ANALISIS BITEMARK
Disusun Oleh:
Dewinta Lastri Ningrum
10/297193/KG/8633
Dessy Pratiwi Saputry
10/298811/KG/8651
Indria Kusuma Wardhani
10/298974/KG/8665
Khasanah Lusi Daniati
10/299317/KG/8692
Gilang Jati Pamungkas
11/311746/KG/8812
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
BAB I
LATAR BELAKANG
Kedokteran
gigi
forensik
merupakan
bagian
dari
ilmu
kedokteran
forensik.Definisi dari ilmu kedokteran gigi forensik adalah ilmu yang mempelajari
dan mengevaluasi barang bukti yang berasal dari gigi geligi dalam membantu proses
penyidikan dalam bidang hukum untuk kepentingan keadilan. Saat ini kedokteran gigi
forensik termasuk dalam bagian forensik (Mahajan dkk., 2012).Kedokteran Gigi
forensik adalah ilmu yang mencakup tiga profesi yaitu Kedokteran Gigi, Ilmu
Forensik dan Profesi Hukum. Dokter gigi dalam kedokteran gigi forensik bertanggung
jawab untuk memberikan kesaksian yang dapat memiliki konsekuensi pada individu
terutama berlaku ketika bukti Bitemark adalah satu-satunya bukti fisik(Hemalatha
dkk., 2014).Istilah Bitemarkdidefinisikan sebagai pola luka pada kulit atau pada
permukaan lainnya yang disebabkan oleh gigitan manusia atau hewan dengan
kekuatan minimum. Menurut ABFO, Bitemark (bekas gigitan) muncul karena terdapat
perubahan fisik pada media yang disebabkan oleh kontak gigi geligi dan sebuah pola
representatif dengan struktur gigi geligi manusia atau hewan yang tertinggal pada
objek atau jaringan (Rai dan Kaur, 2013).Jejak Bitemarkdapat di temukan pada kulit,
permen karet, pensil, pena dan juga dapat ditemukan pada alat musik, rokok, cerutu,
bahan makanan seperti keju, buah, kentang, dan cokelat dll (Kaur dkk, 2013).
Analisis Bitemarkmerupakan salah satu metode yang digunakan dalam
kedokteran gigi forensik. Analisis Bitemark merupakan suatu teknik identifikasi yang
menggunakan cetakan pola sebagai hasil kontak suatu obyek atau gigitan (Verma
dkk., 2013).Analisis Bitemark didasarkan pada prinsip bahwa gigi dari setiap individu
tidak mungin sama dengan gigi individu lainnya. Bitemark dapat digunakan sebagai
alternatif apabila analisis sidik jari tangan dan DNA tidak memungkinkan untuk
dilakukan (Mahajan dkk., 2012).Teknik dasar untuk pemeriksaanBitemarkdidasarkan
pada interpretasi buktifotografi Bitemark dibandingkan dengan model dari gigi
tersangka. Kualitas dan ketepatan Bitemarktergantung pada banyak faktor, yang
meliputi perubahan oleh waktu, lokasi ditemukannya Bitemark, kerusakan pada
jaringan lunak, kemiripan gigi antar individu, serta kualitas hasil fotografi, cetakan,
dan pengukuran. Jika hasil analisis Bitemarkbenar dan sesuai dengan model gigi yang
ada, maka hal itu dapat menjadi tanda bukti keterlibatan seseorang dalam kasus (Kaur
dkk, 2013).
I.
Klasifikasi Bitemark
Bitemarksecara luas diklasifikasikan sebagai Bitemarknon-manusia (bekas
gigitan hewan) dan Bitemark yang ditimbulkan oleh manusia. Berdasarkan cara
penyebab, Bitemark dapat menjadi non-kriminal (seperti love bites); dan kriminal
yang dapat diklasifikasikan menjadi Bitemark ofensif (pada korban oleh
penyerang) dan Bitemarkdefensif (pada penyerang oleh korban) (Kaur dkk.,
2013).
