Anda di halaman 1dari 8

SIKLUS BATUAN

Proses Pembentukan Magma


Berdasarkan teori tektonika lempeng, diketahui bahwa lempeng-lempeng di
bumi ini (lempeng benua dan lempeng samudera) mengalami pergerakan secara
terus menerus. Akibat pergerakan tersebut, ada kalanya terjadilah tumbukan
antar lempeng yang dapat menghasilkan subduksi.
Zona subduksi adalah zona pertemuan antara dua buah lempeng dimana kedua
lempeng ini mengalami tumbukan, baik antara lempeng benua dengan lempeng
samudra, maupun lempeng samudra dengan lempeng samudra yang
menyebabkan salah satu dari lempeng tersebut menunjam di bawah lempeng
yang lain. Akibatnya terjadilah proses magmatisme.
Proses magmatisme yang terjadi pada zona subduksi ini pun menghasilkan
magma yang sumbernya dibagi atas 3 (tiga) kemungkinan, yaitu:
a. Berasal dari pelelehan sebagian mantel atas ( Paling dominan terjadi).
b. Berasal dari pelelehan sebagian kerak samudra yang menunjam ke
bawah.
c. Berasal dari pelelehan sebagian kerak benua bagian bawah (anateksis).

Magma yang dihasilkan dari 3 kemungkinan di atas, komposisinya sangat


bervariasi. Secara umum, magma yang berasal dari pelelehan kerak samudra
yang menunjam dan dari pelelehan mantel atas akan bersifat basa, namun
apabila magma naik menuju permukaan, akan terjadi proses diferensiasi
sehingga magma yang dihasilkan berubah sifat menjadi intermediet hingga
asam. Sedang untuk magma yang berasal dari pelelehan kerak benua bagian
bawah (anateksis), pada awalnya memang sudah bersifat asam sesuai dengan
komposisi umum kerak benua, kemungkinan besar jika naik menuju permukaan
magma tidak akan mengalami diferensiasi, sehingga magma yang dihasilkan
tetap bersifat asam.
Proses magmatisme di zona subduksi berbeda dengan magmatisme di tatanan
tektonik lain karena adanya peran fluida pada kerak yang menunjam dan adanya
pelelehan sebagian baik dari baji mantel, kerak samudera, ataupun kerak benua
bagian bawah. Secara umum, mekanisme magmatismenya adalah adanya finger
tip effect, dimana kerak samudera yang menunjam menjadi lebih panas oleh
mantel dan gesekan yang mengakibatkan mineral melepas H2O dan adanya
pelelehan sebagian mantel.
Seperti yang telah kita ketahui, di bumi ada 3 jenis batuan yaitu batuan beku,
batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat berubah
menjadi batuan metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi batuan
lainnya.

Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras, baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif/ plutonik
maupun diatas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Berdasarkan tempat pembekuaannya, batuan beku dibedakan menjadi tiga;

Batuan Beku Dalam ( plutonik atau intrusive), merupakan batuan beku


dimana tempat pembekuannya berada jauh didalam permukaan bumi.
Proses pembekuannya sangat lambat.
Batuan Beku Korok, merupakan batuan beku dimana tempat
pembekuannya berada dekat dengan lapisan kerak bumi.
Batuan Beku Luar ( Vulkanik atau Ekstrusif ), merupakan batuan beku
dimana tempat pembekuannya berada berada di permukaan bumi. Proses
nya sangat cepat, sehingga dapat terbentuk Kristal.

Mineral-mineral ini mengalami proses pendinginan yang sangat cepat akibat dari
perbedaan suhu yang cukup tinggi antara suhu awal dan suhu permukaan bumi.
Mineral-mineral ini dapat berupa debu atau cairan kental dan panas yang disebut
lava.

Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan yang disusun oleh material-material yang
dihasilkan oleh letusan gunung api. Secara genetik, batuan piroklastik dapat
dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
-

Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari


letusan eksplosif yang melemparkan material-material vulkanik dari
lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh ke bawah dan terkumpul di sekitar
gunung api.
Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari
pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik
yang tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan yang panas) yang
dihasilkan oleh erupsi volkanik, material vulkanik ini tertransportasi jauh
dari gunung api.
Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), pergerakan lateral
materialmaterial piroklastik (rasio partikel : gas rendah; konsentrasi
partikel relatif rendah) yang mengalir dalam turbulent gas yang panas.

Batuan Sedimen
Semua batuan akan mengalami pelapukan dan erosi menjadi partikel-partikel
atau pecahan-pecahan yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa membentuk
batuan sedimen. Proses pembentukan batuan sedimen tersebut dinamakan
proses sedimentasi.
Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami pelapukan.
Penyebab pelapukan tersebut ada 2 macam:
1. Pelapukan secara fisika perubahan suhu dari panas ke dingin akan
membuat batuan mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat
rekahan-rekahan yang ada di batuan menjadi berkembang sehingga
proses-proses fisika tersebut dapat membuat batuan pecah menjadi
bagian yang lebih kecil lagi.
2. Pelapukan secara kimia beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi
dengan batuan seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu
gamping. Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis
batuan. Salah satu contoh yang nyata adalah hujan asam yang sangat
mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah
menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat.
Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini
dapat terjadi melalui beberapa cara:
1. Akibat gravitasi: akibat adanya gravitasi bumi maka pecahan batuan
yang ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding
melalui tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.

