Anda di halaman 1dari 16

TINGKAT PERILAKU AFEKTIF DALAM KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA

PSIKOLOGI DI KELAS
LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI I
MOHAMMAD IRFANSYAH
DEPARTEMEN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Abstrak

Tujuan observasi ini adalah untuk mengetahui tingkat perilaku afektif dalam konsentrasi
belajar mahasiswa Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2014. Subjek yang di
observasi adalah seorang mahasiswa Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2014
yang merupakan rekan satu kelas observer. Tingkah laku yang diamati adalah tindakan-tindakan
yang muncul ketika mahasiswa berada di kelas saat proses belajar mengajar, yang disesuaikan
dengan indikator-indikator yang ada. Metode observasi yang digunakan adalah metode observasi
partisipan dengan teknik pencatatan menggunakan teknik checklist. Berdasarkan hasil observasi,
perilaku afektif dalam konsentrasu belajar muncul dengan persentase 58,33 % dilihat dari
perbandingan jumlah indikator yang terpenuhi dengan keseluruhan jumlah indikator yang
diobservasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek cenderung memiliki perilaku asertif yang
sedang.

TINGKAT PERILAKU AFEKTIF DALAM KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA


1.1 Latar Belakang
Pentingnya

konsentrasi

belajar

pada

mahasiswa

sangat

menentukan

prestasi

belajarnya, konsentrasi belajarnya tersebut dapat dilihat dari fokusnya mahasiswa ketika
belajar . Siswa ataupun mahasiswa hendaknya mampu berkonsentrasi

saat proses belajar

mengajar berlangsung, seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2010: 87), menurutnya
konsentrasi belajar besar pengaruhnya terhadap belajar. Jika seseorang mengalami kesulitan
berkonsentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya membuang tenaga, waktu dan biaya
saja.
Dengan memahami tingkat konsentrasi belajar, dapat diketahui apa saja yang harus
dilakukan untuk mengembangkan konsentrasi belajar tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui
seberapa tingkat konsentrasi belajarnya maka dilakukan observasi pada seorang mahasiswa
psikologi 2014 untuk diketahui tingkat konsentrasinya baik atau tidak saat menerima pelajaran di
kelas. Perilaku yang diamati adalah perilaku afektif yang menjadi salah satu komponen dalam
berkonsentrasi, maka hal yang diamati seperti cara duduk di kelas, cara menyampaikan argumen
dan lain lain. Observer mengambil latar belakang tempat di kelas karena memang kelas juga
kegiatan belajarnya merupakan tempat dimana konsentrasi belajar sangat diperlukan. Observer
memilih tema juga observee tersebut karna memang hal ini lah yang penting dimiliki setiap
mahasiswa agar mendapatkan ilmu secara optimal. Berdasarkan latar belakang tersebut, observer
tertarik untuk mengambil judul observasi Perilaku Afektif dalam Konsentrasi Belajar
Mahasiswa Psikologi 2014
1.2 Kajian Pustaka
1.2.1 Pengertian Konsentrasi Belajar
Pengertian Konsentrasi
Dalam Supriyo (2008: 103), Konsentrasi adalah pemusatan perhatian pikiran terhadap
suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Implikasi
pengertian di atas berarti pemusatan pikiran terhadap bahan yang dimahasiswai dengan
mengesampingkan semua hal yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran tersebut.

Konsentrasi

adalah

pemusatan

pikiran

terhadap

suatu

hal

dengan

menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti
pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semuahal lainnya yang
tidak

berhubungan

dengan

pelajaran

(Slameto,2010:86).

Selain itu, Siswanto (2007: 65) menyebutkan bahwa yang dimaksud konsentrasi yaitu
kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi.
Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu
ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya, justru
banyak individu yang tidak mampu berkonsentrasi ketika menghadapi tekanan. Perhatian mereka
malah terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi
semakin

kabur

dan

tidak

terarah.

Pengertian Belajar
Sementara itu, Suyono dan Hariyanto (2011:9) menyatakan bahwa Belajar adalah suatu
aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

Pengertian Konsentrasi Belajar


Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 239), Konsentrasi belajar merupakan
kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi
bahan belajar maupun proses memperolehnya.
1.2.2 Ciri-ciri Konsentrasi Belajar
Engkoswara dalam Rusyan (1989: 10) menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang
dapat digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi belajar sebagai
berikut.
(1) Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi, dan
masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini, siswa yang memiliki konsentrasi

belajar dapat ditengarai dengan kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan,
komprehensif dalam penafsiran informasi, mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, dan
mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.