Menurut Shamim dkk. (2006) terdapat tujuh jenis Bitemark: 1. Hemoragi (spot
perdarahan kecil), 2. Abrasi (tanda pada kulit), 3. Memar (pecah pembuluh darah),
4.Laserasi (dekat tusuk kulit), 5. Insisi (luka rapi tertusuk atau robek kulit), 6.
Avulsion (pengangkatan kulit), dan 7. Artefact (digigit oleh sepotong tubuh).
Selanjutnya menurut Kaur dkk. (2013) dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat
kejelasan dari Bitemark, yaitu:
1.
Clearly defined atau jelas terdefinisi, dihasilkan dari aplikasi
2.
3.
4.
pertama.
Quite noticeable atau cukup dikenali, tekanan kekerasan.
Lacerated, ketika kulit ditekan secara keras dari tubuh
Menurut Kaur dkk. (2013) klasifikasi Bitemark pada aplikasi praktik dibedakan
menjadi 4 kelas, yaitu:
a. Kelas I, termasuk kelas ini adalah bekas gigitan difus yang memiliki
karateristik kelas terbatas dan sedikit karakteristik individual seperti
memar, smocking ring, bekas gigitan yang samar ataupun difus.
b. Kelas II, pola bekas gigitan sebagai lengkung tunggal atau bekas gigitan
parsial yang memiliki beberapa karakteristik kelas dan individual.
c. Kelas III, bekas gigitan kelas ini memiliki nilai bukti yang tinggi dan
kebanyakan sebagai pemmbanding. Area utama gigitan adalah pundak,
lengan bagian atas, bokong, dan dada. Tekanan dan penetrasi ke dalam
jaringan secara dalam dilakukan untuk mencetak permukaan lingual gigi
geligi anterior.
d. Kelas IV, terutama avulsi atau laserasi jaringan yang disebabkan oleh
gigitan. Pada kelas ini, karakteristik kelas dan individual tidak tampak.
Klasifikasi Bitemark kelas 4 biasanya ditemukan ketika terdapat avulsi
telinga atau jari.
Sedangkan menurut Lukman (2006) Pola gigitan manusia terdiri atas 6
klasifikasi, yaitu:
1. Kelas I
2. Kelas II
II.
Analisis Bitemark :
i. Menentukan Umur
Analisis Bitemark untuk menentukan umur dapat digunakan bantuan dari
pertumbuhan morfologi gigi geligi dalam berbagai tahap. Selain itu, determinasi usia
dapat menunjukkan derajat pembentukan akar dan mahkota gigi, tahapan erupsi gigi,
dan campuran antara gigi desidui dan permanen (Avon, 2004). Bitemark pada anakanak biasanya menunjukkan jarak intercanina <30 mm sedangkan jarak diatas 30 mm
merupakan Bitemark orang dewasa. Beberapa studi menunjukan bahwa jarak
intercanina pada anak usia 3-6 tahun adalah berkisar sekitar 28-29 mm dan kira-kira
lebih kecil 4.4mm dari orang dewasa. Pada orang dewasa lebar lengkung kira-kira
sekitar 21,3-41 mm (Stavrianis, 2011). Rumus gigi geligi dewasa mempunyai
perbedaan dengan anak-anak yaitu adanya gigi premolar atas dan bawah, serta adanya
gigi molar ketiga. Bitemark anak-anak berusia dibawah enam tahun mempunyai ciri
lengkung kecil yang lebih membulat, gigi yang lebih kecil (gigi insisivus sentral
sekitar 6.5mm, insisivus lateral sekitar 5,3mm, insisivus mandibula 4 4,5mm), dan
jarak antar gigi yang lebih besar. Pada anak usia 7-11 tahun, Bitemark biasanya
memiliki gigitan bercampur antara gigi insisivus yang lebih besar (permanen) dengan
gigi posterior yang lebih kecil (desidui) (Sorin dkk, 2008).
ii.
