Anda di halaman 1dari 60

I.

PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan sangat penting agar dapat
menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpada dan tuntas. Dewasa ini lingkungan
hidup sedang menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia
umumnya.
Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari akibat-akibat yang ditimbulkan
dan kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh apabila ada penumpukan sampah dikota
maka permasalahan ini diselesaikan dengan cara mengangkut dan membuangnya ke lembah
yang jauh dari pusat kota, maka hal ini tidak memecahkan permasalahan melainkan
menimbulkan permasalahan seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah lalat,
tikus dan bau yang merusak, pemandangan yang tidak mengenakan. Akibatnya menderita
interaksi antara lingkungan dan manusia yang akhirnya menderita kesehatan.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar
dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai akhir hidupnya. Hal ini membutuhkan
daya dukung lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
Masalah lingkungan hidup sebenatnya sudah ada sejak dahulu, masalah lingkungan
hidup bukanlah masalah yang hanya dimiliki atau dihadapi oleh negara-negara maju ataupun
negara-negara miskin, tapi masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah dunia
dan masalah kita semua.
Keadaan ini ternyata menyebabkan kita betpikir bahwa pengetahuan tentang
hubungan antara jenis lingkungan ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan
lingkungan secara terpadu dan tuntas.
Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang harus dihadapi, kegiatan
pembangunan terutama di bidang industri yang banyak menimbulkan dampak negatif
merugikan masyarakat. Masalah lingkungan hidup adalah merupakan masalah yang komplek
dan harus diselesaikan dengan berbagai pendekatan multidisipliner.
Industrialisasi merupakan kondisi keberhasilan pembangunan untuk memacu laju
pertumbuhan ekonomi, akan tetapi industrialisasi juga mengandung resiko lingkungan. Oleh
karena itu munculnya aktivitas industri disuatu kawasan mengundang kritik dan sorotan
masyarakat. Yang dipermasalahkan adalah dampak negatif limbahnya yang diantisipasikan
mengganggu kesehatan lingkungan.
BAB II

Pencemaran Lingkungan
A. Motivasi
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting
untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita.
Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini,
termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan
yang lebih luas.
Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya
pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh
sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat
radioaktif, dan sebagainya.
Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus
mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana
langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.
B. Sumber Pencemar
Pencemar datang dari berbagai sumber dan memasuki udara, air dan tanah dengan
berbagai cara. Pencemar udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industi, dan
pembakaran sampah. Pencemar udara dapat pula berasal dari aktivitas gunung berapi.
Pencemaran sungai dan air tanah terutama dari kegiatan domestik, industri, dan pertanian.
Limbah cair domestik terutama berupa BOD, COD, dan zat organik. Limbah cair industri
menghasilkan BOD, COD, zat organik, dan berbagai pencemar beracun. Limbah cair dari
kegiatan pertanian terutama berupa nitrat dan fosfat.
C. Proses Pencemaran
Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga
mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu keseimbangan
ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia
bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.
Pencemar ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa gangguan kesehatan
langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu (penyakit
kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self

recovery), namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar
akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia,
material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.
D. Langkah Penyelesaian
Penyelesaian masalah pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian.
Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah
dampak lingkungan yang lebih berat. Di lingkungan yang terdekat, misalnya dengan
mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan kembali (reuse) dan daur ulang
(recycle).
Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air yang dipakai, mengurangi
jumlah limbah, dan mengurangi keberadaan zat kimia PBT (Persistent, Bioaccumulative, and
Toxic), dan berangsur-angsur menggantinya dengan Green Chemistry. Green chemistry
merupakan segala produk dan proses kimia yang mengurangi atau menghilangkan zat
berbahaya.
Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alat-alat rumah tangga,
atau bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
Pencegahan dapat pula dilakukan dengan kegiatan konservasi, penggunaan energi alternatif,
penggunaan alat transportasi alternatif, dan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development).
Langkah pengendalian sangat penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan
sehat. Pengendalian dapat berupa pembuatan standar baku mutu lingkungan, monitoring
lingkungan dan penggunaan teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan. Untuk
permasalahan global seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, dan pemanasan global
diperlukan kerjasama semua pihak antara satu negara dengan negara lain.
E. LINGKUNGAN DAN KESEHATAN
Kemampuan manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya
tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu
membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat.
Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan
hidup sampai taraf yang irreversible. Prilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup
tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya
mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai dengan prilakunya tadi.

Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya sosial
ekonomi. WHO menyatakan Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik,
mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit.
Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam
Bab 1, Pasal 2 dinyatakan bahwa Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik),
rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan. Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan.
Masyarakat adalah terdiri dari individu-individu manusia yang merupakan makhluk biologis
dan makhluk sosial didalam suatu lingkungan hidup (biosfir). Sehingga untuk memahami
masyarakat perlu mempelajari kehidupan biologis bentuk interaksi sosial dan lingkungan
hidup.
Dengan demikian permasalahan kesehatan masyarakat merupakan hal yang kompleks
dan usaha pemecahan masalah kesehatan masyarakat merupakan upaya menghilangkan
penyebab-penyebab secara rasional, sistematis dan berkelanjutan. Pada pelaksanan analisis
dampak lingkungan maka kaitan antara lingkungan dengan kesehatan dapat dikaji secara
terpadu artinya bagaimana pertimbangan kesehatan masyarakat dapat dipadukan kedalam
analisis lingkungan untuk kebijakan dalam pelaksnaan pembangunan yang berwawasan
lingkungan. Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya lebih baik, walaupun aktivitas
manusia membuat rona lingkungan menjadi rusak.
Hal ini tidak dapat disangkal lagi kualitas lingkungan pasti mempengaruhi status
kesehatan masyarakat. Dari studi tentang kesehatan lingkungan tersirat informasi bahwa
status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor hereditas, nutrisi, pelayanan kesehatan,
perilaku dan lengkungan. Menurut paragdima Blum tentang kesehatan dari lima faktor itu
lingkungan mempunyai pengaruh dominan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi status
kesehatan seseorang itu dapat berasal dari lingkungan pemukiman, lingkungan sosial,
linkungan rekreasi, lingkungan kerja.
Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu
mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti:
Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah, pembuangan air limbah
penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan
obat, populasi udara, abrasi pantai, penggundulan hutan dan banyak lagi permasalahan yang
dapat menimbulkan satu model penyakit.
Jumlah penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani. Masalah
pemukiman sangat penting diperhatikan.

Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan yang
utama bagi masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau
dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pengolalaan sampah domestik uang
dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap dapur.
Perilaku pola makanan juga mengubah pola penyakit yang timbul dimasyarakat. Gizi
masyarakat yang sering menjadi topik pembicaraan kita kekurangan karbohidrat, kekurangan
protein, kekurangan vitamin A dan kekurangan Iodium. Di Indonesia sebagian besar penyakit
yang didapat berhubungan dengan kekurangan gizi.
Ada yang kekurangan kuantitas makanan saja (Maramus), tapi seringkali juga kualitas
kurang (Kwashiorkor). Sebagian besar penyakit yang didapat berhubungan dengan
kekurangan gizi terutama terdap[at pada anak-anak.
Industrialisasi pada saat ini akan menimbulkan masalah yang baru, kalau tidak dengan
segera ditanggulangi saat ini dengan cepat. Lingkungan industri merupakan salah satu contoh
lingkungan kerja. Walaupun seorang karyawan hanya menggunakan sepertiga dari waktu
hariannya untuk melakukan pekerjaan di lingkungan industri, tetapi pemaparan dirinya di
lingkungan itu memungkinkan timbulnya gangguan kesehatan dengan resiko trauma fisik
gangguan kesehatan morbiditas, disabilitas dan mortalitas.
Dari studi yang pernah dilakukan di Amerika Serikat oleh The National Institute of
Occupational Safety and Health pada tahun 1997 terungkap bahwa satu dari empat karyawan
yang bekerja di lingkungan industri tersedia pada bahan beracun dan kanker. Lebih dari
20.000.000 karyawan yang bekerja di lingkungan industri setiap harinya menggarap bahanbahan yang diketahui mempunyai resiko untuk menimbulkan kanker, penyakit paru,
hipertensi dan gangguan metabolisme lain.
Paling sedikit ada 390.000 kasus gangguan kefaalan yang terinduksi oleh dampak
negatif lingkungan industri dan100.000 kematian karena sebab okupasional dilaporkan setiap
tahun.
Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi
menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan
jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka kematian
ibu, meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan status gizi.
Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dengan kemampuan daya pikir manusia, maka
manusia mulai menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja lebih cepat dan efisien si dari

