Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai banyak
kekayaan alam yang melimpah baik yang dapat diperbaharui (renewable resources)
maupun yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources). Kekayaan
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti sumberdaya mineral,
batubara,

dan

sumberdaya

lainnya

memberikan

kontribusi

penting

bagi

perekonomian Indonesia, terutama bagi daerah-daerah yang secara geologi wilayah


memiliki komoditi mineral yang melimpah seperti tembaga, emas, perak, batubara,
timah, nikel.
Study kelayakan merupakan salah satu tahapan yang sangat penting dalan
usaha

pertambangan. Studi

kelayakan

tambang

merupakan

kegiatan

untuk

menghitung dan mempertimbangkan suatu endapan bahan galian tambang yang


menguntungkan

Sebelum

kegiatan

perencanaan

dan

perancangan

tambang

diperlukan kegiatan study kelayakan yang menyajikan beberapan informasi Studi


kelayakan bukan hanya mengkaji secara teknis, atau membuat prediksi proyeksi
ekonomis,

juga

mengkaji

aspek

nonteknis

lainnya,

seperti

kandungan

mineral

yang

aspek

sosial,

budaya,hukum, dan lingkungan.


Berdasarkan

hasil

analisa

telah

dilakukan

menunjukkan kualitas mineral yang dapat dikembangkan ketahapan selanjutnya


yaitu Penambangan (Eksploitasi).Dalam rangka peningkatan kegiatan operasi
produksi penambangan nikel PT. Sinar Tbk, maka disusunlah Studi Kelayakan
mengenai keekonomian proyek tersebut sebagai tindak lanjut dari kegiatan
eksplorasi yang telah dilakukan maupun yang sedang berjalan saat ini .
Studi kelayakan ini akan menjadi alat pengambilan keputusan, apakah
cadangan tersebut dapat dinyatakan layak (go mining) atau tidak layak (no go
mining).

Penambangan

dan

pemanfaatan

bahan

galian

nikel

memerlukan

perencanaan pertambangan yang matang baik dari segi pertimbangan teknis,


pertimbangan ekonomis, dan pertimbangan lingkungan, mengingat sifat dari bahan
tambang yang tidak dapat diperbaharui serta keberadaannya sangat dikontrol oleh
kondisi geologi yang tidak mengenal batas administrasi dan pengusahaannya harus
dilakukan di tempat dimana bahan tambang tersebut ditemukan. Luas wilayah
ekplorasi sebesar 1000 Ha, yang akan ditingkatkan ke tahap operasi produksi
sebesar 650 Ha.
Di latarbelakangi oleh pemikiran tersebut di atas, maka PT. Sinar Tbk
melakukan evaluasi untuk mengembangkan potensi bahan galian Nikel di daerah

1
PT.Sinar Tbk.

Kolaka sebagai bahan baku dalam industry. Untuk mendukung usaha tersebut maka
perlu dilakukan suatu kajian studi kelayakan penambangan bahan galian Nikel di
daerah penelitian. Hasilnya diharapkan dapat memberikan penilaian kelayakan
penambangan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Studi kelayakan penambangan endapan bahan galian Nikel di Daerah kolaka
maksudkan untuk mengetahui nilai ekonomis potensi nikel di Daerah Kolaka dan
sekitarnya, teknik penambangan, tahapan penambangan, tahapan pekerjaan,
peralatan tambang dan sarana penunjang serta evaluasi kegiatan terhadap
lingkungan.
Sedangkan tujuannya adalah

untuk mengetahui kelayakan penambangan

bahan galian nikel di daerah kolaka dan sekitarnya. Proyeksi penggunaannya


sebagai bahan baku industry metalurgi dan idustri kimia. Diharapkan pula sebagai
bahan pertimbangan untuk mendapatkan Izin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi bahan galian Nikel.

1.3 Ruang Lingkup dan metode studi


Ruang Lingkup dan Metode Studi Kelayakan meliputi

a. Studi umum daerah penambangan.


Meliputi administrative, geografi, kesampaian daerah dan keadaan
lingkungan. Studi dilakukan dengan metode studi pustaka dan metode
pengamatan langsung di lapangan.
b. Studi geologi dan keadaan umum bahan galian Nikel.
Meliputi Geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, penyebaran batuan,
mineralisasi, sifat dan kualitas batuan pembawa nikel dan cadangan.
Perhitungan

dilakukan

dengan

metode

blok

sesuai

dengan

luas

penyebaran, penampang terukur dan parameter geologi.


c. Studi rencana penambangan dan pengembangan infrastruktur. Mencakup
metode atau system penambangan, rencana produksi, peralatan yang
digunakan, umur tambang, dan rencana pemanfaatan nikel. Metode
penambangan yang disarankan adalah penambangan terbuka (open pit

d.

mining).
Studi pengangkutan dan penimbunan, terdiri dari tatacara dan peralatan

yang digunakan.
e. Evaluasi bencana geologi penambangan dan dampak lingkungan serta
keselamatan

kerja

yang

mencakup

pencegahan

bencana

geologi

penambangan, kelestarian lingkungan, sanitasi proyek, revegetasi lahan


bekas tambang, keselamatan dan kesehatan kerja (K-3).

2
PT.Sinar Tbk.

f.

Studi ketenagakerjaan terdiri dari bagan organisasi, jumlah dan criteria

tenaga kerja, tingkat gaji dan system kerja.


g. Studi pemasaran terdiri dari bagan organisasi dan prospek pemasaran.
h. Studi investasi dan analisis kelayakan terdiri dari investasi (modal kerja
dan sumber dana), analisis kelayakan (biaya produksi, pendapatan
penjualan, Cash Flow, perhitungan Discounted Cash Flow Rate of Return.
Perhitungan Break Event Point, waktu pengembalian modal).

1.4 Pelaksanaan Studi


Pelaksana kegiatan studi kelayakan penambangan endapan bahan galian
Nikel di daerah penelitian adalah personil tim studi kelayakan PT. Sinar Tbk, Adapun
tim terebut terdiri dari orang geologi, orang ahli tambang, orang ahli lingkungan,
orang ahli ekonomi, dibantu oleh orang surveyor dan orang operator computer.

1.5 Jadwal Waktu Studi


Studi kelayakan penambangan bahan galian nikel di daerah penelitian
dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :

Tahap

terdahulu/sebelumnya dan mempersiapkan akomodasi penelitian.


Tahap pekerjaan lapangan, yaitu kegiatan konsultasi dengan

persiapan,

yaitu

mempelajari

hasil

penelitian

pemerintah Daerah dan masyarakat setempat serta pengumpulan

data-data lingkungan.
Tahap analasis yaitu analisa data teknik, data ekonomi dan data

lingkungan.
Tahap penyusunan laporan, yang dilakukan dikantor yaitu pembuatan
draft laporan, komputerisasi, penggandaan dan penjilidan laporan.

Kegiatan

o
1

Tahapan Persiapan

Tahapan Pekerjaan Lapangan

Tahap Analisis

Tahapan Penyusunan Laporan

Bulan ke1

3
PT.Sinar Tbk.

Bab II
KEADAAN UMUM
2.1 Lokasi dan Luas Wilayah Penyelidikan
PT. Sinar Tbk. Sulawesi Tenggara, secara administratif termasuk pada
wilayah Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara
astronomis daerah Kolaka berada pada 40- 430 Lintang Selatan dan 121 30
12200 Bujur Timur (lihat Gambar 1).

Gambar 1 Peta Lokasi PT.Sinar.Tbk.


PT. Sinar Tbk. Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara
berbatasan dengan :
a.
b.
c.
d.

Disebelah
Disebelah
Disebelah
Disebelah

Utara berbatasan dengan Sungai Huko-Huko


Timur berbatasan dengan Perbukitan Maniang
Selatan berbatasan dengan Sungai Oko-Oko
Barat berbatasan dengan Teluk Mekongga

Daerah Kuasa Pertambangan PT Sinar

Tbk. Pomalaa meliputi area seluas

kurang lebih 1000 Ha, yang terletak antara 7 036 sampai 8 17 Lintang Selatan
dan 112 30 sampai 112 38 bujur Timur. Penambangan bijih nikel dilakukan
secara serentak di dalam wilayah KP Eksploitasi dengan membagi tiga daerah
tambang yaitu Tambang Utara untuk wilayah KP Eksploitasi KW98PP0214, Tambang
Tengah untuk wilayah KP Eksploitasi KW98PP0216 dan Tambang Selatan untuk
wilayah KP Eksploitasi KW98PP0213 dan KW98PP0215
2.2.Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat

4
PT.Sinar Tbk.

Lokasi PT. Sinar Tbk. Pomalaa bertempat di dekat berbatasan dengan


Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Utara Sulawesi Tenggara dimana dapat dicapai
dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat ke Kolaka dari
Kendari. Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara adalah Kota Kendari berjarak 165 km
dari Kolaka, sedangkan Pomalaa terletak disebelah Selatan kota Kolaka dengan
jarak 29 km. Atau dapat juga ditempuh dari Makasar, Sulawesi Selatan dimana
harus melewati Teluk Bone di penyeberangan Bajoe berjarak

178 km dari

Makasar. Lokasi PT Sinar Tbk. Pomalaa juga dapat ditempuh dengan menggunakan
pesawat udara, dari Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar menuju Bandar
Udara Pomalaa. Atau dari Bandar Udara Wolter Monginsidi Kendari menuju Bandar
Udara Pomalaa.
2.3 keadaan lingkungan
2.3.1 Penduduk
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka, jumlah penduduk
Kabupaten Kolaka pada tahun 2013 tercatat sebanyak 223.381 jiwa yang terdiri dari
114.023 penduduk laki-laki (51,04 %) dan 109.358 penduduk perempuan (48,96%)
yang tersebar di 12 kecamatan dengan kepadatan penduduk rata-rata 68,41
jiwa/km2. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Kolaka adalah 104, artinya
bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki.
Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Kolaka
Tahun 2009-2013
TAHU
N

JUMLAH
PENDUDUK (JIWA)

JUMLAH (JIWA)
L

KEPADATAN
(JIWA/KM2)

RASIO
JENIS
KELAMIN

2009

287.246

146.448

140.758

41

104

2010

315.232

161.914

153.318

45

106

2011

321.506

165.137

156.369

46

106

2012

329.343

169.161

160.182

47

106

2013

228.602

116.69
0

111.91
2

69

104

Sumber : BPS, 2014


Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka dari tahun 2009-2012 terus mengalami
peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata selama tiga tahun terakhir mencapai
2,3 %. Sedangkan pada tahun 2013 terjadi penurunan jumlah penduduk yang

5
PT.Sinar Tbk.

disebabkan oleh terbentuknya daerah otonomi baru Kabupaten Kolaka Timur.