Ras
Secara tradisional ras manusia oleh para pakar dibedakan atas tiga ras utama yaitu:
(1) ras Kaukasoid; (2) ras Mongoloid dan (3) ras Negroid. Namun setelah diteliti lebih
lanjut ternyata pembagian ras manusia bisa lebih rinci lagi menjadi ras Khoisan, ras
Australoid, ras Kaukasoid, ras Mongoloid dan ras Negroid.
a. Ras Kaukasoid
Gigi-geligi ras Kaukasoid mempunyai ciri lengkung rahang sempit dan
berbentuk paraboloid, gigi-geligi sering crowded, permukaan lingual gigi insisive
permanen pertama dan kedua rahang atas(12, 11, 21, 22) rata(Lukman, 2006), gigi
molar permanen rahang pertama bawah (36, 46) lebih panjang dan bentuk lebih
tapered, mesio-distal gigi premolar permanen kedua rahang atas (15, 25) lebih
besar dari buko-palatal dan sering dijumpai adanya tonjol carabelli (70-90%) di
sisi palatal dari tonjol mesiopalatal gigi molar permanen pertama rahang atas
(Lukman, 2006).
b. Ras Mongoloid
Gigi-geligi ras Mongoloid mempunyai ciri lengkung gigi berbentuk elipsoid,
gigi insisive rahang atas (11, 12, 21, 22) mempunyai perkembangan penuh pada
h. Kulit putih, tonjol buko lingual premolar lebih kecil dibandingkan tonjol
mesiodistal.
iii.
Jenis kelamin
Perbedaan bekas gigitan (bitemark) pada pria dan wanita menurut Karmakar (2007)
yaitu :
a. Pria, gigi incisivus centralis dan lateral rahang atas memiliki ukuran yang
relatif sama.
b. Wanita, gigi insisivus centralis dan lateral memiliki ukuran yang bervariasi,
gigi caninus memiliki ukuran lebih kecil dan relatif lebih tajam, molar pertama
rahang bawah memiliki empat tonjol.
III.
Karakteristik Bitemark
American Board of Forensic Odontology (ABFO) menyebutkan bahwa
karakteristik Bitemark adalah ciri, sifat dan pola yang membedakan Bitemark.
Karakteristik Bitemark terdiri dari karakteristik kasar, kelas dan individual
(Holtkotter, 2012).
1. Karakteristik Kasar (gross)
Karakteristik kasar digunakan untuk mengidentifikasi secara umum asal dari
alat, instrumen atau objek yang memberikan gambaran sifat, karakter dan ciri
secara umum. Satu atau dua luka semi-sirkuler dikelilingi oleh area insisi atau
memar dengan ekimosis menunjukkan karakteristik kasar. Diameter luka
biasanya antara 25-40 mm. Ketika Bitemark diperiksa dan dinilai, perhatian
tertuju pada kontinuitas lengkung rahang, tanda-tanda gigi hilang, malrelasi
atau malposisi, dan spacing pada Bitemark. Namun, diketahui bahwa alatalat, seperti perhiasan, palu, mainan anak, monitor elektroradiograf dapat
menghasilkan bentuk sirkuler yang serupa dengan karakteristik kasar
Bitemark (Bush, 2010).
2. Karakteristik Kelas
Pada Bitemark, gigi depan termasuk insisivus sentralis, insisivus lateral dan
kaninus merupakan gigi-geligi gigit pertama dalam karakteristik kelas gigi.
Setiap tipe gigi manusia memiliki karakteristik kelas yang membedakan tipe
satu gigi dengan yang lain. Dua gigi insisivus sentral mandibula dan dua gigi
insisivus lateral mandibula hampir memiliki kesamaan bentuk dan ukuran
sementara gigi kaninus berbentuk konus.Karakteristik Bitemark membantu
menentukan apakah gigitan berasal dari gigi-geligi maksila atau gigi-geligi
sudah meninggal.Gigitan dari hewan jarang menjadi objek dari identifikasi Bitemark.
