Anda di halaman 1dari 69

Organisme akuatik budidaya

Tumbuh dan
berkembang

makanan

Penghasil makanan
utama di ling. akuatik

Faktor pembatas
Organisme budidaya

Organisme hidup
baik tumbuhan dan
hewan renik

carnivora

Pemangsa zooplankton
(konsumer sekunder)
Zooplankton (konsumer
primer)
Fitoplankton (produsen)
Trophic Level (Piramida Makanan)

Produksi fitoplankton

mengontrol produksi zooplankton


seperti juga ikan, crustacea,
moluska yang hidup setelah
plankton

Permasalahan kebutuhan
Pakan

muncul
Pada saat organisme /hewan
akuatik berada dalam
lingkungan budidaya

Ketersediaan pakan

bergantung pd manusia yang memelihara


baik jumlah, jenis maupun waktu pemberian

Observasi lapangan
dan hasil analisa kandungan
Saluran pencernaan

Mempelajari ttg. feeding behaviour


(tingkah laku makan) dan macam/
jenis organisme renik yang
dimakan

Pada kolam-kolam intensif :

keberadaan organisme hidup ini (makanan


alami) tetap diperlukan sebagai pemelihara
keseimbangan ekosistem kolam

Penyuburan plankton

pertumbuhan
populasi ikan
di kolam budidaya
optimum

belum pernah ditemui


perairan yang bebas
fitoplankton

Secara tidak langsung

-plankton mrpk mata rantai


dari siklus makanan pd lingk.
akuatik

Secara langsung

-Di Jepang & Cina mereka sudah


lama makan ubur-ubur (plankton)
-Di India, makan misid Mesopodopsis
orientalis
-Sentral Afrika Barat (Danau Chad)
makan cake Spirulina (dihe)

Organisme yg hidup melayang atau mengambang di dalam


air atau migrasi vertikal mulai dari permukaan laut hingga
kedalaman dg intensitas cahaya yg masih memungkinkan
fotosintesis (zone euphotic)
Berfungsi sebagai produsen primer (primary producer)
dalam rantai pakan (food chain) dg efisiensi perpindahan
senyawa organik ke level berikutnya hanya sekitar 10%
Berdasar kemampuan fotosintesa : phytoplankton &
zooplankton
Berdasar ukuran : megaplankton (> 2 mm), makroplankton
(0,2 2 mm), mikroplankton (20m 0,2 mm),
nannoplankton (0,2 m - 20 m), ultraplankton (< 0,2 m)

Berdasar daur hidupnya : holoplankton (seluruh


daur hidupnya sbg plankton),
meroplankton(sebagian daur hidupnya bersifat
planktonis)
Phytoplankton yg dominan di Indonesia : diatom
(Skeletonema, Chaetoceros, Bacteriastratum,
Rhizosolenia), dinoflafellata (Noctiluca,
Pyrodinium bahamense ~ red tide), blue green
algae atau cyanophyta (Trichodesmium)
Zooplankton yg dominan di Indonesia : copepoda
(Euchaeta concinna, Undinila vulgaris, Eucalanus
subcrassus, Candacia bradyi, Labidocera acuta),
ubur-ubur (ubur-ubur api / layaran Physalia ~
Portuguese man of war, Chironex fleckeri ~
kematian, Rhopilema esculanta ~ export)

Produksi tinggi ikan dengan kualitas baik tergantung :


1.
2.

3.

Kualitas air
Benih unggul
Makanan untuk ikan

Jenis dan kualitas makanan perlu disediakan dalam kegiatan


budidaya sejak benih hingga ukuran dewasa

Mempunyai kisaran
luas dalam makanan

Penyediaan pakan bernutrisi selama pemeliharaan harus


tersedia secara kontinu

Hal ini dapat dicapai melalui kegiatan :


1. Teknik kultur pakan alami
2. Pengkayaan makanan/pakan
3. Perkembangan pakan buatan

Pada kegiatan budidaya :


fitoplankton selain sebagai makanan bagi organisme akuatik
budidaya juga berfungsi sebagai penyeimbang lingkungan

Kondisi fisika-kimia
Nutrisi/ medium kultur
Kulturalga harus diperkaya dengan nutrien untuk melengkapi kekurangan nutrisi
dalam air / air laut kultur
Cahaya
Serupa dengan tumbuhan, mikroalga melakukan fotosintesis( mengkonversi
karbon inorganik menjadi materi organik). Cahaya merupakan sumber energi yang
membantu reaksi fotosintesis.
pH
Kisaran pH untuk kebanyakan spesies kultur mikroalga adalah antara 7 9; pH
optimum: 8,2 8,7