(2) Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada perilaku ini,
mahasiswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat dilihat perilaku atentifnya yang ditengarai
dengan adanya penerimaan. Lalu terdapat respon, berupa keinginan untuk mereaksi bahan yang
diajarkan, mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu
keyakinan, ide dan sikap seseorang.
(3) Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat
ditengarai dengan adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk guru,
serta komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang penuh arti.
(4) Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat
ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar.

1.2.3 Dimensi Penyesuaian Diri


Perilaku afektif yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Ranah afektif adalah ranah
yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,
minat, sikap, emosi, dan nilai. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat
dilihat dari perilaku atentifnya yang bersifat kinetic, yaitu gerakan yang bersifat dapat di
observasi. Menurut Herlina (2011:31), Kinetik adalah ilmu yang memepelajari sesuatu yang
dpat diobservasi. Komponen utama dari system komunikasi kinetic (Non-verbal) yaitu seperti;
-

Postur Tubuh, yaitu sikap tubuh atau bagian tubuh yang terjadi dalam durasi cukup lama
(lebih dari 2 detik), sehingga bias menjadi ekspresi sikap, perasaan, dan mood orang yang
bersangkutan.

Gestur, meliputi gerakan tubuh dan tangan saat berkomunikasi yang menggambarkan
tentang emosi apa yang sedang dialami dan seberapa intens emosi tersebut.

Isyarat Wajah (Facial Sign), meliputi mimik wajah, kontak mata, gerak kening, alis,
mulut dan lain-lain. Isyarat wajah menyampaikan pesan, sedikit perubahan dapat saja
mengubah arti dari pesan yang ingin disampaikan.

Selain dari system komunikasi kinetiknya ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam perilaku
afektif dalam berkonsentrasi, yaitu
-

Respon penerimaan, yang berupa komunikasi verbal yang disampaikan secara lisan yang
ditujukan untuk mereaksi bahan yang dimahasiswai.

METODOLOGI
2.1

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam kegiatan observasi ini adalah Bagaimana tingkat perilaku

afektif dalam konsentrasi belajar pada mahasiswa Psikologi 2014?


2.2

Tujuan Observasi
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan observasi ini

adalah untuk mengetahui tingkat perilaku afektif dalam berkonsentrasi mahasiswa psikologi UPI
pada saat menerima pelajaran.
2.3

Metode
Metode yang digunakan adalah metode observasi partisipan dimana observer terlibat

langsung dalam kegiatan belajar mengajar dan mengamati tingkah laku yang tampak selama di
kelas saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan sebanyak 3 kali pada 3
mata kuliah yang berbeda. Dalam proses pencatatan, penandaan, dan pengumpulan data
digunakan checklist dan anecdotal record (catatan anekdot).
2.4

Subjek Observasi
Identitas
Nama

: GT

Umur

: 19 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

2.5

Pekerjaan

: Mahasiswa Psikologi UPI 2014

Suku

: Batak

Definisi Operasional
Tingkat perilaku afektif dalam berkonsentrasi merupakan salah satu aspek perilaku dalam

konsentrasi, jika suatu tingkat konsentrasi belajar dikatakan baik, maka aspek perilaku yang satu
ini juga harus dalam tingkat yang baik. Pada perilaku ini, mahasiswa yang memiliki konsentrasi
belajar dapat dilihat perilaku atentifnya yang ditengarai dengan adanya penerimaan. Lalu
terdapat respon, berupa keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan, mengemukakan suatu
pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.

2.6

Instrumentasi
Berikut ini adalah instrumentasi yang berisi indikator perilaku yang diharapkan muncul

dari dimensi yang digunakan:


No

1.

Tingkah Laku
Dimensi
Postur Tubuh

Indikator
Menegakan kepala secara tegak
Menjulurkan kepala
Menggerakan bahu ke belakang
Duduk dengan menyandarkan punggung
Saat mengerjakan tugas, subjek menundukan badan ke arah tugas

2.

Gestur

Membuka telapak tangan saat berbicara


Menggunakan tangan saat menekankan argumen

3.

Isyarat

Wajah Membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu

(Facial Sign)
Menyimak materi dengan pandangan mata yang lurus
Mengkerutkan dahi secara vertikal saat menyimak
Tertawa a (hahaha) saat ada hal yang lucu
4.