Gigi hewan meninggalkan motif cedera yang berbeda dengan Bitemarkoleh gigi
manusia. Hal ini berlaku pada anjing, yang merupakan penyebab dominan dalam
gigitan manusia. Anjing menggigit manusia delapan kali lebih sering daripada
manusia yang saling menggigit. Namun gigitan tersebut mungkin perlu di analisis
untuk membedakan apa spesies hewan yang telah penyerang.
Bitemarkhewan umumnya terjadi sebagai akibat dari penyerangan hewan
peliharaan kepada korban yang tidak disukai dari hewan tersebut. Apabila korban
hidup mengalami kejadian yang tersebut di atas biasanya tanpa instruksi dari
pemeliharanya. Bila instruksi dari pemeliharaanya maka hal ini sering terjadi pada
hewan khususnya anjing yang berjenis herder atau doberman yang memang special
dipelihara pawang anjing dijajaran kepoisian, khususnya untuk menangkap pelaku
atau tersangka.
a. BitemarkAnjing
Bitemarkanjing biasanya terjadi pada serangan atas perintah pawangnya atau induk
semangnya. Hal ini terjadi pada jajaran kepolisian demi mengejar pelaku atau
tersangka, dan selalu Bitemarkterjadi pada hewan buas lainnya antara lain harimau,
singa, kucing, serigala.
b. BitemarkHewan Pesisir Pantai
Bitemarkini terjadi apabila korban meninggal ditepi pantai atau korban meninggal
dibuang di pesisir pantai sehingga dalam beberapa hari atau beberapa minggu korban
tersebut digerogoti oleh hewan laut, antara lain kerang, tiram.
c. BitemarkHewan Peliharaan
Bitemarkini terjadi sebagai akibat dari tidak adanya makanan yang dikonsumsi oleh
hewan peliharaan dalam beberapa waktu yang agak lama sehingga sangatlah lapar
sedangkan pemeliharanya sangat sayang akan hewan peliharaannya sehingga ia siap
mengorbankan tubuhnya jadi santapan hewan tersebut.
IV. Metode Analisis Bitemark
1. Mengumpulkan Semua Bukti-Bukti Bitemark
Dua aspek forensik yang penting dalam identifikasi Bitemarkadalah lokasi
anatomi dan kerasnya gigitan yang dilakukan. Pengaruh lain agar jejas
mampu dinilai adalah kualitas dari bukti yang terkumpul. Bukti
g.
Jika gigitan terletak pada bagian tubuh bergerak, maka posisi tubuh spesifik
juga didokumentasikan (Bhargava dkk.,2012).
Gambar 3. Skala ABFO no. 2
Penggunaan
fotografi
stereoskopik
dianjurkan
untuk
edge-to-edge,
Foto tersangka dengan mulut terbuka selebar mungkin,
erupsipsi
gigi
dalam
tahap.
Cara
aplikasi
dengan
BAB II
CARA KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipergunakan:
1. Alat tulis
2. Apel hijau/ apel malang
3. Penggaris atau sliding calliper dengan skala 0,02mm
4. Model gigi rahang atas dan rahang bawah
5. Spatula dan rubber bowl
6. Kawat strimming 10 x 15 cm
7. Alginat dan dental stone
8. Plastik mika
9. Spidol transparan ukuran F
10. Glassplat
B. Tahapan Kerja
Studi analisis Bitemarkini dilakukan dengan tahap-tahap kerja sebagai
berikut :
1. Model gigi rahang atas dan rahang bawah milik semua anggota
kelompok dikumpulkan terlebih dahulu pada pembimbing.