Kondisifisika-kimia
Aerasi / pengadukan
Pengadukan diperlukan untuk mencegah sedimentasi sel alga, agar semua sel
terdedah secara merata terhadap cahaya dan nutrisi, mencegah stratifikasi suhu
(kultur out door), meningkatkan pertukaran gas antara medium kultur dan udara, dan
sumber karbon (CO2) dalam proses fotosintesis

Suhu
Suhu optimal untuk kultur mikroalga berkisar antara 20 -24C, bervariasi dengan
komposisi medium kultur, spesies dan strain kultur

Salinitas
Mayoritas spesies tumbuh optimal pada salinitas sedikit lebih rendah dibanding
habitat alaminya (20-24 ppt); didapatkan melalui pengenceran air laut dengan air
tawar.

Dinamika Pertumbuhan Mikroalga

Fase lag
ukuran sel meningkat namun kepadatan belum bertambah; kultur mulai menyerap
nutrien yang terdapat pada medium kultur

Fase eksponensial
sel bereproduksi dengan cepat, dengan pertumbuhan populasi skala eksponensial
Fase transisional (~ fase penurunan pertumbuhan)
laju pertumbuhan populasi kultur menurun

Dinamika Pertumbuhan Mikroalga


Fase stasioner
Jumlah / kepadatan populasi kultur stabil;
Reproduksi seimbang dengan kematian
Fase kematian
Kepadatan sel menurun;
Laju kematian sel melebihi laju pertumbuhan sel

Fase pertumbuhan kultur mikroalga

Feeding Larvae
Cell Size 4-8 microns
Species
Isochrysis galbana
Chaetoceros gracilis
Nannochloris sp.
Chlorella sp.
Pavlova lutheri

Morphology

Golden brown
Spherical with 2 flagella
3-6 m

Salinity

8-32 ppt

Temperature
11-26 C

Culture media
Guillards f/2

Proximate Analysis
52% Protein
24% Carbs
29% Fat

Morphology

Salinity

Temperature

Culture media

Proximate Analysis

Tahiti (T-Iso strain)


Golden brown
Cells spherical with 2 flagella
5-6 m length, 2-4 m wide

8-32 ppt

23 - 28C

Guillards f/2
47% Protein
24% Carbs
17% Fat

Morphology

Salinity

Temperature

Culture media

Proximate Analysis

Golden brown diatom


Medium-size 12 m wide,
10.5 m long
Cells united in chains
26 - 32 ppt
28 - 30C

Guillards f/2 with Si


28% Protein
23% Carbs
9% Fat

Morphology

Ovoid green cells


14 to 23 m L X 8 m W
4 flagella

Salinity

28-36 ppt

Temperature
22-26C

Culture media
Guillards f/2

Proximate Analysis
55% Protein
18% Carbs
14% Fat

Morphology

Salinity

Temperature

Culture media

Other characteristics

Golden brown diatom


Cells united in chains
Barrel-shaped
Non-motile
4 m

26 32 ppt
22-29 C

Guillards f/2 with Si

Laboratory
production
100 to 200+ mm
size
2-3 week life span
small size suitable
as first food

Rotifers
Typical first food in
hatchery
Feed algae or yeast
Enrichment needed

Filum :
Kelas :
Ordo :
Genus :
Spesies:

Arthropoda
Crustacea
Cyclopoida
Cyclop
Cyclop sp.

Filum
Kelas
Ordo
Genus

:
:
:
:

Arthropoda
Crustacea
Cladocera
Diaphanosoma

Spesies: Diaphanosoma sp.

Feeding of older
larvae

kista artemia berukuran 200-250 m


- toleransi terhadap kondisi ekstrim
pada salinitas 70 ppt
kista tidak dapat menetas
karena tek. osmotik tinggi
salinitas 5 ppt kista dapat menetas
naupli cepat
mati
- naupli artemia baru menetas uk. 0,4-0,5 m, berat
0,002mg
pertumbuhan naupli artemia mengalami 15x
perubahan bentuk, mencapai dewasa 2-3 minggu
-

EPA dan DHA

Artemia
- mempunyai keunggulan dari jenis pakan alami lain,
tetapi nilai nutrisi artemia bervariasi baik antar
strain maupun dalam satu strain, khususnya -3
HUFA
- bervariasi karena hewan penyaring non selektif (non
selective filter feeder)
untuk meningkatkan
nutrisinya
enrichment

1.