2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada
dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang
lain. Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan
sungai dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah
gurun.
4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang
ada di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan
batuan yang ada.
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa
selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang
tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan
batuan yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses
pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan
secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu
baru kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses
pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat
di batuan sedimen saat ini.
Pada saat perlapisan di batuan sedimen ini terbentuk, tekanan yang ada di
perlapisan yang paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di
atasnya. Akibat pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan
batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini
sering disebut kompaksi. Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi
pengerasan terhadap material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses
pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan sementasi dimana materialmaterial semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara
butir sedimen.
Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang ada dalam lapisan mulai
bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika, atau kalsit diantara partikelpartikel yang ada membuat partikel tersebut menyatu membentuk batuan yang
lebih keras. Proses ini sering disebut sementasi. Setelah proses kompaksi dan
sementasi terjadi pada pecahan batuan yang ada, perlapisan sedimen yang ada
sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen yang berlapis-lapis.
Berdasarkan bahan penyusunnya, batuan sedimen terbagi menjadi
a. Sedimen klastik yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari
hancuran batuan lain, kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang
selanjutnya mengalami diagenesa. Dikelompokkan berdasarkan butir
materialnya, menjadi cobble, pebble, granule, sand, silt, clay.
b. Sedimen organik-kimiawi Sedimen organik yaitu batuan sedimen yang
dibentuk atau diendapkan oleh bahan organik. Contoh dari batuan
sedimen organik adalah diatome dan batubara. Batuan sediment kimiawi

yaitu yang terangkut dalam bentuk larutan kemudian diendapkan secara


kimia ditempat lain. Contoh dari batuan sedimen kimiawi adalah limestone
(batugamping), lapisan garam, evaporit, dan rijang.
Klasifikasi batuan sedimen secara umum dapat dilihat pada tabel berikut.
Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu gamping dapat
dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-butiran
sedimen yang menjadi satu akibat adanya semen, dan juga adanya fosil yang
ikut terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami proses erosi,
kompaksi dan akhirnya tersementasikan bersama-sama.

Batubara
Salah satu batuan sedimen yang akrab dengan dunia pertambangan adalah
batubara, yang merupakan batuan sedimen organik.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas
dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas:
-

Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur Karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur Karbon (C) dan berkadar air 810% dari beratnya.
Sub-bituminus mengandung sedikit Karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah, terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah
sepanjang tahun. Dengan kata lain, gambut ini terbentuk pada kondisi
dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke
dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan
sulfur rendah dan menebal secara lokal.

Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang


terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun
yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut pula
batubara coklat (brown coal).
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama
jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami perubahan yang secara
bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda
menjadi batubara subbituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika
terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih
hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite).
Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi
terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

Minyak bumi dan gas


Menurut Teori Biogenitik (Organik), disebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam
terbentuk dari beraneka ragam binatang dan tumbuh-tumbuhan yang mati dan
tertimbun di bawah endapan Lumpur. Endapan Lumpur ini kemudian
dihanyutkan oleh arus sungai menuju laut, akhirnya mengendap di dasar lautan
dan tertutup Lumpur dalam jangka waktu yang lama, ribuan dan bahkan jutaan
tahun.
Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi, dan tekanan lapisan batuan di
atasnya, maka binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati tersebut berubah
menjadi bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas. Akibat pengaruh waktu,
temperatur, dan tekanan, maka endapan Lumpur berubah menjadi batuan
sedimen. Batuan lunak yang berasal dari Lumpur yang mengandung bintikbintik
minyak dikenal sebagai batuan induk (Source Rock). Selanjutnya minyak dan gas
ini akan bermigrasi menuju tempat yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya
terakumulasi di tempat tertentu yang disebut dengan perangkap (Trap).
Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan air, (2)
minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan minyak
bumi disebut dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat sendiri dalam
suatu perangkap disebut Non Associated Gas. Karena perbedaan berat jenis,
maka gas selalu berada di atas, minyak di tengah, dan air di bagian bawah.
Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang lama, maka
minyak bumi digolongkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui (unrenewable).

