Oleh
Kelompok : 5
Anggota : Thea Chatariana E (03031281419100)
Lucky Dharmawan (03031381419116)
Rizki Muthiah R
(03031381419120)
Dewi Asyura
(03031381419137)
Brenda Grace F
(03031381419139)
masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Bab I: Pendahuluan
1.1................................................................................................................................Latar
Belakang ............................................................................................................... 1
1.2................................................................................................................................Rum
usan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3................................................................................................................................Tuju
an .......................................................................................................................... 2
Bab II: Tinjauan Pustaka
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
3.10.
Kesimpulan ........................................................................................................... 14
Saran ..................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi
perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi
penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja
perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai
faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga
tidak
menggunakan
alat-alat
pengaman
walaupun
sudah
tersedia.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
direncanakan
yang
2.3.
pulang dan pergi ke tempat kerja melalui rute yang biasa dilewati.
Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja (karyawan) sendiri.
2. Disebabkan teman sekerja sehingga ia (pekerja) mengalami kecelakaan.
3. Tanggungan pekerja, karena menganggap perusahaan merasa sudah membayar
(menggaji) maka resiko kecelakaan menjadi tanggungan pekerja.
4. Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan
Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang mempunyai penyebab
yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari
satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan
hazard di tempat kerja. Menurut WHO, penyakit akibat kerja berkaitan dengan faktor
penyebab spesifik dalam pekerjaan, sepenuhnya dipastikan dan faktor tersebut dapat
2.4.
efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan
psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja
(low back pain).
5. Faktor mental psikologis
Faktor mental psikologis yang berpengaruh pada penyakit akibat kerja
misalnya suasana kerja, hubungan antara karyawan dan pengusaha pemilihan kerja
2.5.
dan lain-lain.
Tata Cara Pelaporan PAK
Tata cara pelaporan PAK diatur dalam:
1. Permennaker No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor PAK.
Pasal 2 (a) : pengurus dan badan yang ditunjuk wajib melaporkan secara
tertulis kepada Kantor Bina lindung Tenaga Kerja setempat.
Pasal 3 (a) : Laporan dilakukan dalam waktu paling lama 2 kali 24 jam setelah
penyakit dibuat diagnosa.
2. Kepmannaker No. Kepts. 333/Men/1989 tentang Diagnosa dan Pelaporan PAK
Pasal 3 (3) : setelah ditegakkan diagnosis PAK oleh dokter pemriksa maka
wajib membuat laporan medik.
Pasal 4 (a) :PAK harus dilaporkan oleh pengurus tempat kerjayang
bersangkutan selambat-lambatnya 2 kali 24 jam kepada Kanwil Depnaker melalui
Kantor Depnaker.
Pasal 4 (b) : Untuk melaporkan PAK harus menggunakan bentuk B2/F5,
B3/F6, B8/F7.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Penyebab Kecelakaan dan PAK
1. Penyebab Langsung (Immediate Causes)
Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan di
rasakan langsung, yang di bagi 2 kelompok:
A. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu perbuatan berbahaya dari dari
manusia yang dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi antara lain:
Pengetahuan
B. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan yang akan
menyebababkan kecelakaan, terdiri dari:
Lingkungan
Proses pekerjaan
Sifat pekerjaan
Cara kerja
Stres
Lingkungan kerja
Metode kerja
Pekerja sendiri
Kelelahan (fatigue)
Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe
working condition)
1.
2.
3.
Tertumbuk.
4.
5.
6.
1. Mesin
2. Alat angkut dan alat angkat
3. Bejana tekan (Boiler), diagram kebakaran, peralatan lainnya : alat kerja dan
perlengkapanya, instalasi listrik, instalasi pendingin
4. Bahan kimia/radiasi.
5. Lingkungan kerja.
1. Patah tulang.
2. Dislokasi.
3. Memar.
4. dll.
