Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN BIODIESEL DARI

MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS CaO


DISINARI DENGAN GELOMBANG MIKRO
Susila Arita.R.*, Attaso.K, Rangga Septian
*Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Abstrak
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif. Biodiesel dapat dibuat dari minyak sawit dan
bahan baku lainnya. Penelitian ini mempelajari kondisi optimum minyak Biodiesel minyak sawit dengan
reaksi metanolisis katalis heterogen kalsium oksida (CaO) komersial dibantu oleh penyinaran gelombang
mikro. Perlakuan awal katalis untuk mendapatkan kondisi optimum telah dilakukan kalsinansi pada
500oC selama 1 jam. Pengurangan FFA mencapai 0,2% dengan esterifikasi. Hasil biodiesel dianalisis
dengan gas kromatografi untuk mengukur total konversi metil ester. Kondisi optimum untuk
transesterifikasi adalah 400 watt dengan katalis 5% CaO dari berat minyak, memiliki yield biodiesel
75,60% dan konversi metil ester 92%. Secara umum, kualitas produk biodiesel dalam percobaan ini tidak
dapat memenuhi persyaratan standar biodiesel secara komersial.
Kata Kunci : Biodiesel, Minyak Sawit, Katalis Heterogen, Gelombang Mikro, CaO
Abstract
Biodiesel is one of the alternative fuels. Biodiesel can be made from palm oil and the other raw material.
This research studies the optimum condition of palm oil (RPO) production by methanolysis reaction
heterogeneust catalyst of calcium Oxide (CaO) commercial aided by microwave irradiation. In order to
get optimum condition, pretreatment catalyst has been done in 500 oC at 1 hour. FFA removal can be
reduced until 0,2% by esterification . The result of biodiesel was analyzed by Gas chromatography to
measure the total of methyl esters conversion. The optimum condition for transesterification was 400
watts and catalyzed by 5% of CaO, have the yield of biodiesel 75,60% and the conversion of methyl
esters 92%. In general, the quality of biodiesel product in this experiment cant fulfill the standard
requirement of biodiesel enough.
Keywords: Biodiesel, Palm Oil, Heterogeneust Catalyst, Microwave,Calcium Oxide

1.

PENDAHULUAN

Selama krisis energi dewasa ini, harga


minyak mentah menjadi mahal dan masalah
lingkungan telah mendorong pemerintah dan
masyarakat untuk menetapkan kebijakan energi
nasional dengan penekanan pada energi
terbarukan seperti biodiesel untuk mengurangi

konsumsi bahan bakar fosil dan untuk


meningkatkan keamanan energi negara. Di
Thailand dan Indonesia, kelapa sawit adalah
sumber daya biomassa yang memiliki potensi
tinggi sebagai sumber energi terbarukan untuk
produksi biodiesel. Minyak sawit mentah

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013

Page 45

(KELAPA SAWIT) dari buah sawit telah


menghasilkan sekitar 180 kg per ton tandan buah
segar (TBS) (H-Kittikun et al., 2000). Pada tahun
2007, tingkat produksi TBS dari hampir 6,4 juta
ton per tahun secara teori dapat digunakan untuk
memproduksi 1,15 juta ton minyak sawit per
tahun (OAE, 2009).
Biodiesel biasanya dibuat dengan reaksi
transesterifikasi trigliserida (minyak nabati) untuk
metil ester dengan metanol menggunakan natrium
atau kalium hidroksida yang dilarutkan dalam
metanol sebagai katalis. Biodiesel dapat
diproduksi melalui reaksi antara minyak sawit
dengan alkohol menggunakan katalis heterogen.
Dalam penelitian ini, jenis alkohol yang
digunakan adalah metanol sebagai alkohol
derivatif yang memiliki berat molekul rendah
sehingga kebutuhan untuk alkoholisis relatif
sedikit, lebih murah dan lebih stabil. Selain itu,
aktivasi reaksi lebih tinggi bila dibandingkan
dengan etanol (Prihandana et al., 2006). Jadi
reaksi untuk menghasilkan biodiesel disebut
reaksi metanolisis.
Katalis yang sering digunakan dalam
pembuatan biodiesel adalah katalis homogen,
katalis homogen tidak begitu populer sekarang
karena proses pemisahannya yang sulit. Jadi
alternatif lainnya adalah katalis heterogen yang
dianggap lebih ekonomis dan lebih mudah dalam
pemisahan produk biodiesel . KOH dan NaOH
sering digunakan dalam produksi biodiesel
sebagai katalis homogeny, namun penggunaan