Ukuran dan kepadatan pemberian pakan

2.

Motil dan kapasitas melayang

3.

Mempunyai nilai nutrisi

4.

Harus mudah dicerna dan diserap

5.

Berwarna

6.

7.

Harus mudah didapat atau diproduksi dalam


jumlah besar
Harus berbiaya produksi rendah (tidk high cost)

Pakan alami yang digunakan dalam pembenihan ikan dan krustase


Class

Species

Size ( m)

Microalga

Skeletonema costatum

15-25

Chaetoceros muelleri (gracilis)

6-9

Tetraselmis chui (tetrahele, suesica)

8-16

Nannochloropsis oculata

2-5

Isochrysis galbana

3-7

Pavlova sp.

4-9

Oyster trocophora
Rotifer

50-60
Brachionus sp. (SS-type)

94-163

Brachionus rotundiformis (S-type)

150-205

Brachionus plicatilis (L-type)

162-243

Brine shrimp

Artemia spp.

400-10,000

Copepods

Schameckeria dubia

250-1,280

Apocyclopas royi

110-1,010

Tigriopus japonicus

100-900

Acartia clausi
Oithona sp.
Euterpina acutifrons

75-700

Tisbe sp.

55-180

Moina sp.

150-1,500

Diaphanosoma aspinosum

400-1,150

Nematoda

Panagrellus redivivus

50 diameter

Oligochaetes

Enchytraeus sp.

0.58-3.5 cm

Cladocera

1.
2.
3.
4.

Isochrysis galbana
Pyramimonas grossii
Dunaliella tertiolecta
Chlorella stigmatophora

5. Tetraselmis suesica
6. Dicrateria inornata
7. Micromonas pusilla
8. Phaeodactylum

tricornutum

Larva grouper (ikan kerapu) :


1. mikroalga

2. telur oyster yang terbuahi


3. rotifer SS type
4. naupli Artemia

Art + p.b.

FEEDING REGIM IKAN

Pakan alami + Art + p.b


Mikroalga + p.buatan

Z1

Z3

M1

M3

PL1

PL5

Jadwal pemberian jenis pakan pada larva udang windu

Artemia 0.5-1.0 ind/ml

Artemia 20-30 ind/ml

10-20 ind/ml

Brachionus plicatilis
4
Tetraselmis chuii 4-7 x 10 sel/ml
4
Chlorella sp. 2-3 x 10 sel/ml

10

15

Jadwal peberian jenis pakan pada 20 hari pertama larva ikan bandeng

20

hari

Makanan formula

Enriched artemia atau copepoda


Mikroalga + rotifer

Mikroalga + telur oyster terbuahi

10

20

30

Jadwal pemberian jenis pakan pada larva ikan grouper

40

50

hari

Jenis fitoplankton dan pemanfaatannya

No.

Kelas

Genus

Pakan

1.

Bacillariophyceae

Phaeodactylum
Chaetoceros
Thalassiosira
Navicula
Amphora
Skeletonema

LU,TK,TR,AB,AR,KD
LU,TK,TR,AB,AR,KD
LU,TR,AR,KD
TR,AB,AR,KD
TR,AB,AR,KD
LU,TK,TR,AB,AR,KD

2.

Prymnesiophyceae

Isochrysis
Pavlova
Dicrateria

LU,TK,TR,AB,AR,KD
LU,TK,TR,AB,AR,KD
LU

3.

Chlorophyceae

Dunaliella
Chlorella

TK,TR,AB,AR,KD
TK,TR,AB,AR,KD

4.

Eustigmatophyceae

Nannochloropsis

TK,TR,AB,AR,KD

Keterangan : LU = larva udang, TK = larva tiram & kekerangan lainnya, TR = tripang,


AB = abalone, AR = artemia, KD = kopepoda dan diaphanosoma

Plankton dan Target Komoditas (Fulks and Main, 1991)

No.