2. Dua anggota kelompok melakukan gigitan pada apel hijau yang telah
disediakan, satu gigitan dangkal dan satu gigitan dalam.
3. Lakukan pencetakan hasil gigitan tersebut dengan alginat, perluasan
tepi area gigitan 1 cm.
4. Identifikasikan pola gigitan dan ciri-ciri gigi geligi yang terlibat pada
(selengkap-lengkapnya).
5. Lakukan penapakan (tracing) pada cetakan gigitan menggunakan
plastik transparan.
6. Bandingkan ciri-ciri yang telah diidentifikasi pada cetakan gigitan tadi
dengan model gigi rahang atas dan rahang bawah milik semua anggota
kelompok.
7. Tentukan anggota kelompok sebagai pelaku gigitan yang sesuai dengan
identifikasi yang telah dilakukan.
8. Lakukan penapakan (tracing) pada model studi orang yang dianggap
sebagai pelaku gigitan tersebut.
9. Bandingkan dengan hasil penapakan pada cetakan gigitan yang telah
dibuat dan catatlah distorsi yang diperoleh.
10. Buatlah laporan singkat tentang analisis Bitemarkyang telah dilakukan
pada loog book.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Hasil Tracing
a.Model 1
b.
Model 2
c.
Model 3
d.
Model 4
a.
Model 5
e.
Gigitan Lengan
f. Gigitan Dangkal
g.
Gigitan Dalam
2. Analisis Model
a. Model 1
Mesiodistal gigi geligi:
Gigi
1
2
3
Malposisi:
Rahang Atas
Kanan
8,2
7,1
8,3
Kiri
8,0
6,4
8,3
Rahang Atas
Rahang Bawah
Kanan
Kiri
5,7
5,3
5,9
6,4
7,2
6,8
Rahang Bawah
31 labioversi
41 mesiolinguo torsiversi
Rahang Atas
Kanan
8,3
7,1
8,4
Kiri
8,1
7,2
8,4
Rahang Bawah
Kanan
Kiri
5,4
5,3
5,5
6,1
7,3
7,2
Rahang Atas
Rahang Bawah
31 distolabio torsiversi
41 distolabio torsiversi
Midline : segaris
c. Model 3
Mesiodistal gigi geligi:
Gigi
1
2
3
Malposisi:
Rahang Atas
Kanan
8,4
7,8
7,9
Kiri
8,3
7,0
7,8
Rahang Atas
13 mesiolabio torsiversi
Rahang Bawah
Kanan
Kiri
5,5
5,6
6,3
5,4
7,0
6,7
Rahang Bawah
31labioversi
32 distolabio torsiversi
42 labioversi
Rahang Atas
Kanan
8,0
6,4
7,8
Kiri
8,0
7,7
7,8
Rahang Bawah
Kanan
Kiri
5,3
5,3
5,9
5,7
6,7
6,6
Malposisi:
Rahang Atas
12mesiolabio torsiversi
Midline : tidak segaris.
Rahang Bawah
33 mesiolabio torsiversi
e. Model 5
Mesiodistal gigi geligi:
Gigi
1
2
3
Malposisi:
Rahang Atas
Kanan
7,6
5,7
7,8
Rahang Atas
13 mesiolabio torsiversi
Midline : segaris,.
Kiri
7,4
5,4
7,7
Rahang Bawah
Kanan
Kiri
5,0
5,0
5,2
5,2
6,5
6,7
Rahang Bawah
43 labioversi
13
12
11
21
22
Elemen
23 33
32
31
41
42
43
Lengan
6,3
7,8
7,6
6,6
5,2
4,9
5,5
5,6
Dalam
8,7
9,1
8,9
7,5
6,7
6,3
5,9
6,3
Dangkal
7,3
8,7
8,9
7,6
5,5
6,9
6,4
5,9
6,4
k. Pengukuran hasil tracing model gigi dan Bitemark menunjukkan adanya perbedaan panjang mesiodistal gigi pada model gigi dengan
hasil tracing Bitemark. Perbedaan ini disebabkan adanya distorsi.
