Anda di halaman 1dari 65

i

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fungsi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar
adalah untuk mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta
wawasan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia
di masa lampau dan masa kini. Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di
Sekolah Dasar adalah untuk mengambil pengetahuan dan keterampilan dasar
yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta mampu
mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia
sejak masa lalu hingga masa kini, sehingga siswa memilki kebanggaan
sebagai bangsa Indonesia dan cinta kepada tanah air.
Tantangan terhadap peningkatan mutu, relevansi, dan efektivitas
pendidikan sebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan
kemajuan masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam progam pendidikan
dan kurikulum sekolah. Tujuan dari progam kurikulum dapat tercapai dengan
baik jika progamnya didesain secara jelas dan aplikatif. dalam hubungan
inilah para guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain progamnya
dan sekaligus menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh. Para
guru harus memiliki ketrampilan memilih dan menggunakan metode untuk
diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif (hamalik, 2001).
Oleh karena itu guru dipandang sebagai agen moderenisasi dalam
segala bidang. Usaha utama yang dapat dilakukan oleh guru adalah melalui

progam pendidikan bagi para siswa. Dalam melakukan usaha pencapian


tujuan pendidikan di sekolah tersebut, guru berperan penting dalam
menggunakan metode dan cara untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Untuk mencapai tujuan tersebut sangat didukung oleh strategi yang
digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
Menurut Usman (2002) mengatakan dalam proses belajar mengajar
merupakan suatu proses yang mengadung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi dan hubungan timbal
balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya poses belajar mengajar. Berdasarkan pendapat tersebut
Kusaeri. (2001), mengatakan bahwa guru sebagai pelaksana terdepan, harus
dapat mengantisipasi perkembangan ini, dengan memberikan materi
pembelajaran dengan strategi pengajaran yang diinginkan oleh siswa.
Sehingga materi yang di pelajari akan dapat diterima dengan baik oleh siswa
dan guru dapat memberikan dengan baik pula. Hal ini akan dapat terlaksana
apabila guru dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman dalam
menyampaikan materi dengan strategi belajar yang dapat meningkatkan
kreativitas siswa juga. Sebab jika tidak di barengi dengan pengetahuan guru
yang baik, tidak menutup kemungkinan bahwa pengetahuan guru akan kalah
dan tertinggal dari pengetahuan siswa.
Artinya dengan menggunakan strategi pembelajaran yang benar akan
mengarahkan siswa pada ketercapaian tujuan pendidikan yang di rumuskan.
Sebagai contoh mata pelajaran IPS untuk siswa Kelas II Sekolah Dasar

Negeri Kebonwaru Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi. Ada


beberapa temuan yang di alami oleh peneliti bahwa salah satu indikator
rendahnya prestasi siswa Sekolah Dasar ini adalah kurangnya partisipasi
siswa dalam mengikuti mata pelajaran ini. Siswa cenderung pasif,
keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan juga kurang.
Sehingga proses kegiatan belajar mengajar terkesan kurang menunjukkan
aktivitas yang berarti. Akhirnya, guru terlihat kurang aktif dalam proses
belajar mengajar, sedangkan siswanya pasif. Hal ini di sebabkan oleh
kecenderungan guru lebih senang menggunakan strategi belajar yang cepat
dan praktis mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sementara siswa
sudah bosan dengan strategi yang di berikan guru. Kondisi seperti ini jelas
berakibat pada prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS sangat
rendah.
Dewasa ini telah dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran
kooperatif untuk menghasilkan tujuan belajar yang baik. Mengapa harus
kooperatif? Menurut Nur Hadi (2002) sejauh ini pendidikan di Indonesia
masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat
fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama
strategi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah strategi baru yang lebih
memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan
siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa
mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Kenyataan dilapangan pendidikan proses pencapaian pembelajaran di


SD Negeri Kebonwaru Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi, masih
menggunakan paradigma lama walaupun sekarang kurikulum telah
berkembang menuju kurikulum berbasis Kompetensi. Sehingga tidak
menutup kemungkinan hasil belajar yang dicapai oleh siswapun terkesan
monoton, karena hanya menghafal suatu fakta dan guru dipandang sebagai
sumber utama dalam belajar. Salah satu hasil belajar yang diperoleh adalah
mata pelajaran IPS untuk kelas II. belajar IPS lebih mengutamakan pada
kemampuan berfikir logika, tidak menghafalkan suatu fakta. Namun
kenyataan ini masih terlihat dalam pencapaian hasil belajar dikelas II siswa
SD Negeri Kebonwaru Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi.
Berdasarkan pada fenomena tersebut, peneliti akan melakukan suatu
penelitian tindakan kelas dengan melakukan perubahan strategi belajar
mengajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas II SD Negeri Kebonwaru
Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan tekhnik
Jigsaw.
Menurut Suhardi (2001) mengatakan bahwa tekhnik jigsaw adalah
tekhnik belajar kelompok yang digambarkan sebagai berikut : (a) Satu kelas
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, banyaknya masalah/problem yang
ditawarkan guru. Kelompok-kelompok ini disebut dengan home group, (b)
Setiap anggota home group diberi problem yang berbeda-beda, tapi masingmasing home group diberi penyelesaian yang sama. Dengan batasan waktu
tertentu masing-masing anggota menyelesaikan problem secara individu, (c)
Anggota home group akan berpencar dan membentuk kelompok baru yang

membawa persoalan sama. Kelompok ini disebut expert group (kelompok


ahli). Dikelompok inilah mereka berdiskusi untuk menyamakan prestasi atas
jawaban mereka, dan (d) Setelah selesai mereka kembali ke home group dan
anggota-anggota akan mensosialisasikan hasil/jawaban dari kelompok ahli.
Dengan menggunakan strategi belajar tekhnik jingsaw ini diharapkan
hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas II SD Negeri Kebonwaru
Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi, mencapai suatu hasil yang
optimal. Beberapa alasan peneliti mengembangkan tekhnik jigsaw pada
pembelajaran mata pelajaran IPS disebabkan karena didalam kurikulum
mata pelajaran IPS dapat membantu siswa untuk : (1) menjalani kehidupan
sehari-hari secara efektif, (2) memahami dunianya dan hal-hal yang
mempengaruhinya, (3) memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berfikir kreatif, fleksibel, dan inovatif, (4) mengembangkan
pengertian tentang konsep-konsep IPS, (5) menilai dan menggunakan
produk teknologi, (6) memahami bahwa karir dalam sains dan teknologi
cocok bagi pria dan wanita, (7) membuat penilaian tentang isu-isu yang
berkenaan dengan lingkungan alam dan buatan, (8) bertanggungjawab
terhadap perbaikan kualitas lingkungan, (9) memberikan pemecahan pada
dilemma moral sehubungan dengan isu-isu sains dan teknologi, dan (10)
menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih lanjut.
Berdasarkan

fenomena-fenomena

tersebut,

peneliti

bermaksud

melakukan suatu penelitian tindakan (action research) tentang strategi


pembelajaran dengan menggunakan tekhnik jingsaw dalam menyampaikan
pelajaran IPS pada siswa kelas II SD Negeri Kebonwaru Kecamatan

Cikembar Kabupaten Sukabumi, dengan harapan penggunaan tekhnik


jingsaw ini dapat membantu meningkatkan prestasi siswa dalam belajar
mata pelajaran IPS.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembelajaran mata pelajaran IPS dikelas II SD
Negeri Kebonwaru Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi?
2. Apakah prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dipengaruhi
oleh strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru?
3. Bagaimanakah dampak penggunaan strategi pembelajaran dengan
tekhnik jingsaw terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS pada siswa
kelas II SD Negeri Kebonwaru Kecamatan Cikembar Kabupaten
Sukabumi?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan pada fokus penelitian tersebut, dapat dirumuskan
beberapa tujuan penelitian sebagai berikut :
1.

Mengetahui dan mendiskripsikan proses pembelajaran mata pelajaran


IPS di kelas II SD Negeri Kebonwaru Kecamatan Cikembar
Kabupaten Sukabumi

2.

Mengetahui dan mendeskripsikan prestasi belajar siswa dalam mata


pelajaran IPS dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

3.

Mengetahui dan mendeskripsikan dampak penggunaan strategi


pembelajaran dengan tekhnik jingsaw terhadap prestasi belajar mata
pelajaran IPS di kelas II SD Negeri Kebonwaru Kecamatan Cikembar
Kabupaten Sukabumi

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut, penelitian meningkatkan
prestasi belajar dan tekhnik jingsaw dalam pembelajaran IPS pada kelas II
SD Negeri Kebonwaru Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi,
diharapkan

dapat

menghasilkan

temuan-temuan

mengenai

strategi

pembelajaran dengan tekhnik jingsaw pada mata pelajaran IPS di kelas II


SD Negeri Kebonwaru Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi. Di sisi
lain diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi :
1.

Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan mata pelajaran IPS dikelas II SD Negeri
Kebonwaru Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi. Dengan
strategi Pembelajaran tekhnik jingsaw, dan pada Sekolah Dasar pada
umumnya.

