Bedah

Debridement osteomielitis jamur atau septic arthritis termasuk penghapusan

saluran sinus, evaluasi untuk karsinoma sel skuamosa, tulang dan debridement
jaringan lunak, dan penempatan manik-manik antibiotik atau antijamur, jika
perlu. Hardware biasanya perlu dihapus pada saat debridement bedah, tapi ini
harus dipertimbangkan pada kasus-per kasus. Debridement dalam pengaturan
infeksi tulang belakang biasanya luas. Jika tulang belakang stabil, prosedur
stabilisasi dan arthrodesis mungkin diperlukan. Secara umum, sebagian besar
sendi yang terkena artritis septik irigasi dan debridement pembedahan; Namun,
prosedur bedah tidak selalu diperlukan untuk pengelolaan beberapa jamur
(misalnya Cryptococcus) jika beban penyakit ringan. Literatur tentang topik ini
kurang dan umumnya terdiri dari laporan kasus hanya kecil; Oleh karena itu,
tidak ada pedoman formal ada pada bagaimana mengelola infeksi ini.
Agen Farmakologis
Amfoterisin B adalah poliena alami obat antijamur macrolide yang mengikat
ergosterol (komponen utama dari dinding sel jamur), yang mengarah ke
pembentukan saluran ion dan mengakibatkan kematian sel jamur. Hal ini juga
dapat menyebabkan kaskade reaksi oksidatif terkait dengan peroksidasi lipid dari
membran sel jamur. Amfoterisin B memiliki efek samping yang signifikan,
termasuk demam, malaise, hipotensi, toksisitas ginjal, anemia, hipokalemia,
leukopenia, dan trombositopenia (Tabel 3). Sebagian besar efek samping terkait
dengan kemampuan obat untuk berikatan dengan kolesterol. Tingkat sinovial
amfoterisin B setelah pemberian intravena adalah, dalam banyak kasus, cukup
untuk menghambat pertumbuhan jamur. Formasi lipid amfoterisin B cenderung
memiliki lebih sedikit nefrotoksisitas tetapi dosis yang lebih tinggi diperlukan
untuk mengelola infeksi.
Triazoles antijamur adalah senyawa sintetis yang menargetkan biosintesis
ergosterol melalui penghambatan jamur sitokrom tergantung P450 enzim
lanosterol 14-demethylase, memimpin tu membran sel disfungsi dan kematian.
Flukonazol menghambat demetilasi dari C-14 sterol, yang mengakibatkan
akumulasi sterol metil abnormal dan memiliki aktivitas cidal melawan sel-sel
jamur. Flukonazol memiliki aktivitas miskin terhadap Aspergillus; Oleh karena itu,
vorikonazol, itraconazole, dan posaconazole adalah lebih umum digunakan untuk
mengelola patogen ini. Vorikonazol telah meningkatkan aktivitas terhadap jamur
yang tahan terhadap flukonazol dan memiliki penetrasi yang baik dari sistem
saraf pusat tulang. Efek samping utama termasuk gangguan visual transient
yang mereda dari waktu ke waktu, yang melibatkan halo visual, aura cahaya,
atau penglihatan kabur. Azol tahan Candida telah dilaporkan dalam literatur.
Tingkat cairan sinovial flukonazol telah menunjukkan penetrasi jaringan yang
baik pada pasien terapi oral. Ketoconazole dikaitkan dengan hepatotoksisitas,
kerusakan kelenjar adrenal, dan aritmia; Oleh karena itu, kelompok obat yang
mengatur di Amerika Serikat dan di Eropa sedang berusaha untuk memblokir
penggunaannya.
Echinocandins (misalnya, caspofungin, micafungin, anidulafungin)
menyebabkan inhibisi non-kompetitif sintesis 1,3--glukan. Mekanisme tindakan

adalah unik dan memungkinkan obat tersebut untuk digunakan dalam kombinasi
dengan antijamur lainnya. Ini kelas antijamur aktif terhadap Candida dan
Aspergillus dan ditoleransi dengan baik, dengan rendahnya tingkat penghentian
dikaitkan dengan efek samping. Caspofungin mungkin efektif melawan biofilm
terkait dengan beberapa infeksi jamur, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan.
Ketika mempertimbangkan retensi hardware, penggunaan micafungin harus
dipertimbangkan karena aktif terhadap biofilm. Namun, echinocandins tidak
memiliki aktivitas terhadap Cryptococcus.
Flusitosin adalah pirimidin analog dan timidilat sintase inhibitor. Hal ini
biasanya digunakan dalam kombinasi dengan antijamur lainnya (terutama
amfoterisin B) untuk pengelolaan Candida dan Cryptococcus. Ini memiliki
toksisitas sumsum tulang yang signifikan dan tidak dapat digunakan sendiri
karena pesatnya perkembangan resistensi.