tenaga manusia. Peristiwa ini mulai dikenal dengan penemuan mesin uap oleh James Waat.
Fase industri ini menimbulkan dampak yang sangat menyolok selain kemakmuran yang
diperoleh juga exploitasi tenaga kerja, kecelakaan kerja, pencemaran lenigkungan, penyakit,
wabah.
Pencemaran udara yang disebabkan industri dapat menimbulkan asphyxia dimana
darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas CO2disebabkan gas beracun besar
konsentrasinya dedalam atmosfirseperti CO2, H2S, CO, NH3, dan CH4. Kekurangan ini
bersifat akurat dan keracunan bersifat sistemik penyebab adalah timah hitam, Cadmium,Flour
dan insektisida .
Pengaruh air terhadap kesehatan dapat menyebabkan penyakit menular dan tidak
menular. Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan
dalam terjadinya penyakit dan wabah. Lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit
penyakit umpama penyakit malaria karena udara jelek dan tinggal disekitar rawa-rawa. Orang
beranggapan bahwa penyakit malaria terjadi karena tinggal pada rawa-rawa padahal nyamuk
yang bersarang di rawa menyebabkan penyakit malaria
segi lingkungan kesehatan, penyakit terjadi karena interaksi antara manusia dan
lingkungan. Manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan
hidupnya. Udara, air, makanan, sandang, papan dan seluruh kebutuhan manusia harus diambil
dari lingkungannya. Akan tetapi proses interaksi manusia dan lingkungannya ini tidak selalu
mendapat untuk, kadang-kadang merugikan.
Begitu juga apabila makanan atau minuman mengandung zat-zat berbahaya bagi
kesehatan. Zat tersebut dapat berupa racun asli ataupun kontamunasi dengan mikroba patogen
atau atau bahan kimia sehingga terjadinya penyakit atau keracunan. Hal ini merupakan
hubungan timbal balik antara aktivitas manusia dengan lingkungannya.
Jadi dialam ini terdapat faktor yang menguntungkan manusia (eugenik) dan yang
merugikan (disgenik). Usaha-usaha dibidang kesehatan lingkungan ditujukan untuk
meningkatkan daya guna faktor eugenik dan mengurangi peran atau mengendalikan faktor
disgenik. Secara naluriah manusia memang tidak dapat menerima kehadiran faktor disgenik
didalam lingkungan hidupnya, oleh karena itu kita selalu berusaha memperbaiki keadaan
sekitarnya sesuai dengan kemampuannya.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan tehnologi, lingkungan hidup akan berubah
pula kualitasnya. Perubahan kualitas lingkungan akan selalu terjadi sehingga lingkungan
selalu berada dalam keadaan dinamis. Hal ini disertai dengan meningkatnya pertumbuhan
industri disegala bidang. Perubahan kualitas lingkungan yang cepat ini merupakan tantangan

bagi manusia untuk menjaga fungsi lingkungan hidup agar tetap normal sehingga daya
dukung kelangsungan hidup di bumi ini tetap lestari dan kesehatan masyarakat tetap terjamin.
Oleh karenanya perlu ditumbuhkan strategi baru untuk dapat meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat yakni setiap aktivitas harus:
1.

a. Didasarkan atas kebutuhan manusia.

2.

b. Ditujukan pada kehendak masyarakat.

3.

c. Direncanakan oleh semua pihak yang berkepentingan.

4.

d. Didasarkan atas prinsip-prinsip ilmiah.

5.

e. Dilaksanakan secara manusiawi.


Pada analisis dampak lingkungan yang merupakan pengkajian akan kemungkinan

timbulnya perubahan lingkungan yang terjadi akibat kegiatan/proyek. Perubahan-perubahan


lingkungan yang mencakup komponen biofisik dan sosio ekonomi dan melibatkan komponen
dampak kesehatan masyarakat yang berada disekitar proyek.
F. PENGARUH TIDAK LANGSUNG TERHADAP KESEHATAN
Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan ada dua cara positif dan negatif. Pengaruh
positif, karena didapat elemen yang menguntungkan hidup manusia seperti bahan makanan,
sumber daya hayati yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraannya seperti bahan
baku untuk papan, pangan, sandang, industi, mikroba dan serangga yang berguna dan lainlainnya. Adapula elemen yang merugikan seperti mikroba patogen, hewan dan tanaman
beracun, hewan berbahaya secara fisik, vektor penyakit dan reservoir penyebab dan penyebar
penyakit.
Secara tidak langsung pengaruhnya disebabkan elemen-elemen didalam biosfir
banyak dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kesejahteraanya. Semakin sejahtera
manusia, diharapkan semakin naik pula derajat kesehatannya. Dalam hal ini, lingkungan
digunakan sebagai sumber bahan mentah untuk berbagai kegiatan industri kayu, industri
meubel, rotan, obat-obatan, papan, pangan, fermentasi dan lain-lainnya.
G. PENGARUH LANGSUNG TERHADAP KESEHATAN
Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan:
1.