Kepadatan penduduk di Kabupaten Kolaka cukup padat di banding dengan Kolaka
Utara dan Kolaka Timur yang merupakan wilayah pemekaran dari kabupaten Kolaka.
Rata-rata kepadatan penduduk 69 jiwa perkilometer. Artinya setiap satu kilometer
dihuni olkeh penduduk sebanyak 69 orang.
Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kabupaten KolakaTahun 2013

KECAMATAN

PENDUDUK

KEPADATAN
(JIWA/KM2)

JUMLAH

Iwoimendaa

3.846

3.839

7.685

27

Wolo

9.623

9.244

18.867

50

Samaturu

11.659

11.381

23.040

41

Latambaga

15.290

14.879

30.169

100

Kolaka

20.042

19.530

39.572

179

Wundulako

10.444

9.905

20.349

167

Baula

5.713

5.372

11.085

64

Pomalaa

15.733

15.138

30.871

91

Tanggetada

7.546

7.025

14.571

35

Polinggona

3.789

3.323

7.112

150

Watubangga

8.061

7.450

15.511

40

Toari

4.944

4.826

9.770

113

116.690

111.912

228.602

69

KOLAKA

Sumber : BPS, 2014

6
PT.Sinar Tbk.

Kecamatan Kolaka merupakan daerah yang paling banyak penduduknya


dibandingkan dengan kecamatan lainnya yakni sebanyak 39.572 jiwa, sedangkan
kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Polinggona
dengan jumlah penduduk 7.112 jiwa. Konsentrasi penduduk tertinggi terdapat di
Kecamatan Kolaka dengan tingkat kepadatan 179 jiwa/km2 dan wundulako yang
merupakan daerah perkotaan. Sementara tingkat kepadatan terendah di Kecamatan
Iwoimendaa dengan tingkat kepadatan 27 jiwa/km2.
2.3.2. Mata Pencaharian Penduduk
Masyarakat Kabupaten Kolaka sebagian besar mencari nafkah dan bekerja di
sektor pertanian dan perikanan. Sejak lama masyarakat telah mengembangkan
perkebunan kakao. Di Sulawei Tenggara, selain Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara dan
Kolaka Timur merupakan penghasil kakao. Sentra perkebunan kakao yang
diusahakan oleh masyarakat tersebar di Kecamatan Wolo, Samaturu, Latambaga,
Watubangga, Baula, Tanggetada dan Kecamatan Pomalaa.
Disamping kakao, cengkeh dan lada juga merupakan tanaman perkebunan
yang diusahakan oleh masyarakat. Budidaya cengkeh dikembangkan masyarakat
yang tinggal di Kecamatan Latambaga, Kolaka, Wolo, Samaturu, Tanggetada, Baula,
Wundulako, Pomalaa dan Kecamatan Watubangga. Sedangkan tanaman lada
banyak diusahakan oleh penduduk di Kecamatan Tanggetada, Wolo, Baula,
Samaturu, Wundulako, Latambaga, Watubangga, Polinggona, Pomalaa, dan Toari.
Hasil perkebunan masyarakat seperti kakao dan cengkeh umumnya dijual ke
luar daerah seperti di provinsi Sulawesi Selatan untuk keperluan industri.
Sementara hasil lada di jual jual untuk konsumsi lokal dan antar pulau atau antar
daerah. wilayah Kabupaten Kolaka yang strategis dengan fasilitas pelabuhan dan
dermaga

yang

besar

serta

jalan

transportasi

darat

yang

baik,

lancar

menghubungkan ke berbagai daerah.


Peternakan besar dan kecil banyak diusahakan masyarakat di Kecamatan
Watubangga,Wolo, Tanggetada, Toari dan Polinggona. Peternakan unggas banyak
diusahakan di Kecamatan Baula. Umumnya hasil peternakan digunakan untuk
memenuhi konsumsi lokal.
2.3.3. Flora dan Fauna

7
PT.Sinar Tbk.

Flora dan fauna yang terdapat di kawasan konservasi Provinsi Sulawesi


Tenggara memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Keanekaragaman hayati ini
tidak terlepas dari berbagai tipe ekosistem yang membentuk kawasan konservasi
tersebut. Berbagai tipe ekosistem tersebut diantaranya ekosistem perairan laut,
pesisir pantai dan daratan/terestrial. Berbagai flora dan fauna (dilindungi maupun
tidak dilindungi) yang dominan di kawasankonservasi Provinsi Sulawesi Tenggara
sebagai berikut :
1. Flora
a. Orchidaceae
1. Anggrek serat
Anggrek serat dalam bahasa lokal (Sulawesi) disebut sebagai anomi, anemi,
atau alemi. Sedangkan dalam bahasa latin, nama ilmiah anggrek serat semula
adalah

Dendrobium

utile

namun

kemudian

mengalami

revisi

menjadi

Diplocaulobium utile. Nama latin yang pertama, Dendrobium utile sekarang dipakai
sebagai sinonim.
2. Anggrek bulan
Anggrek

bulan

(Phalaenopsis

amabilis)

merupakan

jenis

anggrek

(Orchidaceae) yang mempunyai ciri khas kelopak bunga yang lebar dan berwarna
putih. Meskipun saat ini sudah banyak anggrek bulan hasil persilangan (anggrek
bulan hibrida) yang memiliki corak dan warna beragam jenis.
b. Nephentaceae yaitu Kantong semar
Di Sulawesi ini sedikitnya terdapat 9 spesies bunga kantong semar alami
yang lima di antaranya merupakan tanaman endemik pulau ini. Sedangkan empat
jenis lainnya, meskipun asli Sulawesi namun bisa ditemukan di pulau lainnya.
2. Fauna
a. Anoa (Bubalus depressicornis)
Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Anoa juga menjadi
fauna identitas provinsi Sulawesi Tenggara. Satwa langka dan dilindungi ini terdiri
atas dua spesies (jenis) yaitu: anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa
dataran rendah (Bubalus depressicornis). Kedua satwa ini tinggal dalam hutan yang
jarang dijamah manusia. Kedua spesies anoa tersebut hanya dapat ditemukan di
Sulawesi, Indonesia.

Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang

masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan
dagingnya.
b. Babi Rusa

8
PT.Sinar Tbk.

Babirusa yang dalam bahasa latin disebut sebagai Babyrousa babirussa


hanya bisa dijumpai di Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya seperti pulau Togian,
Sula, Buru, Malenge, dan Maluku. Sebagai hewan endemik, Babirusa tidak
ditemukan di tempat lainnya. Sayangnya satwa endemik ini mulai langka.
2.3.4. Iklim
Kolaka memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan.
Musim Kemarau terjadi antara Bulan Mei dan Oktober, dimana angin Timur yang
bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan
musim kemarau. Sebaliknya Musim Hujan terjadi antara Bulan November dan
Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari Benua Asia dan Samudera Pasifik
banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Khusus pada Bulan April
arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini
dikenal sebagai musim pancaroba.
Curah

hujan

dipengaruhi

oleh

perbedaan

iklim,

orografi

dan

perputaran/pertemuan arus udara. Hal ini menimbulkan adanya perbedaan curah


hujan menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Di wilayah Kolaka, curah hujan
yang lebih dari 2.000 mm pertahun, meliputi wilayah sebelah Utara jalur Kolaka,
meliputi Kecamatan Kolaka, Latambaga, Wolo, Samaturu, Mowewe, Uluiwoi, dan
Tinondo. Sementara itu, curah hujan kurang dari 2.000 mm pertahun meliputi
wilayah selatan dan timur, yaitu Watubangga, Toari, Polinggona, Tanggetada,
Pomalaa, Baula, Wundulako, Ladongi, Lambandia, Poli-Polia, Lalolae, Loea, dan
Tirawuta.
Tinggi rendahnya suhu udara dipengaruhi oleh letak geografis wilayah dan
ketinggian dari permukaan laut. Wilayah Kolaka pada umumnya berada pada
ketinggian kurang dari 1.000 meter, sehingga beriklim tropis. Pada tahun 2012,
suhu udara maksimum ratarata berkisar antara 28,8 C 33,9 C, dan suhu
minimum rata-rata berkisar antara 23,8 C 25,0 C.

2.3.5. Sosial Ekonomi

Letak Kabupaten Kolaka yang berada di pesisir pantai membentang di


sepanjang Teluk Bone menyebabkan sebagian masyarakatnya bekerja sebagai
nelayan. Di kecamatan-kecamatan seperti Watubangga, Tanggetada, Pomalaa,
Wundulako, Kolaka, Latambaga, Wolo, Samaturu dan Toari banyak masyarakat yang
bekerja sebagai nelayan tangkap. Hasil tangkapannya, selain untuk konsumsi lokal,
juga biasanya untuk di kirim ke kabupaten

sekitarnya seperti Kolaka Timur dan

9
PT.Sinar Tbk.

Kolaka Utara atau ke Sulawesi Selatan. Untuk keperluan industri perikanan,


pemerintah

menyediakan

kawasan

pengolahan

ikan

di

kelurahan

Mangolo

Kecamatan Latambaga.
Pengembangan wilayah dan sentra perekonomian secara signifikan belum
memberikan dampak yang positif bagi masyarakat, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya masyarakat yang hidup dalam kategori garis kemiskinan. Pada tahun
2013, saat Kabupaten Kolaka Timur belum berpisah dengan Kabupaten Kolaka,
jumlah penduduk yang hidup dalam garis kemiskinan sebesr 275.682 jiwa (BPS RI
dalam Kolaka dalam Angka, 2014). Hal itu menunjukkan jumlah penduduk yang
rentan terhadap kondisi miskin. Dari jumlah tersebut, 56.348 diantaranya adalah
penduduk miskin.
Tingkat

Kemiskinan

di

Kabupaten

Kolaka

termasuk

tinggi

apabila

dibandingkan dengan kabupaten/ kota lainnya di Sulawesi Tenggara. Kabupaten


Kolaka menempati urutan kedua setelah Kabupaten Kolaka Utara dengan jumlah
penduduk miskin

yang tinggi, yaitu 16,20% dari keseluruhan jumlah penduduk

kabupaten Kolaka (Kolaka dalam Angka, 2014. Namun dari data BPS Kabupaten
Kolaka, diketahui bahwa persentase penduduk miskin mengalamai peningkatan
pada tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya standar nilai pengeluaran
untuk makan dan non makanan perbulan (Poverty line). Berikut data garis
kemiskinan dan jumlah penduduk miskin Kabupaten Kolaka, dapat dicermati pada
tabel
Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Kolaka
Tahun 2009-2013
Tahun

Garis Kemiskinan

Penduduk Miskin

(Rupiah/Kapita/Bulan)

Jumlah

Persentase (%)

2009

228.060

64.150

22.46

2010

243.451

59.700

18.91

2011

258/963

56.887

17.69

2012

275.463

51.787

15.72

2013
275.682
56.348
Sumber: Kabupaten Kolaka dalam Angka (2014)

16.20

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
terjadi penurunan jumlah pendududk miskin. Dari tahun 2009-2010 penurunan
cukup signifikan sekitar 3,55%. Tahun-tahun selanjutnya penurunan berkisar 1,3%-

10
PT.Sinar Tbk.

1,9%. Peningkatan jumlah penduduk miskin relatif bertambah sedikit pada tahun
2013 sekitar 0,48.
Dalam rangka memetakan penduduk miskin di Kabupaten Kolaka maka
pemerintah

setempat

membuat

klasifikasi

keluarga

berdasarkan

kesejahteraannya. Tabel 4.3 menunjukkan jumlah keluarga

tingkat

berdasarkan tingkat

kesejahteraannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian keluarga pra sejahtera yaitu
keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs)
secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan
pendidikan
Jumlah Keluarga Berdasarkan Klasifikasi Kabupaten Kolaka di tiap Kecamatan