1. Kepala.
2. Leher.
3. Badan.
4. Anggota badan.
3.4 Penanganan Kecelakaan Industri
Dokter perusahaan harus dapat memperhatikan berbagai faktor penting dalam
merencanakan penanganan kecelakaan di industri. Dia harus dapat menentukan
kemungkinan kecelakaan yang biasa terjadi pada suatu industri jenis dan jumlah tenaga
yang dibutuhkan, berbagai peralatan dan bahan yang siap pakai termasuk kendaraan
untuk penanganan kecelakaan yang mungkin terjadi. Pelaksanaannya akan menyangkut
lintas program, lintas sektor terkait dan juga tim kesehatan dan keselamatan kerja di
perusahaan (panitia pembina K3), serta perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.
Perencanaan ini harus jelas, singkat tetapi lengkap serta meliputi seluruh kegiatan yang
diperlukan pada saat pelaksanaan. Tugas dan peran personil yang terlibat harus jelas,
termasuk sosialisasi rutin kepada pihak industri.
3.5 Kegiatan Sebelum Kecelakaan Industri
Pada tahap ini perlu adanya penegasan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat serta
penentuan jalur komunikasi-informasi harus ditentukan dengan mengacu pada peraturan
yang berlaku (misalnya keharusan melapor kepada Dinas Kesehatan dll). Kegiatan
penting lainnya adalah menyediakan dan menyiapkan perbekalan dan peralatan di tempat
strategis meliputi antara lain :
1. Peralatan pelindung bagi petugas penyelamat termasuk disini helm keselamatan,
sepatu keselamatan, pakaian pelindung bahan berbahaya, dan lainnya seperti sumbat
telinga, sarung tangan dan alat keselamatan berupa pengikat dan panahan tubuh
(safety harnesses).
2. Peralatan medik. Peralatan darurat medis diletakan di kotak berlabel yang
konstruksinya kuat dan mudah dibawa. Berisi alat pemindai, penahan tulang belakang,
perban dan penutup luka serta peralatan lain seperti pipa bantu pembuka jalan nafas,
resusitator dan ventilator, peralatan infus dll. Alat pengikat dan selimut sebaiknya
tersedia.
3. Lokasi pengobatan. Perlu ditentukan tempat yang pantas sebagai tempat untuk
melakukan tindakan pertolongan medis, dapat berupa tempat yang kosong, atau klinik
medis yang ada, atau ditempat yang mudah dijangkau mobil ambulans. Tempat
pertolongan medis ini sebaiknya cukup luas untuk pemeriksaan awal saat memilih
kasus prioritas serta memudahkan tindakan pertolongan korban-korban dari kasus
berat, sedang dan ringan.
4. Alat komunikasi. Komunikasi yang efektif adalah aspek penting saat kejadian kecelakaan/bencana. Jaringan komunikasi memakai frekuensi yang sama sangat penting,
untuk koordinasi antara tim medis dan petugas penyelamat lainnya (atau Tim
penyelamat dari perusahaan). Handy-talkie sangat berguna bagi personil medis untuk
berkomunikasi diantara mereka. Telepon selular dan jalur telephon khusus dapat
dipergunakan untuk komunikasi tim medis di lapangan dan rumah sakit.
5. Pelatihan petugas kecelakaan industri. Semua pekerja di perusahaan sebaiknya
diperkenalkan dengan pertolongan pertama pada kecelakaan dan resusitasi jantungparu. Staf medik seharusnya dilatih dalam Basic Training Life Support (BTLS).
Idealnya semua dokter harus dilatih Advanced Trauma Life Support (ATLS).
6. Latihan Simulasi Kecelakaan. Latihan dan praktek penanganan kecelakaan industri
seperti keadaan yang sesungguhnya harus benar-benar dilakukan.Mempelajari
bencana ataupun kecelakaan yang telah lalu pada beberapa industri, tidaklah cukup
karena walaupun perencanaan telah ada, mereka tidak dihadapkan pada keadaan yang
sesungguhnya, hal ini menyebabkan lemahnya organisasi bahkan kacau balau ketika
kecelakaan benar-benar terjadi.Seringkali pimpinan puncak tidak menguasai
perencanaannya atau perannya dalam situasi kekacauan tersebut.