Batuan metamorf
Batuan metamorf adalah batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan
beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf yang telah mengalami
perubahan mineralogi, tekstur serta struktur sebagai akibat adanya perubahan
temperatur (di atas proses diagenesa dan di bawah titik lebur; (200-350 oC < T <
650-800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atm < P < 10.000 atm). Proses
metamorfosa terjadi dalam keadaan padat, isokimia (perubahan kimiawi dapat
terjadi dalam batas tertentu) dan meliputi proses-proses rekristalisasi, reorientasi
dan pembentukan mineral-mineral baru dengan penyusunan kembali elemenelemen kimia yang sebelumnya telah ada (Graha, D.S, 1987). Proses
metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km
20 km.
Perubahan temperatur/tekanan di sini dapat diakibatkan oleh pergerakan
lempeng bumi yang efeknya kita rasakan dalam bentuk gempa bumi, dimana
gesekan antar lempeng tersebut menghasilkan temperatur yang cukup tinggi
untuk mengubah sifat-sifat batuan.
Jenis metamorfisme dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Berdasarkan area dan volume


-

Metamorfisme local, merupakan metamorfisme pada volume batuan yang


relative kecil (kurang dari 100 km)

Metamorfisme regional, merupakan metamorfisme yang terjadi pada


volume batuan yang relative besar (ribuan kilometer kubik)
2) Berdasarkan agen metamorfismenya

Metamorfisme kontak, metamorfisme dengan agen utamanya adalah


temperature yang terjadi karena intrusi batuan beku terhadap batuan
dangkal yang lebih dingin, biasa terjadi pada skala local. Kontak ini disebut
juga kontak aurele.

Metamorfisme dinamik, merupakan metamorfisme yang terjadi karena


deviatorik stress. Tipe ini terjadi pada zona sesar dan daerah yang terkena
jadtuah meteoric. Tipe ini terjadi pada daerah yang cukup luas.
Metamorfisme static, merupakan metamorfisme yang terjadi akibat
lithostatik yang terjadi pada kedalaman yang realtif dalam, seperti pada
fore arc basin dan palung.

Metamorfisme dinamotermal, merupakam metamorfisme yang paling


banyak dijumpai dan terjadi akabat kombinasi tekanan dan temperature.

Beberapa contoh batuan hasil metamorfosa antara lain adalah slate, schist,
quartzite, dan marble.
-

Shale mengalami metamorfisme regional yaitu akibat adanya zona


patahan sehingga membentuk slate. Slate mendapat tekanan dari lipatan
dan patahan sehingga derajat metamorfismenya meningkat dan
membentuk schist.
Mudstone, siltstone, sandstone, dan conglomerate berinteraksi dengan air
tanah. Karena pengaruh tekanan yang besar, komponen-komponen ini
membentuk metasandstone dan metaconglomerate. Metasandstone
mendapat tekanan yang lebih besar yang mengubahnya menjadi quarzite.
Dolostone mengalami metamorfisme regional akibat adanya zona patahan
yang mengubah dolostone menjadi marble.

Sedangkan contoh batuan metamorf yang ciri-cirinya hampir menyerupai batuan


beku adalah batu gneiss. Batu ini berasal dari batuan pluto granit yang
mengalami metamorfosis karena panas dan tekanan. Selain gneiss contoh batu
yang lain adalah mylonite. Mylonite merupakan batuan metamorf kompak.
Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan
pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan
dapat dibelah seperti schistose. Mylonite berasal dari metamorfisme dinamik,
yaitu metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan
patahan lempeng.

Peleburan Batuan
Dengan bertambahnya dalam suatu batuan dalam bumi, kemungkinan batuan
yang ada melebur kembali menjadi magma sangatlah besar. Ini karena tekanan
dan suhu yang sangat tinggi pada kedalaman yang sangat dalam. Akibat
densitas dari magma yang terbentuk lebih kecil dari batuan sekitarnya, maka
magma tersebut akan mencoba kembali ke permukaan menembus kerak bumi
yang ada. Magma juga terbentuk di bawah kerak bumi yaitu di mantle bumi.
Magma ini juga akan berusaha menerobos kerak bumi untuk kemudian
berkumpul dengan magma yang sudah terbentuk sebelumnya dan selanjutnya
berusaha menerobos kerak bumi untuk membentuk batuan beku baik itu
plutonik ataupun vulkanik. Dan siklus terbentuknya batuan pun kembali terjadi.

SUMBER
http://atmantokukuh.blogspot.com/2012/11/batuan-sedimen-klastik-dannonklastik.html; Diakses pada 16 September 2015
http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/14/petrologi-batuan-metamorf/;
Diakses pada 16 September 2015
http://hmakuii.wordpress.com/artikel/teori-pembentukan-minyak-bumi-dan-gasalam/; Diakses pada 16 September 2015
http://martinus-fonezr.blogspot.com/2012/06/batuan-metamorf.html; Diakses
pada 16 September 2015
http://gemparbumi.blogspot.co.id/2012/05/batuan-piroklastik.html; Diakses pada
16 September 2015
http://kataloggeografi.blogspot.co.id/2014/09/siklus-batuan.html; Diakses pada
16 September 2015
http://www.plengdut.com/2015/01/siklus-pembentukan-batuan.html; Diakses
pada 16 September 2015
http://jurnal-geologi.blogspot.co.id/2010/01/tipe-metamorfisme.html; Diakses
pada 16 September 2015
https://demimaki.wordpress.com/geologi/petrologi/jenis-metamorfisme/; Diakses
pada 16 September 2015
http://www.scribd.com/doc/149343122/76021980-Tatanan-Tektonik-ZonaSubduksi-DanBatuan-Beku-Indonesia/; Diakses pada 16 September 2015

Anda mungkin juga menyukai