Komoditas
Mollusca
-Clamys farreri
-Argopecten irradians
-Pecten yesoensis
-Pinctada martensis
-Pinctada maxima
-Mytilus viridis
-Meretrix meretrix
-Ruditapes philippinarum
-Ruditapes variegata
-Cardium multicum
-Sinonovacula constricta
-Ostrea rivularis

-Crassostrea gigas

Micro feed
Fitoplankton
Phaeodactylum, Tetraselmis spp., Chaetoceros
muelleri, Dicratera
Isochrysis galbana, Phaeodactylum,
Pyramimonas sp., Chlorella sp.
Nitzschia closterium
Dicrateria zhanjiangensis, Tetraselmis spp
Dicrateria inornata, Chlorella sp.,
Tetraselmis spp., Bacillariophyta
Tetraselmis spp.
Heterogle sp., Isochrysis galbana, Chaetoceros
muelleri, Tetraselmis spp
Dicrateria zhanjiangensis, Chaetoceros sp.,
Phaeodactylum
Chaetoceros sp., Dicrateria inornata,
Chaetoceros sp., Chlorella sp.
Phaeodactylum, Dicrateria inornata,
Chaetoceros simplex
Dicrateria zhanjiangensis, Gymnodinium sp.,
Chaetoceros sp.
Chaetoceros sp.,Tetraselmis spp., Gymnodinium
sp.
Navicula spp., Amphora sp., Achnanthes
orientalis

Microfeed
Zooplankton

Use of algae resulted in significant reduction of


Vibrio numbers in maturation and spawning tank
water, broodstock gut contents, egg and nauplii
samples white shrimp (Fenneropenaeus indicus)
The reduction must have been achieved by the
inhibition of their multiplication by Tetraselmis
The algae thus work like probiotics or better than
probiotics in that the growth media (rich in organic
nutrients) added with probionts may boost growth
of unwanted microorganisms, too

KEBUTUHAN DAN JENIS PLANKTON UNTUK BIVALVE

Jenis fitoplankton :
Pavlova,
Isochrysis sp.,
Chaetoceros sp.,
Phaeodactylum sp.
Navicula sp.
Fitoplankton

PLANKTON MURNI

Analisa proksimat fitoplankton (berat kering)


Nama

Protein
(%)

Lemak Karbohid Lemak


rat (%)
(%)
(%)

Chlorella

21,81

2,38

23,83

51,7

Pavlova

30,13

14,83

28,98

28,04

Chaetoceros

35,13

7,91

6,58

28,21

Isochrysis

30,57

16,02

27,25

26,4

Dunaliella

47,43

9,06

35,11

18,12

Analisa Proksimat Fitoplankton (berat basah)


Nama

Protein Karbohid Lemak


rat (%)
(%)
(%)

Air
(%)

Nannochloropsis 38,65

0,048

0,49

60,81

Pavlova

37,62

2,34

1,79

58,24

Chaetoceros

30,09

0,022

1,79

59,64

Nata de nanno

36,12

0,255

0,03

63,69

Komposisi Asam Lemak Fitoplankton


Jenis plankton

EPA

Total 3
HUFA

Tetraselmis
Pavlova
Isochrysis galbana
Nannochloropsis
Phaeodactylum
Skeletonema

6,4
13,8
3,5
30,5
8,6
13,8

8,1
23,5
22,5
42,7
9,6
15,5

Koleksi spesies fitoplankton dan yang digunakan di Tungkang Marine Laboratory (TML)

Spesies

Ukuran
(m)

Skeletonema costatum
Chaetoceros gracilis
Isochrysis galbana tml

15-25
6-9
3-7

Isochrysis aff.galbana
Nannochloropsis oculata
Tetraselmis chuii

3-7 (T-ISO)
2-5
8-16

As. lemak

Digunakan
untuk

EPA (30%) udang


EPA (20%) udang, oyster
DHA (12%) rotifer,artemia,
bivalve, udang,
ikan, tripang
DHA (12%) idem
EPA (30%) rotifer, ikan
rotifer, artemia,
EPA (4%)
bivalve, udang,
tripang

Growth and Survival of Penaeus monodon larvae fed from various microalgae

Species

Algal
Survival at
density M1 (%)
(x104s
el/ml)

Duratio
n from
Z1-M1
(days)

Survival
at P1
(%)

Duration
from M1PL1
(days)

Skeletonema
Costatum

1.0

85.6 5.1

78.9 1.9

Chaetoceros
gracilis

8-10

87.8 3.9

71.1 10.2

Tetraselmis
chuii

2-5

79.3 16

44.7
30.6

11

Isochrysis aff.
Galbana

20

86.7 2.3

60.0 5.7

12

Dunaliella sp.