a. Manusia membutuhkan sumber energi yang diambil dari lingkungannya yakni


makanan. Makanan yang harus tersedia sangat besar untuk kebutuhan manusia di dunia
disamping masalah distribusi.

2.

b. Adanya elemen yang langsung membahayakan kesehatan secara fisik seperti


beruang, harimau, ular dan lain-lain.

3.

c. Adanya elemen mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit (patogen).


Mikroba ini digolongkan kedalam berbagai jenis seperti virus, ricketssia, bakteri,
protozoa, fungi dan metazoa.

4.

d. Adanya vektor yakni serangga penyebar penyebab penyakit dan reservoir agent
penyakit.

Faktor penyakit yang memegang peranan penting dalam penyebaran penyakit nyamuk, lalat,
kutu, pinyal dan tungau.

H. PENCEMARAN UDARA
Setiap waktu kita bernafas, seorang dewasa rata-rata menghirup lebih dari 3.000
gallon (11,4 m3) udara tiap hari. Udara yang kita hirup, jika tercemar oleh bahan berbahaya
dan beracun, akan berdampak serius pada kesehatan kita, terutama anak-anak yang lebih
banyak bermain di udara terbuka dan lebih rentan daya tahan tubuhnya.
Walaupun tidak terlihat oleh kasat mata, pencemar di udara mengancam kehidupan kita dan
mahluk hidup lainnya. Pencemar udara menyebabkan kanker dan dampak kesehatan serius,
menyebabkan smog dan hujan asam, mengurangi daya perlindungan lapisan ozon di atmosfer
bagian atas, dan berpotensi untuk turut berperan dalam perubahan iklim dunia.
Sebenarnya apa yang mesti kita cermati dari fenomena pencemaran udara?

Pencemaran Udara
Sebenarnya apa yang mesti kita cermati dari fenomena pencemaran udara?

7 Pencemar Utama

Hujan Asam

Penipisan Lubang Ozon

Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kualitas udara di dalam ruangan (indoor air quality)

7 Pencemar Utama
7 pencemar utama terdiri dari Partikulat, Sulfur Dioksida (SO2), Ozone, Karbon
monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2), Hidrokarbon (HC) dan Timbal (Pb).
Hujan Asam
Hujan asam merupakan istilah umum untuk menggambarkan turunnya asam dari
atmosfer ke bumi. Sebenarnya turunnya asam dari atmosfer ke bumi bukan hanya dalam
kondisi basah tetapi juga kering. Sehingga dikenal pula dengan istilah deposisi
(penurunan/pengendapan) basah dan deposisi kering.
Deposisi basah mengacu pada hujan asam, kabut dan salju. Ketika hujan asam ini
mengenai tanah, ia dapat berdampak buruk bagi tumbuhan dan hewan, tergantung dari
konsentrasi asamnya, kandungan kimia tanah, buffering capacity (kemampuan air atau tanah
untuk menahan perubahan pH), dan jenis tumbuhan/hewan yang terkena.
Deposisi kering mengacu pada gas dan partikel yang mengandung asam. Sekitar 50%
keasaman di atmosfer jatuh kembali ke bumi melalui deposisi kering. Kemudian angin
membawa gas dan partikel asam tersebut mengenai bangunan, mobil, rumah an pohon.
Ketika hujan turun, partikel asam yang menempel di bangunan atau pohon tersebut akan
terbilas, menghasilkan air permukaan (runoff) yang asam.
Angin dapat membawa material asam pada deposisi kering dan basah melintasi batas
kota dan negara sampai ratusan kilometer. Menurut para ahli, bahwa SO2 dan NOx
merupakan penyebab utama hujan asam. Hujan asam terjadi ketika gas-gas tersebut di
atmosfer bereaksi dengan air, oksigen, dan berbagai zat kimia yang mengandung asam. Sinar
matahari meningkatkan kecepatan reaksi mereka. Hasilnya adalah larutan Asam Sulfat dan
Asam Nitrat (konsentrasi rendah).
Untuk mengukur keasaman hujan asam digunakan pH meter. Air murni menunjukkan
pH 7,0 air asam memiliki pH kurang dari 7 (dari 0-7), dan air basa menunjukkan ph lebih dari
7 (dari 7-14). Air hujan normal memang agak asam, pH sekitar 5,6 karena karbon dioksida
(CO2) dan air bereaksi membentuk carbonic acid (asam lemah). Jika air hujan memiliki pH
dibawah 5,6 maka dianggap sudah tercemari oleh gas mengandung asam di atmosfer. Hujan
dikatakan hujan asam jika telah memiliki pH dibawah 5,0. Makin rendah pH air hujan
tersebut, makin berat dampaknya bagi mahluk hidup.