Gigitan
Eleme
Gigitan
Gigitan
Lengan
Dalam
11
7.8
9.1
l
8.7
12
6.3
8.7
13
21
Dangka
Model 1
Model 2
Model 3
Model 4
Model 5
MD
D1
D2
D3
MD
D1
D2
D3
MD
D1
D2
D3
MD
D1
D2
8.2
-0.4
0.9
0.5
8.3
-0.5
0.8
0.4
8.4
-0.6
0.7
0.3
-0.2
1.1
D3
0.7
7.3
7.1
-0.8
1.6
7.1
-0.8
1.6
7.8
-1.5
0.9
6.4
-0.1
2.3
8.3
8.4
7.9
7.8
7.6
8.9
8.9
-0.4
0.9
0.9
8.1
-0.5
0.8
0.8
8.3
-0.7
0.6
0.6
22
6.6
7.5
7.6
6.4
0.2
1.1
7.2
-0.6
0.3
-0.4
0.5
23
8.3
8.4
7.8
31
4.9
6.3
6.4
5.3
-0.4
1.1
5.3
-0.4
1.1
5.6
-0.7
32
5.2
6.7
6.9
6.4
-1.2
0.3
6.1
-0.9
0.6
5.4
33
5.5
6.8
-1.3
7.2
-1.7
41
5.5
5.9
5.9
5.7
0.2
0.2
5.4
0.1
0.5
5.6
6.3
6.4
5.9
-0.2
-
-0.9
5.5
-1.1
0.5
-
7.2
7.3
0.42
-5
42
43
0.34
0.6
1.66
-
MD
D1
D2
7.6
0.2
1.5
D3
1.1
5.7
0.6
7.8
-0.4
0.9
0.9
7.4
0.2
1.5
1.5
7.7
-1.1
-0.2
5.4
1.2
2.1
7.8
7.7
0.7
0.8
5.3
-0.4
1.1
-0.1
1.3
1.4
-0.2
1.3
5.7
-0.5
5.2
1.5
6.7
-1.2
6.6
-1.1
6.7
-1.2
5.5
0.4
0.4
5.3
0.2
0.6
0.6
0.5
0.9
0.9
6.3
-0.7
5.9
-0.3
0.4
5,2
6.7
6,5
Model 1
Model 2
Model 3
Model 4
Model 5
Elemen
Panorami
k
MD
DP
MD
DP
MD
DP
MD
DP
MD
DP
11
5,1
8,2
-3,1
8,3
-3,2
8,4
-3,3
-2,9
7,6
-2,5
12
4,8
7,1
-2,3
7,1
-2,3
7,8
-3
6,4
-1,6
5,7
-0,9
13
5,6
8,3
-2,7
8,4
-2,8
7,9
-2,3
7,8
-2,2
7,8
-2,2
21
5,5
-2,5
8,1
-2,6
8,3
-2,8
-2,5
7,4
-1,9
22
4,4
6,4
-2
7,2
-2,8
-2,6
7,7
-3,3
5,4
-1
23
5,8
8,3
-2,5
8,4
-2,6
7,8
-2
7,8
-2
7,7
-1,9
31
3,1
5,3
-2,2
5,3
-2,2
5,6
-2,5
5,3
-2,2
-1,9
32
3,9
6,4
-2,5
6,1
-2,2
5,4
-1,5
5,7
-1,8
5,2
-1,3
33
6,8
-2,8
7,2
-3,2
6,7
-2,7
6,6
-2,6
6,7
-2,7
41
3,5
5,7
-2,2
5,4
-1,9
5,5
-2
5,3
-1,8
-1,5
42
3,6
5,9
-2,3
5,5
-1,9
6,3
-2,7
5,9
-2,3
5,2
-1,6
43
4,2
7,2
-3
7,3
-3,1
-2,8
6,7
-2,5
6,5
-2,3
Keterangan:
DP: Distorsi Panoramik (Mesiodistal panoramik mesiodistal gigi)
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan antara model gigi 1 dengan Bitemark,
terdapat persamaan yaitu midline yang tidak segaris.Jika dilihat padaBitemark, terlihat adanya
malposisi gigiyaitu gigi 31 yang mengalami labioversi dan 41 yang mengalami mesiolinguo
torsiversi.