Respon Penerimaan

Mengangkat tangan ketika ingin mengajukan pertanyaan


Menyatakan pendapat
Menyanggah pendapat orang lain
Menyatakan kesetujuan

Mengucapkan terima kasih ketika sudah mendapat penjelasan


mengenai apa yang ditanyakannya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Observasi dilakukan ketika perkuliahan berlangsung di dalam kelas selama 2 SKS (100
menit) x 1 pertemuan perkuliahan dan 3 SKS (150 menit) x 2 pertemuan perkuliahan, dengan
mata kuliah yang menggunakan system belajar dengan presentasi yang dilakukan oleh
mahasiswa, yaitu Pendidikan Sosial Budaya (2 SKS, hari Rabu, 25 November 2015 pukul 07.00
08.40), Psikologi Perkembangan 2 (3 SKS, hari Kamis, 26 November 2015 pukul 07.00
09.30) dan Psikologi Sosial (3 SKS, hari Jumat, 27 November 2015 07.00 09.30).
1. Observasi Pertama
Pada dimensi pertama yaitu observee menunjukan bagaimana postur tubuh seseorang
yang berkonsentrasi di kelas. Dari 5 indikator yang ada, Observee menampilkan semua indikator
yang ada, yaitu menegakan kepala secara tegak, menjulurkan kepala ke arah pemateri,
menggerakan bahu kebelakang saat duduk, duduk dengan menyandarkan punggung, dan saat
mengerjakan tugas, observee menundukan badan ke arah tugas.
Pada dimensi kedua, Observee di harapkan menunjukan gesture seseorang yang
berkonsentrasi dalam menerima juga merespon pelajaran di kelas. Dari 2 indikator yang ada,
observee tidak menampilkan satu pun indikator yang diharapkan. Ke 2 indikator tersebut adalah
membuka telapak tangan saat berbicara dan menggunakan tangan saat menekankan argument.
Ke 2 indikator yang tidak muncul di karenakan observee pada saat mata kuliah ini
memperhatikan pematerian sambil mengerjakan tugas pengganti karena tugas yang seharusnya
dikumpulkan pada hari itu terkena tumpahan air minum di tasnya.
Pada dimensi ketiga, Observee diharapkan menunjukat isyarat wajah yang menunjukan
bahwa dia berkonsentrasi. Dari ke 4 indikator, semua indikator ditampilkan oleh observe, yaitu
membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu mengenai materi yang
dipresentasikan, menyimak materi kuliah dengan pandangan mata yang lurus tertuju pada
pemateri, mengkerutkan dahi secara vertical saat menyimak pemateri, dan tertawa a

(hahaha) saat ada hal yang lucu mengenai kesalah pengucapan dan kesalah pahaman materi
yang di presentasikan pemateri.
Pada dimensi keempat yaitu observee menunjukan respon penerimaan. Dari 5 indikator,
observee sama sekali tidak menunjukan indikator yang di harapkan. Ke 5 indikator yang tidak
muncul itu adalah mengangkat tangan ketika ingin mengajukan pertanyaan, menyatakan
pendapat, menyanggah pendapat orang lain, menyatakan kesetujuan, dan mengucapkan terima
kasih ketika sudah mendapat penjelasan mengenai apa yang ditanyakan. Ke 5 indikator tersebut
tidak ditampilkan karena observee

memperhatikan pematerian sambil mengerjakan tugas

pengganti yang menjadikan observee terbagi fokusnya.


2. Observasi Kedua
Pada dimensi pertama yaitu observee menunukan bagaimana postur tubuh seseorang yang
berkonsentrasi. Dari ke 5 indikator, observee menampilkan 4 indikator, yaitu menegakan kepala secara

tegak, menjulurkan kepala ke arah pemateri, menggerakan bahu kebelakang saat duduk,dan
duduk dengan menyandarkan punggung. Indikator yang tidak muncul yaitu subjek menundukan
badan kea rah tugas saat mengerjakan tugas. Indikator tersebut tidak muncul dikarenakan
memang pada saat observasi kedua tidak ada tugas yang diberikan oleh pemateri maupun dosen.
Pada dimensi kedua, Observee di harapkan menunjukan gesture seseorang yang
berkonsentrasi dalam menerima juga merespon pelajaran di kelas. Dari 2 indikator yang ada,
Observee menunjukan semua indikator yang diharapkan tampil yaitu, membuka telapak tangan
saat berbicara menanyakan hal yang tidak dipahaminya saat pematerian, menggunakan tangan
berupa menggerak-gerakan tangan saat menekankan argumennya mengenai perbedaan paham
antara observee dan pemateri.
Pada dimensi ketiga, Observee diharapkan menunjukat isyarat wajah yang menunjukan
bahwa dia berkonsentrasi. Dari ke 4 indikator, observee menampilkan 3 indikator, yaitu
membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu mengenai materi yang
dipresentasikan, menyimak materi kuliah dengan pandangan mata yang lurus tertuju pada
pemateri, dan mengkerutkan dahi secara vertical saat menyimak pemateri . Indikator yang tidak
muncul adalah tertawa a (hahaha) saat ada hal yang lucu. Meskipun pemateri menyebutkan
hal yang membuat teman sekitar observee tertawa, namun observee tidak tertawa karena pada
saat itu dia sedang focus mengoperasikan tablet yang ia pinjam dari teman sebelahnya bukan
fokus tertuju pada pemateri.

