Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH TERAPAN

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI


ACARA III
TRANSFORMASI DATA CITRA SATELIT DAN DEM
(PERBAIKAN KONTRAS DAN FUSI CITRA)

DOSEN PENGAMPU:
Syamsul Bachri, S.Si, M.Sc, Ph.D

DISUSUN OLEH:
Nama

: Fatma Roisatin Nadhiroh

NIM

:130722616093

Tanggal

: Senin, 08 Februari 2016

Assisten

: 1. Tri Adhi Nugraha

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2016

ACARA III
TRANSFORMASI DATA CITRA SATELIT DAN DEM
(PERBAIKAN KONTRAS DAN FUSI CITRA)

I.

Maksud
1. Mengenal dan memahami proses transformasi data citra satelit dan DEM
seperti perbaikan kontras (contrast streching) dan fusi/penajaman citra (pansharpening).

II.

Tujuan
1. Dapat melakukan proses pengolahan citra seperti perbaikan kontras (contrast
streching) dan fusi/penajaman citra (pan-sharpening).
2. Dapat membedakan hasil citra sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan
kontras (contrast streching) dan fusi/penajaman citra (pan-sharpening).

III.

Alat dan Bahan


Alat:
1. Laptop
2. ArcGIS 10.1
Bahan:
1. Citra Landsat 8 OLI TIRS Kabupaten Malang

IV.

Dasar Teori
Tujuan utama dari penggabungan citra adalah untuk memperoleh citra
baru yang memiliki keunggulan dalam resolusi spasial dan sekaligus resolusi
spektral dari dua atau lebih data citra multisensor yang dilibatkan. Teknik-teknik
yang dikembangkan adalah spesifik untuk memaksimalkan informasi sesuai
dengan aplikasi yang dikehendaki. Kanal spektral yang dilibatkan untuk diproses,
dipilih berdasarkan sesnsitivitas kanal spektral tersebut terhadap karakteristik
spketral objek yang dideteksi terhadap radiasi gelombang elektromagnetik yang
datang (yang mengandung informasi maksimal) untuk suatu aplikasi yang spesifik
(Sitanggang, et.al, 2002).
Penajaman citra bertujuan memperjelas tepi pada objek di dalam citra.
Penajaman citra silakukan dengan melewatkan citra pada penapis lolos-tinggi

(high-pass filter). Karena penajaman citra lebih berpengaruh pasa tepi (edge)
objek, maka penajaman citra disebut juga penajaman tepi (edge sharpening) atau
peningkatan kualitas tepi (edge enhancement). Akibatnya, pinggiran objek terlihat
lebih tajam dibandingkan sekitarnya (Hutahaean, 2013).
Perbaikan kualitas citra merupakan satu proses awal dalam pengolahan
citra yang bertujuan untuk melakukan pemrosesan terhadap citra agar memiliki
hasil dengan kualitas relatif yang lebih baik dari citra awal (Gonzalez, 2004).
Perbaikan kualitas citra dilakukan karena citra yang ada mempunyai kualitas yang
buruk, misalnya citra mengalami noise, citra terlalu gelap/ terang, citra kurang
tajam, citra terlihat kabur dan masih banyak lagi lainnya yang menyebabkan citra
itu mengalami perbaikan kualitas. Perbaikan kualitas citra adalah proses
mendapatkan citra yang lebih mudah untuk diinterprestasikan oleh mata (Rinaldi,
2004). Operasi-operasi perbaikan citra diantaranya terdiri dari pelembutan citra
(image smoothing), penajaman citra (image sharpening), perbaikan kontras
gelap/terang, perbaikan tepi objek (edge enchament), pemberian warna semu
(pseudocoloring) dan penapisan derau (noise filtering) (Sundani, et. al., 2014).
Operasi penajaman citra (Image Sharpening) bertujuan memperjelas tepi
pada objek di dalam citra. Penajaman citra merupakan kebalikan dari operasi
pelembutan citra karena operasi ini menghilangkan bagian citra yang lembut.
Operasi penajaman dilakukan dengan melewatkan citra pada penapis lolos-tinggi
(HPF=high-pass filter). Penapis lolos-tinggi akan meloloskan (atau memperkuat)
komponen yang berfrekuensi tinggi (misalnya tepi atau pinggiran objek) dan akan
menurunkan komponen berfrekuensi rendah. Akibatnya, pinggiran objek terlihat
lebih tajam dibandingkan sekitarnya. Selain untuk mempertajam gambar, penapis
lolos-tinggi juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan tepi (edge detection).
Dalam hal ini, piksel-piksel tepi ditampilkan lebih terang (highlight), sedangkan
piksel-piksel bukan tepi dibuat gelap (hitam).