Berdasarkan ciri-ciri yang ditemukan dicurigai 2 model gigitan pelaku penggigit apel yakni
pada model 1 dan model 2 dimana keduanya memiliki pola lengkung rahang atas dan malposisi
gigi pada rahang bawah yang hampir sama. Tetapi keduanya memiliki perbedaan midline,
dimana midline model 1tidak segaris, sedangkan midline model 2 segaris. Oleh karena itu, model
2 tidak dicurigai sebagai pelaku penggigit apel.Model 1, terdapat malposisi pada gigi 31 yang
mengalami labioversi dan gigi 41 yang mengalami mesiolinguo torsiversi yang sesuai dengan
gigitan lengan pada Bitemark.
Dari tabel pengukuran hasil penapakan model gigi dan Bitemark, ditemukan adanya
distorsi antara lebar mesiodistal gigi dengan Bitemark. Distorsi tersebut disebabkan karena
ukuran gigi pada Bitemark ada yang lebih kecil dan ada yang lebih besar daripada lebar
mesiodistal gigi, selain itu distorsi pada gigitan dalam lebih besar daripada gigitan dangkal
karena pada gigitan dangkal tapakan gigi terlihat lebih tegas dibandingkan dengan gigitan
dalam. Distorsi ukuran mesiodistal pada cetak gigitan dalam pada apel secara garis besar lebih
besar dibandingkan ukuran mesiodistal gigi, hal ini kemungkinan karena kekuatan gigit terlalu
besar.Distorsi ukuran mesiodistal pada cetak gigitan lengan secara garis besar relatif lebih kecil
dibandingkan ukuran mesiodistal gigi, hal ini kemungkinan karena kekuatan gigit tidak terlalu
besar.
Untuk menentukan perkiraan usia tersangka dengan cara metode Alqahtani. Metode ini
mencakup pengembangan dan erupsi urutan gigi dari usia 1-23 tahun, dengan ilustrasi yang
menggambarkan titik tengah dari setiap tahun kronologis. Erupsi gigi pada atlas Alqahtani ini
mengacu pada munculnya gigi dari tulang alveolar, berbeda halnya dengan erupsi nya gigi pada
permukaan gingival. Dilihat dari radiograf panoramic tersangka dan disamakan dengan atlas
Alqahtani, perkiraan usia tersangka adalah 23 tahun, karena pada gigi molar terakhir bawah
sudah tumbuh sempurna dan mencapai tulang alveolar.
Jika dilihat dari cetakan gigi, tersangka merupakan perempuan karena bentuk dari gigi
incisivus dan lateral memiliki ukuran yang bervariasi, dan gigi tersangka termasuk dalam ras
mongoloid karena lengkung gigi berbentuk ellipsoid.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis Bitemark yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelaku yang memiliki pola lengkung dan malposisi gigi yang sama antara model dan
cetakan gigitan adalah model nomor 1.
2. Distorsi ukuran mesiodistal pada cetak gigitan dalam pada apel secara garis besar lebih besar
dibandingkan ukuran mesiodistal gigi, hal ini kemungkinan karena kekuatan gigit terlalu
besar.
Distorsi ukuran mesiodistal pada cetak gigitan lengan secara garis besar relatif lebih kecil
dibandingkan ukuran mesiodistal gigi, hal ini kemungkinan karena kekuatan gigit tidak terlalu
besar.
DAFTAR PUSTAKA