katalis ini memiliki kelemahan, yaitu pemisahan


katalis dari produk cukup rumit . Sisa katalis
homogen dapat menjadi limbah dari biodiesel
yang dihasilkan ( Herman.S & Zahrina.I , 2006) .
Selain itu, Katalis homogen dapat bereaksi
dengan asam membentuk sabun lemak bebas
sehingga akan mempersulit pemurnian ,
menurunkan hasil biodiesel dan meningkatkan
konsumsi katalis dalam reaksi metanolisis (
Gozan et al ,2007;Nasikin et al, 2004 ) .
Penggunaan katalis heterogen dalam produksi
biodiesel dapat mengatasi beberapa kelemahan
yang dimiliki oleh katalis homogeny. Pemisahan
katalis heterogen produk cukup sederhana , yaitu
dengan menggunakan penyaringan . Salah satu
katalis yang dapat digunakan dalam reaksi
metanolisis heterogen adalah kalsium karbonat (
CaCO3 ) yang dibakar pada suhu dan waktu
tertentu ke Kalsium Oksida ( CaO )

2.

Penelitian
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
eksperimen
di
laboratorium. Pembuatan biodiesel dari minyak
sawit menggunakan katalis Heterogen (CaO)
dibantu dengan radiasi gelombang mikro. Kondisi
optimum diperoleh dengan memvariasikan
kekuatan microwave, dan katalis. Biodiesel yang
dihasilkan dianalisa densitas, yield, FFA, Angka
asam dengan metode uji laboratorium dan
Konversi menggunakan Gas Chromatography.
Bahan baku biodiesel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Refined Palm Oil dan
metanol 98% (MERCK). Katalis yang digunakan
yaitu katalis homogen asam sulfat pekat 98%
untuk esterifikasi dan katalis heterogen kalsium
oksida (CaO) 96% untuk reaksi transesterifikasi.

Aktivasi katalis dilakukan sebelum reaksi


transesterifikasi, dengan memanaskan CaO pada
furnace dalam temperature 500oC selama 1 jam.
Pada penelitian ini digunakan variable
bebas dan variable tetap. Variabel bebas yang
dipelajari adalah konsentrasi katalis 1%, 3%, 5%
dari berat minyak dan kekuatan daya gelombang
mikro 200 watt, 300 watt, dan 400 watt.
Sedangkan variable tetap adalah perbandingan
mol metanol dan minyak sebesar 18:1, waktu
reaksi 20 menit, kecepatan pengadukan
transesterifikasi 600 rpm, jumlah katalis asam
sulfat 3% dari berat minyak sebanyak 100 gram
untuk setiap sampel.
Langkah pertama yang dilakukan dengan
pengurangan FFA melalui reaksi esterifikasi
terlebih dahulu untuk mengubah asam lemak

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013

Page 46

METODOLOGI

Gambar 1. Reaksi metanolisis dengan katalis


basa heterogen CaO2

menjadi ester dengan pemanasan konvensional


selama 60 menit dengan temperature 65oC dijaga
konstan sampai reaksi selesai. Hasil esterifikasi
didiamkan selama 24 jam di corong pemisah dan
hasil esterifikasi pada lapisan bawah corong pisah
akan digunakan pada reaksi transesterifikasi.
.Langkah selanjutnya dalam penelitan ini adalah
pretreatment katalis kalsium oksida dengan
kalsinasi katalis CaO di dalam tungku dengan
temperature 500oC selama 1 jam, lalu
dicampurkan dengan metanol yang akan
direaksikan dan diaduk selama 15 menit dengan
kecepatan pengadukan 300-400 rpm. Setelah
perlakuan katalis selesai, reaksi metanolis
dilakukan pada reaktor batch berupa labu reaksi
yang dihubungkan dengan kondensor
pada
microwave konvensional seperti yang ditunjukkan
gambar 2. Reaksi dilakukan untuk semua variasi
katalis dan daya gelombang mikro. Hasil
transesterifikasi didiamkan pada corong pisah
selama 6 jam dan biodiesel dipisahkan dari
gliserol, katalis lalu dicuci dengan aquades
dengan perbandingan 1:1, temperature aquades
50-60oC untuk memisahkan sabun dari crude
biodiesel. Pencucian dilakukan di corong pisah
selama 2 kali dan biodiesel dikeringkan pada oven
laboratorium dengan temperature 90oC selama 6
jam untuk menghilangkan kadar air. Dari hasil uji
biodiesel akan didapatkan perolehan yield
biodiesel, FFA hasil transesterifikasi, angka asam,
densitas, dan konversi biodiesel yang dianalisa
gas kromatografi AS 2000.