Kecamatan

Pra
Sejahter
a

Jumlah
Total

Keluarga Sejahtera
I

II

III

III+

Wundulako

120

1583

1535

821

44

4103

Kolaka

411

1096

3774

2290

730

8301

Pomalaa

502

1484

2686

1668

309

6649

Watubangga

52

646

2390

1023

41

4152

Wolo

278

620

3151

490

4539

Baula

338

818

1351

244

38

2789

Latambaga

448

1402

2438

1315

407

6010

Tanggetada

779

925

935

318

2957

Samaturu

220

813

3096

714

256

5099

Toari

291

523

885

600

35

2334

Polinggona

133

285

794

410

1624

Iwoimendaa

141

366

1012

268

1787

Jumlah

3713

10561

24047

10161

1862

50344

Sumber: Kabupaten Kolaka dalam Angka, 2014


2.3.6. Tata Guna Lahan

11
PT.Sinar Tbk.

Luas wilayah Kabupaten Kolaka mencapai 6.918,38 km2, penggunaan lahan


dalam jumlah yang terbesar adalah hutan negara yang luasnya mencapai 28,45%
dari total wilayah atau mencapai 517.775 Ha, dan perkebunan seluas 109.678,5 Ha
kemudian lahan sawah seluas 17.613 Ha pada tahun 2007. Penggunaan lahan lain
yang cukup signifikan adalah kebun/tegalan mencapai 26,53% (33.899 Ha) dari
6.918,38 km2. Penggunaan lahan terendah adalah kolam/empang yang hanya
sebesar 2.021 Ha (0,32%). Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Kolaka tahun
2007 adalah 17.613 Ha dan tahun 2008 menjadi 18.613 Ha. Dari keseluruhan luas
sawah tersebut, sawah tadah hujan seluas 1.587 Ha, sawah irigasi teknis seluas
15.551 Ha.sedangkan luasan sawah lainnya sebesar 13.110 Ha.
2.4. Topografi dan Morfologi
Wilayah Kolaka membentang mulai dari dataran rendah hingga dataran
tinggi. Kondisi Kemiringan tanah 0 sampai 2 persen merupakan tanah yang relatif
datar dengan jumlah luasan sebesar 102.493 Ha atau (9,94%) dari luas daratan;
kemiringan 2-15 persen merupakan tanah relatif bergelombang dengan jumlah
luasan 88.051 Ha atau (8,84%) dari luas daratan, 15 sampai 40 persen merupakan
tanah yang kemiringannya agak curam seluas 206.068 atau (19,99 %), lebih dari 40
persen tanahnya curam dan bergunung dengan jumlah luasan 634.388 atau
(61,23%) dari wilayah daratan. Wilayah daratan terluas berada pada 100 hingga
400 meter DPL, dan sebahagian merupakan dataran yang berada pada 400 hingga
1000 meter DPL. Terdapat sekitar 17 sungai besar yang mengalir di Kabupaten ini,
dengan jumlah sungai yang tersebar pada berbagai wilayah Kabupaten ini,
diantaranya : Sungai Wolulu, Sungai Oko-oko, Sungai Huko-huko, Sungai Baula,
Sungai Mekongga, Sungai Ladongi dan Aniwenda, Sungai Tokai, Sungai Loea dan
Simbune, Sungai

Balandete dan Kolaka, Sungai Manggolo, Sungai Wolo, Sungai

Tamboli, Sungai Mowewe dan Sungai Konaweha.

12
PT.Sinar Tbk.

BAB III
GEOLOGI

3.1. Genesa Endapan Bijih Nikel


Mineral nikel yang terdapat di daerah Pomalaa pada dasarnya adalah bijih
lateritis, yaitu hasil pelapukan batuan ultrabasa yang mengandung nikel. Bijih nikel
laterit merupakan hasil pelapukan (weathering) batuan ultrabasa peridotit yang
terdapat di atas permukaan bumi. Proses pelapukan terjadi karena pergantian
musim panas dan dingin yang silih berganti, sehingga batuan menjadi pecah-pecah
dan mengalami pelapukan. Ion-ion yang mempunyai berat jenis besar, termasuk
nikel, mengalami pengayaan di tempat. Sementara ion-ion yang mempunyai berat
jenis kecil dihanyutkan oleh air, angin atau media lain ke dataran yang lebih rendah.
Pada umumnya bijih nikel laterit mengandung unsur besi, kobalt dan khromium.
Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak
mengandung olivin, magnesium silikat dan besi silikat yang pada umumnya
mengandung 0,30% nikel. Batuan peridotit sangat mudah terpengaruh oleh
pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya CO2 berasal dari udara luar dan
tumbuhtumbuhan akan menghancurkan olivin. Penguraian olivin, magnesium, nikel
dan silika ke dalam larutan cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari
partikelpartikel silika yang submikroskopik. Di dalam larutan, besi akan bersenyawa
dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan
menghilangkan air dengan membentuk mineral-mineral seperti karat, yaitu geothit
FeO(OH), Hematit (Fe2O3) dan kobalt dalam jumlah kecil. Jadi besi oksida akan
mengendap dekat dengan permukaan tanah. Sedang magnesium, nikel silika
tertinggal di dalam larutan selama air masih asam. Tetapi jika dinetralisasi karena
adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut akan cenderung
mengendap sebagai hydrosilikat.

13
PT.Sinar Tbk.

Nikel mempunyai sifat kurang kelarutannya dibandingkan magnesium.


Perbandingan antara nikel dengan magnesium di dalam endapan lebih besar dari
pada larutan, karena ada sedikit magnesium yang terbawa oleh air tanah.
Kadangkadang olivin di dalam batuan diubah menjadi serpentin sebelum tersingkap
di permukaan. Serpentin terurai ke dalam komponen-komponennya bersama-sama
dengan terurainya olivin. Adanya erosi air tanah asam dan erosi di permukaan
bumi, akan menyerang nikel-nikel yang telah diendapkan. Zat-zat tersebut dibawa
ke tempat yang lebih dalam, selanjutnya diendapakan sehingga terjadi pengayaaan
pada bijih nikel. Kandungan nikel pada zat terendapkan akan semakin bertambah
banyak dan selama itu magnesium tersebar pada aliran air tanah. Dalam hal ini
proses pengayaan bersifat kumulatif.
Proses pengkayaan dimulai dari suatu batuan yang mengandung 0,25% nikel,
sehingga akan dihasilkan 1,50% bijih nikel. Keadaan ini merupakan suatu kadar
yang sudah dapat ditambang. Waktu yang diperlukan untuk proses pengayaan
tersebut mungkin dalam beberapa ribu atau bahkan berjuta-juta tahun. Bijih nikel
pada endapan laterit yang mempunyai kadar paling tinggi terdapat dengan dasar
zone pelapukan dan diendapkan pada retakan-retakan di bagian atas dari lapisan
dasar (bedrock). Perlu ditambahkan bahwa endapan nikel laterit terletak pada
lapisan bumi yang kaya akan besi. Pembagian yang sempurna dari besi dan nikel ke
dalam zone-zone yang berbeda, tidak pernah ada. Pengayaan besi dan nikel terjadi
melalui pemindahan magnesium dan silika
3.2. Geologi Umum
3.2.1. Morfologi Regional
Pulau Sulawesi, yang mempunyai luas sekitar 172.000 km2 (van Bemmelem,
1949), dikelilingi laut yang cukup dalam. Sebagian besar daratannya di bentuk oleh
pegunungan yang ketinggiannya mencapai 3.440 m (Gunung Latimojong). Pulau
Sulawesi berbentuk huruf K dengan empat lengan : Lengan Timur memanjang ke
timur laut-barat daya, Lengan Utara memanjang barat-timur dengan ujung baratnya
membelok ke arah utara-selatan, Lengan Tenggara memanjang Barat Laut-Tenggara
dan Lengan Selatan membujur Utara Selatan.
Ada lima satuan morfologi yang dapat dibedakan dari citra IFSAR di bagian
tengah dan ujung Selatan Lengan Tenggara Sulawesi, yakni satuan pegunungan,
pebukitan tinggi, pebukitan rendah, dataran rendah dan karst. Secara umum
morfologi regional untuk wilayah Toronipa termasuk dalam kategori morfologi
Perbukitan Rendah yang merupakan dataran alluvium yang luas, terdiri atas bukit
kecil dan rendah dengan morfologi yang bergelombang. Batuan utama penyusun
satuan ini adalah batuan sedimen klastika Mesozoikum dan Tersier.

14
PT.Sinar Tbk.

Satuan morfologi dataran rendah dijumpai dibagian tengah ujung selatan


Lengan Tenggara, merupakan dataran rendah. Batuan penyusunnya terdiri atas
batupasir kuarsa dan konglongmerat kuarsa Formasi Meluhu. Dalam dataran ini
mengalir sungai-sungai, pada saat musim hujan, air melimpah dan pada musim
kemarau air kering. Hal ini mungkin disebabkan batupasir dan konglongmerat
sebagai dasar sungai masih lepas, sehingga air dengan mudah merembes masuk ke
dalam tanah.

3.2.2. stratigrafi Regional


Berdasarkan litologi dan perkembangan tektonik sulawesi dan daerah
sekitarnya, dapat dibagi empat lajur geologi (sukamto, 1978 dan simanjurak, 1983):

a)
b)
c)
d)

Lajur vulkanik sulawesi barat


Lajur malihan sulawesi tenga
Lajur ofiolit sulawesi timur
Kepingan benua

a) Lajur Vulkanik Sulawesi Barat


Lajur vulkanik sulawesi barat menempati bagian barat sulawesi, mulai
lengan selatan, tengah, samapi dengan lengan utara, batuan yang menempati lajur
ini, didominasi oleh batuan gunung api, dan intrusi berumur paleogen- kuarter,
selebihnya batuan sedimen dan metamorf berumur metazoikum, tersier.

Lengan selatan

Tataan lengan selatan sampai dengan moisen awal, bagian barat dan
timurnya sangat berbeda, dan keduany dipisahkan oleh expresi walanae

Lengan barat lengan selatan sulawesi

Bagian

alas

sedimen

tersier

di

lengan

ini,

adalah

batuan

malihan

metazoikum, berdasarkan literatur, darman dan jidi (2000). Menggambarkan batuan


malihan ini, secara singkat. Batuan malihan tersingkap di dua tempat, yaitu
bantimala dan barru. Batuan alas ini terdiri atas batuan malihan, ulltamafik dan
sedimen batuan maliahnnya berupa amfibolit, ekologis, sekis mika, kuarsit, klorit,
feldspar dan filit grafit. Hasil pentarikan K/Ar batuan malihan bantimala menunjukan
angka 1 juta tahun lalu.

3.2.3. Struktur danTektonik Regional


Daerah ini tidak dpat dipisahkan dengan proses tektonik yang masih
berlangsung di daerah ini, dimana diperlihatkan oleh kondisi batuan yang berumur
pra tersier yang umunya telah mengalami, perlipatan dan perombakan tang cukup
kuat dan berulang-ulang.