2.

Sekolah Dasar
a. Memberikan bahan masukan dalam rangka pengembangan
kurikulum

sekolah

agar

tidak

terpaku

dengan

cara-cara

konvensional yang mapan, namun perlu disesuaikan dengan


perubahan atau inovasi penyelenggaraan proses pembelajaran
yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman.

b. Sebagai sarana untuk mengetahui atau menemukan hambatan dan


mengatasi penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya
memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang
dihadapi di kelas. Sehingga dapat menemukan cara yang tepat
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai dengan situasi
dan kondisi sekolah.
E. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
mengacu kepada tindakan guru ketika melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar
berdasarkan refleksi dari kegiatan belajar mengajar tersebut.Upaya
perbaikan terhadap kegiatan belajar mengajar berdasarkan permasalahan
yang ditemui di dalam kelas merupakan tugas dan tanggung jawab guru
untuk senantiasa melakukan perubahan-perubahan yang dirasakan perlu
dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Desain Penelitian Tindakan Kelas
dalam penelitian ini dirancang untuk dapat menyelesaikan satu pokok
bahasan

yang,

akan

dilaksanakan

secara

berkelanjutan

dengan

menggunakan dua siklus. Setiap siklus akan dilaksanakan sesuai dengan


perubahan atau perbaikan pembelajaran yang ingin dicapai seperti yang
digambarkan pada pertanyaan penelitiannya. Untuk dapat melihat
keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas II akan
dilakukan terlebih dahulu pembelajaran IPS di Kelas II sebagai observasi

awal dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan terlebih


dahulu.
Dari evaluasi dan pengamatan pada saat melakukan dahulu
pembelajaran IPS di Kelas II maka dalam refleksi akan ditetapkan
tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam upaya untuk dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar
pada mata pelajaran IPS di Kelas II melalui penerapan metode belajar
secara berkelompok.Desain penelitian yang dirancang terdiri dari (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan. (3) observasi dan refleksi,
dan (d) perencanaan tindakan lanjutan (Depdikbud, 1999).
2. Metode Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu alternatif
metode penelitian yang dapat dilaksanakan oleh guru untuk mengetahui
tingkat kemajuan bidang pendidikan terutama bagi kepentingan kelas atau
sekolah dimana guru itu mengabdikan ilmunya. Selain PTK ada beberapa,
jenis metode penelitian yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengetahui
tingkat kemajuan dalam bidang pendidikan. Metode penelitian yang
digunakan tersebut berupaya untuk mengetahui tentang pembelajaran,
metode pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarana serta hal yang,
berkaitan dengan dunia pendidikan. Guru sebagai seorang yang selalu
berinteraksi dengan para siswa sering menemukan berbagai masalah dan
persoalan yang menyangkut tentang bagaimana cara memberikan materi
pelajaran agar dapat dipahami oleh siswa dengan baik sesuai harapan dan
tujuan yang hendak dicapai. kadang-kadang guru menemukan persoalan
9

tentang keadaan dan kondisi kelas yang kurang kondusif bahkan kadangkadang guru kurang menyadari penggunaan metode mengajar yang kurang
tepat dan sesuai. Hampir setiap orang guru pernah menemukan atau
mendapatkan kesulitan dalam hal tersebut. Dengan berbagai cara guru tadi
mencoba menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat mengatasi
kesulitan tersebut tetapi hasilnya kurang dapat mengatasinya. Peranan guru
dalam mengatasi permasalahan pendidikan sangatlah penting sehingga
guru dituntut untuk dapat memperbaikinya dengan melakukan penelitian
terhadap pelaksanaan tugas mengajarnya baik secara sendiri-sendiri atau
bekerja sama dengan guru lain melalui penelitian tindakan kelas untuk
mengatasi persoalan atau permasalahan yang ditemukannya.
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri
Kebonwaru Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi, pada tahun
pelajaran 2012/2013.
4. Prosedur Penelitian
a. Observasi Awal
Tahap observasi awal dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan
keadaan atau kondisi awal kelas yang akan diiadikan subjek penelitian
melalui pengamatan awal ketika melakukan kegiatan belajar mengajar.
Pengamatan awal ini mengcakup keadaan atau kondisi kelas, sikap dan
prilaku siswa belajar didalam kelas, kemampuan siswa dalam hal
menangkap dan memahami pelajaran. Dalam observasi awal ini

10

kegiatan lain yang di lakukan adalah menganalisis Kurikulum Mata


Pelajaran IPS Kelas II SD. Dari hasil analisis ini ditentukan satu
standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar yang akan dijadikan
bahan sebagai materi ajar dalam melakukan penelitian. Standar
kompetensi dimaksud, yaitu Memahami peristiwa penting dalam
keluarga sebagai sumber cerita, sedangkan kompetensi dasarnya,
yaitu Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai
sumber cerita.
b. Membuat Rencana Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah dengan melakukan
studi pustaka tentang belajar secara kelompok. Kegiatan ini dilakukan
untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas.Penelitian
tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklusnya dilaksanakan
sesuai dengan perbaikan yang ingin dicapai dalam pembelajaran dalam
upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS di Kelas II. Dalam upaya untuk melihat tingkat
keberhasilannya dalam setiap tindakan, pedoman pengamatan dan
evaluasi dilakukan dalam setiap tindakan. Dari hasil pengamatan dan
observasi awal, maka ditentukan bahwa tindakan yang akan dilakukan
untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS
di Kelas II adalah dengan menerapkan metode belajar secara
berkelompok dalam setiap tindakan pembelajaran.

11

F. Landasan Teori
1. Prestasi Belajar
Prestasi merupakan hasil yang didapat oleh seseorang setelah
melakukan kegiatan. Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat
dicapai (Winkel, 2001 : 15). Menurut Pasaribu dan Simanjuntak
Achievement (prestasi) adalah isi dari kapasitas seseorang, yang dimaksud
di sini ialah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti didikan atau
latihan tertentu (Pasaribu dan Simanjuntak, 2003: 85). Dari ungkapan
tersebut jelaslah bahwa prestasi akan terjadi, setelah adanya kegiatan
tertentu.
Menurut Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) bahwa: Prestasi belajar
adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan
dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia ( 2001 : 70 ) yang
dimaksud
ketrampilan

prestasi
yang

belajar adalah
dikembangkan

penguasaan pengetahuan
oleh

mata

pelajaran,

atau

lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan bekerja keras, ulet,
tekun, sehingga bisa memberikan kepuasan dan pemenuhan hasrat ingin
tahu siswa. Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa prestasi belajar
merupakan hasil siswa setelah melakukan suatu proses pembelajaran.

12

Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh


berbagai faktor. Faktor-faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses
belajar mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
menurut Ngalim Purwanto ( 2002 : 107 ) sebagai berikut: a. Faktor dari
luar, meliputi: lingkungan dan instrumental; b. Faktor dari dalam, meliputi:
fisiologis, psikologis, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.
2. Pembelajaran Kooperatif
Hakikat cooperative learning adalah bekerja sama untuk mencapai
tujuan (Johnson dan Johnson, 1996: 4). Dalam kegiatan cooperative,
individu mencapai tujuan yang menguntungkan untuk dirinya dan juga
menguntungkan

bagi

semua

anggota

kelompok.

Selanjutnya

dikatakancooperative learning adalah suatu bentuk pembelajarna dalam


kelompok kecil di mana para siswa bekerja sama untuk memaksimalkan
pemahaman mereka tentang materi pelajaran.
Pendapat para ahli lain tentang pendekatan cooperative learning
adalah suatu pendekatan di mana para siswa bekerja sama dalam
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar
( Slavin, 1997 : 5 ). Yacobs ( 1999: 5 ) menyatakan bahwa cooperative
learningadalah suatu pendekatan dalam pengajaran yang membagi siswa
dalam satu kelompok kecil untuk bekerja sama dan saling membantu
menyelesaikan tugas-tugas pelajaran.
Anita Lie ( 2004 : 29 ) menjelaskan bahwa model pembelajaran
cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.
Ada

unsur-unsur

dasar

pembelajaran cooperative
13

learning yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asal.


Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan
memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Berdasarkan

beberapa

pengertian

tersebut

di

atas

dapat

disimpulkan bahwa metode pembelajaran cooperative learning adalah


suatu bentuk pendekatan pembelajaran membagi siswa dalam kelompok
kecil di mana para siswa bekerja sama untuk memaksimalkan pemahaman
mereka tentang materi pelajaran dalam menyelesaikan tugas-tugas
pelajaran.
Pendekatan

cooperative

learning

adalah

suatu

strategi

pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompokkelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pendekatan
cooperative learning sebagai metode pembelajaran yang melibatkan
kelompok-kemlopok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk
mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas pelajaran bersama. Sambil
bekerja sama para siswa belajar keterampilan-keterampilan kooperatif dan
sosial.
Menurut Abdurrahman (1997:5), terdapat 4 elemen dasar yang
memungkinkan

terciptanya

belajar

koperatif,

yaitu:

1)

Saling

ketergantungan positif; 2) Interaksi tatap muka; 3) Akuntabilitas


individual; dan 4) Keterampilan menjalin hubungan interpersonal.
Manfaat model pendekatan dengan Cooperative Learning bagi
siswa dengan hasil belajar yang rendah dikemukakan Arends (dalam Puji
Astuti dan Supriyadi, 2004:8) yaitu: 1) meningkatkan pencurahan waktu

14

pada tugas; 2) rasa harga diri menjadi lebih tinggi; 3) memperbaiki sikap
terhadap tugas dan sekolah; 4) memperbaiki kehadiran; 5) penerimaan
terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar; 6) perilaku mengganggu
menjadi lebih kecil; 7) konflik antar pribadi berkurang; 8) sikap apatis
berkurang; 9) pemahaman yang lebih mendalam; 10) motivasi lebih besar;
11) hasil belajar lebih tinggi; 12) retensi lebih lama; dan 13)
meningkatkan kebiakan budi pekerti, kepekaan, dan toleransi.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Strategi belajar model Jigsaw adalah strategi pembelajaran yang
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa
bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian
(Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, 2008:
56).Cooperative

learning model jigsaw dapat

meningkatkan

prestasi

belajar mata pelajaran bahasa Inggris, karena model ini dapat digunakan
dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Menurut Anita Lie (2004:69), cooperative learning model jigsaw
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan
berbicara. Pendekatan ini sangat tepat digunakan dalam mata pelajaran
bahasa Inggris dan cocok untuk semua kelas/tingkatan. Di lain pihak,
Campbell (dalam Sulasmono, 2003: 7) juga mencatat bahwa hasil
penelitian tentang belajar kooperatif menunjukkan bahwa metode
cooperative learning model jigsaw itu meningkatkan pencapaian hasil
belajar siswa, memperlancar kegiatan belajar, memperbaiki penguatan
dan ingatan siswa, dan menghasilkan sikap-sikap positif terhadap belajar.
15

Lebih lanjut (Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani,
2008: 56) menjelaskan bahwa: Cooperative learning model jigsaw
memiliki kelebihan, yaitu dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam
belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah
sebagai berikut:
1)

Memilih materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa


segmen (bagian);

2)

Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan


jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta didik adalah 50,
sementara jumlah segmen yang ada adalah 5, maka masing-masing
kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu
besar, peserta didik dibagi lagi menjadi dua, sehingga setiap
kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses selesai
kedua kelompok pecahan tersebut digabungkan;

3)

Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi


pelajaran yang berbeda-beda;

4)

Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk


menyampaikan apa yang telah mereka pelajaran di kelompoknya;

5)

Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan


sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam
kelompok; dan

6)

Beri

peserta

didik

beberapa

pertanyaan

pemahaman mereka terhadap materi.

16

untuk

mengecek

4. Aktivitas Belajar
Aktivitas berasal dari kata aktif yang berarti giat, atau sibuk.
Menurut Depdikbud (1998:29) bahwa Aktivitas adalah kegiatan,
kesibukan. Aktivitas belajar merupakan masalah yang dihadapi oleh
setiap orang sepanjang masa. Hal ini disebabkan karena hampir semua
kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, semuanya
itu terbentuk dan berkembang karena peristiwa belajar. Oleh karena itu,
berbagai ahli mengemukakan pendapatnya tentang belajar. Menurut
Nasution (2000:29) bahwa: Belajar adalah perubahan kelakukan berkat
pengalaman dan latihan. Belajar membawa perubahan individu yang
belajar, dan perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan
melainkan juga berbentuk kecakapan, kebiasaan atau pribadi seseorang..
Menurut Winkel (2001:36) bahwa: belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berkas. Sedangkan
menurut Hitzman yang dikutip oleh Muhibbin Syah (2001:89)
mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam
diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman
yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Dari ketiga pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri
organisme (orang atau hewan), dan perubahan tersebut bersifat konstan.
Sedangkan pengertian aktivitas belajar menurut Winkel (2001:102),

17

aktivitas belajar adalah sebagai proses siswa dalam mengikuti kegiatan


belajar.
Bentuk-bentuk keaktifan siswa dalam proses belajar beraneka
ragam. Menurut Muhammad Ali (1998:44), keaktifan itu meliputi
keaktifan dalam penginderaan, yaitu: mendengar, melihat, mengolah ideide, menyatakan ide dan melakukan latihan-latihan yang berkaitan dengan
pembentukan keterampilan jasmani.
Menurut Nasution (2000:79) mengemukakan jenis-jenis aktivitas
belajar meliputi:
a.

Visual aktivities, seperti membaca, memperhatikan gambar dan


demonstrasi;

b.

Oral

activities,

seperti

menyatakan,

merumuskan

dan

mengeluarkan pendapat;
c.

Listening activities, seperti mendengar, uraian, percakapan, diskusi,


musik dan pidato;

d.

Writing activities, seperti menulis laporan, tes, angket, menyalin;

e.

Motor activities, seperti mengambar, membuat grafik, peta dan


gambar;

f.

Mental activities, seperti mengingat, memecahkan soal, mengalisa


dan mengambil keputusan;

g.

Emotional aktivities, seperti menaruh minat, bosan, gembira,


berani, tenang, gugup

18

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.

Prestasi Belajar
1. Belajar
Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara
sadar oleh siswa untuk mencapai tujuan. Winkel (1984) mengatakan
bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung
dalam interaksi dengan lingkungan yang yang menghasilkan perubahanperubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Gagne (1984) dalam Dahar mendefinisikan belajar sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Di samping itu Plato dan Aristoteles mengemukakan teori
disiplin

mental

yang

menganggap

bahwa

belajar

mental

siswa

didisiplinkan atau dilatih. Sedangkan Jean J. Rousseau (1712-1778)


mengemukakan tentang perkembangan alamiah (natural-unfoldment) yaitu
anak akan berkembang secara alamiah. Lebih lanjut Johann Friedrich
Herbart

(1776-1841) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu

proses terasosiasinya gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah


membentuk pikiran (mind).
Selanjutnya Sukirin (1984) mengatakan bahwa belajar adalah suatu
kegiatan yang disengaja untuk merubah tingkah laku sehingga diperolah
kecakapan baru.

19

Hilgard yang dikutip oleh Pasaribu (1983) berpendapat bahwa


Learning in the process by which an activity originates or is changed
through responding to a situation provided the changed can not Be
attributed to growth or the temporary sate of the organism as in fatigue or
under drugs. Artinya belajar adalah suatu proses kegiatan yang
menghasilkan aktivitas baru atau perubahan kegiatan karena reaksi
lingkungan. Perubahan ini tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan
oleh perubahan atau kesadaran sementara orang tersebut karena kelelahan
atau karena obat-obatan, sehingga orang tersebut tidak sadar terhadap
keadaan

dirinya.

Perubahan

yang

dimaksud

adalah

perubahan

pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh dengan


latihan pengalaman, bukan perubahan dengan sendirinya.
Menurut Hamalik (2001) belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada hal itu, yaitu memahami. Hasil
belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan pengubahan
kelakuan. Selanjutnya Hamalik (2002) mengatakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan
pengalaman.
Masalah pokok yang dihadapi dalam belajar adalah bahwa proses
belajar tidak dapat diamati secara langsung dan kesulitan untuk
menentukan kepada terjadinya perubahan tingkah laku tersebut hanya
dapat diketahui bila telah mengadakan penilaian. Itulah sebabnya

20

pengadilan dan pengontrolan proses belajar tersebut direncanakan dalam


desain system belajar yang cermat.
Dan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, baik itu
perubahan pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan dan perubahan
tersebut dilakukan secara berkesinambungan.
2. Media Pembelajaran
Pendapat para ahli tentang Media Pembelajaran terurai sebagai
berikut. Arsyad (2003:3) berpendapat bahwa dalam Kegiatan Belajar
Mengajar sering pula pemakaian kata media pengajaran/pembelajaran
digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang-dengar, bahan
pengajaran (Instructional material), komunikasi-pandang dengar (audiovisual

communication),

pendidikan

alat

peraga

pandang

(visual

education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga


dan media penjelas.
Selanjutnya Arsyad juga mengemukakan ciri-ciri umum yang
terkandung dalam uraian tersebut, bahwa media pendidikan memiliki
pengertian fisik yang dewasa ini dikenal hardware (perangkat keras) yaitu
sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca
indera, juga memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai software
(perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat
keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio. Dapat juga
memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun
21

di luar kelas. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan


interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan media
pendidikan bisa secara masa misalnya radio, televisi, kelompok besar dan
kelompok kecil, misalnya film, slide, video, OHP atau perorangan
misalnya modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder atau bisa
berupa sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
Dari uraian di atas diperoleh petunjuk bahwa agar proses belajar
mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk
memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan
rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera.
Berkaitan

dengan

Media

Pembelajaran,

Hamalik

(1990)

mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses


belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selanjutnya menurut
Hamalik, penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran
akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian
pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Disamping membangkitkan motivasi
dan minat siswa media pembelajaran juga dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan
terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Sejalan

dengan

uraian

ini, Yunus

dalam Arsyad

(2003)

mengungkapkan bahwa media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi

22

indera dan lebih dapat menjamin pemahaman. Demikian juga Ibrahim


dalam Arsyad (2003) mengatakan bahwa media pengajaran membawa dan
membangkitkan rasa sedang dan gembira bagi murid-murid dan
memperbaharui semangat mereka, membantu menetapkan pengetahuan
pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.
Menurut Levie dan Lentz (1982) seperti yang dikemukakan Arsyad
(2003), ada empat fungsi media pengajaran, yaitu (a) fungsi atensi,
maksudnya

menarik

dan

mengarahkan

perhatian

siswa

untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual


yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran, (b) fungsi efektif,
maksudnya media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa, (c) fungsi kognitif, maksudnya media
visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan, bahwa
lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar, (d) fungsi kompensatoris, maksudnya media pengajaran terlihat
dari hasil penelitian, bahwa media visual yang memberikan konteks untuk
memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa
yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