Gambar 2 Rangkaian alat transesterifikasi


3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pembuatan biodiesel menggunakan


minyak kelapa sawit sebagai bahan baku telah
ditemukan bahwa kandungan asam lemak bebas
masih cukup tinggi untuk melakukan reaksi

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013

metanolisis , sebelum reaksi dilakukan , kita perlu


mengurangi persentase asam lemak bebas dalam
minyak sawit dengan mengkonversi asam lemak
bebas ( FFA ) menjadi ester melalui reaksi
esterifikasi. Rasio molar metanol dengan minyak
adalah 18:1 , lalu ditambahkan ke 100 gr minyak
dan 3 % asam sulfat ( H2SO4 ) dari berat minyak .
Esterifikasi dilakukan dengan pemanasan
konvensional selama 1 jam pada suhu 65oC
(Buathip T et al, 2013). Diketahui kandungan
FFA pada minyak sebanyak 1,06 % dan setelah
pengurangan FFA melalui esterifikasi , asam
lemak bebas ( FFA ) telah berubah menjadi 0,20
% . Menurut Garpen ( 2004) kadar FFA
diperbolehkan dalam katalis basa adalah < 1 %
atau setara dengan 2 mg KOH/g sampel ( Berrios ,
2007) . Reaksi esterifikasi membutuhkan metanol
dan katalis asam untuk mengubah FFA menjadi
ester dan air. Penggunaan katalis asam untuk
reaksi ini memiliki alasan yaitu tidak
menyebabkan
reaksi
saponifikasi
dengan
kandungan FFA tinggi.
Studi tentang pembuatan biodiesel melalui
pemanasan batch konvensional telah dilakukan
oleh banyak orang dan tentunya lebih mahal
karena energi yang dipakai lebih tinggi dan waktu
proses yang lama , Padil (2010) telah melakukan
penelitian tentang transesterifikasi minyak nabati
dengan menggunakan CaO dengan pemanasan
batch konvensional dan dihasilkan konversi
methyl ester sekitar 73,03 % dan 73,38 % reaksi
ini membutuhkan suhu sekitar 105oC dengan
waktu reaksi 1,5 jam . Ini berarti menggunakan
pemanas konvensional membutuhkan waktu
reaksi yang lama untuk membuat FAME (Fatty
Acid Methyl Ester), namun kita dapat mengurangi
semua itu dengan microwave . Dalam hal ini
microwave komersial digunakan reactor skala
batch . Metode batch memiliki beberapa
keuntungan jika kita bandingkan dengan metode
continous karena lebih mudah dalam mengontrol
proses dan tidak perlu banyak peralatan untuk
melakukan
percobaan.
Transesterifikasi
membutuhkan banyak metanol untuk mengubah
trigliserida menjadi metil ester , itu sebabnya
dalam penelitian menggunakan perbandingan
molar tinggi antara metanol dan minyak (18:01) ,
hal itu akan membuat keseimbangan reaksi akan
bergerak ke arah kanan (produk) dan membuat
konversi metil ester menjadi lebih tinggi , karena