15
PT.Sinar Tbk.

Struktur geologi yang dijumpai didaerah kolaka, meliputi lipatan, kekar, dan
sesar. Lipatan dapat dijumpai dibeberapa tempat dimana, batupasir masih
tersimgkap, namun sangat sulit umtuk menentukan arah sumbuh lipatannya karena
telah terombakan.
Kekar dijumpai hampir seluruh satuan batuan penyusun daerah ini, kecuali
alluvium dan batuan kelompok batuan molasa, yang tidak terkonsolidasi dengan
baik, sesar utama yang terjadi di daerah ini dapat dijumpai

3.3. Geologi Lokal


3.3.1. Morfologi Lokal
Topografi daerah Pomalaa merupakan bukit-bukit yang memenjang dari
Utara Timur sampai Barat Daya. Tiap daerah perbukitan terlihat adanya punggungpunggung utama yang kemudian bercabang menjadi dua daerah perbukitan.
Lembah-lembah diantara cabang inilah yang merupakan tempat pelayanan air pada
waktu musim hujan. Pada umumnya bentuk topografi daerah Pomalaa dapat dibagi
menjadi dua bagian yakni daerah rendah dan perbukitan dengan relief yang landai,
sedang dan terjal. Daerah yang terletak pada dataran rendah meliputi daerah
pantai, sebagian besar pemukiman penduduk berada pada ketinggian 2-100 meter
dari permukaan laut. Daerah perbukitan merupakan daerah penambangn dengan
ketinggian 100-250 meter diatas permukaan laut, antara bukit dan lereng yang
berbatasan dengan lembah yang cukup dalam. Akibat dari topografi yang landai
maka jumlah air yang meluncur lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif
3.3.2. Stratigrafi Lokal
Struktur geologi daerah penelitian merupakan jalur batuan beku ultra basa.
Jalur batuan beku ultrabasa di Sulawesi Tenggara mulai daerah Pomalaa. Jalur ini
terbagi 2 kelompok, kelompok pertama menyebar kearah timur, sedangkan
kelompok kedua menyebar kearah tenggara mulai Gunung Watumohae dan
Bombakau sampai ke Torobulu.
Menurut Hasanudin dkk (1992), secara regional satuan batuan di Lembar
Kolaka dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) Mandala, yaitu Mandala Geologi
Sulawesi Timur dan Mandala Geologi Sulawesi Timur dicirikan oleh gabungan
batuan ultramafik, mafik dan malihan, Sedangkan Mandala Geologi Banggai Sula
dicirikan oleh kelompok batuan sedimen malihan.
Menurut Simanjuntak dkk (1994), stratigrafi Lembar Kolaka juga dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) Mandala, Yaitu:

16
PT.Sinar Tbk.

1. Mandala Geologi Sulawesi Timur


Mandala geologi Sulawesi Timur disebut juga lajur ofiolit Sulawesi Timur,
tersusun oleh batuan ultramafik, mafik, malihan dan sedikit batuan sedimen
pelages, berturut-turut dari tua ke muda adalah sebagai berikut:
a. Kompleks Ultramafik
Satuan ini terdiri dari: harzburgit, dunit, serpentinit, gabro, mikrogabro,
basal, dolerite, dan setempat-setempat gabro malihan dan amfibiolit. Batuan
ultramafik ini diperkirakan batuan tertua dan menjadi alas di Mandala
Sulawesi Timur, diduga berumur Kapur Awal.
b. Formasi Pompangeo (Kompleks Pompangeo)
Formasi ini tersusun oleh berbagai jenis sekis, diantaranya sekis mika, sekis
klorit, sekis kuarsa-mika dan setempat geneis, hornfles dan ekologit.
Kompleks Pompangeo ini bersentuhan tektonik dengan batuan ultramafik
dan mafik (ofiolit Sulawesi Timur), umur satuan ini belum diketahui secara
pasti, tetapi diduga lebih tua dari Trias Awal-kapur Akhir.
c. Pualam
Satuan ini tersapat setempat-setempat dengan ketebalan dari beberapa
meter sampai puluhan meter. Kedudukannya melensa dan setempat menjari
dengan batuan asal sedimen di Formasi Pompangeo.
d. Formasi Matano
Formasi ini tersusun oleh kalsiluit dengan sisipan rijang dan batusabak,
satuan ini diperkirakan berumur Kapur Akhir. Formasi Matano dikelompokkan
menjadi Lajur Ofiolit Sulawesi Timur.
2. Mandala Tukang Besi-Buton
Mandala Tukang Besi-Buton terusun oleh formasi yang berturut-turut dari tua
ke muda, yaitu:
a. Kompleks Mekongga
Kompleks ini tersusun oleh sekis, geneis dan kuarsit, umumnya diperkirakan
berumur lebih tua dari Trias, bahkan mungkin Permo-karbon. Komleks ini
tertindih tak selaras oleh formasi Meluhu dan Formasi Laonti.
b. Formasi Meluhu
Formasi ini tersusun oleh filit, batusabak batupasir terubah, kursit, serpih,
dan batugamping malihan. Formasi Maluhu merupakan satuan tertua pada
Mandala Arjung Tukang Besi-Buton yang tersingkap disini dan menjadi alas
batuan tersier dengan Formasi Laonti hubungannya menjari.
c. Formasi Laonti
Tersusun oleh batugamping malihan, pualam dan filit. Kedudukan formasi
Laonti menjari dengan Formasi Maluhu dan menunjukan bahwa umurnya
Trias Atas.
Kedua mandala tersebut tertindih oleh kelompok Molasa Sulwesi, sedimen
klastik pasca Orogenesa Neogen. Kelompok tersebut dari tua ke muda:
a. Formasi Langolawa
Formasi ini tersusun oleh batupasir, serpih dan konglomerat. Formasi ini
tertindih secara tak selaras

oleh formasi Boepinang dan selaras dengan

17
PT.Sinar Tbk.

Formasi Eimoko. Umur Formasi Langolawa ialah Miosen Akhir atau Akhir
Miosen Tengah.
b. Fomasi Eimoko
Formasi ini tersusun oleh kalkerenit, batugamping korak, batupasir dan
napal. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang selaras diatas Formasi
Langkolawa dan menjari dengan Formasi Boepinang, umurnya diduga Miosen

c.

Akhir-Pliosen.
Formasi Boepinang
Formasi ini tersusun oleh batulempung pasiran, napal pasiran, dan batupasir,
umurnya berkisar antara Miosen Akhir-Pliosen. Formasi ini mempunyai
hubungan menjari dengan formasi Eimoko, menindih selaras dan setempat
tak selaras oleh Formasi Langkolawa, tertindih pula secara tak selaras oleh

Formasi Buara dan Formasi Alangga.


d. Formasi Alangga
Formasi ini tersusun oleh konglomerat dan batupasir. Formasi ini menindih
tak selaras Formasi eimoko dan Boepinang, Formasi ini berumur plitosen.
e. Formasi Buara
Formasi ini tersusun oleh terumbu koral, setempat terdapat konglomerat dan
batupasir yang belum padat. Formasi ini masih memperlihatkan hubungan yang
menerus dengan pertumbuhan terumbu pada pantai yang berumur Resen.
3.3.3. Struktur Geologi
Menurut Simanjuntak dkk (1994), struktur daerah Kolaka terdiri atas sesar,
lipatan, kekar. Secara umum sesar didaerah ini berarah tenggara barat laut dan
timur-barat, jenisnya berupa sesar sungkup, sesar geser mendatar dan sesar turun
yang diduga mulai terbentuk sejak Mesozoikum. Sesar kolaka merupakan sesar
utama didarah ini yang merupakan sesar geser kiri yang berarah barat lauttenggara dan diduga melanjut keutara dan bersambung dengan sesar Matano.
Kekar dijumpai hampir pada semua batuan Komplek Mafik dan Ultramafik.
3.4. Keadaan Endapan
3.4.1. Kualitas
Secara umum kualitas endapan nikel laterit dari atas kebawah pada daerah
Pomalaa yaitu:
1. Lapisan Pertama: Pada umumnya lapisan ini didominasi oleh humus dan bersifat
gembur kadang terdapat lempung silica yang mengandung kadar nikel yang
relatif rendah dan mengandung kadar besi 50%, berwarna coklat kemerahan,
dengan tebal lapisan 0-1 meter.
2. Lapiasan Kedua: merupakan tanah hasil pelapukan berwarnah kuning coklat
mengandung nikel 0,5%-1% dan besi 25%-50%, lunak dengan ketebalan lapisan
antara 1-5 meter. Kedua zona atas ini merupakan zona limonit.

18
PT.Sinar Tbk.

3. Lapisan Ketiga: Merupakan tanah yang sudah sangat lapuk, berwarna coklat
kekuningan sampai kehijauaan dengan banyak urat-urat garnerit dan krisopras,
memiliki kadar nikel 2% dan kadar besi 25% lapisan ini masih zona limonit.
4. Lapisan Keempat: yang terdiri dari batuan peridotit serpentinit yang agak lapuk
dengan sedikit urat garnerit dan krisopras. Batuan ini merupakan bijih keras
dengan kadar nikel 2%-3% dan kadar besi 15%-24% lapisan ini merupakan zona
saprolit.
5. Lapisan bawah merupakan batuan induk (Bed Rock) dari batuan peridotit
serpentinit yang belum lapuk.

3.4.2. Estimasi Sumber daya/Cadangan


3.4.3. Dasar Perhitungan
3.4.4. Jumlah Cadangan Layak Tambang

19
PT.Sinar Tbk.

BAB IV
RENCANA PENAMBANGAN

4.1. Sistem dan Metode Penambangan


Dari luas wilayah penambangan, kondisi topografi, dan kondisi geologi dari
cadangan pada daerah penambangan, maka sistem penambangan yang diterapkan
di daerah ini adalah metode open pit mining dengan tidak membagi daerah
penambangan,dalam hal ini hanya terdapat satu pit. Dengan metode penambangan
ini maka penimbunan overburden dapat direncanakan mengambil lokasi di luar area
pit
4.2 Infrastruktur
42.1 Akses Jalan
4.2.2 Penirisan Tambang (Drainase)
Penanganan air

merupakan kegiatan penting dalam pencapaian target

produksi. Pada lokasi penambangan. penanganan air tersebut diadakan beberapa


kolam pengendapan. Dengan Pembuatan setling pond, sump, saluran dan tanggul.
4.2.3 Pembangunan Stockyard Transito
4.3. Tahapan Kegiatan
4.3.1. Rencana Penambangan dan Blending
Dalam proses penambangan Nikel ada banyak proses yang perlu dilakukan.
dalam penambangan batubara juga tidak boleh ditinggalkan aspek lingkungan, agar
setelah penambangan selesai dilakukan, lingkungan dapat dikembalikan ke keadaan
yang baik.adapun rencana penambangan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap penambangan.
Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap
ini akan dibangun jalan tambang (acces road), stockpile.

20
PT.Sinar Tbk.

2. Pembersihan lahan (land clearing)


Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang
mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat yang biasa
digunakan

adalah buldozer

dan

dengan

menggunakan

bantuan

mesin

potong untuk menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm.
3. Pengupasan Tanah Pucuk (top soil)
Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan tanah
tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih asli,
sehingga tanah pucuk ini dapat diguanakan dan ditanami kembali untuk kegiatan
reklamasi.Tanah pucuk yang dikupas tersebut akan dipindahkan ke tempat
penyimpanan sementara atau langsung di pindahkan ke timbunan. Hal tersebut
bergantung pada perencanaan dari perusahaan.

4. Pengupasan Tanah Penutup (stripping overburden)


Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka
tanah penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila materialnya
merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan
peledakan (blasting) kemudian dilakukan kegiatan penggalian. Peledakan yang akan
dilakukan perlu dirancang sedemikian rupa hingga sesuai dengan produksi yang
diinginkan.

5. Penambangan
Untuk melakukan penambangan itu sendiri, terlebih dahulu dilakukan
kegiatan cleaning. Maksud dari kegiatan cleaning ini adalah untuk membersihkan
pengotor

yang

berasal

dari

permukaan

endapan

Nikel.setelah

dilakukan

pembersihan,maka di lakukan dengan kegiatan mengambil endapan Nikel.