Penipisan Lubang Ozon


Ozon di lapisan atas (lapisan stratosfer), terbentuk secara alami, dan melindungi bumi.
Namun zat kimia buatan manusia telah merusak lapisan tersebut, sehingga menimbulkan
penipisan lapisan ozon.
Zat kimia itu dikenal dengan ODS (ozone-depleting substances), diantaranya
chlorofluorocarbons (CFCs), hydrochlorofluorocarbons (HCFCs), halons, methyl bromide,
carbon tetrachloride, dan methyl chloroform. Zat perusak ozon tersebut sebagian masih
digunakan sebagai bahan pendingin (coolants), foaming agents, pemadam kebakaran (fire
extinguishers),

pelarut

(solvents),

pestisida

(pesticides),

dan

aerosol

propellants.

Kloroflorokarbon atau Chlorofluorocarbon (CFC) mengandung klorin (chlorine), florin


(fluorine) dan karbon (carbon). CFC ini merupakan aktor utama penipisan lapisan ozon.
CFCs sangat stabil di troposfer. CFCs yang paling umum adalah CFC-11, CFC-12, CFC-113,
CFC-114, dan CFC-115. Potensi merusak ozon dari CFC tersebut secara berurutan adalah 1,
1, 0.8, 1, dan 0.6.
Di udara, zat ODS tersebut terdegradasi dengan sangat lambat. Bentuk utuh mereka
dapat bertahan sampai bertahun-tahun dan mereka bergerak melampaui troposfer dan
mencapai stratosfer. Di stratosfer, akibat intensitas sinar ultraviolet matahari, mereka pecah,
dan melepaskan molekul chlorine dan bromine, yang dapat merusak lapisan ozon. Para
peneliti memperkirakan satu atom chlorine dapat merusak 100.000 molekul ozon.
Walaupun saat ini zat kimia perusak lapisan ozon telah dikurangi atau dihilangkan
penggunaannya, namun penggunaannya di waktu yang lampau masih dapat berdampak pada
perusakan lapisan ozon. Penipisan lapisan ozon dapat diteliti dengan menggunakan satelit
pengukuran, terutama di atas kutub bumi.
Penipisan lapisan ozon pelindung akan meningkatkan jumlah radiasi matahari ke
bumi yang dapat menyebabkan banyak kasus kanker kulit, katarak, dan pelemahan sistem
daya tahan tubuh. Terkena UV berlebihan juga dapat menyebabkan peningkatan penyakit
melanoma, kanker kulit yang fatal. Menurut US EPA, sejak 1990, resiko terkena melanoma
telah berlipat dua kali.
Ultraviolet dapat juga merusak tanaman sensitif, seperti kacang kedelai, dan
mengurangi hasil panen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fitoplankton di laut, yang
merupakan basis rantai makanan di laut, telah mengalami tekanan akibat ultraviolet. Tekanan
ini dapat berdampak pada manusia berupa terpengaruhinya pasokan makanan dari laut.
Isu penipisan lubang ozon telah dijadikan isu internasional oleh Badan PBB untuk
Lingkungan Hidup, United Nations Environment Programme (UNEP), sejak tahun 1987.