Page 47

3 mol metanol dan 1 mol trigliserida akan


membentuk 3 mol metil ester dan 1 mol gliserol. (
Bradshaw dan Meuly , 1994).
Dalam percobaan ini telah dilakukan
reaksi transesterifikasi dengan berbagai katalis 1
% , 3 % dan 5 % dari berat minyak untuk setiap
sampel dan juga kekuatan daya microwave 200
watt , 300 watt , dan 400 watt . wakty setiap
reaksi adalah sama yaitu 20 menit dan kecepatan
pengadukan yang sama juga untuk setiap sampel
yaitu 600 rpm . Produk utama metanolisis adalah
biodiesel ( metil ester ) , dan gliserol. Biasanya
proses pembuatan biodiesel dengan katalis
heterogen akan membuat 3 lapisan , bagian bawah
adalah katalis yang digunakan , bagian tengah
adalah gliserol dan atas adalah produk (
biodiesel), tapi dari percobaan ini didapatkan 4
lapisan dengan pemanasan microwave dibawah
300oC . lapisan bagian atas adalah metanol
berlebih yang belum bereaksi atau diduga tidak
bereaksi , di tengah adalah biodiesel , di lapisan 3
adalah gliserol dan lapisan 4 adalah katalis.
Diasumsikan bahwa pada suhu rendah
metanol tidak dapat terkonversi penuh menjadi
biodiesel karena reaksi waktu yang singkat .
Tetapi pada 300oC - 400oC ,,semua metanol telah
diubah menjadi biodiesel dan hanya menghasilkan
3 lapisan . Lapisan adalah biodiesel , lapisan
tengah adalah gliserol dan lapisan 3 adalah
katalis. Hasil yang ditampilkan produk dapat
dilihat pada gambar 4.1. Kita bisa melihat dari
data yang ditampilkan hasil tertinggi adalah 300
watt daya microwave dan katalis 1 % CaO
menghasilkan 91% yield biodiesel. Dan yield
terendah pada 200 watt daya dan dengan katalis 1
% CaO yang hanya memiliki 60,48% yield
biodiesel. Itu berarti 300 watt lebih baik daripada
200 watt . kekuatan daya gelombang mikro telah
dipelajari Putra,RP dkk ( 2012) , mereka
mendapatkan hasil sekitar 60,11% yield biodiesel
dalam 20 menit reaksi pada 200 watt dengan
katalis 1 % CaO.
Tapi untuk kondisi reaksi dengan suhu 300
watt dengan konsentrasi katalis 3 % dan 5 % ,
yield biodiesel adalah berkurang dari 91,15%
menjadi 86,6 % dan 77,34 % . Diduga bahwa
terjadi human error saat pencucian biodiesel.
Karena berdasarkan grafik di atas bahwa 200 watt
dan 400 watt daya gelombang mikro , yield
biodiesel akan naik untuk katalis yang lebih tinggi

. Penggunaan katalis dapat mempengaruhi hasil


yang diperoleh, dalam hal waktu dan suhu reaksi
tergantung pada karakteristik masing-masing
katalis.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan
menggunakan NaOH sebagai katalis basa
homogen dan membentuk biodiesel sebesar 98 %
pada 260 Watt dan suhu operasi 50oC selama 20
menit.

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013

Page 48

100
80
60

200 watt

40

300 watt

20

400 watt

0
CaO CaO 3% CaO
1%
5%
Gambar 3. Grafik Perbandingan Terhadap Yield
Biodiesel Dengan Variasi Katalis dan Daya
Gelombang Mikro.
suhu operasi 50oC selama 20 menit. ( Santoso
dan Wijaya, 2009). Seperti kita ketahui katalis
homogen akan menghasilkan yield yang lebih
tinggi tetapi membutuhkan biaya produksi yang
lebih besar dan pemisahannya sulit.
Analisis
oleh
Trace
Gas
Chromatography AS 2000 digunakan untuk
menentukan jenis senyawa yang terkandung
dalam metil ester dari minyak sawit , dan untuk
menghitung persentase konversi Fatty Acid
Methyl Ester ( FAME ) pada biodiesel yang
terbentuk . Analisis ini menghasilkan puncak
spektrum masing-masing menunjukkan jenis metil
ester tertentu. Berdasarkan data dari GC ,
berbagai jenis metil ester untuk biodiesel dapat
diketahui. Analisis senyawa biodiesel dilakukan
terhadap puncak fragmentasi yang dapat
diidentifikasi
sebagai
senyawa
biodiesel
berdasarkan kemiripan dengan senyawa standar.
Senyawa A dikatakan mirip dengan senyawa
standar jika memiliki berat molekul yang sama ,
pola serupa, fragmen, dan nilai indeks kesamaan
yang tinggi . Untuk menggunakan GC kita
membutuhkan larutan standar,heksana dan
sampel. Dalam penelitian ini digunakan 2 ml
heksana dan dicampur dengan 0,2 ml minyak.