23

Lebih jauh lagi Hamalik (1994:15) merinci manfaat media


pembelajaran sebagai berikut : (1) meletakkan dasar-dasar yang konkrit
untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme, (2) memperbesar
perhatian siswa,

(3) meletakkan dasar-dasar yang penting

untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih


mantap, (4) memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan kontinyu terutama melalui gambar hidup, (6)
membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa, (7) memberikan pengalaman yang tidak mudah
diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang
lebih banyak dalam belajar.
Selanjutnya Djamarah (2002) mengatakan, bahwa dalam proses
belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting,
karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan
dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan
bahan yang akan disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak
didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili
apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimatkalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan
kehadiran media.
Menurut Djamarah (2002) dilihat dari sejenisnya, media dibagi
menjadi (a) media aditif, yaitu media yang mengandalkan suara saja
misalnya radio, cassette recorder, dan lain-lain, (b) media visual, yaitu

24

media yang hanya mengandalkan indera penglihatan, seperti film strip,


slide, foto, gambar atau lukisan, (c) media audiovisual, yaitu media yang
mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Sedangkan media audiovisual
dibagi lagi menjadi (1) audiovisual diam (2) audiovisual gerak (3)
audiovisual murni dan (4) audiovisual tidak murni.
Sedangkan Seels dan Glasgow (1990) dalam Arsyad (2003)
membagi jenis media dua kategori luas yaitu pilihan media tradisional dan
pilihan media teknologi modern. Pilihan media tradisional meliputi : (a)
visual diam yang diproyeksikan, (b) visual yang tidak diproyeksikan, (c)
audio, (d) penyajian multi media, (e) visual dinamis yang diproyeksikan,
(f) cetak, (g) permainan meliputi teka-teki, simulasi, dan permainan papan,
(h) realita, meliputi model, specimen, manipulatif (peta atau boneka).
Sedangkan pilihan media teknologi modern meliputi : (a) media berbasis
telekomunikasi, (b) media berbasis mikroprosesor misalnya Computer
assisted instruction.
Menurut Ibrahim (2003) alat pengajaran dikelompokkan dalam dua
jenis yaitu alat pengajaran yang bersifat umum dan alat pengajaran yang
bersifat khusus. Artinya alat pengajaran yang bersifat umum meliputi alatalat pengajaran yang penggunaannya berlaku untuk semua mata pelajaran,
sedangkan alat pelajaran yang bersifat khusus merupakan alat pengajaran
yang penggunaannya berlaku khusus untuk mata pelajaran tertentu.
Disamping itu alat-alat pengajaran juga dikelompokkan menjadi alat
pengajaran klasikal dan alat pengajaran individual.

25

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa keberadaan media


pembelajaran memang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran,
sebab media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran
adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Dengan bantuan
media pembelajaran maka bahan pelajaran yang sukar untuk dicerna dan
dipahami peserta didik menjadi mudah dipahami, terutama

bahan

pelajaran yang rumit atau kompleks. Walaupun begitu, penggunaan media


pembelajaran sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut
sekehendak hati guru, tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan
tujuan pembelajaran.
3. Proses Belajar
Dalam Ensiklopedia (1971) prestasi merupakan kata yang berdiri
sendiri yang berarti produksi yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja
seseorang dalam kurun waktu tertentu.
Pendapat lain disampaikan oleh Woodworth (1951) mengatakan
bahwa prestasi (achievement) adalah actual ability and can be measured
directly by use of test. Artinya prestasi menunjukkan suatu kemampuan
actual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
merupakan hasil kerja seseorang yang dapat dilihat secara nyata oleh orang
lain dan hasil kerja tersebut dapat diukur secara langsung dengan tes.
Berkaitan dengan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan
dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh.
Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu,
26

maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil


pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk
prestasi belajar.
Menurut Gagne yang dikutip oleh Badawi (1987) mengatakan
bahwa hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan tes karena hasil
belajar berupa ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
ketrampilan, nilai dan sikap.
Dalam penelitian Meningkatkan Prestasi Belajar dengan Tekhnik
Jingsaw Dalam Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas II SD Negeri
Kebonwaru

Kecamatan

Cikembar

Kabupaten

Sukabumi

yang

dimaksudkan prestasi belajar adalah hasil kerja yang dicapai dalam bentuk
angka atau nilai pada mata pelajaran IPS kelas II semakin tinggi nilai yang
dihasilkan, maka semakin baik prestasi belajar yang didapatkan.
4. Perolehan Belajar Siswa
Perolehan belajar dapat didefinisikan sebagai tingkat penguasaan
siswa terhadap pelajaran yang diukur berdasarkan jumlah skor ataupun
proses jumlah jawaban benar pada soal tes yang disusun sesuai dengan
tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Gagne
(1985) mengkategorikan perolehan belajar menjadi lima kategori, yaitu :
(1) Ketrampilan Intelektual, (2) Strategi kognitif, (3) Informasi verbal, (4)
Sikap, dan (5) Ketrampilan motorik. Adapun masing-masing kategori
kemampuan yang menggambarkan perolehan belajar tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:

27

a. Ketrampilan Intelektual
Ketrampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi
dengan lingkungan melalui pengguna simbol-simbol atau gagasangagasan. Ketrampilan intelektual sebagai perolehan belajar bersifat
berjenjang (hierarkis). Jenjang itu ialah kemampuan diskriminasi,
konsep-konsep konkrit, konsep-konsep terdefinisi, kaidah-kaidah dan
kaidah tingkat tinggi. Ketrampilan intelektual terendah ialah
kemampun diskriminasi. Diskriminasi merupakan suatu kemampuan
untuk mengadakan respons yang berbeda terhadap stimulus yang
berada dalam satu atau lebih dimensi fisik. Dalam kasus yang
sederhana, seseorang memberikan respons bahwa dua stimulus sama
atau berbeda. Kemampuan memahami konsep-konsep konkrit dalam
kemampuan menunjukkan sifat obyek atau atribut obyek seperti
warna, bentuk dan ukuran. Seseorang dikatakan telah mengerti suatu
konsep apabila ia telah dapat mendemonstrasikan arti dari kelas
tertentu

tentang

obyek,

kejadian-kejadian

atau

hubungan-

hubungannya. Belajar aturan-aturan atau kaidah-kaidah merupakan


ketrampilan intelektual yang tinggi.
Belajar aturan atau kaidah ini ada dua jenjang, yaitu belajar
aturan atau kaidah dan belajar aturan atau kaidah tingkat tinggi.
b. Strategi Kognitif
Strategi kognitif merupakan proses kontrol, yaitu suatu proses
internal yang digunakan pembelajaran untuk memilih dan mengubah
cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir.
Weinstein dan Mayer (1989) dalam Dahar (1990) mengelompokkan
strategi kognitif ini menjadi lima, yaitu : (a) strategi-strategi
menghafal, (b) strategi-strategi elaborasi,