7. Pengangkutan
Setelah
pengangkutan

dilakukan

kegiatan

penambangan,

kegiatan

lanjutan

adalah

Nikel dari lokasi tambang (pit) menuju stockpile atau langsung ke

unit pengolahan.
8.Prasarana Penunjang Lainnya
Yang dimaksud dengan prasarana lain disini adalah prasarana yang dipakai
untuk kepentingan umum dimana selain digunakan oleh perusahaan juga dapat

21
PT.Sinar Tbk.

dipakai oleh masyarakat setempat sehingga mempunyai dampak yang positif


terhadap kehidupan masyarakat sekitar.
4.3.2. Pengupasan Tanah Penutup
Pembuangan lapisan tanah penutup dimaksudkan untuk membersihkan
endapan batu gamping yang akan digali dari semua macam pengotor yang
menutupi permukaanya, sehingga akan mempermudah pekerjaan penggaliannya
disamping juga hasilnya akan relatif lebih bersih. Lapisan tanah penutup pada
daerah proyek terdiri atas dua jenis yaitu top soil dan lapisan overburden sehingga
lapisan dilakukan terhadap lapisan top soil terlebih dahulu dan ditempatkan pada
suatu daerah tertentu untuk tujuan reklamasi nantinya.
Setelah lapisan top soil terkupas, selanjutnya dilakukan pengupasan pada
lapisan overburden lalu didorong dan ditempatkan pada daerah tertentu dan
sebagian lagi digunakan sebagai pengeras jalan. Kegiatan pengupasan dilakukan
secara bertahap dengan menggunakan bulldozer, dimana tahap pengupasan awal
dilakukan untuk menyiapkan jenjang pertama dan pengupasan berikutnya dapat
dilakukan bersamaan dengan tahap produksi, sehingga pola yang diterapkan adalah
seri dan paralel yang bertujuan untuk :
1. Menghemat investasi dan biaya persiapan.
2. Menghindari pengotoran endapan batu gamping dari lapisan penutup, sehingga
mempermudah dalam pekerjaan penggalian.
3. Menghindari terjadinya longsoran dan bahaya angin.
4.3.3. Penambangan
Metode penambangan yang akan dikukan dengan metode open pit mining
dengan system berjenjang dengan banyak muka kerja (multy benc system). Setiap
jenjang dihubungkan jalan masuk tambang dengan jalan utama tambang.
Penambangan di mulai dari pengupasan overbarden, limonit, saprolit, dan berhenti
pada batuan dasar (bed rock).
Pada setiap jenjang lapisan ore, akan dilakukan face sampling dan
selanjutnya akan dipasang patok dan diberi keterangan hasil dari face sampling,
dan data ini akan dijadikan acuan rencana (sequence) penambangan.
Dimensi desain tambang sebagai berikut :
Tinggi per jenjang (single bench)

: 3.0 meter

Lebar jenjang

: 25

Kemiringan jenjang

: 90o

22
PT.Sinar Tbk.

Jalan tambang
Jalan utama

: 20 meter (2 jalur)
: 20 meter (2 jalur)

Namun bila kondidsi lapangan tambang tidak memungkinkan dilakukannya


system berjenjang maka diterapkan metode penambangan konvensional yaitu
metode dengan jenjang per jenjang dengan kedelaman setiap penggalian sedalam
2 meter dan kemiringan dinding 60o dan kemiringan keseluruhan untuk satu trap
(bench) 52o dengan tinggi maksimum 3 meter, dengan tetap menjaga lingkungan,
produktifitas dan keslamatan kerja.
4.3.4. Jalan Angkut
Setiap operasi penambangan memerlukan jalan tambang sebagai sarana
infrastruktur yang vital di dalam lokasi penambangan dan sekitar-nya. Jalan
tambang berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting, antara lain lokasi
tambang dengan area crushing plant, pengolahan bahan galian, perkantoran,
perumahan karyawan dan tempat-tempat lain di wilayah penambangan.
Konstruksi jalan tambang secara garis besar sama dengan jalan angkut di
kota. Perbedaan yang khas terletak pada permukaan jalannya (road surface) yang
jarang sekali dilapisi oleh aspal atau beton seperti pada jalan angkut di kota, karena
jalan tambang sering dilalui oleh peralatan mekanis yang memakai crawler track,
misalnya bulldozer, excavator, crawler rock drill (CRD), track loader dan sebagainya.
Untuk membuat jalan angkut tambang diperlukan bermacam-macam alat mekanis,
antara lain:
1. bulldozer yang berfungsi antara lain untuk pembersihan lahan dan pembabatan,
perintisan badan jalan, potong-timbun, perataan dll;
2. alat garu (roater atau ripper) untuk membantu pembabatan dan meng-atasi
batuan yang agak keras;
3. alat muat untuk memuat hasil galian yang volumenya besar;
4. alat angkut untuk mengangkut hasil galian tanah yang tidak diperlukan dan
membuangnya di lokasi penimbunan;
5. motor grader untuk meratakan dan merawat jalan angkut;
6. alat gilas untuk memadatkan dan mempertinggi daya dukung jalan;
Seperti halnya jalan angkut di kota, jalan angkut di tambang pun harus
dilengkapi penyaliran (drainage) yang ukurannya memadai. Sistem penyaliran
harus mampu menampung air hujan pada kondisi curah hujan yang tinggi dan
harus mampu pula mengatasi luncuran partikelpartikel kerikil atau tanah pelapis
permukaan jalan yang terseret arus air hujan menuju penyaliran. Apabila jalan
tambang melalui sungai atau parit, maka harus dibuat jembatan yang konstruksinya
mengikuti persyaratan yang biasa diterapkan pada konstruksi jembatan umum di
jalan kota. Parit yang dilalui jalan tambang mungkin dapat diatasi dengan

23
PT.Sinar Tbk.

pemasangan gorong-gorong (culvert), kemudian dilapisi oleh campuran tanah dan


batu sampai pada ketinggian jalan yang dikehendaki.
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih,
menurut Aasho Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan setengah
lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan. Dari ketentuan tersebut
dapat digunakan cara sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum,
yaitu menggunakan rule of thumb atau angka perkiraan , dengan pengertian bahwa
lebar alat angkut sama dengan lebar lajur.
Tabel Lebar Jalan Angkut Minimum
Jumlah
Lajur
Truck
1

Perhitungan

Lebar Jalan Angkut


Minimum

1 + (2 x )

2,00

2 + (3 x )

3,50

3 + (4 x )

5,00

4 + (5 x )

6,50

Dari kolom perhitungan pada Tabel dapat ditetapkan rumus lebar jalan
angkut minimum pada jalan lurus. Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur
yang direncanakan masingmasing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada
jalan lurus dapat dirumuskan sebagai berikut:
L min = n.Wt + (n + 1) (.Wt)
dimana :
L min =

lebar jalan angkut minimum

jumlah lajur

Wt

lebar alat angkut

(m)

(m)

Dengan demikian, apabila lebar truck antara dua kaca spion kiri-kanan 5.5
m, maka lebar jalan lurus minimum dengan lajur ganda adalah sebagai berikut:
L min =

n.Wt + (n + 1) (.Wt)

2 (5,5) + (2) ( x 5,5)

19,25 m atau 20 m

24
PT.Sinar Tbk.

Gambar Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Jalan Lurus


2. Lebar jalan pada belokan

W = 2 (U + Fa + Fb +
Z)
Z = (U + Fa + Fb)/2

Keterangan

:U
Fa
Fb
Z

=
=
=
=

Lebar
Lebar
Lebar
Lebar

jejak roda
juntai depan
juntai belakang
bagian tepi jalan

Gambar Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Belokan

Dengan adanya model akses jalan seperti gambar di atas maka alat
pertambangan yang bekerja akan baik sehingga akan berpengaruh kepada tingkat
pendapatan yang maksimum.
4.4. Studi Geoteknik/Slope Stability
4.4.1. Geometri Lereng
Jenjang pada suatu tambang terbuka merupakan suatu teras
penggalian, yang terdiri atas beberapa bagian yaitu tinggi jenjang, sudut lereng

25
PT.Sinar Tbk.

jenjang tunggal, dan lebar dari jenjang. Dalam rancangan jenjang dibutuhkan
analisa geoteknik dalam rancangan ketiga parameter pembentuk geometri jenjang .

Tinggi jenjang : Biasanya alat muat yang digunakan harus mampu pula
mencapai pucuk atau bagian atas jenjang. Menurut Hustrulid permukaan jenjang
bagian atas dan bagian bawah yang di pisahkan oleh jarak H yang disebut
dengan tinggi jenjang. Permukaan sub-vertikal yang tersingkap di sebut dengan
muka jenjang. jika tingkat produksi atau faktor lain mengharuskan ketinggian
jenjang tertentu, alat muat yang akan digunakan harus disesuaikan pula
ukurannya. Sedangkan tinggi jenjang yang dibuat (tergantung kemampuan alat
gali, biasanya shovel )

Sudut lereng jenjang merupakan sudut yang di bentuk dari kaki lereng (toe),
dan

puncak jenjang (crest) dan sudut muka jenjang. Sudut muka jenjang ini

dapat bervariasi tergantung dari karakteristik batuan, orientasi jenjang dan


peledakan penggalian oleh alat gali mekanis seperti loader atau shovel di
permuka jenjang pada umumnya akan menghasilkan sudut lereng antara 60650.

Lebar jenjang ditentukan oleh pertimbangan keamanan dari permuka kerja.


Tidak ada rumus yang baku untuk menentukan lebar jenjang, namun ada
beberapa parameter penting yang umumnya dipertimbangkan yaitu radius
putaran alat angkut saat akan dimuat material oleh alat muat , ruang yang di
sediakan cukup leluasa untuk berpapasan minimal dua alat angkut (2Lt+c),
lebar areal yang akan dibor (Ld).
Maka

parameter diatas

dapat dibuatkan rumus empiris lebar jenjang sebagai

berikut:
LB= Rm + (2Lt+c) + Mp + Ld

Parameter Lt adalah lebar sebuah truk maksimum dan c adalah konstanta


yang tergantung pada jarak dua truck yang aman ketika berpapasan, yaitu
antara 5,0 m sampai 10 m.

Pembuatan jenjang pertama kali biasanya

dilakukan dengan cara membuat suatu bukaan (biasanya berbentuk empat


persegi panjang). Bukaan tersebut biasanya dibuat

dengan cara peledakan.

Pembuatan jenjang menurut


US Army Engineer perhitungan geometri jenjang dengan cara peledakan yaitu
Lebar jenjang minimum = Wmin = y + Wt + Ls + G + Wb
dimana :

= lebar jenjang untuk peledakan, ft (m).

Wt

= lebar alat angkut, ft (m).

26
PT.Sinar Tbk.

Ls

= panjang alat muat tanpa boom, ft (m).

= floor cutting radius, ft (m).

Wb

= y = Lebar tumpukkan hasil peledakan, ft (m).

Gambar Pembuatan jenjang Bench

4.4.2. Faktor Hidrologi dan Hidrogeologi


4.5. Rencana Produksi
4.5.1 Jadwal Rencana Produksi dan Umur Tambang
Rencana Produksi bahan galian Nikel di daerah pomalaa

ditujukan

untuk diolah ke proses pirometalurgi dan mnghasilkan produk nikel berupa


ferronikel dengan rencana produksi sebesar 1.582.791 ton/bulan atau 18.993.497
ton /tahun.