Setelah itu diisi dalam botol sampel untuk


dianalisa dengan GC yang terhubung ke perangkat
lunak komputer .
Tabel 3. Senyawa yang terkandung dari
Biodiesel Minyak Sawit
No Nama Senyawa Puncak Persentase
(%)
1

C16:0 (methyl

9,8

0,041

Palmitate)
2

C16:1 (methyl

100

palmitoleate)
3

C18:0 (methyl

1,078

9,227

stearate)
4

C18:1 (methyl

yang diberikan masih kecil , sehingga belum


mampu mereaksikan minyak dan metanol dalam
waktu 10 menit. Biodiesel mulai terbentuk pada
400 watt dan rasio mol minyak terhadap metanol
adalah 1:12 . Metanol yang tidak bereaksi dari
pembuatan biodiesel dengan daya 200 watt dan
300 watt dalam waktu 20 menit juga masih
terlihat , dan hal ini mengakibatkan konversi metil
ester tidak sempurna, sedangkan untuk daya
microwave 400 watt

80
60

oleate)
Dari tabel di atas terlihat bahwa
Biodiesel dari minyak sawit memiliki senyawa
utama metil ester antara lain metil palmitat, metil
palmitoleat, metil stearat dan metil oleat dimana
konversi tertinggi dimiliki oleh metil palmitat
karena asam lemak ini merupakan asam lemak
dominan pada minyak kelapa sawit. Senyawa lain
yang dihasilkan dari analisis dengan Gas
Chromatography, kemungkinan sebuah turunan
alkil ester asam lemak. Di dalamnya ada juga
metil ester tak jenuh, yaitu metil ester
palmitoleate (C16:1) meskipun persentasenya
sangat kecil. Hasil konversi yang dihitung dari
masing-masing sampel yang dianalisa oleh GC
dapat ditampilkan dalam lampiran. Dan grafik di
bawah ini dapat menggambarkan tentang jumlah
konversi yang terbentuk. Dari grafik di atas kita
bisa mendapatkan kesimpulan bahwa kondisi
tertinggi adalah untuk daya 400 watt dan 5 %
Kalsium Oksida . Daya 400 watt juga
menghasilkan konversi metil ester tertinggi dari
yang lainnya , dan terlihat pada grafik jumlah
katalis juga mempengaruhi konversi metil ester,
semakin banyak jumlah katalis, hasil konversi
semakin besar. Dalam grafik kita dapat melihat
bahwa konversi biodiesel terlalu kecil untuk 200
watt dan 300 watt. Handayani SP (2010) telah
membuktikan penggunaan microwave dalam
pembuatan biodiesel dengan katalis basa
homogen pada 300 watt , konversi biodiesel
kurang dari 70% . Hal ini diduga bahwa daya

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013

200 watt

40

300 watt

20

400 watt

0
CaO
1%

CaO
3%

CaO
5%

Gambar 4 Hasil Konversi Metil Ester Analisa


Gas Kromatografi.
tidak ditemukan metanol sisa yang tidak bereaksi.
Jumlah katalis terlihat mempengaruhi
persentase konversi. Hal ini ditunjukkan dalam
gambar 4 untuk daya microwave 200 watt dan
400 watt, konversi yang dihasilkan tinggi kecuali
daya 300 watt . diduga bahwa pada daya 300 watt
terdapat human error atau reaksi katalitik rendah
.sehingga hanya dimiliki 6 sampel data untuk
menggambarkan persentase konversi yang
dipengaruhi oleh katalis. Untuk daya 400 watt
memiliki hasil yang memuaskan untuk 1% katalis
sampai 5% katalis dari berat minyak. Untuk daya
200 watt ,penambahan katalis juga mempengaruhi
konversi biodiesel tetapi tidak terlalu banyak
karena pada daya 200 watt , minyak sawit belum
dikonversi setinggi 400 watt menjadi FAME.
Penambahan CaO sebagai katalis heterogen masih
memiliki masalah di dalamnya , karena CaO lebih
mudah untuk menyerap CO2 di udara dan tidak
tahan dalam udara lembab . Jadi kita perlu
persiapan sebelumnya, dengan mengaktivasi CaO
dalam tungku sekitar 500oC dalam satu jam untuk
menghilangkan kadar air dalam Kalsium Oksida.
Kalsinasi juga bisa menghilangkan CO2 dari

