2. Rumatan : 10 kg pertama : 4 ml/kg/jam 11 V 20 kg : +2 ml/kg/jam >20 kg : +1 ml/kg/jam Misalnya BB 25 kg : (4x10) + (2x10) + (5x1) = 65 ml/jam Atau : 1. Cairan rumatan Berat < 10 kg : 100 ml/kg/hari. Berat 11 sampai 20 kg : 1000 ml + 50 ml/kg/hari untuk setiap kg di atas 10 kg. Berat > 20 kg : 1500 ml + 20 ml/kg/hari untuk setiap kg di atas 20 kg. Dewasa : 2000 sampai 2400 ml/hari. 2. Air total tubuh adalah 60% dari berat badan. Penghitungan kecepatan aliran (Otto & Rocca , 1998) : Informasi yang diperlukan untuk menghitung kecepatan aliran meliputi berikut ini : 1. Volume cairan yang diinfuskan. 2. Waktu infus total. 3. Kalibrasi set pemberian yang digunakan (jumlah tetesan per millimeter; informasi ini ditemukan pada paket selang IV). Pabrik-pabrik selang IV menggunakan 10,12,15,20 atau 60 tetesan (gtt) untuk memberikan millimeter (ml) cairan. Untuk menghitung kecepatan IV setiap jam, gunakan rumus berikut ini (Otto & Rocca, 1995) : 1000 ml selama 8 jam = 125 ml/jam; 10 gtt/ml set infus 21 Berdasarkan guideline stroke 2007, pemberian cairan : a. Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga euvolemi. Tekanan vena sentral di pertahankan antara 5 V 12 mmHg. b. Pada umumnya kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral maupun enteral). c. Balans cairan di perhitungkan dengan mengukur produksi urine sehari di tambah dengan pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (produksi urine sehari di tambah 500 ml untuk kehilangan cairan yang tidak tampak dan di tambah lagi 300 ml per derajat Celcius pada penderita panas).
d. Elektrolit (sodium, potassium, calcium, magnesium) harus selalu di periksa
dan diganti bila terjadi kekurangan sampai tercapai nilai normal. e. Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah. f. Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hendaklah dihindari kecuali pada keadaan hipoglikemia. Pada umumnya pasien fase akut yang diberikan cairan IV 50 V 150 cc/jam, dapat meningkatkan cairan intravaskular sebesar 30% dalam 4 V 6 jam. Telah terbukti pada pasien stroke dengan membuat pasien dalam keadaan hemodilusi ternyata memperlihatkan keluaran lebih baik dibandingkan dengan terapi konvensional. Apabila secara klinis didapatkan peningkatan tekanan intrakranial maka balans cairan diusahakan negatif 300 V 500 cc/hari. Pemilihan cairan selama proses resusitasi, sebaiknya dipilih cairan fisiologis atau minimal mendekati fisiologis tubuh. Pemberian dekstrosa 5% atau cairan hipotonis lainnya sebaiknya dihindari karena dapat memperberat edema otak. Pada stroke American Heart Association merekomendasikan : h Larutan saline normal (osmolaritas 308 mOsm/L). h Pada keadaan asidosis hiperkloremik pemberian cairan Nacl 0,9% berlebihan dapat memperberat asidosis dan akhirnya akan memperberat edema otak. h Ringer laktat (osmolaritas 273 mOsm/L), walaupun rendah dibanding osmolaritas tubuh tapi cukup baik. h Yang masih pertentangan adalah pemberian laktat yang dianggap akan menyebabkan asidosis laktat. h Solusio ringer (osmolaritas 310 mOsm/L), baik untuk mengurangi edema otak tetapi sering menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit (dapat menyebabkan hiponatremia dan asidosis hiperkloremik). 22 Sumber : The3rd Update in Neuroemergencies, PERDOSSI, 2006. Hemodilusi (Pedoman diagnosis dan terapi Penyakit Saraf, 1992). Hemodilusi yang isovolumik dilaksanakan secepatnya, yaitu 12 jam (12 V 24 jam) setelah terjadi stroke pada penderita dengan hematokrit . 42%. Hematokrit diturunkan sampai mencapai 35% 3 dengan mengeluarkan darah sebanyak 300 V 500 ml dan diganti dengan dextran 40 atau hydroxyethyl starch/HES dalam jumlah yang sama. Dextran 40 dan HES
juga mempunyai efek anti-agregasi (Pedoman diagnosis dan terapi, 1992).
() h Maksimal darah yang dikeluarkan 500 cc h Stroke Non Hemoragik Akut < 24 jam h PCV > 38% h Tidak ada gangguan miokard infark akut h Tidak ada gangguan ginjal h Tidak hamil h Tidak ada hipertensi berat