V.

Langkah Kerja
5.1 Perbaikan Kontras
1. Buka aplikasi ArcMap 10.1 > klik ikon Add > Add Data (Pilih citra daerah
kajian). Sehingga tampilah layar seperti di bawah ini.

2. Klik kanan pada layer > Properties... > Symbology > RGB Composite > Pilih
Stretch Type > Apply. Lakukan dengan memilih Type yang berbeda-beda dan
bandingkan hasilnya.

5.2 Fusi Citra


1. Buka aplikasi ArcMap 10.1 > klik ikon Add > Add Data (Pilih citra
daerah kajian).
2. ArcToolbox > Raster > Raster Processing > Create Pan-sharpened Raster
Dataset. Isikan seperti gambar di bawah ini > OK.

3. Pilih beberapa Pan-sharpening Type, lalu bandingkan hasilnya.

VI.

Hasil
1. Tabel perbandingan perbaikan kontras (terlampir).
2. Tabel perbandingan penajaman citra (terlampir).

VII.

Pembahasan
Perbaikan kualitas citra bertujuan untuk membuat citra asal menjadi lebih
baik untuk selanjutnya dianalisis. Selain itu, perbaikan kualitas citra juga berguna
untuk memperbaiki interpretasi dan persepsi informasi yang terkandung dalam
citra oleh mata manusia, atau untuk memberikan input yang lebih baik untuk
teknik pemrosesan citra yang lain. Banyak metode yang dapat digunakan untuk
perbaikan kualitas citra, ada yang berbasis pada pengukuran kontras lokal dan
informasi tepi. Metode-metode tersebut secara efektif mampu memperbaiki
persepsi dan informasi citra pada mata manusia, namun beberapa metode masih
meninggalkan kekurangan, seperti kehilangan kontras lokal dan detail.
Perbaikan kontras pada citra merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki kualitas citra. Perbaikan kualitas citra merupakan salah satu proses
awal dalam pengolahan citra. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
untuk perbaikan kontras, metode tersebut antara lain yaitu, Histogram Equalize,
Histogram Specification, Standard Deviations, Percent Clip, Esri, MinimumMaximum dan Custom. Dari berbagai metode tersebut menghasilkan kontras yang
berbeda pada citra yang sama, sehingga perlu dilakukan identifikasi dan analisis

lebih lanjut untuk menetukan kesesuaian antara metode yang digunakan dengan
kebutuhan informasi yang akan disadap dari citra yang diperbaiki kualitasnya.
Adanya perbedaan metode yang digunakan dalam perbaikan citra, maka
citra yang dihasilkan juga akan berbeda. Sehingga mempengaruhi informasi yang
dapat disadap dari citra tersebut. Namun perbaikan kontras ini tidak
mempengaruhi resolusi spasial, tapi dapat mempengaruhi nilai pantulan spektral
pada citra. Seperti efek blur pada citra maka akan mempengaruhi nilai pantulan
spektral pada objek. Misalnya saja perbaikan citra dengan menggunakan metode
Histogram