Page 49

partikel CaO, sehingga membentuk banyak poripori pada kalsium oksida . Ukuran CaO yang
digunakan sekitar 200 mesh, produktivitas akan
lebih baik bila luas permukaan katalis per satuan
massa lebih besar . Memperbesar luas permukaan
katalis per satuan massa dapat dilakukan dengan
mengurangi ukuran katalis padat . Kita juga perlu
mencampur metanol dengan katalis lalu dilakukan
pengadukan dengan kecepatan 300-400 rpm
selama 10-15 menit . Untuk mendapatkan kondisi
yang optimal pada transesterifikasi , katalis CaO
akan diaktifkan oleh Metanol . Sejumlah kecil
CaO akan bereaksi dengan metanol dan diubah
menjadi Ca(OCH3) 2 dan Ca(OH)2 tetapi beberapa
CaO yang tersisa tidak berubah . Mula-mula CaO
akan bereaksi dengan metanol dan membentuk
Ca(OCH3)2 dan selanjutnya H2O yang dihasilkan
selama pembentukan Ca(OCH3)2 akan bereaksi
dengan CaO membentuk Ca(OH)2. (Ayato
Kawashima, dkk, 2009). Oleh karena itu, perlu
dilakukan aktivasi katalis sebelum reaksi.
Katalis CaO lebih aktif dan telah lama
dipelajari untuk transesterifikasi karena harganya
yang murah, memiliki energi aktivasi yang tinggi
( Liu et al , 2008) dan sedikit larut dalam metanol
dibandingkan alkali tanah hidroksida logam
seperti SrO dan Ba (OH)2 yang sepenuhnya
terlarut dalam media reaksi ( Granados et al ,
2007) . Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Granados et al ( 2007) menyimpulkan bahwa
meskipun CaO sangat aktif dalam reaksi
transesterifikasi , keberadaan H2O akan
menyebabkan terbentuknya Ca(OH)2 yang akan
membentuk layer tipis pada permukaan pori CaO
sehingga aktivitas katalitik CaO akan menyerupai
aktivitas katalitik Ca(OH)2.
Tingginya nilai angka asam dapat membuat
masalah baru untuk produk biodiesel. Menurut
Diaz dan Galindo (2007),bahan bakar mesin
diesel yang ideal adalah bahan bakar dengan
rantai hidrokarbon yang sepenuhnya jenuh.
Jumlah asam yang dimiliki biodiesel dari minyak
sawit juga sangat rendah, ini berarti Biodiesel
mengandung asam lemak bebas yang sangat
sedikit. Dengan demikian, biodiesel tidak bersifat
korosif dan tidak merusak injektor mesin diesel.
Bilangan asam yang didapatkan sesuai dengan
standar SNI yaitu dibawah 0,8%.
Dari grafik terlihat bahwa hasil bilangan
asam pada 200 watt dan 400 watt dengan jumlah

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013

katalis yang sama memiliki angka asam sesuai


dengan standar biodiesel dalam ASTM D-6751
yang mengizinkan bilangan asam tertinggi adalah
0,5%. Penambahan katalis mempengaruhi nilai
bilangan asam pada daya 200 watt. Hal tersebut
ditunjukkan bahwa jumlah katalis 1% memiliki
angka asam 018% , pada penambahan 3% CaO
terjadi kenaikan angka asam tapi grafik turun
kembali ke 0,18% ketika penambahan katalis
dalam 5%, kondisi yang sama juga terjadi pada
daya 400 watt.dapat disimpulkan bahwa
penambahan katalis CaO sebanyak 5% berat
minyak merupakan titik terendah dri setiap daya
microwave, dengan kata lain kondisi inilah yang
terbaik dengan angka asam yang kecil.
1
0.8
0.6

