjadi intermediat. Senyawa intermediat asiklovir
( dan obat-obat seperti idoksuridin, sitarabin, vidarabin, dan zidovudin )dimetabolisme lebih lanjut oleh
enzim kinase sel hospes menjadi analog nucleotida, yang bekerja menghambat replikasi virus.
Asiklovir
Mekanisme kerja :
Asiklovir adalah suatu prodrug yang baru memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme
menjadi asiklovir trifosfat. Asiklovir bekerja pada DNA polimerase virus, seperti DNA
polimerase virus herpes. Sebelum dapat menghambat sintesis DNA virus, asiklovir harus
mengalamai fosforilasi, dalam tiga tahap untuk menjadi bentuk trifosfat. Fosforilasi pertama
dikatalisis oleh timidin kinase virus, proses selanjutnya berlangsung dalam sel yang terinfeksi
virus
Indikasi :
Infeksi HSV-1 ( Herpes Simplexs Virus - 1 ) dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik ( termasuk keratitis
herpetik, herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan herpes labialis dan infeksi VZV
( Varicella dan herpes Zoster Virus ). Karena kepekaan asiklovir terhadap VZV kurang dibandingkan
dengan HSV, dosis yang diperlukan untuk terapi kasus varicella dan zoster jauh lebih tinggi daripada
terapi infeksi HSV.
Dosis :
Untuk herpes genital 5 kali sehari 200 mg bentuk tablet, sedangkan untuk herpes zoster 4 kali sehari 400
mg dalam bentuk tablet. Pengobatan topikal untuk keratitis herpetik dalam bentuk krim ophthalmic 3%
dan krim 5% untuk herpes labialis, untuk herpes ensefalitis , HSV berat lainnya dan infeksi VZV
digunakan asiklovir intravena 30 mg/kg BB per hari
Efek samping :
Asiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal dalam pembawa polietilen
glikol dapat menyebabkan iritasi mukosa dan rasa terbakar yang sifatnya sementara jika dipakai pada
luka genitalia. Asiklovir oral, walaupun jarang, dapat menyebabkan mual, diare, ruam atau sakit kepala ,
dan sangat jarang dapat menyebabkan insufisiensi renal dan neurotoksisitas.
Antiretrovirus
Nucleotide Reverse Transcriptase
Inhibitor (NtRTI )
* Tenofovir Disoproksil
Antiretrovirus
Non-Nucleoside Reverse
Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
* Nevirapin
* Delavirdin
*Efavirenz
Antiretrovirus
Protease Inhibitor ( P I )
* Sakuinavir
* Ritonavir
* Indinavir
* Nelfinavir
* Amprenavir
* Lopinavir
* Atazanavir
Antiretrovirus
Viral Entry Inhibitor
* Enfuvirtid
ANTIRETROVIRUS :
* Nucleoside Reverse Transcriptase inhibitor ( NRTI )
Reverse Transcriptase ( RT ) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum bergabung
dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal replikasi HIV,
obat-obat ini menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada
sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja , semua obat golongan NRTI harus mengalami
fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma. Karena NRTI tidak memiliki gugus 3-hidroksil,
inkorporasi NRTI ke DNA akan menghentikan perpanjangan rantai. Walaupun golongan obat ini
dapat digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi 2 macam obat, namun lebih berguna jika
NRTI merupakan komponen dari regimen 3 atau 4 macam obat. Yang termasuk komplikasi yang
disebabkan oleh obat-obat dari golongan ini adalah asidosis laktat dan hepatomegali berat steatosis
* Zidovudin
Mekanisme kerja :Target zidovudin adalah enzim reverse transcriptyase ( RT)HIV , zidovudin
bekerja dengan menghambat enzim reverse transcriptase virus, setelah gugus azidotimidin ( AZT )
pada zidovudin
Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti-HIV lainnya
Dosis : Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dansirup 5mg/5ml, dosis per
oral 600 mg per hari.
Efek samping : anemia, neutropenia, sakit kepala dan mual.
* Didanosin
* Zalsitabin
* Stavudin
* Lamivudin
* Emtrisitabin
* Abakavir
ANTIRETROVIRUS
* NUCLEOTIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NtRTI ) : Tenofovir disoproksil fumarat
merupakan nucleotide reverse transcriptase inhibitor ( NtRTI ) pertama yang ada untuk
terapi infeksi HIV-1. Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan obat anti-retrovirus
lainnya. Tidak seperti NRTI yang harus melalui 3 tahap fosforilase intraselular untuk menjadi
bentuk aktif, NtRTI hanya membutuhkan 2 tahap fosforilasi. Diharapkan dengan
berkurangnya 1 tahap fosforilasi, obat dapat bekerja lebih cepat dan konversinya menjadi
bentuk aktif lebih sempurna.