Equalize,

penggunaan

metode

ini

dianggap

mudah

karena

kesederhanaan dan relatif lebih baik kinerjanya pada hampir semua jenis citra.
Menurut Ahmad (2012), pengoperasian HE dilakuakan oleh remapping abu-abu
tingkat gambar berdasarkan distribusi probabilitas dari tingkat input abu-abu. Ini
mendatar dan membentang dinamis berbagai histogram citra dan mengakibatkan
keseluruhan peningkatan kontras. Metode ini sangat efektif digunakan tidak hanya
dalam meningkatkan seluruh citra tetapi juga dalam meningkatkan detail tekstur.
Sehingga memudahkan apabila digunakan untuk analisis bentuk lahan maupun
kerapatan vegetasi. Sebab variasi reliar yang dapat dilihat dari bayangan dan
tekstur. Berbeda dengan metode lainnya seperti Esri dan Standard Devations. Pada
kedua metode menghasilkan citra dengan kenampakan efek blur dan teksur pada
citra tidak tampak. Sehingga dapat mengurangi ketelitian dalam analisis maupun
identifikasi objek yang ada.
Cara lain untuk memperbaiki kualitas citra adalah Pan Sharpening
merupakan salah satu pengolahan citra satelit yang bersifat penajaman secara
spasial, sebab menggabungkan 2 data yang memiliki resolusi spasial berbeda.
Seperti halnya yang dilakukan pada penajaman citra Landsat 8 wilayah Kabupaten
Malang. Penajaman citra yang digunakan dengan menggabungkannya dengan
citra Landsat 8 saluran 8. Diketahui bahwa saluran tersebut memiliki resolusi
spasial 15m, sedangkan saluran 1 sampai dengan 9, kecuali 8 memiliki resolusi
spasial 30m. Adanya perbedaan resolusi tersebut menyebabkan adanya perubahan
ukuran apabila dilakukan penajaman citra menggunakan saluran 8, maka akan
mempengaruhi ukuran pada objek dan skala.
Metode yang dapat digunakan dalam penajaman citra yaitu Esri, IHS,
BROVEY, SIMPLE-MEAN dan Gram-Schmidt. Dari beberapa metode tersebut
dapat diketahui bahwa metode Gram-Schmidt menghasilkan citra yang lebih

tajam dibandingkan citra sebelumnya, namun tekstur dan variasi relief tidak cukup
detail sehingga kurang sesuai apabila digunakan untuk analisis dalam geomorfogi
dan geologi. Selain itu, ukuran pada citra akan mengalami perubahan, sehingga
akan berpengaruh pada luasan maupun tinggi objek yang dapat dilihat dari
bayangan, sehingga akan berpengaruh pada ukuran objek-objek yang ada.
Sedangkan menurut Dianovita (2014), IHS dimana intesnitasnya meruopakan
penjumlahan 3 band visible atau band dengan panjang gelombang sama dengan
band pankromatiknya, terjadi penajaman dan tidak mengubah nilai spektral aslu
sehingga baik untuk analisis visual dan digital. Sehingga metode tersebut dapat
digunakan untuk analisis bentuk lahan dalam geomorfologi maupun dalam bidang
geologi.

VIII. Kesimpulan
1. Perbaikan kualitas citra dengan cara perbaikan kontras dan penajaman citra
memiliki beberapa metode. Setiap metode memiliki hasil yang berbeda,
sehingga diperlukan pemilihan metode tertentu untuk analisis geomorfologi
dan geologi.

Daftar Rujukan
Ahmad, Nazaruddin dan Arifyanto Hadinegoro. 2012. Metode Histogram Equlization untuk
Perbaikan Citra Digital. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi
Terapan (Semantik). Semarang.
Dianovita dan Fadilah Muchsin.2014. Metode Penajaman (Pansharpen) Citra Landsat 8.
Seminar Nasional Penginderaan Jauh.
Hutahaean, Harvei Desmon.2013.Teknik Penajaman Citra Digital dengan Menggunakan
Metode Contrast Streching.Pelita Informatika Budi Darma 3: 35-44.
Stanggang, Gokmaria, et.al,. 2002.Aplikasi Teknik dan Metode Fusi Data Optik ETM-Plus
Landsat dan SAR Radarsat untuk Ekstraksi Informasi Geologi Pertambangan Batu
Bara.
Sundani, Dini, et.at,. 2014. Aplikasi Penajaman Citra (Image Sharpening) Berdasarkan
Prinsip Kuantum. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi
(SNAST).

1. Tabel perbandingan perbaikan kontras


No.
1.

Sampel Citra (Sebelum)

Sampel Citra (Sesudah)

Metode yang digunakan


Histogram Equalize

2.

Histogram Specification

3.

Standard Deviations

Analisis Hasil
Terdapat perbedaan yang cukup
jelas antara sebelum dan sesudah
dilakukan perbaikan kontras.
Perbedaan antara kenampakan
vegetasi, sungai dan reliefnya
terlihat lebih jelas. Namun untuk
perairan berubah menjadi warna
putih.
Hasil untuk metode ini tidak jauh
berbeda bila dibandingkan dengan
metode
Histogram
Equalize.
Warna yang dihasilkan lebih
pudar dan memiliki bias putih,
sehingga mengurangi ketajaman
warna pada citra. Walaupun lebih
jelas
kenampakannya
dibandingkan dengan citra ketika
sebelum diperbaiki kontrasnya.
Citra yang dihasilkan setelah
dilakukan
perbaikan
kontras
dengan metode ini menyebabkan
berkurangnya ketajaman citra
sehingga citra menjadi blur dan
ketajaman
warna
berkurang.
Namun, relief pada citra tampak
lebih jelas dibandingkan citra
sebelum dilakukan perbaikan
kontras.