200 watt

0.4

300 watt
400 watt

0.2
0
CaO 1% CaO 3% CaO 5%
Gambar 5. Analisa Angka Asam

Densitas biodiesel dalam percobaan ini


dapat dilihat pada gambar 6. Ditunjukkan bahwa
daya microwave mempengaruhi densitas. daya
yang lebih tinggi dapat mengurangi nilai densitas
yang juga dipengaruhi oleh penambahan CaO
sebagai katalis, dan kondisi terbaik berada pada
daya 400 watt . Densitas standar Eropa EN-12414
memiliki persyaratan minimum adalah 860 kg/m3
dan maksimum adalah 900 kg/m3, katalis dalam
kondisi ini tidak mempengaruhi hasil secara
signifikan. grafik dari pengukuran densitas dapat
dilihat pada gambar 6.
Dalam daya microwave 400 watt
menunjukkan bahwa hasil uji densitas adalah 860
kg /m dengan variasi katalis 1%, 3%, dan 5% dari
berat minyak. Ini adalah hasil terbaik sesuain
dengan standar biodiesel Eropa EN-12414.
Menurut Prihandana et al., (2006), densitas
biodiesel yang melebihi ketentuan akan membuat
reaksi pembakaran tidak sempurna. Dengan
demikian dapat meningkatkan emisi dan membuat
mesin diesel cepat rusak. Biodiesel dengan

Page 50

densitas 860 kg/m3


pembakaran sempurna.

dapat

menghasilkan

7.

875
8.

870
200 watt
865

300 watt
400 watt

860
855

Senyawa biodiesel dari minyak sawit pada


percobaan ini telah dianalisa melaluii gas
kromatografi (AS 2000) adalah sebagai
berikut : metil palmitat , metil palmitoleate ,
metil stearat , dan metil oleat
Secara umum, kualitas biodiesel yang
dihasilkan dalam penelitian ini belum dapat
memenuhi persyaratan standar cukup
biodiesel
Berdasarkan
hasil
studi
eksperimental yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
CaO 1%CaO 3%CaO 5%

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat


disimpulkan sebagai berikut:
1. Radiasi gelombang mikro (microwave) dapat
dimanfaatkan dalam proses pembuatan
biodiesel dari minyak sawit melalui proses
transesterifikasi secara batch.
2. Penggunaan radiasi gelombang mikro dalam
pembuatan biodiesel dari minyak sawit
dengan daya yang lebih tinggi mampu
meningkatkan hasil yield biodiesel . Daya
yang optimal adalah 300 watt pada rasio mol
minyak sawit dengan metanol 1:18 dan
jumlah katalis 1% dari berat minyak memiliki
yield biodiesel sebesar 91,15 %
3. Penyinaran gelombang mikro membuktikan
bahwa dapat mengurangi waktu reaksi
menjadi sangat singkat. Semakin tinggi daya
gelombang mikro maka dapat meningkatkan
konversi metil ester . Daya yang optimal
adalah 400 watt pada rasio mol minyak sawit
dengan metanol pada 1:18 dan persentase
konversi mencapai 92 % dari FAME
4. Kondisi optimum dalam percobaan ini berada
pada 400 watt dan 5 % CaO , yang memiliki
hasil yang lebih baik daripada yang lain
5. Dari variasi berbagai katalis CaO , diperoleh
bahwa kondisi optimum untuk percobaan ini
adalah 5 % katalis dari berat minyak dalam
perbandingan molar minyak dan metanol
1:18.
6. Semakin banyak penambahan katalis CaO
pada daya 200 dan 400 watt dapat
meningkatkan konversi