28

(c) strategi-strategi

pengaturan, (d) strategi-strategi meta kognitif, dan (e) strategi-strategi


afektif.
c. Strategi Verbal
Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal. Pengetahuan
verbal disimpan sebagai jaringan proposisi. Informasi verbal sebagai
perolehan belajar dapat diperoleh melalui kata-kata yang diucapkan
orang, dari membaca, dari mendengarkan radio, menonton televisi dan
media lainnya.
d. Sikap-sikap
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadiankejadian dan makhluk-makhluk hidup lainnya. Sikap-sikap yang
sangat umum sifatnya disebut nilai. Sikap ini ditujukan pada perilakuperilaku sosial seperti kata-kata kejujuran, dermawan dan istilah yng
lebih umum moralitas. Bagaimana seseorang dapat mengukur sikap
seseorang dapat digunakan alat pengukur sikap atau dikenal dengan
sebutan skala sikap.
e. Ketrampilan Motorik
Ketrampilan motorik merupakan kemampuan yang diperoleh
sebagai perolehan belajar tidak hanya berupa kegiatan-kegiatan fisik
saja, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan
ketrampilan intelektualnya misalnya membaca, menulis, memainkan
sebuah instrument musik, menggunakan berbagi alat IPA seperti
mikroskop, teleskop dan lain-lain. Untuk mengukur keterampilan
motorik seseorang sebagai hasil belajar biasanya digunakan alat
pengukur yang berupa lembar pedoman observasi. Lembar pedoman
observasi

ini

digunakan

29

untuk

mengamati

unjuk

kerja

seseorang/pembelajar, apakah ia mencapai kualitas unjuk kerja yang


diinginkan.
Telah banyak penelitian yang menunjukkan adanya hubungan
antara aktor karakteristik siswa dengan perolehan belajar siswa.
Bahkan banyak juga penelitian yang menunjukkan adanya prediksi
yang kuat terhadap keberhasilan belajar siswa dari aktor internal siswa
seperti bakat dan intelegensi.
Selain itu perolehan belajar adalah merupakan istilah lain dari
hasil belajar. Sedang arti dari hasil belajar adalah sesuatu yang
diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar itu berupa
penggunaan konsep, ketrampilan maupun kesadaran. Hasil belajar
adalah pencapaian tujuan belajar, sedang hasil belajar itu sendiri
menurut Gagne dalam Gredler dikelompokkan menjadi lima yakni
informasi verbal, ketrampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif
(Gredler, 994:188).
Dalam pendidikan dan pengajaran perolehan hasil belajar
merupakan urutan gambaran dari taraf penguasaan kemampuan siswa.
Untuk menentukan tingkat dan penggunaan perolehan hasil belajar
hendaknya dilakukan tindakan atau penilaian terhadap hasil belajar
siswa secara menyeluruh dan berkesinambungan. Usaha penelitian
terutama ditujukan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa telah
mencapai tingkat penguasaan kemampuan yang telah ditetapkan
semula

dalam

tujuan

umum

dan

tujuan

khusus,

berusaha

mengungkapkan aspek-aspek pencapaian yang dianggap penting dalam


mata pelajaran yang bersangkutan, baik yang bersikap kognitif, efektif,
maupun psikomotor.

30

Untuk pelaksanaan penelitian diperlakukan bermacam-macam


cara pengumpulan informasi baik yang berbentuk tes maupun non tes,
dilakukan lebih dari atau kesempatan. Perolehan hasil belajarnya
dinyatakan dengan skor hasil tes atau angka saja atau kedua-duanya,
yaitu hasil tes dan penguatan guru-guru merupakan cara untuk
menentukan perolehan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Nurkancana (1983:24) ada dua metode yang dapat digunakan untuk
mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh siswa dalam proses
belajar mengajar yang mereka lakukan ialah metode observasi, dan
metode tes.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perolehan hasil
belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk skor atau angka-angka
setelah melalui tindakan analisis tertentu. Di samping itu perolehan
hasil belajar merupakan hasil kemampuan dari hasil belajar yang dapat
diketahui melalui suatu alat yang dibuat oleh guru atau orang lain yang
dipercaya dan memenuhi syarat.
5. Ilmu Pengetahuan Sosial
Dalam suplemen GBPP Kurikulum 1994 dijelaskan bahwa
pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang
mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian searah,
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan Tata Negara (GBPP,
199:70). IPS yang diajarkan di Sekolah Dasar terdiri dari dua bahan kajian
pokok, pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian Pengetahuan Sosial
mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan Tata Negara.
Bahan kajian pengetahuan sejarah meliputi perkembangan masyarakat
Indonesia sejak masa lampau hingga sekarang. Sedang fungsi dari
31

pengajaran

pengetahuan

sosial

di

Sekolah

Dasar

adalah

untuk

mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dasar untuk


memahami kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan seharihari. Sedang pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan
dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa
lampau hingga masa kini.
Sedangkan dalam Metodik Khusus (1995:1), mata pelajaran IPS
mempunyai pengertian mata pelajaran yang terkait antara manusia dalam
hubungannya dengan alam lingkungan, hubungan manusia dengan
pencipta-Nya yang mengacu kepada pembentukan manusia seutuhnya.
Pendidikan IPS di Sekolah Dasar seharusnya membuahkan hasil
belajar berupa perubahan pengetahuan, dan keterampilan yang sejalan
dengan tujuan kelembagaan Sekolah Dasar. Sebagaimana dijelaskan dalam
kurikulum bahwa penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar
bertujuan ; (1) mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya
berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut
bertanggungjawab terhadap pembangunan bangsa, (2) memberi bekal
kemamuan yang diperlukan bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
tingkat yang lebih tinggi, (3) memberi bekal kemampuan dasar untuk
hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan, dan lingkungannya (Depdikbud, 1994).
Tujuan mata pelajaran pengetahuan sosial di Sekolah Dasar agar
siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang
berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran sejarah

32

bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang


perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini,
sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta
tanah air (Suplemen GBPP, 1994).
Dikaitkan dengan konteks pendidikan dasar sembilan tahun, maka
fungsi dan tujuan pendidikan IPS di Sekolah Dasar harus pula mendukung
pemilikan kompetensi tamatan Sekolah Dasar, yaitu pengetahuan, nilai,
sikap dan kemampuan melaksanakan tugas atau mempunyai kemampuan
untuk mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, lingkungan sosial,
lingkungan budaya, dan kebutuhan daerah. Sementara kondisi pendidikan
IPS di negara kita dewasa ini lebih diwarnai oleh pendekatan yang
menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti ceramah
sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktivitas dalam
proses pembelajaran.
B.

Tekhnik Jigsaw
1. Definisi Jigsaw
Tekhnik Jingsaw adalah suatu tekhnik belajar kelompok yang
digambarkan sebagai berikut :
a) Satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, banyaknya anggota
kelompok disesuaikan dengan banyaknya masalah/problem yang
ditawarkan guru. Kelompok ini disebut dengan home group.
b) Setiap anggota home group diberi problem yang berbeda-beda, tapi
masingmasing home group diberi persoalan yang sama. Dengan

33

batasan waktu tertentu masing-masing anggota menyelesaikan problem


secara pribadi.
c) Anggota home group akan berpencar dan membentuk kelompok baru
yang membawa persoalan sama. Kelompok ini disebut expert group
(kelompok ahli). Dikelompok inilah mereka berdiskusi untuk
menyamakan prestasi atas jawaban mereka.
d) Setelah selesai mereka kembali ke home group dan anggota-anggota
akan mensosialisasikan hasil/jawaban dari kelompok ahli
Tekhnik Jingsaw merupakan salah satu strategi pembelajaran
kooperatif yang dilaksanakan disekolah-sekolah. Menurut Suryanto (1999)
pembelajaran kooperatif adalah salah satu jenis belajar kelompok dengan
kekhususan sebagai berikut :
a) Kelompok terdiri atas anggota yang heterogen.
b) Ada ketergantungan positif antara anggota kelompok, karena masingmasing individu memiliki rasa tanggung jawab.
c) Kepemimpinan dipegang bersama.
d) Guru mengamati kerja kelompok dan melakukan intervensi bila perlu,
dan
e) Setiap anggota kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompok.
Dari kelima kekhususan tersebut, juga dimiliki oleh karakteristik
dari tekhnik Jigsaw.

34

2. Karakteristik Pelaksanaan Tekhnik Jigsaw


a.

Tinjauan Kurikulum
Tinjauan Tekhnik Jigsaw

Relevansi pada Kurikulum


Pemilihan pendekatan/metode,

Memperkaya variasi tekhnik media

dan

sumber

belajar

a.
pembelajaran
Memupuk
b.

karakteristik materi
rasa Strategi yang melibatkan siswa

ketergantungan positif dalam aktif belajar baik secara mental,


kelompok
Memberikan

c.

hendaknya disesuaikan dengan

fisik ataupun sosial


kesempatan

berlatih memahami konsep


dengan teman-temannya
Berlatih
menyampaikan

d.
informasi kepada rekannya
b.

Tinjauan Praktek
Secara praktek, keberhasilan dan kegagalan belajar dapat dilihat

dari nilai yang diperoleh siswa. Ditinjau dari komponen-komponen


penilaian, hampir seluruhnya diambil dari faktor kognitif siswa.
Sebaliknya penerapan Jingsaw bertujuan tidak hanya melatih kognitif saja,
tetapi juga afektif dan psikomotor.
Menurit Ibrahim (2000) bahwa manfaat pembelajaran kooperatif
termasuk tekhnik Jingsaw : (1) meningkatkan pencurahan waktu dan tugas,
(2) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (3) memperbaiki sikap terhadap
matematika, (4) memperbaiki kehadiran, (5) penerimaan terhadap
perbedaan individu menjadi lebih besar, (6) perilaku mengganggu lebih
35

kecil, (7) konflik antar pribadi berkurang, dan (8) meningkatkan kebaikan
budi pekerti, kepekaan dan toleransi.
Untuk mengukur kemajuan belajar siswa tersebut, tampaknya
pedoman penilaian untuk rapor belum dapat mencakup semua aspek secara
keseluruhan. Satu-satunya peluang untuk memasukkan nilai kemajuan
belajar siswa dari hasil pengamatan tekhnik Jigsaw adalah nilai tugas. Bila
diperhatikan rumus-rumus tadi, peranan nilai tugas sangat kecil, sehingga
kemajuan belajar yang bersifat kognitif cenderung diabaikan pada
penilaian rapor.