3.6 Kegiatan Sewaktu Terjadi Kecelakaan
Walaupun ada variasi di lingkungan kerja industri, tetapi perencanaan penanganan
kecelakaan medis termasuk penyelamatan, pemeriksaan awal untuk menentukan
prioritas, stabilisasi dan evakuasi korban dari lokasi kejadian dapat diterapkan pada
semua situasi kecelakaan. Kegiatan saat terjadi kecelakaan meliputi antara lain :
(1) Penyelamatan awal saat kegiatan mulai, informasi tentang macam kecelakaan dan
jumlah korban harus segera diketahui. Tim medis di lapangan harus melaporkan
pada pimpinan penanggulangan kecelakaan.Hartus berhati-hati ketika memasuki
daerah berbahaya (hazaedous area) meskipun sudah dibersihkan.Evakuasi korban
yang sulit dari lokasi rawan merupakan tanggung jawab petugas khusus yang
berpengalaman atau terlatih misalnya dari kepolisian, Tim SAR dll.Dengan
dukungan
secara
simultan
dari
petugas
medis
darurat
dalam
upaya
Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki
setelah tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik.Diduga operator kran
tidak
mengetahui
jika
pekerjaan
didalam
tangki
tersebut
belum
selesai.
Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut,
karena semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar
saat ditemui wartawan.Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas
musibah tersebut.
Analisis : Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar
kecelakaan kerja adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator
kran. Menanggapi kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya
sang operator kran bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar
memastikan bahwa tangki gula krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke
dalamnya, maka mungkin kecelakaan kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat
memasuki tangki seharusnya juga mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari
bahaya kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen
dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem
manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari
alat ini memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan kerugian.Beberapa tindakan
manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat
tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar
tidak ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di
sana, maka pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di
dalam tangki masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang
menyala yang mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.
3.10 Perundang-undangan dan Peraturan
keselamatan kerja.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Semua kecelakaan baik secara langsung maupun tidak langsung, di akibatkan oleh
kesalahan manusia. Oleh karena itu, selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada
setiap proses atau aktifitas pekerjaan. Kemudian, ketika suatu kecelakaan kerja (work
accident) terjadi, seberapa pun kecil resikonya, pasti akan mengakibatkan efek kerugian
(loss). Karena itu:
- Sebisa/sedini mungkin, kecelakaan atau potensi kecelakaan kerja harus dicegah dan
-
4.2 Saran
Setiap kecelakaan industri menunjukan gambaran yang sangat bervariasi, tidak ada
satu perencanaan bahkan perencanaan multiple yang dapat menjawab seluruh situasi
yang terjadi. Oleh karena itu, guna meminimalisir kemungkinan kecelakaan/kerugian
yang dapat terjadi, terdapat saran-saran atau kiat-kiat yang dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid, Harun. 2011. Analisis Kecelakaan Kerja pada Kasus Kecelakaan Pekerja Proyek
Pembangunan Hotel Panghegar Tewas Terjatuhdari Lantai 20, Rabu 23 Maret 2011.
(online)
http://www.academia.edu/3414299/Analisis_Kecelakaan_Kerja_Basic_OHS_,
2014.
Penyakit
Akibat
Kerja.
(online)
http://newssafety.blogspot.co.id/
Ewy.
2011.
Kecelakaan
Kerja
di
Industri
Kimia.
(online)
http://ewyhimawary.blogspot.co.id/2011/04/kecelakaan-kerja-di-industri-kimia.html?
m=1, diakses pada 13 September 2015
Hutagaol, Felix. 2012. Penyebab Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. (online)
http://fx-kerja.blogspot.co.id/2012/03/penyebab-kecelakaan-kerja.html, diakses pada 15
September 2015
Mundir, Abdillah. 2013. Faktor-Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja. (online) http://k3smk.blogspot.co.id/2013/12/faktor-faktor-penyebab-terjadinya.html, diakses pada 14
September 2015
Poltek,
Mahasiswa.
2008.
Kecelakaan
di
Industri.
(online)
https://bempolnes.
diakses