Rencana produksi Nikel per triwulan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tahun
1
2

Total/tah
un

Triwulan
1
181168
8
543506
4

2
543506
4
543506
4

3
543506
4
543506
4

4
543506
4
543506
4

1811688
0
2174025
6

27
PT.Sinar Tbk.

3
4
5

543506
4
543506
4
543506
4

543506
4
543506
4
543506
4

543506
4
543506
4

543506
4
543506
4

759677

Total

2174025
6
2174025
6
1162980
5
9496745
3

Tabel Rencana Produksi Nikel


Apabila rencana produksi dianggap tetap dengan menganggap faktor lain
berjalan konstan, umur tambang selama 5 tahun dapat efektif berlangsung.
Rencana 1 tahun terakhir merupakan kesempatan perusahaan untuk melakukan
kewajiban reklamasi dan penutupan
Umur tambang adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan
penambangan sampai dinyatakan pit limit atas bahan tambang yang ekonomis.
Perhitungan umur tambang digunakan formulasi Mc Kelvey ( USGS,1994 )
dengan pertimbangan variabel dan faktor teknis.
4.5.2. Peralatan
Adapun jenis peralatan yang di gunakan dalam menambang adalah :
1. Excavator Cobelco, dengan type SK200. Kegunaan utamanya adalah untuk
operasi pengupasaan lapisan tanah penutup (stripping overburden), dan
untuk menantu perintisan pemukaan jalan tambang.
2. Excavator Cobelco, dengan type SK200. Kegunaan utama untuk melakukan
hauling dan loading ke dump truck.
3. Stone Breaker, berkapasitas produksi 500 ton/jam. Kegunaan

untuk

penggalian pemecahan batuan mineralisasi yang mengandung nikel.


4. Dump Truck, merek Nissan Diesel, dengan type Euro2CWA260X. Kegunaan
untuk mengangkut nikel dari front penambangan ke tempat penimbunan.
Bila dibutuhkan juga dapat digunakan untuk ketempat pembuangan
sementara.
Rekapitulasi peralatan tambang yang akan digunakan nantinya berdasarkan
yang akan direncanakan PT Sinar Tbk adallah seperti Tabel berikut:
Tabel Jumlah Dan Jenis Peralatan

N
o

Aktivitas

M
o
d
e
l

Ka
pa
sit
as

Ju
ml
ah
(U
nit
)

28
PT.Sinar Tbk.

Peralatan
Penambang
an
1.1

Alat Untuk
Nikel
a. Alat
Muat

Gali

S
K

23
6
ton
/ja
m

C
W
A
2
6
0
X

10
3
ton
/ja
m

11

a. Alat
Garu
Dorong

D
9
R

16
ton

b. Alat
Muat

S
K

23
6
ton
/ja
m

2
0
0
b. Alat Angkut

1.2

Alat Untuk
Lap.
Penutup

Gali

3
3
0
c. Alat Angkut

2
C
W
A
2
6
0
X

10
3
ton
/ja
m

Peralatan Penunjang
2.1

Motor
Grader

G
D
5
1
0

2.2

Compactor

29
PT.Sinar Tbk.

1
1
0
5
D
2.3

Truck Air

2.4

Truck
Bahan
Bakar

2.5

Diesel
Genset

P
S
9
0

15
ton

50
00
lite
r

2
5
0

k
v
A
2.6

Ligting

5
0
0
W

2.7

Pompa

M
f
3
9
0
s

2.8

Bulldozer

D
8
5
A

2.9

Backhoe

P
C
4
0
0

2.10

Alat Angkut

P
S
9
0

15
ton

Peralatan
ROM
Stockpile

30
PT.Sinar Tbk.

3.1

Excavator

S
K

3
3
0
3.2

Diesel
Genset

5
0
0

k
V
A
3.3

Lighting

5
0
0
W

4.5.3. Jadwal Pembangunan Proyek


Berikut adalah jadwal pembangunan proyek pada PT sinar Tbk.

4.5.4. Fasilitas Penunjang


Sarana penunjang diperlukan untuk menunjang berbagai kegiatan di
lapangan pada operasi panambangan, adapun sarananya yaitu:

31
PT.Sinar Tbk.

1. Base camp, berupa perumahan semi permanen, untuk staf karyawan di


lapangan serta peralatannya.
2. Perkantoran di sekitar areal penambangan yang berfungsi sebagai tempat
melakukan kegiatan administrasi, tempat rapat, tempat pertemuan tamuamu lapangan dll.
3. Bengkel dan gudang, guudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
peralatan alat sefti karyawan dan bengkel sebagai tempat perbaikan alatalat yang rusak saat operasi dilapangan.
4. Kendaraan lapangan, berupa 5 unit mobil ford ranger garden ganda, dan 30
unit taff/rocky.
5. Generator mesin listrik dengan daya 500 kVA yang akan digunakan untuk
penerangan

perumahan

(base

camp)

dan

perkantoran,

juga

untuk

penunjang perbengkelan dan penambangan serta pengolahan yang sifatya


sementara.
6. Jalan tambang, gunanya sebagai jalan untuk menghubungkan ke front
tambang.
7. Alat komunikasi,

digunakan

sebagai

untuk

memperlancar

komukasi

dilapangan antar lokasi pertambangan.


8. Alat keselamatan kerja, seperti pemadam kebekaran, helm, sepatu boots,
peralatan PPPK.
9. Pompa air, digunakan sebagai memompai air yang masuk ke front tambang.
4.6. Rencana Reklamasi
Reklamasi lahan pasca penambangan pt sinar adalah dalam bentuk
revegetasi dengan membudidayakan keanekaragaman jenis tanaman yang sesuai
dengan daerah kabupaten kolaka kecamatan pomalaa.

Revegetasi merupakan

upaya penghijauan untuk mengembalikan fungsi lahan tersebut dapat produktif


kembali agar dapat dimanfaatkan selanjutnya dalam jangka panjang.
Adapun tahap tahap yang harus dilakukanadalah sebagai berikut :
Regrading
Regrading dimaksudkan untuk mengatur bentuk lahan yang disesuaikan
dengan keadaan topografi dan hidrologi setempat untuk keperluan revegetasi.
Pekerjaan ini meliputi perataan atau menutup lubang bukaan tambang secara aman
dan permanen, dan mngembalikan sub soil (campuran antara top soil dan
overburden).
Revegetasi
Pelaksanaan reklamasi areal bekas tambang dengan revegetas, pada
dasarnya belajar dari pertumbuhan tanaman menurut suksesi alami. Akan tetapi
karena suksesi alami berlangsung sangat lambat, maka dalam pelakasanaan
revegetasi dilakukan dengan manipulasi lahan dan rekayasa teknologi agar
penutupan lahan berlangsung cepat. Manipulasi lahan dan rekayasa teknologi yang
dilkukan dalam revegetasi antara lain : menanam jenis tumbuhan yang tumbuh

32
PT.Sinar Tbk.

cepat dan dapat memperbaiki struktur tanah, menanam tumbuhan yang tumbuh
secara alami di, kabupaten kolaka kecamatan pomalaa dan melakukan pemupukan
secara berkala, serta melakukan pemeliharaan tanaman secara intensif.
Pemilhan Jenis Tanaman
Jenis tumbuhan yang dipilih tergantung pada penggunaan lahan tersebut di
masa yang akan datang. Oleh karena program revegetasi pada kabupaten kolaka
kecamatan pomalaa diarahkan pada upaya penghijauan, maka revegetasi lahan
dilakukan dengan penanaman berbagi macam spesies lokal yang sesuai dengan
iklim dan kondisi tanah setempat yang bersifat permanen.

33
PT.Sinar Tbk.

BAB V
PENGANGKUTAN, PENIMBUNAN, DAN SAMPLING

5.1. Pengangkutan Overburden (Ob Removal)


Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat Excavator Kobelco SK
330 dan Dump Truck, merek Nissan Diesel, dengan type Euro 2 CWA260X yang
terbagi atas dua kegiatan, yaitu memindahkan tanah penutup dari front tambang ke
tempat atau lahan yang telah disediakan (spoiled area)
5.2. Pengangkutan Bijih Nikel dari Tambang ke Stock Yard Transito
setelah tanah penutup (overburden) dipindahkan, maka pengangkutan nikel
laterit dilakukan dari front tambang ke tempat penimbunan. Pada lokasi stock pile di
bantu alat Excavator Kobelco SK 200 dan Dump Truck, merek Nissan Diesel, dengan
type Euro 2 CWA260X.
Spesifikasi teknis dari timbunan tersebut dipelihara dan dijaga dengan baik
sehingga tidak berubah baik penurunan kadar maupun kelembapannya.
peralatan pengangkutan dan pemuatan merupakan jenis dan spesifikasi
yang secara umum dipakai pada kegiatan penambangan nikel. Peralatan muatangkut yang di rencanaakan PT.SINAR Tbk. adalah yang bersifat menunjang, namun
untuk mengetahui jumlah nyata yang di perlukan secara operasional oleh
kontraktor dapat di uraikan dengan perhitungan
Untuk menghitung alat produksi Gali muat-angkut Excavator Kobelco SK 200
dan Dump Truck, merek Nissan Diesel, dengan type Euro 2 CWA260X, dengan
uraian sebagai berikut:
5.2.1 Perhitungan Produksi Alat Gali Muat
Excavator Kobelco SK 200
Dari hasil observasi, maka diperoleh data:
Eff

: 79,33%

: 0,90 m3

FF

: 100%

Jloose

: 1,54 ton/m3

Jasli

: 1,92 ton/m3

34
PT.Sinar Tbk.

CT

: 0,224 menit

SF

density loose

density insitu

1,54 ton/m3

1,92ton/m3

80,21%

SF

x 100%

x 100%

: 80,21%

Untuk menentukan kapasitas produksi alat gali muat dapat dihitung dengan rumus:

PE

Eff x H x SF x FF x density loose


CT

79,33 x 0,90 m x 80,21 x 100 x 1,54 ton/m 3


0,224 menit

60

x 60 menit/jam

= 236,23 ton/jam.
produktivitas alat ini dalam satu jam adalah 236 ton,sedangkan jumlah
material yang akan di tambang sebesar 16.991 ton/jam.dengan masa kerja alat ini
adalah 16 jam,maka total yang dapat di tambang adalah 3.376 ton/hari,untuk
memenuhi jumlah material tambang yang akan di tambang,maka jumlah alat ini
dalam pengerjaannya di tambah menjadi 5 unit.
5.2.3 perhitungan produksi alat angkut
Dump Truck Nissan Diesel Euro 2 CWA 260X
Dari hasil observasi , maka diperoleh data:
KB

: 10,937 m3
Eff

78,22%.

: 1,8 m3

FF

: 100%

CT

: 5,102 menit

:5

Jloose

: 1,54 ton/m3

35
PT.Sinar Tbk.

Jasli

: 1,92 ton/m3

SF

density loose

density insitu

1,54 ton/m3
x 100%
1,92ton/m3

80,21%

SF

: 80,21%

x 100%

Kapasitas produksi dump truck dapat dihitung dengan rumus:

Eff x KB
Ct

PD

KB

H x SF x FF x n x density loose

1,8 m3 x 80,42% x 100% x 5 x 1,54 ton/m3.

11,15 ton/m3.

PD

PD

=
=

Eff x KB
Ct

x 60

x 60 menit/jam

78,22 x 7,24 m
5,102

x 60 menit/jam

102,53 ton/jam

produktivitas alat ini dalam satu jam adalah 103 ton,sedangkan jumlah
material yang akan di tambang sebesar 16.991 ton/jam.dengan masa kerja alat ini
adalah 16 jam,maka total yang dapat di tambang adalah 1.648 ton/hari,untuk
memenuhi jumlah material tambang yang akan di tambang,maka jumlah alat ini
dalam pengerjaannya di tambah menjadi 11 unit
Supaya terjadi kondisi match, banyaknya dump truck yang dilayani oleh satu
unit Hydraulic excavator adalah 2 unit
Berdasarkan hasil perhitungan, dalam rencana produksi bulanan sebesar
1.582.791 ton per bulan atau 8244 ton/jam, dengan jam kerja kontraktor selama 2
shift per hari (16 jam/hari) dan produksi truck 103 ton/jam, diperoleh estimasi
kebutuhan jumlah dump truck sebanyak 11 unit (1 unit cadangan) dan excavator
sebanyak 5 unit.