A. Aziz, M. F. Said, M. A. Awang and M. Said,


Performance of Palm Oil-based
Biodiesel Fuels in a Single Cylinder
Direct Injection Engine, Palm Oil
Developments, No. 42, June 2005.
A. R. C. de L. M. Duarte, U. H. Bezerra, M. E. de
L. Tostes and G. N. da R. Filho,
Alternative Energy Sources in the
Amazon:
Evaluating
the
Energy
Potential of Palm Oil for the Generation
of Electricity in Isolated Communities,
IEEE Power and Energy Magazine,
January-February. 2007, Vol. 5, No. 1,
pp. 51-57
Atadashi IM, Aroua MK, Aziz AA. Biodiesel
separation and purification: a
review. Renew Energy 2010;36:43743.
Alba-Rubio AC, Santamara-Gonzlez J, MridaRobles JM, Moreno-Tost R, Martn
Alonso D, Jimnez-Lpez A, et al.
Heterogeneous
transesterification
processes by using CaO supported on
zinc oxide as basic catalysts. Catal
Today 2010;149:2817.
Albuquerque MCG, Jimnez-Urbistondo I,
Santamara-Gonzlez J, Mrida- Robles
JM, Moreno-Tost R, RodrguezCastelln E, et al. CaO supported on
mesoporous silicas as basic catalysts for
transesterification reactions. Appl Catal
A: Gen 2008;334:3543.
Allorerung. 2006. Biodiesel dari kelapa.http://
www.sinarharapan.co.id. (20 September
2007).
C. Y. May, M. A. Ngan, C. K. Yoo, R. A. Majid,
A. Y. K. Chung, H. L. L. Nang, C. S. Foon,
Y.C. Liang, P. C. Wei, N. M. Han and Y.
Basiron, Palm Diesel: Green and

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013

Page 51

Gambar 6. Hasil Analisa Densitas


4.

KESIMPULAN

Renewable Fuel from Palm Oil, Palm Oil


Developments, No. 23, 2005, pp. 3-7.
Handayani,S.P. Pembuatan Biodiesel dari
Minyak Ikan dengan Radiasi Gelombang
Mikro.
Skripsi
Jurusan
FMIPA
Universitas ebelas Maret Surakarta (2010).
Kouzu M, Kasuno T, Tajika M, Sugimoto Y,
Yamanaka S, Hidaka J. Calcium oxide as a
solid base catalyst for transesterification of
soybean oil and its application to biodiesel
production. Fuel 2008;87:2798806.
Kouzu M, Yamanaka S, Hidaka J, Tsunomori M.
Heterogeneous catalysis of calcium
oxide used for transesterification of
soybean oil with refluxing methanol.
Appl Catal A: Gen 2009;355:949.
Lpez Granados M, Mariscal R, Alba-Rubio AC,
Cavalcante Jr CL, Albuquerque MCG.
Spanish patent application P201131281;
2011.
Lam, M.K, Lee,K.T, dan Mohamed,A.R.
Homogeneous, heterogeneous and
enzymatic
catalysis
for
transesterification of highfree fatty acid
oil (waste cooking oil) to biodiesel
School
ofChemical
Engineering,
Universiti Sains Malaysia, Malaysia
(2010).
Refaat, A.A, dan Sheltawy,S.T. Time factor in
microwave
enhanced
biodiesel
production. The WorldScientific and
Engineering Academy and Society
Transactions on Environment and
Development (2008).
Suppes,G.J, Bockwinkel,K, Lucas,S, Botts,J.B,
Mason,M.H, dan ,J.A. Calcium
Carbonate Catalyzed Alcoholysis of Fats
and Oils.Department of Chemical and
Petroleum Engineering and Chemistry,
The University of Kansas (2001).
Suppalakpanya,K, Ratanawilai,S, Nikhom,R, dan
Tongurai,C. Production of Ethyl Ester
from Crude Palm Oil by Two-Step
Reaction Using Continous Microwave
System. Department of Chemical
Engineering,
Faculty
of
Engineering,Prince
of
Songkla
University, Thailand (2011).

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013

Vicente G, Martnez M, Aracil J. Integrated


biodiesel production: a comparison of
different homogeneous catalysts systems.
Bioresour Technol 2004;92: 297305.
Wang Y, Ou S, Liu P, Xue F, Tang S.
Comparison of two different processes to
synthesize biodiesel by waste cooking oil.
J Mol Catal A: Chem 2006;252: 10712.
Wilujeng,R dan Fityatin, A. Pembuatan
Biodiesel Secara Kontinyu Dengan
Memanfaatkan
Gelombang
Mikro
(Microwave). Skripsi Jurusan Teknik
Kimia ITS Surabaya (2011).

Page 52

Anda mungkin juga menyukai