36

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Perbaikan ini merupakan penelitian tindakan (action research),


karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di
kelas.

Penelitian

ini

juga

termasuk

penelitian

deskriptif,

sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan


bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian
tindakan yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian
tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4)
penelitian tindakan sosial eksperimental.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
dimana guru sangat berperan sekali dalm proses penelitian tindakan kelas.
Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini
guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini
perananya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang
berkesinambungan. Tahapan penelitian tindakan pada suatu

siklus

meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini


berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa
sudah cukup.

37

A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SDN Kebonwaru Kecamatan Cikembar Kabupaten
Sukabumi, pada mata pelajaran IPS kelas II
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Jadwal pelaksanaan pelajaran untuk setiap
mata pelajaran adalah sebagai berikut :
No

Hari/Tanggal
Rabu, 22 Agustus

Jam

Waktu

Siklus

3-4

08.10 09.20

2012
Rabu, 29 Agustus
2

Pengamat
Jejen, S.Pd.I
Suwenti, S.Pd
Jejen, S.Pd.I

3 - 4 08.10 09.20
II
2012
Suwenti, S.Pd
Terlaksananya siklus I dan II dengan bantuan teman sejawat yang
berasal dari temuan pengamat yang berada dikelas saat proses
pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui proses KBM
yang telah direncanakan bersama sebelumnya.
Dengan banyak metode yang digunakan guru, terlihat perubahan yang
sangat baik. Adanya peningkatan dari materi pribadi siswa hingga rata-rata
seluruh siswa dalam kelas.

3. Subjek Penelitian

38

Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas II Semester I Tahun


Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah subjek 33 siswa dengan perincian 20
siswa putra dan 13 siswa putri. Adapun materi yang dibahas dalam
penelitian ini yaitu pada Kompetensi Dasar tentang Menceritakan
pengalamannya dalam melaksanakan peran dalam anggota keluarga.
B. Deskripsi Persiklus
1. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus I
a.

Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I diawali dengan refleksi dan
analisis bersama antara penulis, teman sejawat dan supervisor terhadap
hasil belajar siswa, mengidentifikasi masalah, menganalisa masalah
dan mencari alternative pemecahan masalah.
Dari hasil tersebut diatas penulis melakukan hal-hal sebagai
berikut :
1. Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus I yang
difokuskan pada perencanaan langkah-langkah perbaikan atau
skenario tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah
pembelajaran dan meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
siswa.
2. Menyiapkan LKS yang akan digunakan oleh siswa secara
individual yang memuat tugas-tugas yang perlu diselesaikan siswa.
3. Menyiapkan instrument pengumpulan data yaitu :

39

a)

Lembar pengamatan aktivitas siswa selama mengerjakan


LKS dan diskusi kelas.

b)

Lembar penilaian kemampuan IPS

c)

Lembar evaluasi akhir tingkat ketuntasan belajar siswa

4. Menentukan
pembelajaran

kriteria
dalam

kebersihan/ketercapaian
penelitian

ini

perbaikan

perbaikan
pembelajaran

dinyatakan berhasil/tercapai apabila :


a)

Kemampuan untuk menceritakan tokoh perjuangan yang


bersifat kedaerahan dengan tekhnik Jingsaw yaitu jika 80%
dari seluruh siswa mencapai skor minimal 20 dari masingmasing komponen atau aspek.

b)

Ketuntasan belajar yaitu jika 80% dari seluruh siswa


mencapai minimal 70.

b.

Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus I penulis dibantu oleh teman
sejawat melaksanakan skenario pembelajaran dengan menggunakan
seperti yang telah di rencanakan didalam RPP I, dengan langkahlangkah perbaikan pembelajaran ini sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan tentang peranan setiap anggota dalam keluarga
dirumah.
2) Guru memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari
masing-masing tugas anggota dalam keluarga.
3) Kemudian guru meminta para siswa untuk menceritakan tugasnya
dirumah juga anggota keluarga yang lain.

40

c.

Perencanaan
1) Peneliti menyiapkan buku cerita tentang contoh pekerjaan seharihari dalam keluarga.
2) Peneliti juga menyiapkan lembar tugas yang harus dikerjakan
siswa.

d.

Pelaksanaan
1) Sebagai tahap awal peneliti memfokuskan pada pemahaman siswa
melalui sebuah dongeng/cerita.
2) Pada konsep pertama pelaksanaan ini siswa diharapkan mampu
memahami tentang anggota dalam keluarganya dan mampu
menyebutkannya kepada siswa yang lain.

e.

Hasil pelaksanaan
1) Pengamatan terhadap peneliti
Peneliti telah melaksanakan pembelajaran Siklus I sesuai rencana
2) Pengamatan terhadap subjek peneliti
Pada siklus I ini, semua murid dalam kelas belum terbiasa dengan
situasi

pembelajaran

yang

diterapkan

peneliti

dengan

menggunakan alat peraga, sehingga siswa masih terlihat kaku dan


canggung namun memberikan respon yang cukup baik
3) Refleksi pelaksanaan
Penerapan pembelajaran dengan bantuan alat peraga ternyata
menunjukkan peningkatan. Pada siklus I siswa nampak tertarik
meskipun masih kaku dan canggung dengan apa yang harus
dikerjakan.

41

f.

Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilaksanakan bersama oleh peneliti
yang sekaligus sebagai guru kelas II dengan teman guru sejawat guru
sebagai pengamat selama proses perbaikan pembelajaran\
Data peneliti yang dikumpulkan adalah :
1) data aktivitas siswa dalam menyelesaikan LKS
2) kemampuan

siswa

dalam

mengerjakan

tugas

mencakup

aspek/komponen : (1) mampu mengerjakan, (2) mencermati


cermat dan teliti, (3) tahu proses pengerjaannya, (4) menjawab
pertanyaan-pertanyaan, (5) menceritakan kembali secara singkat
tentang anggota dalam keluarga dirumah. Data yang dikumpulkan
menggunakan Lembar Penilaian Kemampuan tentang contoh
anggota keluarga dirumah.
g.

Refleksi
Dalam tahap ini penulis bersama teman sejawat melakukan
aktivitas terhadap hasil-hasil yang telah dicapai, kendala dan dampak
perbaikan pembelajaran terhadap guru dan siswa pada siklus I. hasil
refleksi ini selanjutnya penulis bersama teman sejawat digunakan
sebagai dasar bagi upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Refleksi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh penulis bersama
teman sejawat dari : catatan-catatan hasil observasi, hasil evaluasi
dalam proses dan akhir perbaikan pembelajaran. Hasil refleksi ini
selanjutnya penulis bersama teman sejawat menggunakannya sebagai
dasar bagi upaya perbaikan pada siklus II.

42

2. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus II


a.

Perencanaan
Perencanaan siklus ini didasarkan pada hasil refleksi dan analisis
penulis bersama teman sejawat dan supervisor terhadap proses dan
hasil belajar siswa pada siklus I, seperti yang sudah dikemukakan
diatas. Dari hasil refleksi terhadap proses dan hasil belajar siswa pada
siklus I maka perencanaan ulang perbaikan pembelajaran siklus II
hanya difokuskan pada keaktifan siswa dan penguasaan. Perubahan ini
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa.
Secara keseluruhan, perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus
II mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II,
perencanaan Perbaikan Pembelajaran pada siklus II pada dasarnya
sama dengan siklus I. perubahan rencana hanya dilakukan pada
evaluasi dalam proses perorangan menjadi kelompok.
2) Menyiapkan yang akan digunakan sebagai media bagi guru dan
siswa untuk Ilmu Pengetahuan Sosial.
3) Menyiapkan LKS yang akan digunakan oleh siswa secara
individual yang memuat tugas-tugas yang perlu diselesaikan
siswa selama pembelajaran berlangsung.
4) Menyiapkan instrument data yaitu :
a)

Lembar pengamatan aktivitas siswa selama mengerjakan


LKS dan diskusi kelas.

43

b) Lembar penilaian kemampuan tentang perubahan peranan


anggota keluarga.
c)

Lembar evaluasi akhir mengukur tingkat pencapaian tujuan


dan target perbaikan pembelajaran.