36
PT.Sinar Tbk.

Banyaknya kebutuhan alat di atas diperlukan muat-angkut nikel laterit,


sedangkan untuk pengelolaan tanah penutup dan loading belum termasuk. Jumlah
tersebut hanyalah memberikan gambaran muat-angkut bagi pelaksana/kontraktor,
namun dapat memberikan perkiraan bagi PT. Sinar Tbk untuk menyediakan alat
penunjang yang masuk dalam perhitungan aliran kas
5.3. Pengangkutan Bijih Nikel dari Stock Yard ke Transitoke Grizzly
Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat Excavator Kobelco SK
330 dan Dump Truck, merek Nissan Diesel, dengan type Euro 2 CWA260X yang
terbagi atas dua kegiatan, yaitu memindahkan ore dari stock yard ke ke Transitoke
Grizzly.
5.7. Penimbunan (Stocking)
5.8. Sampling

37
PT.Sinar Tbk.

BAB VI
LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

6.1. Lingkungan Pertambangan


6.1.1

Pengelolaan Lingkungan

Rencana penambangan yang akan di lakukan


pertambangan

berwawasan

pembangungan

yang

lingkungan

berkelanjutan,yaitu

yang

PT.Sinar Tbk,
tercakup

pembangunan

menganut

dalam
untuk

konsep

memenuhi

kebutuhan saat ini tanpa menurunkan atau merusak kemampuan generasi


mendatang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keberadaan kegiatan petambangan nikel di daerah pomala tidak hanya
memberikan dampak positif, tetapi juga dampak negatif. Jika lahan pasca
penambangan tidak di reklamasi maka lahan-lahan tersebut akan membentuk
kubangan yang besar dan hamparan tanah gersang bersifat asam. Di samping itu
kegiatan pertamabangan dapat memberikan perubahan terhadap budaya dan adat
istiadat masyarakat lokal.
Aspek ekonomi berkaitan dengan pendapatan masyarakat dan pendapatan
daerah ,pengelolaan reklamasi lahan pasca penambangan di arahkan agar lahan
masih dapat menjadi penggerak ekonomi dan bersifat berkelanjutan .
Aspek sosial berkaitan dengan konflik sosial yang umumnya terjadi pada
daerah pertambangan adalah masalah pengelolaan lahan pasca penambangan.
Sebelum adanya perusahaan pertambangan,lahan adalah milik pegang izin. Pasca
penambangan, lahan akan di kembalikan kepada pemerintah untuk selanjutnya di
kembalikan kepada masyarakt setempat . Harapan masyarakat adalah lahan pasca
penambangan tersebut tetap memiliki nilai ekonomi bagi kelanjutan hidup mereka.
Pertimbangan tersebut dapat menjadi arahan dalam kebijakan aspek sosial
penglolaan

lahan

pasca

penambangn

sehingga

mampu

meminimalkan

kemungkinan terjadi konflik di lahan pasca penambangan.


Aspek kelembagaan berkaitan dengan kebijakan dan struktur manajemen
instansiatau badan lingkungan hidup . kebijakan dalam hal pertambangan dan

38
PT.Sinar Tbk.

pengelolaan

lingkungan

hidup

yang

ada

sering

kali

mengalami

hambatan

implementasi . hal tersebut menjadi pertimbangan dalam penentuan kebijakan


aspek kelembagaan yang terkait dengan pegelolaan reklmasi lahan pasca
penambangan dapat melakukan perannyadengan baik guna menunjang aspekaspek lainnya.
Adapun jenis dampak penting yang wajib di kelola dan di pantau, yaitu :

Dampak penting positif : peningkatan PAD, kesempatan kerja, peluang


berusaha dan pendapatan masyarakat.
Dampak penting negatif

: penurunan kualitas udara (debu dan kebisingan ),

perubahan landskap , penurunan kualitas tanah (erosi dan sedimentasi), penurunan


kualitas air ,gangguan flora dan fauna, persepsi dan sikap masyarakat perubahan
tata nilai norma dan kesehatan lingkungan
6.1.2

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan lingkungan yang akan di implementasikan pada PT. Sinar Tbk,

senantiasa mengacu pada hal tersebut. Program aksi yang akan dilaksanakan
terangkum dalam rencana pemantauan lingkungan (RPL)yang telah di sepakati dan
di setujui para pemangku kewenangan
Selain

RKL

dan

RPL

yang

di

fokuskan

untuk

pertambangan

secra

umum,pengelolaan dn pemantauan secra khusus untuk daerah PKL mengacu pula


dari dokumen tersebut saling melengkapi satu sama lain sehingga pelaksanaan
manajemenn lingkungan yang di laksanakan pihak PT.Sinar Tbk, akan lebih focus
dan terorganisir
6.1.3

Penutupan Tambang
Melihat penutupan tambang dari berbagai sudut, Pembahasan mengenai

penutupan

tambang

(mine

closure)

tidak

akan

bisa

lepas

dari

kegiatan

pertambangan itu sendiri. Semuanya terintegrasi dan berhubungan antara satu


dengan yang lainnya. Pelaksanaan penutupan tambang di Indonesia dilakukan oleh
badan usaha

koperasi

perseorangan

yang telah

diberikan

Izin Usaha

Pertambangan (IUP) / Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) sebagaimana diatur


dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Tulisan ini akan mencoba membahas kegiatan penutupan tambang yang
dilihat dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang yang akan dibahas, yaitu dari
pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat. Harapannya adalah bisa tercipta
kesepahaman tentang konsep penutupan tambang secara komprehensif, sehingga
mekanisme pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di area pasca
tambang bisa terwujud.

39
PT.Sinar Tbk.

A.Sudut pandang pemerintah


Industri pertambangan adalah industri yang memiliki resiko tinggi (high risk
industry). Resiko-resiko tersebut, yaitu:
1. resiko teknologi;
2. resiko geologi / eksplorasi;
3. resiko lingkungan;
4. resiko politik; dan
5. resiko sosial.
Oleh karena itu, untuk meminimalkan resio-resiko tersebut, maka dibutuhkan sistem
peraturan dan jaminan dalam pelaksanaannya, mulai dari tahap penyelidikan umum
hingga tahap penutupan tambang (mine closure). Di sinilah fungsi peran
pemerintah, yakni sebagai regulator. Pembuatan regulasi dilakukan agar tercipta
suatu keselarasan alur dari beragamnya kegiatan pertambangan di Indonesia.
Fungsi peran pemerintah sebagai regulator diemban oleh Kementrian Energi dan
Sumber

Daya

Mineral

(ESDM).

Jiwa atau

ruh

hadirnya

regulasi

di

sektor

pertambangan ini berasal dari UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3.

B. Sudut pandang perusahaan


Strategi penutupan tambang yang akan dilakukan perusahaan setidaknya
harus memenuhi 2 (dua) kriteria, yaitu:
1. Menyeluruh (comprehensive)
Memerhatikan aspek teknis, lingkungan, dan sosial sebagai faktor utama
program, serta melibatkan stakeholders.
2. Berkelanjutan(sustainable)
Manfaat dari program bisa berlangsung secara terus-menerus, walaupun
perusahaan sudah pergi dari daerah tersebut.
Stakeholders yang dimaksud di atas adalah pihak-pihak yang ikut terlibat, yaitu
perusahaan, pemerintah, masyarakat, dan akademisi. Stakeholders ini kemudian
berkumpul dalam suatu forum untuk membahas hendak dijadikan seperti apa lahan
bekas tambang di masa depan.

40
PT.Sinar Tbk.

(Stakeholders
dalam kegiatan

penutupan

tambang)

Hasil

dari

forum

ini

kemudian
didokumentasikan dalam sebuah Rencana Penutupan Tambang (RPT) seperti yang
diamanatkan dalam Peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi
dan Penutupan Tambang. Sistematika dari dokumen ini, yaitu:

Bab I Ketentuan Umum

Bab II Prinsip-prinsip Lingkungan Hidup

Bab III Tata Laksana (Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan Tambang)

Bab IV Penilaian dan Persetujuan

Bab V Pelaksanan dan Pelaporan (Reklamasi dan Penutupan Tambang)

Bab VI Jaminan Reklamasi dan Penutupan Tambang

Bab VII Pengawasan

Bab VIII Sanksi Administratif

Bab IX Ketentuan Peralihan

Bab X Ketentuan Penutup


Dokumen RPT ini wajib dibuat oleh perusahaan dan menjadi prasyarat

dikeluarkannya IUP/IUPK Operasi Produksi sebagaimana diatur dalam UU No. 4


Tahun 2009 Pasal 99 Ayat 1.

6.1.4

Pengelolaan Tanah Pemukiman

41
PT.Sinar Tbk.

Berdasarkan Permenag No. 9/1999, pengertian dari HPL yaitu hak menguasai
dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada
pemegangnya. Selanjutnya, berdasarkan Penjelasan Pasal 2 ayat (3) huruf f UU
BPHTB, pengertian HPL dijelaskan lebih lengkap lagi yaitu hak menguasai dari
Negara

yang

kewenangan

pelaksanaannya

sebagian

dilimpahkan

kepada

pemegang haknya, antara lain berupa perencanaan peruntukandan penggunaan


tanah, penggunaan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan
bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama
dengan pihak ketiga.
Obyek HPL
Obyek dari HPL adalah tanah untuk pertanian dan tanah bukan untuk pertanian.
Subyek HPL
Berdasarkan Pasal 67 Permenag No. 9/1999, HPL dapat diberikan kepada pihakpihak sebagai berikut:
a.

instansi pemerintah termasuk Pemerintah Daerah;

b.

Badan Usaha Milik Negara;

c.

Badan Usaha Milik Daerah;

d.

PT. Persero;

e.

Badan Otorita;

f.

badan-badan hukum Pemerintah lainnya yang ditunjuk Pemerintah.

Terjadinya HPL
HPL dapat terjadi karena 2 (dua) hal, yaitu:
1. Konversi

hak

penguasaan

sebagaimana

dimaksud

dalam

Permenag

No.9/1965.
2. Pemberian hak atas tanah berasal dari tanah negara yang diberikan melalui
permohonan, sebagaimana diatur dalam Permenag No.9/1999.
Kewenangan Subyek HPL

42
PT.Sinar Tbk.

Lebih lanjut Pasal 6 Permenag No. 9/1965 menjelaskan HPL memberikan


wewenang kepada pemegangnya untuk:
a.

merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tersebut;

b.

menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya;

c.

menyerahkan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dengan


hak pakai

d.

yang berjangka waktu 6 (enam) tahun;

menerima uang pemasukan/ganti rugi dan/atau uang wajib tahunan.

6.2. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


6.2.1. Organisasi
Dalam rangka pengorganisasian dari keselamatan dan kesehatan kerja
tambang, PT Sinar Tbk. mengikuti praktek pola organisi dengan sistem manajemen
lingkungan

yang bekerja di bawah garis komando kepala teknik tambang, secara

professional pola ini di terapkan hampir di semua perusahaan tambang di dunia.