2-4

10.6

Spirulina
platensis

0.05

26.7

10

Chlorella sp

11

Enrichment Rotifera
Penambahan kandungan nutrisi pada rotifera
Teknik Enrichment n-3 HUFAs
1. Mikro enkapsulasi minyak yang mengandung n-3 HUFAs dalam konsentrasi tinggi
2. emulsified marine oils rich inomega-3 HUFAs
3. Mikroalga (Nannochloropsis occulata dan Isochrysis galbana)
Teknik Enrichment vitamin C
-pemberian pakan dengan bakers yeast (150 mg vit.C/g-1DW)
-pemberian pakan dengan Chlorella (2300 mg vit.C/g-1DW)
Teknik Enrichment protein
Pemberian Protein Selco konsentrasi 125 mg.L-1air laut sebanyak 2 kali dengan
selang waktu 3-4 jam.

Kondisi perairan eutrophic (melimpahnya nutrien


karena menumpuknya bahan organik)
Parameter blooming plankton :
WARNA AIR ~ pengaruh material terlarut
(senyawa organik dan anorganik) & partikel
tersuspensi (plankton), exp. Ferihidroksida dari
tanah asam sulfat menimbulkan warna air coklat
kemerahan, substansi humus dari hancuran
vegetasi mangrove menunjukkan warna coklat)
Perubahan warna air tgt dari kecepatan
pertumbuhan & komposisi plankton dominan yg
berubah karena perubahan lingkungan (salinitas,
DO, pH, NH3, NO2, H2S, suhu)

Warna air coklat keemasan (dominasi plankton


diatomae), warna air hijau (dominasi green algae),
warna air hijau kebiruan (dominasi blue green
algae), warna air merah (dominasi dinoflagellata)
Warna air yg muda & cerah (sel phytoplankton
muda & tumbuh aktif), warna air pudar & gelap
(sel tua & pertumbuhan lambat), warna air
keabu-abuan (plankton tidak aktif /
pencampuran bahan organik / sisa pakan yg
membusuk / resuspensi lumpur)
BLOOMING PLANKTON Cyanophyta ~N/P rendah,
bila warna air kecoklatan N/P = 10-20/1, warna
air merah (toksin) N/P = 10/1
DO tinggi pada sore hari ~ air kelewat jenuh
(oversaturated ) dg oksigen shg terjadi gas
bubble disease tapi malam hari DO rendah,
diikuti ammonia tak terionisasi meningkat & pH
tinggi ~ toksik

CHLOROPHYTA

NH4

Chlamidomos palla ++++


Tetraselmis maculata +++
Tetraselmis striata ++++
Dunalilella tertiolecta ++++
Nannochlolis occulata++++

NO2

++++
+++
++++
++++
++++

NO3

Urea

++++
+++
++++
++++
++++

++++
++++
++++
++

Isochrysis galbana
Monochrysis lutheri

+++
+++
+++
++++
BACILLARIOPHYTA (DIATOMAE)

++++
++++

+++
++++

Phaeodactylum tricornutum+++

+++
+++
++++

+++
+++
++++

CHRYSOPHYTA

++++
Nitzchia acicularis
+++
++++
Cylindrotheca closterium
++++ ++++

DIATOMAE

NH4

Cyclotella cryptica ++++


Navicula biscanteri ++++
Amphora hyaline +++
Fragilaria pinnata ++++

NO2

NO3

++++
++++
+++
++++

++++
+++
+++

+++

+++

++++

++++
+++

++++
+++

++++
++++

++++

+++

++++
++++
++++
++++

Urea

DINOFLAGELLATA

Amphidinium carteri+++
CYANOPHYTA

Anacystis marina

++++
Agmenellum quadruplicatum+++
Synechonoccus sp. +++

Note : ++++ pertumbuhan maksimum; +++ pertumbuhan


sedang

+++

KEMATIAN PLANKTON karena populasi telah


mencapai puncak reproduksi atau perubahan
drastis fisik kimia lingkungan yg tidak
menguntungkan (intensitas cahaya, salinitas, suhu,
DO, dekomposisi bahan organik) atau defisiensi
nutrien karena grazing besar-besaran oleh
zooplankton sehingga terjadi kematian secara
massal
TAHAP KEMATIAN PLANKTON
(1) Intensitas warna air menjadi homogen di seluruh
kolom air karena kecepatan pertumbuhan &
dominasi plankton

(2) Adanya kelompok warna yg tampak pada


permukaan air karena beberapa phytoplankton
mati & terapung di permukaan
(3) Terbentunya kabut seperti susu yg tampak dalam
kolom air menjadi pekat & terbentuk buih atau
busa karena akibat pecahnya dinding sel
phytoplankton, substansi sel & pigmen telah keluar
& phytoplankton telah kehilangan warna
(4) Air menjadi jernih & transparansi meningkat
secara menyolok

Anda mungkin juga menyukai