Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing:
dr. Esti Wardhani, Sp.M
dr. Grace Sancoyo, Sp.M
dr. Ingrid, Sp.M
Disusun oleh :
Laurensia Scovani (2013-061-130)
Irene Antoni (2013-061-137)
Richard Firmansyah (2014-061-030)
Claresta (2014-061-031)
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA
ATMA JAYA
RSKB CINTA KASIH TZU CHI
15 FEBRUARI 2016 12 MARET 2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
berkah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan referat dengan judul Trauma
Kimia pada Mata dengan sebaik-baiknya.
Adapun referat ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan referat ini. Oleh
karena itu, kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada dr. Esti Wardhani,
Sp.M, dr. Grace Sancoyo, Sp.M, dan dr. Inggrid, Sp.M selaku pembimbing dan
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan referat ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan, baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya dari referat ini.
Dengan demikian, kami mengharapkan saran dan kritik pembaca, sehingga kami
dapat memperbaiki referat ini.
Akhir kata, kami selaku penyusun mengharapkan semoga referat ini dapat
memberikan manfaat yang dapat diterapkan bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .. ii
DAFTAR ISI.. iii
DAFTAR GAMBAR. iv
BAB I. PENDAHULUAN. 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.. 3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata. 3
2.2 Trauma Kimia pada Mata... 6
2.2.1. Definisi.. 6
2.2.2. Epidemiologi. 6
2.2.3. Trauma Asam pada Mata... 7
2.2.4. Trauma Basa pada Mata
10
15
2.2.6. Penatalaksanaan.. 17
2.2.7. Komplikasi 20
2.2.8. Prognosis... 21
BAB III. KESIMPULAN.. 22
DAFTAR PUSTAKA 23
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Mata 3
Gambar 2. Lapisan Retina.. 5
Gambar 3. Koagulasi Protein akibat Trauma Asam 9
Gambar 4. Patofisiologi Trauma Asam pada Mata.....
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan pada mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat
juga sebagai kasus tindakan kriminal. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan
sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Trauma mata
dapat disebabkan oleh berbagai hal, namun di sini, kami akan membahas tentang
trauma kimia pada mata yang melibatkan trauma akibat basa dan asam pada mata.1
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan
oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan
sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang
mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau
basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut. Trauma kimia diakibatkan oleh
zat asam dengan pH <7 ataupun zat basa pH >7 yang dapat menyebabkan kerusakan
struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume,
konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia tersebut. Mekanisme
cedera antara asam dan basa sedikit berbeda. Trauma bahan kimia dapat terjadi pada
kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan
kimia, pekerjaan pertanian dan peperangan memakai bahan kimia, serta paparan
bahan kimia dari alat-alat rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan
tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang
harus segera dilakukan.1
Berdasarkan data CDC tahun 2000, sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat
mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta
pada satu mata, dan sekitar 50.000 orang menderita cedera serius yang mengancam
penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di Amerika Serikat
menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari
800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap
tahunnya. Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata
4 kali lebih besar. Dari data WHO tahun 1998, trauma okular berakibat kebutaan
unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta orang mengalami penurunan visus
bilateral, dan 1,6 juta orang mengalami kebutaan bilateral akibat trauma mata.
1
Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi trauma kimia asam
berbanding basa bervariasi, yaitu berkisar antara 1:1 sampai 1:4. Secara international,
80% dari trauma kimia dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan. Menurut United
States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi kasus trauma kimia di Amerika
Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah.
Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata
Sklera
Konjungtiva
Kornea
Pupil
Iris
Lensa
Retina
Saraf optikus
Humor aqueus : cairan jernih yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber
nutrisi bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus
siliaris.
Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan
retina (mengisi segmen posterior mata).
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian yang masing-masing terisi oleh
cairan,3 yaitu:
1. Segmen anterior: mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus
yang merupakan sumber nutrisi bagi struktur mata di dalamnya.
Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian, yaitu (i) bilik
anterior: mulai dari kornea sampai iris, dan (ii) bilik posterior: mulai
dari iris sampai lensa. Dalam keadaan normal, humor aqueus
dihasilkan di bilik posterior oleh prosesus siliaris, lalu melewati pupil
masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui
saluran Schlemm.
2. Segmen posterior: mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke
retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola
mata.
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata,
dan
mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena
retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.3
Mata memiliki fotoreseptor. Sel-sel fotoreseptor di dalam mata terdiri
atas dua jenis, yaitu sel batang dan sel kerucut (Gambar 2). Pada manusia,
terdapat sekitar 7 juta sel kerucut dan kurang lebih 125 juta sel batang untuk
setiap mata.
Sel batang merupakan sel yang sangat peka terhadap cahaya dengan
intensitas rendah. Sel batang berperan dalam proses penglihatan di malam hari
atau tempat-tempat gelap untuk menghasilkan ketajaman pengelihatan yang
rendah. Sayangnya, sel batang tidak mampu mendeteksi warna. Sel ini tersebar
di seluruh retina, kecuali di fovea. Di dalam sel batang terdapat pigmen
fotosensitif rodopsin (warna merah muda atau ungu). Rodopsin hanya 1 jenis,
sehingga hanya ada 1 jenis sel batang. Jika rodopsin terpapar atau menyerap
cahaya, rodopsin akan terurai menjadi opsin dan retinal. Sebaliknya, jika tidak
ada cahaya atau gelap, rodopsin akan terbentuk kembali.3
cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia
basa.2
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan
denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya. Karena
adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya
presipitasi protein, maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan
asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi, sehingga
terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan
pada kornea, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas (Gambar 3).
Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja (Gambar 4). Bila
trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma
basa.2,5
Bahan kimia yang bersifat asam contohnya asam sulfat, air accu,
asam sulfit, asam hidroklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat,
asam kromat, dan asam hidroflorida. Akibat ledakan baterai mobil, yang
menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab
tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam hidroflorida dapat
ditemukan di rumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum,
dan cairan pembersih yang kuat. Asam hidroflorida adalah satu
pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati membran sel,
seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan
menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan
magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri lokal yang ekstrim
bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung
pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut
bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan
memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan, gastrointestinal,
dan neurologik.2,8. Beberapa bahan asam yang dapat menyebabkan trauma
adalah:
a. Sulfuric acid (H2SO4) pada aki mobil dan bahan pembersih industry,
b. Sulfurous acid (H2SO3) pada pengawet sayur dan buah,
c. Hydrofluoric acid (HF) efek sama dengan trauma basa, ditemukan
pada pembersih karat, pengkilat aluminuium dan penggosok kaca,
d. Acetic acid (CH3COOH) pada cuka, dan
e. Hydrochloric acid (HCl) 31-38% zat pembersih.
8
Gangguan persepsi
penglihatan
Gambar 5. Mata yang pada bagian konjungtiva bulbi yang hiperemis dan
pupil yang melebar karena peningkatan tekanan intraocular. (Sumber:
Vaughan
Paul
RE. Oftalmologi
Umum.Widya
medika.
Jakarta. 2000.)
yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase
penyembuhan.5,8
Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti
oleh hal-hal sebagai berikut:
berikut:
cell limbus
12
Mukopolisakarida jaringan
menghilang & terjadi
penggumpalan sel kornea
Dilepaskan plasminogen
aktivator & kolagenase
(merusak kolagen kornea)
Terjadi gangguan
penyembuhan
epitel
Berkelanjutan menjadi
ulkus kornea atau
perforasi ke lapisan yang
lebih dalam
13
Gejala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma
kimia, yaitu epifora, blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma
akibat bahan yang bersifat asam
Anamnesis
Pada anamnesis, sering sekali pasien menceritakan
telah tersiram cairan atau tersemprot gas pada mata atau
partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu diketahui
apa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma
tersebut (misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan
kecepatan tinggi) serta kapan terjadinya trauma tersebut.6
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah
cedera atau saat cedera terjadi. Onset dari penurunan visus
apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara tiba-tiba.
Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran
umum trauma. Harus pula dicurigai adanya benda asing
intraokular apabila terdapat riwayat trauma akibat ledakan.3,6
2.2.5.3.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai
mata yang terkena zat kimia sudah terigasi dengan air dan pH
permukaan bola mata sudah netral. Obat anestesi topikal atau
lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman,
dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah
dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian
15
iskemik
limbus,
tekanan
intra
okular,
16
Gambar
8.
Trauma
kimia
karena
jeruk
lemon.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata
adalah pemeriksaan pH bola mata secara berkala dengan
kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai
tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata
dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi
luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat
dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan
tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular.6
2.2.6.Penatalaksanaan
2.2.6.1.
Tatalaksana Emergensi5
1. Irigasi
Merupakan hal yang krusial dan harus dilakukan sesegera
mungkin untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus
konjungtiva. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit
sampai pH mata menjadi normal (7,3). Pada trauma basa
hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit 2.000
ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat
diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%,
dan antibiotik. Irigasi dalam waktu yang lama lebih baik
menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang
17
perlengketan
antara
konjungtiva
palpebra,
Medikamentosa5
1. Steroid
Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi
neutofil. Namun pemberian steroid dapat menghambat
penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen
dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya
diberikan secara inisial dan di-tappering off setelah 7-10 hari.
Deksametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan
setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV
50-200 mg.
2. Sikloplegik
Siklopegik diberikan untuk mengistirahatkan iris, mencegah
iritis, dan sinekia posterior. Atropin 1% ED atau Scopolamin
0,25% diberikan 2 kali sehari.
3. Asam askorbat
Asam askorbat dapat mengembalikan keadaan jaringan
scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan
membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas
18
Pembedahan3,5
1. Pembedahan Segera
Sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus,
mengembalikan populasi sel limbus, dan mengembalikan
kedudukan forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk
pembedahan:
2. Pembedahan Lanjut
Pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:
19
2.2.7.Komplikasi
Komplikasi dari trauma mata bergantung pada berat ringannya
trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi
pada kasus trauma basa pada mata antara lain:3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gambar 9. Simblefaron.
20
21
BAB III
KESIMPULAN
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan
pH < 7 atau bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya
memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan
basa memiliki dua sifat, yaitu hidrofilik dan lipolifik, sehingga zat basa dapat masuk
secara cepat untuk penetrasi ke sel membran dan masuk ke sudut mata depan, bahkan
sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein
permukaan yang merupakan suatu pelindung, sehingga zat asam tidak dapat penetrasi
lebih dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora,
blefarospasme, dan nyeri yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis
trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan
segera sampai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian obat terutama
antibiotik, multivitamin, dan antiglaukoma. Selain itu dilakukan juga upaya promotif
dan preventif kepada pasien. Menurut data statistik, 90% kasus trauma dapat dicegah
apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
2. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.
3. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.
Jakarta. 2000.
4. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of Ophthalmology
Third Edition. Washington. 2005.
5. Randleman JB.2006. Chemical department of ophtalology. diakses dari
http://www.emedicine.com
6. Ilyas S. 2002 . Ilmu penyakit mata edisi ketiga.Jakarta : FK UI
7. Center of Disease contol and prevention. Work related eye injuries. Diakses
dari http://www.cdc.gov/feature/dsworksplaceeye/
8. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular
Complaints.
Diunduh
tanggal
28
Juni
2012
dari
http://www.acep.org/content.aspx?id=26712
9. Dua, H. S., King, A.J., Joseph, A. 2001 New classification for ocular surface
burns, 85: 1379-1383, British Journal of Ophthalmology. Diakses 28 Juni
2012, dari http://bjo.bmj.com/content/85/11/1379.full.pdf new classification.
23