Pengertian bonus demografi menurut BKKBN adalah bonus yang dinikmati suatu negara
sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam
evolusi kependudukan yang dialaminya.
Bonus demografi sering dikaitkan dengan suatu kesempatan yang hanya akan terjadi satu kali
saja bagi semua penduduk negara yakni the window of opportunity. Kesempatan yang
diberikan oleh bonus demografi ini tidak terjadi selamanya, antara satu hingga dua dekade
saja. Hal ini disebabkan karena dalam perjalanan transisi demografi, harapan hidup yang
terus meningkat akan meningkatkan jumlah lansia di atas 65 tahun sedemikian rupa sehingga
rasio ketergantungan akan meningkat lagi.
Tanda-tanda datangnya bonus demografi sudah muncul sejak beberapa tahun ini. Tingkat
kelahiran di Indonesia menurun, diikuti oleh meningkatnya jumlah penduduk usia produktif.
Berdasarkan estimasi para ahli, penduduk usia produktif pada 2020 akan mencapai 69%
dari total populasi penduduk Indonesia. Berdasarkan estimasi para ahli, jumlah penduduk
usia produktif atau usia kerja (15-64 tahun) pada tahun 2020-2030 akan mencapai sekitar
70% dari total populasi. Sehingga beban tanggungan penduduk yang berusia produktif
menjadi kecil.
Maka terbukanya the window of opportunity yang menyediakan kondisi untuk meningkatkan
produktivitas ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi pemerintah baik pusat maupun
daerah apabila ingin meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Hal ini merupakan
kesempatan besar untuk memacu produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang pengaruh
kesejahteraannya bisa terasa hingga berpuluh-puluh tahun kemudian, karena keluarga dan
pemerintah dapat berinvestasi lebih banyak dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Fase yang disebut sebagai window of opportunity (jendela kesempatan) ini tidak akan
menjadi jendela yang bermanfaat jika Indonesia tidak mempersiapkan diri untuk
menyambut kehadiran bonus demografi tersebut. Tanpa respon dan persiapan yang baik
bukanlah bonus atau kesejahteraan yang akan kita panen tetapi negara ini akan memanen
berbagai macam persoalan.
Selain itu, Bonus Demografi baru akan dirasakan jika seluruh angkatan kerja yang ada pada
era bonus demografi tersebut dapat produktif dan terserap dalam lapangan pekerjaan. Dimana
mereka dapat bekerja pada berbagai pilihan lapangan pekerjaan yang ditawarkan. Namun
apakah pemerintah memiliki kemampuan dalam menyediakan berbagai macam pilihan
lapangan pekerjaan bagi 70 persen sumber daya manusia dari total penduduk Indonesia? Jika
tidak mampu maka yang terjadi adalah ledakan pengangguran usia produktif yang akan
memicu berbagai persoalan, diantaranya seperti peningkatan kriminalitas, peningkatan beban
pemerintah dalam hal jaminan kesehatan dan sosial, terjadinya jarak pendapatan yang cukup
tajam antara SDM yang terampil dan yang tidak terampil, meningkatnya persaingan dalam
penguasaan SDA antara rakyat dengan pemerintah; Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah, atau antar Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Daerah lainnya.
Penyiapan SDM yang mampu bersaing secara global (pasar kerja dunia) atau mampu
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri (entrepreneur) merupakan persyaratan utama dalam
menyongsong kehadiran Bonus Demografi. Maka diperlukan peningkatan mutu modal
manusia dengan langkah-langkah seperti mempertahankan struktur umur penduduk
karena pertumbuhan ekonomi dapat terpicu jika jumlah penduduk usia kerja lebih besar dari
jumlah anak-anak dan struktur penduduk dapat dipertahankan dengan terus melanjutkan
program Keluarga Berencana (KB); meningkatkan kesehatan karena perilaku hidup sehat
membentuk pekerja produktif dan memicu pertumbuhan ekonomi, maka diperlukan program
kesehatan yang mengutamakan peningkatan kesadaran untuk menghindarkan konsumsi rokok
dan alkohol berlebihan serta obat-obatan terlarang terutama bagi para remaja;
meningkatkan kualitas pendidikan dan IPTEK karena investasi dan perluasan pendidikan
dasar dan menengah serta kesetaraan gender akan membantu negara mempunyai tenaga kerja
yang berpendidikan dan terampil. Dengan tambahan pelatihan dan peningkatan keterampilan,
maka pekerja muda akan mudah berkompetisi di pasar kerja global. Keuntungan yang dipetik
dari bersekolah merupakan indikator dari produktifitas pendidikan. Tingkat pendidikan yang
diraih tidak otomatis meningkatkan pertumbuhan ekonomi melainkan keterampilan kognitif
memegang peranan untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Dengan keterampilan kognitif
yang tinggi, produktifitas pekerja meningkat, penghasilan per kapita meningkat dan tabungan
rumah tangga pun meningkat. Dan masih banyak juga faktor lainnya yang akan
mempengaruhi mutu atau kualitas SDM.
Daftar pustaka
https://sukoharsono.wordpress.com/2015/04/24/bonus-demografi-dan-ketenagakerjaanbagi-indonesia-sebuah-peluang-atau-ancaman/
http://kepri.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=8c526a76-8b88-44fe-8f812085df5b7dc7&View=69dc083c-a8aa-496a-9eb7-b54836a53e40&ID=146
buku seri pendidikan kependudukan : Materi pembekalan guru smp dalam
pengintegrasian pendidikan kependudukan dengan kurikulum 2013
Jurnal kependudukan Indonesia