4.

Percent Clip

5.

Esri

6.

Custom

Citra setelah dilakukan perbaikan


kontras menggunakan metode ini
tampak lebih tajam dan sesuai
dengan kondisi objek. Tampak
berbeda pada warna hijau yang
lebih jelas dan tajam pada hasil
perbaikan kontras, selain itu
perbedaan topografi wilayah juga
dapat dilihat lebih jelas.
Hasil perbaikan kontras metode
ini hampir mirip dengan metode
Standard Deviations. Tapi, warna
yang dihasilkan lebih tajam,
sehingga kenampakan objek lebih
jelas.
Namun,
apabila
dibandingkan
dengan
citra
sebelumnya,
hasil
perbaikan
kontras
tersebut
blur
dan
warnanya kurang tajam.
Citra hasil perbaikan kontras
dengan
metode
ini
tidak
menunjukkan
perbedaan
kenampakan yang signifikan
dibandingkan dengan sebelumnya.
Sehingga, setiap objek yang ada
tetap terlihat hampir sama,
misalnya seperti vegetasi yang
memiliki tingkat kehijauan hampir
sama baik sebelum maupun
sesudah dilakukan perbaikan
kontras.

7.

Minimum Maximum

Hasil perbaikan kontras pada citra


menggunakan
metode
ini
menunjukkan bahwa kenampakan
objek lebih jelas dan variasi relief
juga dapat diamati. Sehingga akan
memudahan dalam interpretasi,
walaupun untuk perairan yang
bersifat
mnyerap gelombang
elektromagnetik tampak lebih
cerah
dibandingkan
dengan
vegetasi yang ada.

2. Tabel perbandingan penajaman citra


No.

Sampel Citra (Sebelum)

Sampel Citra (Sesudah)

1.

Metode yang
digunakan
Esri

2.

IHS

Analisis Hasil
Penajaman citra dengan
menggunakan metode Esri
menyebabkan citra memiliki
tingkat keabuan yang lebih
tinggi, namun tekstur dan
perbedaan kekasaran pada
setiap objek tampak lebih jelas,
selain itu batas antara perairan
dan daratan juga dapat diamati
dengan mudah.
Pada hasil penajaman citra
dengan menggunakan metode
IHS ini menghasilkan warna
citra yang lebih abu-abu,
sehingga warna hijau pada
vegetasi terlihat perbedaannya
dengan citra sebelumnya.
Namun untuk objek seperti
jalan atau lahan terbuka tampak
lebih jelas dibandingkan citra
sebelumnya. Sehingga,
memudahkan apabila
digunakan untuk identifikasi
objek berupa lahan terbuka
maupun jalan. Selain itu, batas
darat dengan perairan maupun
vegetasi dapat diamati dengan
mudah.

3.

BROVEY

4.

SIMPLE-MEAN

5.

Gram-Schmidt

Citra yang dihasilkan dari


metode penajaman citra ini
menunjukkan adaya perubahan
ketajaman warna. Sekilas tidak
jauh berbeda dengan citra yang
dihasilkan dengan
menggunakan metode IHS,
namun warnanya lebih tajam
dan tingkat keabuannya lebih
rendah.
Pada hasil citra dengan
menggunakan metode ini,
memiliki tingkat keabuan yang
paling tinggi dibandingkan
dengan metode IHS dan
BROVEY. Hal tersebut tampak
dari perbedaan antara lahan
terbangun dan vegetasi yang
tidak begitu signifikan
perbedaannya, namun variasi
relief tampak lebih jelas dan
mudah diamati.
Citra yang dihasilkan
menggunakan metode ini
merupakan citra paling jelas
dan memiliki tingkat ketajaman
yang tinggi. Perbedan anatara
vegetasi, lahan terbuka, lahan
terbangun dan perairan tampak
sangat jelas. Sehingga,
memudahkan dalam
penyadapan informasi.

Anda mungkin juga menyukai