Pada dimensi keempat yaitu observee menunjukan respon penerimaan. Dari 5 indikator,
observee menampilkan 4 indikator yaitu,

mengangkat tangan ketika ingin mengajukan

pertanyaan mengenai apa yang tidak dipahami oleh observee, menyatakan pendapat,
menyanggah pendapat orang lain, dan mengucapkan terima kasih ketika sudah mendapat
penjelasan mengenai apa yang ditanyakan. Indikator yang tidak ditampilkan oleh observee
adalah menyatakan kesetujuan, karena memang tidak ada perbedaan argument yang terjadi.
3. Observasi Ketiga
Pada dimensi pertama yaitu observee menunjukan bagaimana postur tubuh seseorang
yang berkonsentrasi di kelas. Dari 5 indikator yang ada, Observee menampilkan semua indikator
yang ada, yaitu menegakan kepala secara tegak, menjulurkan kepala ke arah pemateri,
menggerakan bahu kebelakang saat duduk, duduk dengan menyandarkan punggung, dan saat
mengerjakan tugas, observee menundukan badan ke arah tugas yang diberikan oleh pemateri.
Pada dimensi kedua, Observee di harapkan menunjukan gesture seseorang yang
berkonsentrasi dalam menerima juga merespon pelajaran di kelas. Dari 2 indikator yang ada,
observee tidak menampilkan indikator apapun. Ke 2 indikator yang tidak tampil tersebut adalah
membuka telapak tangan saat berbicara dan menggunakan tangan saat menekankan argument.
Ke 2 indikator yang tidak muncul di karenakan observee pada saat mata kuliah ini lebih
mengoperasikan smartphone temannya dibandingkan memperhatikan pematerian.
Pada dimensi ketiga, Observee diharapkan menunjukat isyarat wajah yang menunjukan
bahwa dia berkonsentrasi. Dari ke 4 indikator, hanya 1 indikator ditampilkan oleh observe, yaitu
membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu mengenai materi yang
dipresentasikan. 3 indikator yang tidak ditampilkan adalah menyimak materi kuliah dengan
pandangan mata yang lurus tertuju pada pemateri, mengkerutkan dahi secara vertical saat
menyimak pemateri, dan tertawa a (hahaha) saat ada hal yang lucu mengenai perkuliahan.
Ke 3 indikator ini tidak muncul karena observee lebih banyak mengoperasikan smartphone
temannya dibandingkan menyimak pematerian. Saat pemateri mempersilahkan audiens untuk
bertanya, observee tetap menundukan badan ke arah smartphone temannya.
Pada dimensi keempat yaitu observee menunjukan respon penerimaan. Dari 5 indikator,
observee sama sekali tidak menunjukan indikator yang di harapkan. Ke 5 indikator yang tidak
muncul itu adalah mengangkat tangan ketika ingin mengajukan pertanyaan, menyatakan
pendapat, menyanggah pendapat orang lain, menyatakan kesetujuan, dan mengucapkan terima
kasih ketika sudah mendapat penjelasan mengenai apa yang ditanyakan. Ke 5 indikator tersebut

tidak ditampilkan karena observee

lebih banyak mengoperasikan smartphone temannya

dibandingkan merespon pematerian. Dilihat dari mulai perkuliahan sampai akhir perkuliahan,
observee lebih lama menundukan badan ke arah smartphone.
Analisa
Dalam observasi ini terdapat 16 indikator. Untuk menghitung perilaku afektif dalam
konsentrasi belajar
1. Observasi pertama 9/16 x 100 = 56,25%
Adapun 9 dari 16 indikator yang terpenuhi yaitu:

Menegakan kepala secara tegak


Menjulurkan kepala
Menggerakan bahu ke belakang
Duduk dengan menyandarkan punggung
Saat mengerjakan tugas, subjek menundukan badan ke arah tugas
Membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu
Menyimak materi dengan pandangan mata yang lurus
Mengkerutkan dahi secara vertikal saat menyimak
Tertawa a (hahaha) saat ada hal yang lucu

2. Observasi kedua : 13/16 x 100% = 81,25%


Adapun 13 dari 16 indikator yang terpenuhi yaitu:

