Anda di halaman 1dari 2

4.

Tes subjektif : tes-tes subjektif dapat dilakukan oleh pasien sendiri untuk
menilai keadaan hipersomnolensi yang terjadi pada individu saatberaktifitas. Uji
yang digunakan adalah : Functional Outcomes of Sleep Questionnaire (FOSQ)
dan Stanford Sleepness Scale (SSS). FOSQ menilai kecukupan tidur untuk
melakukan aktifitas sehari-hari dan SSS menanyakan seberapa pasien saat ini
merasa mengantuk. Selain itu, kuesioner Epworth Sleepiness Scale (ESS) yang
merupakan skala internasional dalam penentuan daytime sleepiness. OSA
kemungkinan terjadi pada individu dengan nilai ESS lebih dari 10.

Tabel 2.6. Epworth sleepness scale


Kriteria
1 Duduk dan membaca
2 Menonton telivisi
3 Duduk diam di tempat umum (di bioskop atau rapat)
4 Sebagai penumpang mobil selama 1 jam tanpa istirahat
5 Rebahan untuk istirahat sore ketika memungkinkan
6 Duduk dan berbicara dengan seseorang
7 Duduk tenang setelah makan siang tanpa minum alkohol
8 Saat mengemudi dan mobil berhenti beberapa minit
dalam kemacetan

Nilai Mengantuk
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3

0
1
2
3

Nilai ESS 10
indikasi daytime
sleepiness atau
sleep disorder

=
=
=
=

Tidak pernah mengantuk


Sedikit mengantuk
Cukup mengantuk
Sangat mengantuk dan tertidur

6. Obstructive Sleep Apnea/Hypopnea Syndrome Score (OSAHS score) : system


skoring ini telah diciptakan untuk mempermudahkan stagind dari OSA pada
individu. Skoring mengandung 3 komponen penilaian yaitu: a) ukuran tonsil b)
rongga mulut, dan c) BMI
Tabel 2.4. Sistem staging Friedman
Stage

Friedman Palate
Position

Ukuran Tonsil

BMI

3,4

<40

2
II

III

<40

1,2

1,2

<40

3,4

3,4

<40

0,1,2

<40

IV

0,1,2

<40

1,2,3,4

0,1,2,3,4

>40

Pemeriksaan radiologi
Fiberoptic nasopharyngoscopy merupakan salah satu teknik yang dapat
digunakan untuk evaluasi jalan napas dan menentukan tingkat obstruksi: nasal,
retropalatal atau retrolingual. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan berbagai
posisi saat bangun dan tidur.
Pemeriksaan radiologi dapat juga dilakukan untuk identifikasi letak dan
keparahan dari obstruksi saluran napas bagian atas atau kolaps pada OSA.
Teknik-teknik radiologi ini hanya dapat dilakukan pada individu yang sadar, maka
obstruksi jalan napas selama tidur tidak dapat di identifikasi. Cephalometric
radiograph adalah pemeriksaan radiologi yang sering digunakan untuk evaluasi
penderita OSA. Pencotraan ini dapat memberikan informasi mengenai tulang dan
jaringan lunak.
Computed tomograph (CT) memberi detail anatomi tulang dan jarngan
lunak yang sangat baik namun sensitifitasnya untuk diagnosis OSA rendah.
Magnetic resonance imaging (MRI) dapat membedakan antara berbagai jaringan
lunak namun MRI ini mahal dan penggunaannya terbatas. Kedua pencitraan ini
walaupun sangat baik untuk mendeteksi kelainan anatomi, tetapi tidak dapat
membedakan antara OSA dan non-OSA.
3. Pemeriksaan hidung : perlu dievaluasi deformitas hidung, tipptosis, nostril
asimetris dan obstruksi katup internal. Pemeriksa dapat melakukan Cottle
maneuver untuk dilatasi katup nasal dan mengetahui tingkat pernapasan. Dapat
dilihat pada rongga nasal: ukuran konka, tanda-tanda polip, massa, rhinitis,
purulensi dan posisi septum nasal. Nasofaringoskopi dapat digunakan untuk
evaluasi konka posterior, orifisium tuba eustachius, katup velofaringeal dan
adenoid. Selain itu, velofaring dapat di observasi langsung melalui muller
maneuver.
4. Pemeriksaan rongga mulut : pada rongga mulut dilakukan observasi ukuran
dan posisi lidah, panjang palatum dan uvula, ukuran tonsil, modified Mallmapati
score, dan orofaring.
5. pemeriksaan hipofaring : hipofaring dapat di evaluasi dengan nasofaringoskopi
untuk melihat dasar lidah, tonsil lingua, masa obstruksi di supraglottis, glottis,
subglottis laring. Kelainan vallecular, epiglottis, dinding lateral faring dan
obstruksi umum akibat lidah dapat juga mengakibatkan kolaps hipofaringeal saat
tidur.

Anda mungkin juga menyukai