5) Menentukan kriteria keberhasilan / ketercapaian perbaikan


pembelajaran. Dalam penelitian ini perbaikan pembelajaran
dinyatakan berhasil/tercapai apabila :
a)

Kemampuan untuk menceritakan contoh perubahan peranan


anggota dalam keluarga dengan tekhnik Jingsaw yaitu jika
80% dari seluruh siswa mencapai skor minimal 20 dari
masing-masing komponen atau aspek.

b)

Ketuntasan belajar yaitu jika 80% dari seluruh siswa


mencapai minimal 70.

b.

Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus II, penulis dibantu teman sejawat
guru melaksanakan skenario pembelajaran dengan menggunakan
tekhnik Jingsaw dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Guru menjelaskan kembali aspek-aspek/komponen-komponen
penting yang harus dicermati ketika mengerjakan.
2) Guru memberikan LKS kepada setiap siswa, yang didalamnya
memuat tugas-tugas yang perlu siswa selesaikan.
3) Tiga atau empat siswa yang menyampaikan hasil pekerjaannya
untuk dibahas atau didiskusikan secara klasikal. Dilanjutkan
komentar yang dikumpulkan oleh guru.

44

c.

Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data dilaksanakan bersama oleh peneliti
yang sekaligus sebagai guru kelas dengan teman sejawat guru sebagai
pengamat selama proses perbaikan pembelajaran. Data penelitian yang
dikumpulkan adalah :
1) Data aktivitas siswa selama menyelesaikan LKS.
2) Kemampuan

siswa

dalam

mengerjakan

tugas

mencakup

aspek/komponen : 1) mampu mengerjakan, 2) mencermati cermat


dan teliti, 3) tahu proses pekerjaannya, 4) menjawab pertanyaanpertanyaan, 5) menceritakan kembali secara singkat tentang contoh
perubahan peranan anggota kelaurga. Data yang dikumpulkan
menggunakan Lembar Penilaian Kemampuan tentang Ilmu
Pengetahuan Sosial.
3) Data hasil akhir pembelajaran tentang Ilmu Pengetahuan Sosial
dengan tekhnik Jingsaw. Data dikumpulkan menggunakan lembar
evaluasi.
d.

Refleksi
Dalam tahap ini penulis bersama teman sejawat guru melakukan
analisis terhadap hasil-hasil yang dicapai, kendala dan dampak
perbaikan pembelajaran terhadap guru dan siswa pada siklus II.
Refleksi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh penulis
bersama teman sejawat yang berasal dari catatan-catatan hasil
observasi, hasil evaluasi, hasil evaluasi dalam proses akhir perbaikan

45

pembelajaran. Hasil refleksi ini selanjutnya penulis bersama teman


sejawat gunakan sebagai dasar bagi penyusunan RPP untuk ujian.

46

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.

Deskripsi Persiklus
Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan
tekhnik Jingsaw diperoleh data sebagai berikut :
1. Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus 1
Hasil observasi pada siklus 1 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel I
Hasil Penilaian Kemampuan Siswa aspek penelitian kemampuan siswa
tentang perjuangan tokoh masa penjajahan Belanda.
Aspek yang dinilai
Kemampuan siswa
- Mengetahui tentang keluarga
13,8
- Menjelaskan tentang anggota keluarga yang
13,63
tinggal dalam satu rumah
- Menemukan informasi-informasi masalah
14,7
perjuangan
Menjawab pertanyaan-pertanyaan
13,75
Menceritakan kembali secara singkat
13,98
*) waktu yang diberikan kepada siswa dengan Ilmu Pengetahuan Sosial
dengan tekhnik jingsaw 15 menit.
**) Siswa dinilai mampu jika skor tiap aspek mencapai 15 dari skor maksimal
20
Dari table 1 diatas, tampak bahwa kemampuan siswa menggunakan
alat peraga masih kurang yaitu mencapai rata-rata 13,94% atau 69,70% dari
total keseluruhan aspek kemampuannya. Dari 33 siswa yang sudah

47

mencapai ketuntasan kemampuan menggunakan alat peraga, masih terdapat


11 orang (34%) masih belum mencapainya.
Dengan demikian, hasil perbaikan pembelajaran siklus 1 masih jauh
dari kriteria ketuntasan kemampuan menggunakan alat peraga sesuai dengan
yang ditetapkan yaitu 80% dari seluruh siswa mencapai skor minimal 20
dari masing-masing komponen/aspek penggunaan alat peraga. Dengan
demikian, belum semua siswa dan semua komponen-komponen penggunaan
alat peraga dikuasai oleh siswa.
Sementara itu hasil tes diperoleh data sebagai berikut :
Table 2
Hasil Tes Akhir
Nilai yang dicapai
40
50
60
70
80
90
100
Jumlah

Jumlah Siswa
7
11
8
4
2
1
33

Keterangan
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas

Tabel 2 menunjukkan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar


sebanyak 15 siswa dari 33 siswa atau 44%. Hal ini menggambarkan adanya
peningkatan meskipun masih relative kecil (dari 34% pada pra siklus
menjadi 44% pada siklus 1). Nilai tertinggi meningkat dari 85 menjadi 100,
nilai terendah meningkat dari 30 menjadi 40, dan rata-rata meningkat pula
dari 49 menjadi 69.

48

2. Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Hasil observasi siklus II diperoleh data sebagai berikut :
Table 3
Hasil Penilaian Kemampuan Siswa Tentang anggota keluarga yang tinggal
dalam satu rumah
Aspek yang dinilai
Kemampuan siswa
Mengerjakan soal dengan baik dan benar
15,08
Menggunakan alat peraga
15,44
Menjelaskan arti keluarga
15,91
Menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
15,80
keluarga
- Menceritakan kembali secara singkat dengan
15,91
bahasa sendiri
Rata-rata
16,38
-

*) Waktu yang diberikan kepada siswa dengan Ilmu Pengetahuan Sosial


dengan tekhnik jigsaw 15 menit
**) Siswa dinilai mampu jika skor tiap aspek mencapai 15 dari maksimal 20
Dari

table

diatas,

tampak

bahwa

kemamapuan

siswa

mengguanakan alat peraga sudah mencapai rata-rata 16,38 atau 82,75% dari
total keseluruhan aspek kemampuan alat peraga. Dari 33 siswa yang sudah
mencapai ketuntasan kemampuan menggunakan alat peraga, hanya 6 orang
(17.6%) masih belum mencapainya.
Dengan demikian, hasil perbaikan pembelajaran siklus II telah
mampu meningkatkan tingkatan ketuntasan kemampuan menggunakan alat
peraga sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, yaitu "80% dari seluruh siswa
mencapai skor 20% dari masing-masing komponen atau aspek."

49

Sementara itu hasil test diperoleh data sebagai berikut :


Table 4
Hasil Tes Akhir

Nilai yang dicapai


60
70
80
90
100
Jumlah

Jumlah siswa
7
6
8
7
5
23

Keterangan
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas

Tabel 4 menunjukkan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar


sebanyak 33 siswa atau sekitar 100%. Hal itu menggambarkan adanya
peningkatan yang sangat signifikan (dari 44% pada siklus I menjadi 100%
pada siklus II). Nilai tertinggi tetap 100, nilai terendah meningkat dari 40
menjadi 60, dan rata-ratanya meningkat pula dari 69 menjadi 79 ini
menunjukkan bahwa pada perbaikan siklus II mampu meningkatkan hasil
belajar siswa sehingga kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan (nilai
70).
B.

Pembahasan
Pada siklus I dan siklus II hasil perbaikan menunjukkan bahwa
kemampuan siswa dalam menjelaskan isi soal cerita dengan menggunakan
alat peraga. Secara keseluruhan hasil perbaikan menunjukkan peningkatan
yang maksimal seperti terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 5

50

Hasil penilaian kemampuan siswa tentang anggota keluarga dan peran


dalam keluarga serta lingkungan sekitar dan hasil tes akhir siklus I, siklus II
dan siklus III

Rata-rata Siswa yang

Prosentase

Mampu
1 ( 64,7% )
15,6 ( 91,76% )
15,6 ( 91,76% )

Ketuntasan
44%
100%
100%

Siklus
I
II
III

*) Waktu yang diberikan kepada siswa dengan Ilmu Pengetahuan Sosial


dengan tekhnik jigsaw 15 menit
Dari table di atas, tampak bahwa ketuntasan belajar mencapai 100%.
Hal tersebut disebabkan oleh makin dikuasainya komponen-komponen
kemampuan penggunaan alat peraga yang merupakan suatu tekhnik
penyelesaikan langsung ke pokok masalah yang di cari. Dalam soal cerita
tentang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.

51

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, dapat
diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1.

Siswa diberi " Ruang " untuk aktif baik dalam berbuat maupun dalam
berpendapat.

B.

2.

Pembelajaran materi dilengkapi alat peraga yang sesuai.

3.

Sering mengerjakan soal-soal latihan

SARAN
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian yang
telah penulis lakukan adalah sebagai berikut :
1.

Penggunaan alat peraga dapat dilengkapi dengan gambar/foto yang


menunjukkan tempat/daerah tertentu.

2.

Tempat pengamatan dapat diperluas lagi tidak hanya disekitar


lingkungan sekolah.