Menegakan kepala secara tegak

Menjulurkan kepala

Menggerakan bahu ke belakang

Duduk dengan menyandarkan punggung

Membuka telapak tangan saat berbicara

Menggunakan tangan saat menekankan argumen

Membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu

Menyimak materi dengan pandangan mata yang lurus

Mengkerutkan dahi secara vertikal saat menyimak

Mengangkat tangan ketika ingin mengajukan pertanyaan

Menyatakan pendapat

Menyanggah pendapat orang lain

Mengucapkan terima kasih ketika sudah mendapat penjelasan mengenai apa yang
ditanyakannya

3. Observasi ketiga

: 6/16x 100% = 37,5%

Adapun 6 dari 16 indikator yang terpenuhi yaitu:

Menegakan kepala secara tegak


Menjulurkan kepala
Menggerakan bahu ke belakang
Duduk dengan menyandarkan punggung
Saat mengerjakan tugas, subjek menundukan badan ke arah tugas

Maka, pada observasi pertama mahasiswa sudah dapat menampilkan perilaku afektif dalam
konsentrasi belajarnya dengan persentase 56,25% dapat dikatakan bahwa mahasiswa tersebut
memiliki perilaku afektif dalam konsentrasi belajar yang tinggi, pada observasi kedua terdapat
kenaikan persentase perilaku asertif yang ditampilkan menjadi 81,25% dapat dikatakan bahwa
memiliki perilaku afektif dalam konsentrasi belajar yang sangat tinggi, dan mengalami
penurunan perilaku asertif menjadi 37,5% saat observasi ketiga.
Adapun hasil keseluruhan persentase perilaku asertif yang ditampilkan mahasiswa dapat
dihitung dengan rumus:

nilai observasi 1 + nilai observasi 2 + nilai observasi 3


Jumlah observasi
Nilai observasi pertama

= 0,5625

Nilai observasi kedua

= 0,8125

Nilai observasi ketiga

= 0,3750

0,5625 + 0,8125 + 0,3750


3

x 100%

= 58,33 %

x 100%

Kesimpulan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama tiga kali, subjek cenderung
mempunyai perilaku afektif dalam berkonsentrasi belajar yang sedang dengan persentase
58,33%, sehingga dari hasil observasi yang dilakukan, subjek telah memenuhi beberapa indikator
yang diharapkan muncul.
Rekomendasi
a. Rekomendasi untuk mahasiswa
Mahasiswa sebaiknya dapat lebih berkonsentrasi lagi saat pembelajaran sedang
berlangsung di dalam kelas, lebih siap lagi dalam menerima pembelajaran dan focus pada
pematerian di dalam kelas tanpa melakukan aktifitas lain di luar kegiatan belajar menagajar.
b. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya
Bagi observer yang tertarik untuk mengambil tema dan judul yang sama sebaiknya
memilih observee yang bukan teman dekat untuk menghindari terjadinya bias dalam
pengamatan. Harus dipersiapkan juga resiko seorang observer partisipan di dalam kelas yaitu
mata kuliah yang terbengkalai karena melakukan observasi ini pada suatu mata kuliah.

Daftar Pustaka
Cartwright, C. A., & Cartwright, P. G. (1984). Developing Observation Skills. New York:
McGraw-Hill.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hariyanto dan Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasra. Bandung:
Rosda

Herlina. 2011. Mengenali Komunikasi Non-Verbal (Salah Satu Upaya Memahami Perilaku
Manusia). Bandung: Pustaka Cendekia Utama.
Setiani, Amalia C. 2014. Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan
Kelompok Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga
Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.Yogyakarta :
Penerbit ANDI.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang.
Tabrani, Rusyan. 1998. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remaja
Karya.

No.

Tingkah Laku

Observasi

Keterangan

keDimensi
1.

Postur Tubuh

Indikator

Menegakan kepala secara tegak

Menjulurkan kepala

Menggerakan bahu ke belakang

Duduk dengan menyandarkan punggung

Saat mengerjakan tugas, subjek menundukan

Pada observasi kedua tidak


ada tugas yang diberikan oleh

badan ke arah tugas

dosen maupun pemateri.

2.

Gestur

Membuka telapak tangan saat berbicara

Menggunakan

tangan

saat

menekankan

argumen
3.

Isyarat Wajah Membuka mata secara lebar saat ada yang


(Facial Sign)

menyampaikan sesuatu
Menyimak materi dengan pandangan mata

yang lurus
Mengkerutkan dahi secara vertikal saat

menyimak
Tertawa a (hahaha) saat ada hal yang
lucu
4.

Respon

Mengangkat tangan ketika ingin mengajukan

Penerimaan

pertanyaan

Menyatakan pendapat

Menyanggah pendapat orang lain

Anda mungkin juga menyukai