PT Sinar Tbk menyadari bahwa tenaga kerja yang terampil dan termotivasi
sangatlah penting untuk mencpai sasaran produktivitas. Inisial K3 menjadi penting
untuk usaha yang berkaitan degan operasi di lapangan . Program sistem
manajemen

lingkungan

yang

akan

di

kembangkan

senantiasa

berusaha

memaksimalkan oprasi yang konsisten, dapat di andalkan dan memenuhi unsureunsur K3. Kegiatan yang di lakasanakan di harapkan menumbuhkan produksi,
menumbuhan keuntungan serta mendorong upaya pengembangan organisasi.
6.2.2. Peralatan
Peralatan K3 pertambangan senantiasa di siapakan karena harus selaras
dengan kebijakan umum pertambangan senantiasa di siapkan, karna harus selaras
dengan kebijakan umum pertambangn yang bertujuan menumbuhkan elemen K3
langsung terhadadp pekrja dengan cara meminimalkan dan mengelola dampak
lingkungan sert menciptakan kontribusi positif terhadap komunitas lokal seiring
dengan keberadaan PT. Sinar Tbk. Pentingnya kewaspadaan dari oprasional
tambang ini adalah terjadinya kecelakaan kerja apabila tidak menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja.dalam melaksanakan tugasnya, para pekerja di
bekali pengaman atau pelindung sesuai ketentuan peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja.
6.2.3. Langkah-Langkah Pelaksanaan K3 Pertambangan

43
PT.Sinar Tbk.

Berdasarkan perencanaan K3 pertamabangan, maka beberapa langkah


tidakan yang dapat di laksanakan pada saat oprasi anatara lain :

Gudang penyimpanan bahan berbahaya di bangun sesuai dengan ketentuan


yang di tetapkan dalam aturan kepmen pertambangn dan energi NO.

555.K/1995 tentang K3 pertambangan.


Bangunan penyimpan bahan berbahaya di rancang secara khusus, di
lengkapi dengan rambu-rambu peringatan, tanggul pengaman, tanaman

pelindung di sekelilingnya serta pos penjagaan.


Perbengkelan tempat untuk mereparasi, memelihara

dan

membuat

peralatan tambang serta gudang penyimpanan BBM, di bangun pada posisi


yang di atur aman sehingga tidak terjadi pencemaran permukaan dan air

tanah.
Pembangunan saluran dan bak penampung yang bersifat kedap, di lengkapi
perangkap minyak yang dimensi 121 m3 untuk menampung tumpahan
bahan cair yang mungkin terjadi akibat kelalaian pekerja.

BAB VII
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

7.1. Bagan Organisasi


PT. Sinar Tbk mengikuti prakter organisasi usaha pertambangan yang lazim
diadopsi

secara

internasional.

Dalam

mengendalikan

operasi

penambangan

dikepalai oleh seorang kepada teknik tambang yang dibantu oleh wakil kapala
teknik (sesuai Kepmen ESDM No. 1086.K/40/MEM/2003 tentang Standarisasi
Kompetensi Tenaga Teknik Khusus Bidang Geologi dan Penambangan). Kepala teknik
bertanggung jawab langsung kepada direktur secara vertical, dan secara horizontal

44
PT.Sinar Tbk.

berhubungan langsung dengan unsure pemerintahan, masyarakat setempat dan


lain-lain.

Gambar Struktur Organisasi PT. Sinar Tbk,

45
PT.Sinar Tbk.

7.2. Jumlah dan Kriteria Tenaga Kerja


Proyeksi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh PT. Sinar Tbk selaku perusaan
pengelola terbagi atas tiga tingkat manajemen

atas, menengah dan bawah,

dengan jumlah keseluruhan adalah 52 orang


Untuk manajemen atas-menengah di datangkan dari para pekerja yang
sudah berprofesional bagian usaha sector pertambangan dan tenaga kerja yang
tidak memerlukan kriteia tersebut dapat berasal dari masyarakat sekitar yang
berpengalaman pada bagian-bagian tertentu.
Tabel Rencana Formasi Tenaga Kerja
No

Tenaga Kerja

Jumlah

Pendidikan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Direktur
Kepala Tekknik Tambang
Wakil Kepala Teknik Tambang
Keuangan
Personalia Dan Administrasi
Pemasaran
Sekretaris
Lingkungan Hidup, K3T Dan Comdev
Operasi
Perawatan Dan Logistik
Unit Pencampuran Dan Pemuatan
Teknisi Dan Analis
Mekanik, Elektrik Dan Pengelasan
Mandor
Operator Dan Pengemudi
Satuan Pengamanan
Staf Dan Clerk
Pembantu Umum
Jumlah

1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
5
7
3

S1
S1
D3
S1
S1
S1
D3
S1
S1
S1
S1
S1/D3/STM
D3/STM
S1/D3/STM
D3/STM/SMU
STM/SMU
D3/STM/SMU
SMU?SLTP

5
12
5
52

Sesuai dengan rencana pengoperasian usaha pertambangan bahwa operasi


pengupasan tanah penutup, penambangan, pemuatan dan pengangkutan akan
diserahkan kepada pihak ke-3 (kontraktor).
Pihak kontraktor sendiri memiliki kebijakan dalam rekrutmen tenaga kerja,
sehingga dapat menyerap sejumlah tenaga kerja baik masyarakat tempatan
maupun dari luar. Banyaknya tenaga kerja yang terserap tersebut merupakan
jumlah

tenaga

kerja tambahan

yang

terlibat langsung

di

dalam

kegiatan

penambangan secara keseluruhan.


Secara umum, kegiatan penambangan nikel di daerah Kolaka diharapkan
dapat menyerap tenaga kerja local hingga 60%, terutama untuk jenis pekerjaan
yang tidak memerluka keahlian atau keterlampilan khusus.

7.3. Sistem Kerja

46
PT.Sinar Tbk.

Dalam penerapan system kerja yang direncanakan PT. SINAR Tbk mengacu
kepada program pengembangan produksi selaras dengan waktu dan kebutuhan
tenaga kerja termaksud control, borongan, harian dan lain-lain.
Praktek manajemen tenaga kerja mengacu pada Undang-Undang No 13
tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan. Pekerjaan yang dapat deserahkan kepada
perusahaan lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut harus
memenuhi syarat-syarat berikut :

Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;


Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi

pekerjaan;
Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan dan
tidak menghambat proses produksi secara langsung.

BAB VIII
PEMASARAN

8.1.Proyek Pemasaran
8.1.1 Dalam Negeri

47
PT.Sinar Tbk.

Peran pemasaran di dalam negeri untuk mendongkrak usaha


pertambangan nikel sampai saat ini masih diperlukan. Akses memasuki industry
nikel primer dan intermediasi dan lain lain relative masih terbuka atas pasokan
dalam bentuk bulk. Namun kondisi pasar nyata masih terbelenggu oleh captive
market, hambatan informasi tata niaga dan harga wajar.
Kompleksitas pemasaran dalam negeri ini memerlukan dukungan
pemerintah sehingga perlu diciptakan iklim perdagangan yan stabil dan saling
menguntungkan bagi pemerintah, masyarakat, dan penanam modal.
Prospek pemasaran dalam negeri kedepan, PT Sinar Tbk, berharap
dukungan penyelenggara kebijakan untuk dapat terciptanya bentuk perjanjian
penjualan jangka panjang. Pemerintah daerah sendiri diharapkan dapat lebih
proaktif

dalam

mengembangkan

daerahnya

dengan

penyertaan

aktivitas

pemasaran SDA, dengan demikian ada optimisme pasar dalam negeri untuk nikel
bulk dalam upaya mendekati keunggulan kompetitif, lebih transparan dan kepastian
investasi.
Pihak PT Sinar Tbk, sendiri tetap menjaga kebijakan yang
mengakomodasikan kepentingan nasional dan menampung asprasi masyarakat
khsusnya masyarakat di daerah sekitar pertambangan.
8.1.2 Luar Negeri
Berkenaan dengan optimisme pemasaran domestic , sebaliknya pemasaran
luar negeri memiliki harga jual yang lebih kompetitif.
Rumitnya kebijaka investasi utamanya sektor pengolahan mengakibatkan
para investor lebih tertarik untuk mengimpor bahan baku dari idonesia. Investor
memandang persoalan pembangunan smelter di Indonesia seringkali tidak sejalan
dengan skala ekonomi pemasokan bahan bakunya.
Artinya, membeli bahan baku dari Indonesia dengan harga kompetitif,
tetapi mereka dapat keuntungan dari nilai tambah berkat mendirikan smelter. Hal
inilah yang terjadi antara para operator penambangan nikel Indonesia dengan
investor China dan Russia saat ini.
Sampai saat ini, 44% pasokan produksi nikel dunia berasal dari 73%
continental yang memiliki sumber nikel laterit. Indonesia sendiri memiliki 16%
sumber cadangan atau urutan ketiga terbesar dunia. Oleh sebab itu prospek
pemasaran terus membaik pada tahun tahun mendatang bagi Negara Negara
sumber dengan gejala meningkatnya produksi tambang.

48
PT.Sinar Tbk.

Untuk kualitas bijih logam dipasar dunia umumnya diatur menurut tata
niaga secara khusus oleh London Metal Exchange (LME) yang berperan sebagai
barometer dan permintaan logam di dunia.
8.2. Kualitas yang Diminta Pasar
Berdasarkan pengamatan kelompok investor asing yang tergabung dalam
OECD, negara Indonesia dianggap berada pada batas standar hidup layak bagi
rakyatnya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan dari pertumbuhan ekonomi
dan ketahanan sejak 2004 dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata diatas 6%. Iklim
investasi di Indonesia cenderung membaik sejak 2008, hal ini dtandai dengan
intensivnya reformasi ekonomi yang mengarah kepada sistem bisnis dan investasi.
Perubahan tersebut termasuk pembenahan peraturan usaha, perpajakan dan
praktek ketenagakerjaan. Komponen perbaikan ini merupakan penyesuaian dalam
menghadapi lingkungan bisnis positif yang diciptakan pula di negara-negara
berkembang.

Sektor

pertambangan

merupakan

contributor

utama

dalam

perencanaan pembangunan negara.


Oleh sebab itu, pertambangan mendapat prioritas. Pada tahun 2009
pertambangan Indonesia mendapat tambahan investasi sekitar USD 2,4 miliar.
Kecenderungan pembuktian dan perbaikan iklim investasi juga telah dikaji oleh
beberapa lembaga survey internasional, dimana Indonesia memiliki nilai 129 dalam
kemudahan bisnis (the World Banks Ease of Doing Business Survey in 2009), atau
nomor urut 5 dari Negara (the Herritage Foundations Index of Economic Freesom).
Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara telah
mencanangkan program Sulawesi Tenggara sebagai Pusat Industri Pertambangan
Nasional sebagai salah satu program proritas dalam visi pemerintah Provinsi
Sulawesi

Tenggara

tahun

2008-2013.

Kehadiran

PT.

Sinar

dalam

rangka

pengusahaan sektor pertambangan di kabupaten Kolaka sebagai salah satu daerah


andalan di Provinsi Sulawesi Tenggara tentunya akan membangun sarana prasarana
dan infrastruktur sehingga nilai tambah dapat dinikmati oleh masyarakat.

BAB IX
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN

49
PT.Sinar Tbk.

9.1.Kebutuhan Biaya Investasi

9.2.Analisis Kelayakan

DAFTAR PUSTAKA

Abul Kadas,2012. Studi Aktivitas Tahap Development.Kolaka

Awang Suwandi,Ir., M.Sc. 2004. Perencanaan Jalan Tambang. Bandung: UNISBA


50
PT.Sinar Tbk.

Suyetno,M.Si. 2013. Study kelayakan tambang. Kendari.


(tambangunsri.blogspot.com/2011/.../genesa-endapan-nikel-laterit.htm)

51
PT.Sinar Tbk.

Anda mungkin juga menyukai