* Tenofovir Disoproksil
Mekanisme kerja : Bekerja pada HIV RT dan HBV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
Resistensi. Resistensi terhadap tenofovir disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 65
Spektrum aktivitas : HIV tipe 1 dan 2 serta berbagai retrovirus lainnya dan HVB
* Indikasi : Infeksi HIV dalam kombinasi dengan efavirenz, tidak boleh dikombinasi dengan Lamivudin
dan Abakavir
*
*
* Ribavirin
Mekanisme kerja :
- Analog guanosine yang difosforilasi secara intrasel oleh enzim sel inang
- Ribavirin mengganggu sintesis dari guanosine triphosphate untuk me
nghambat penutupan(capping)messenger RNA virus, dan untuk meng
hambat polimerasi RNA yang bergantung pada RNA virus.
Virus Lekemia
*.Pertengahan tahun 2005 ada berita heboh di koran tentang Flu Burung(Avian Influenza )yang dapat menye
rang manusia dan dapat menyebabkan kematian.
*.Sumber penyakit berasal dari burung unggas yang terserang AI(Avian Influenza) dan ternyata mampu juga
menyerang manusia.
*. Penyakit ini sudah dikenal semenjak 100 tahun yang lalu
*.mulai mewabah pada awal th 2003, kehebohan pada masyarakat tentang flu burung ini oleh karena
orang takut tertular dan dapat menyebabkan kematian.
*. Dampak lain terhadap masyarakat bagi pedagang pasar hewan oleh karena masyarakat takut makan da
ging golongan unggas baik daging maupun telurnya seperti daging burung dara, daging ayam, daging bebk
dan daging babi.
*. Dan sekarang tidak hanya menyerang unggas tapi dapat menyerang hewan ternak lainnya seperti babi dan
manusia.
*. Tetapi belum diketahui dengan jelas tentang penularan flu burung dari manusia ke manusia.
*. Flu burung sebenarnya telah diketahui sebagai penyakit menular sejak 7 tahun yang lalu.
1
12
40
4
Indonesia
Thailand
Vietnam
Cambodia
Subtipe
H5NI
H9N2
H5NI
H9N2
H7N7
Kasus
18
2
2
1
83
H5NI
H5NI
H5NI
H5NI
1
17
90
4
ETIOLOGI
*. Virus avian tipe A subtipe H5 dan H7 keluarga Orthomyxovidae
*. Berdasarkan virus ini mempunyai 2 jenis virus avian :
1. HPAI (Hight Pathogenic Avian Influenza)
- Sangat ganas
- Sangat kontagius
- Angka kematian tinggi
2. LPAI ) Low Pathogenic Avian Influenza)
- Kurang ganas
- Angka kematian rendah
- Penurunan produksi telur
DIAGNOSIS LABORATORIUM
Identifikasi agen penyebab
- Inokulasi embryo ayam umur 9-11 hari yang diikuti dengan uji :
. Haemaglutinasi
. Immunodiffusion test sebagai konfirmasi adanya virus influenza A
. Subtipe ditentukan dengan monospesific antisera
. Evaluasi virulensi dengan cara mengevaluasi intravenous pathogenicity index(IVPI)
. Uji serologi
- Haemaglutinasi (HA) dan haemagglutantion inhibition ( HI )
- Agar gel immunodiffusion (AGID )
VIRUS INFLUENZA TIPE A, B, C
Genome
Subtipe
Hospes
Frekwensi
Morbiditas
VIRUS INFLUENZA
A
B
5 gen
8 gen
10 pr0tein
10 protein
15 HA
1 HA
9 NA
1 NA
banyak/beragam
manusia
epidemik
epidemik
berat
sedang
C
7 gen
9 protein
1 HEF
manusia(?)
endemik
ringan
PENCEGAHAN
*. Orang yang terpajanH5N1/resiko tinggi diberi Oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 1 minggu
*. Vaksinasi bila telah tersedia yitu untuk orang orang berisiko tinggi mudah terkena H5N1
*. Orang yang terduga terkena infeksi dengan H5N1 (orang bertugas memisahkan unggas yang sa
kit/memusnahkan unggas yang sakit )
*. Orang yang hidup dan bekerja dipeternakan unggas yang dilaporkan diduga terdapat virus
H5N1
*. Tenaga kesehatan yang menangani kasus H5N1 pada manusia baik di rumah sakit maupun di da
erah yang terkena wabah flu burung