52

DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi dan Senduk, G, K 2000. Pembelajaran dan Penerapannya dalam KBK.


Malang Universitas Negeri Malang
Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Hamalik, 2002, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendidikan Sistem.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1982). Pedoman
Umum IPS. Bandung : Rosda Offset.
Depdkbud 1999 Garis-garis Besar Program Pembelajaran SD Jakarta.
Sumantri, Mulyani, Syodiq, Nana 2002 Perkembangan Peserta Didik, Jakarta,
Universitas Terbuka.
Syamsudin, Abin, Budiman, Nandang, 2002, Profesi Keguruan 2, Jakarta,
Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K., Wihardi, Kuswaya, Nasution Noehi 2002, Penelitian Tindakan
Kelas, Jakarta, Universitas Terbuka.
Departemen Pendidikan Nasional (2003). Standar kompetensi Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial SD dan MI Kurikulum 2004. Jakarta :
Depdikbud

53

LAMPIRAN

54

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN


NAMA SD/MI

: SDN KEBONWARU

MATA PELAJARAN

: IPS

KELAS/SEMESTER

: II/Ganjil

ALOKASI WAKTU

: 2 X 35 MENIT

A. STANDART KOMPETENSI
Memahami kedudukan dan peran anggota keluarga dan lingkungan tetangga
B. KOMPETENSI DASAR
Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan peran dalam anggota
keluarga
C. INDIKATOR
Menjelaskan peran setiap anggota keluarga
D. MATERI PEMBELAJARAN
Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah misalnya ayah, ibu,
nenek, kakek, kakak dan adik.
E. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
1. Media
Gambar pajangan
2. Sumber Belajar
Buku Yudistira
LKS
F. METODE PENGAJARAN
1. Ceramah/cerita

55

2. Tanya jawab
3. Pemberian tugas
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.

Kegiatan awal (10 menit)


1. Guru mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa menyanyikan
lagu " saying semua"
2. Tanya jawab dengan siswa tentang isi lagu yang telah dinyanyikan

B.

Kegiatan Inti (50 menit)


1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran ini
2. Guru bercerita tentang keluarga dengan menggunakan media
gambar pajangan di papan tulis.
3. Siswa secara bergantian menyebutkan anggota keluarganya yang
tinggal dalam satu rumah
4. Bersama murid bertanya jawab tentang anggota keluarga
5. Evaluasi/penugasan

C.

Kegiatan Akhir (10 menit)


1. Bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
2. Guru mengajak murid untuk mensyukuri anugrah yang telah
diberikan Allah pada kita, karena diberi keluarga yang bahagia.
3. Bersama-sama menyanyikan lagu " gelang sipaku gelang "

H. PENILAIAN
1. Tes lisan
2. Tes tulis
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar!!!

56

1.

Keluarga biasanya tinggal dalam satu ..................................

2.

Orang tua laki-laki biasanya dipanggil

3.

Ibu adalah orang tua .............................................................

4.

Ayah bekerja mencari

5.

Saudara termuda dipanggil

Kunci Jawaban
1.

Rumah

2.

Ayah

3.

Perempuan

4.

Nafkah

5.

Adik

Cikembar, 30 Agustus 2012


Mengetahui
Kepala Sekolah

Guru Kelas

Hj. NURHAENI, S.Pd


NIP.196103171981092002

KICAH SARTIKA
NIP.19580904197832001

57

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

NAMA SD/MI

: SDN KEBONWARU

MATA PELAJARAN

: IPS

KELAS/SEMESTER

: II/Genap

ALOKASI WAKTU

: 2 X 35 MENIT

A. STANDAR KOMPETENSI
Memahami kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan
tetangga
B. KOMPETENSI DASAR
Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan peran dalam anggota
keluarga
C. INDIKATOR
Menjelaskan perubahan peran dikeluarga. Misalnya : ibu yang bekerja
mencari nafkah.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah misalnya ayah, ibu, nenek,
kakek, kakak dan adik.
E. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
1. Media
Gambar pajangan

58

Benda konkret
2. Sumber Belajar
Buku Yudistira
LKS
F. METODE PENGAJARAN
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Bermain peran
4. Penugasan/Evaluasi
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Awal (10 menit)
1.

Guru mengkondisikan kelas dengan mengajak siswa menyanyikan


lagu " saying semua "

2.

Tanya jawab dengan siswa tentang isi lagu

B. Kegiatan Inti (50 menit)


1. Guru menjelaskan tujuan dan materi pembelajaran hari ini
2.

Memberi umpan balik pada pelajaran yang telah disampaikan


tempo hari

3.

Siswa disuruh maju kedepan kelas untuk memerankan sebagai


anggota keluarga

4.

Tanya jawab tentang apa yang didemonstrasikan

5.

Tanya jawab tentang hal-hal yang belum dimengerti

6.

Pemberian tugas/evaluasi

C. Kegiatan Akhir (10 menit)

59

1.

Menyimpulkan materi hari ini bersama siswa

2.

Pemberian tugas/PR

3.

Menutup pelajaran

H. PENILAIAN
1. Tes lisan
2. Tes tulis
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar!!!
1.

Aku tinggal dirumah bersama ..............................................

2.

Orang yang tinggal dalam satu rumah disebut .....................

3.

Orang tua perempuan dipanggil ...........................................

4.

Saudara tertua dipanggil

5.

Sesama anggota keluarga harus saling

Kunci Jawaban
1.

Keluarga

2.

Anggota keluarga

3.

Ibu

4.

Kakak

5.

Menyayangi
Cikembar, 25 Agustus 2012
Mengetahui
Kepala Sekolah

Guru Kelas

Hj. NURHAENI, S.Pd


NIP.196103171981092002

KICAH SARTIKA
NIP.19580904197832001

60

INFORMASI PENGAMAT
( SIKLUS I )

No

NAMA SD/MI

: SDN KEBONWARU

MATA PELAJARAN

: IPS

KELAS/SEMESTER

: II/Genap

HARI / TANGGAL

: SENIN, 19 MARET 2012

ALOKASI WAKTU

: 2 X 35 MENIT

FOKUS PENELITIAN

: GURU

Kemunculan
Ada Tdk. Ada

Apek yang diobservasi


Persiapan
a. Menggunakan bahan pembelajaran
yang sesuai dengan GBPP

1.

b. Merumuskan tujuan pembelajaran

c. Mengorganisasikan materi

d. Menentukan alat Bantu pemelajaran

e. Merencanakan skenario pembelajaran

f. Merencanakan prosedur dan jenis


2.

penilaian
Pelaksanaan

a. Memotivasi siswa

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran

c. Mengadakan aprersepsi

d. Melaksanakan pembelajaran sesuai


61

Komentar

dengan tujuan

e. Menggunakan media

f. Menggunakan waktu secara efisien

g. Menangani pertanyaan dan respon


siswa

h. Memantapkan penguasaan materi


pembelajaran

i. Mengembangkan sikap positif


Evaluasi

a. Melaksankan evaluasi dalam proses

b. Melaksanakan evaluasi diakhiri


3.

pembelajaran

c. Pembahasan hasil evaluasi

d. Memberikan tugas

e. Menutup pelajaran

Cikembar, 19 Maret 2012

Guru Kelas
Teman Sejawat

KICAH SARTIKA
NIP.19580904197832001

SUWENTI, S.PD
NIP.195905011982032006

INFORMASI PENGAMAT
( SIKLUS II )

62

NAMA SD/MI

: SDN KEBONWARU

MATA PELAJARAN

: IPS

KELAS/SEMESTER

: II/Genap

HARI / TANGGAL

: SENIN, 26 MARET 2012

ALOKASI WAKTU

: 2 X 35 MENIT

FOKUS PENELITIAN

: GURU

No

Kemunculan
Ada Tdk. Ada

Apek yang diobservasi


Persiapan
a. Menggunakan bahan pembelajaran
yang sesuai dengan GBPP

1.

b. Merumuskan tujuan pembelajaran

c. Mengorganisasikan materi

d. Menentukan alat Bantu pemelajaran

e. Merencanakan skenario pembelajaran

f. Merencanakan prosedur dan jenis


2.

penilaian
Pelaksanaan

a. Memotivasi siswa

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran

c. Mengadakan apersepsi

d. Melaksanakan pembelajaran sesuai


dengan tujuan

e. Menggunakan media

f. Menggunakan waktu secara efisien

63

Komentar

g. Menangani pertanyaan dan respon

siswa
h. Memantapkan penguasaan materi
pembelajaran

i. Mengembangkan sikap positif


Evaluasi

a. Melaksankan evaluasi dalam proses

b. Melaksanakan evaluasi diakhiri


3.

pembelajaran

c. Pembahasan hasil evaluasi

d. Memberikan tugas

e. Menutup pelajaran

Cikembar, 19 MARET 2012

Guru Kelas

Teman Sejawat

KICAH SARTIKA
NIP.19580904197832001

SUWENTI, S.PD
NIP.195905011982032006

64

Anda mungkin juga menyukai