Sebuah protokol konvensi, dikenal dengan Montreal Protocol, mengajak negara yang telah
menandatangani konvensi tersebut untuk menghapus produksi CFC secara bertahap pada 1
Januari 1996. Jika upaya ini berhasil maka lapisan ozon akan kembali normal pada tahun
2050.
I. PENCEMARAN AIR
Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab pencemaran air tetapi secara umum dapat dikategorikan sebagai
sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang
keluar dari industri, TPA (tempat Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak
langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer
berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian
seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia
yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Pencemar
Pencemar air dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan
asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat
kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke
badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs (polychlorinated phenols),
adalah salah satu contohnya. Pestisida dgunakan di pertanian, kehutanan dan rumah tangga.
PCB, walaupun telah jarang digunakan di alat-alat baru, masih terdapat di alat-alat elektronik
lama sebagai insulator, PCP dapat ditemukan sebagai pengawet kayu, dan deterjen digunakan
secara luas sebagai zat pembersih di rumah tangga.
Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan
hutan akibat hujan asam, dan sebagainya.
Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah
menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan).
Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh
seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati,

dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan
aktivitas bakteri menurun.
Langkah Penyelesaian
Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara
mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur ulang
(recycle), mendaur pakai (reuse).
Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena
saat ini kita telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia
dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman,
dan sebagainya.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana.
Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya akan menjadi
sumber pencemar yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun, atau degradable (dapat
didegradasi) alam ? Apakah barang yang kita konsumsi nantinya dapat meracuni manusia,
hewan, dan tumbuhan, aman bagi mahluk hidup dan lingkungan ?
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan
air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu
menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Walaupun demikian, langkah
pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana.

J. PENCEMARAN TANAH
Jenis Pencemaran Tanah
Sebagaimana udara dan air, tanah merupakan komponen penting dalam hidup kita.
Tanah berperan penting dalam pertumbuhan mahluk hidup, memelihara ekosistem, dan
memelihara siklus air. Kasus pencemaran tanah terutama disebabkan oleh pembuangan
sampah yang tidak memenuhi syarat (ilegal dumping), kebocoran limbah cair dari industri
atau fasilitas komersial, atau kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah, yang kemudian tumpah ke permukaan tanah.
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah

tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari
air tanah dan udara di atasnya.
Remediasi
Kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah dikenal dengan remediasi. Sebelum
melakukan remediasi, hal yang perlu diketahui:
1.

Jenis pencemar (organic atau anorganik), terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak,

2.

Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut,

3.

Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P),

4.

Jenis tanah,

5.

Kondisi tanah (basah, kering),

6.

Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,

7.

Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda).

Remediasi On-site dan Off-site


Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa
ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar
dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini
jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi
zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan
air).
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi :
1.

stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan


nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb

2.

inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme


yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus

3.

penerapan immobilized enzymes

4.

penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah


pencemar.

Kelas

Jenis Bahan Kimia

Fuel hydrocarbons

Benzene, Toluene

PAHs (Polychlorinated aromatic hydrocarbons)

Creosote

PCBs (Polychlorinated biphenyls)

Aroclor

Chlorinated solvents

TCE (Trichloroethylene)

Chlorinated aromatic compounds

Chlorobenzene

Chlorophenols

Pentachlorophenol

Nonhalogenated phenolics

2-Methylphenol

Pesticides

2,4-D, Atrazine

Explosives

TNT (2,4,6-Trinitrotuluene)

Nitrogen heterocyclics

Pyridine

Radionuclides

Plutonium

Anions

Nitrate

Metals

Lead

Proses bioremediasi harus memperhatikan temperatur tanah, ketersediaan air, nutrien (N, P,
K), perbandingan C : N kurang dari 30:1, dan ketersediaan oksigen.

BAB III
SIMPULAN
Lingkungan yang perlu dilestarikan supaya diperoleh keadaan yang seimbang antara
manusia. Begitu banyak dampak yang ditimbulkan jika kita tidak memperhatikan
keseimbangan alam yang digunakan sebagai tempat kehidupan.
Dampak negatif yang muncul berupa penyakit yang merugikan pada manusia seperti
penyakit pernafasan, diare, kholera, thyphus, dysentri, polio, ascariasis dan lain-lain.
Dampak positif lingkungan terhadap kesehatan memperoleh sumber energi untuk
kebutuhan hidup. Untuk pencegahan penyakit perlu dilakukan sanitasi terhadap lingkungan
air, udara dan tanah, khususnya pengelolaan air minum dan air buangan secara terpadu.

DAFTAR PUSTAKA
http://daniey.wordpress.com/pencemaran-lingkungan/
http://www.tempo.co/topik/masalah/172/Pencemaran-Lingkungan
http://search.kompas.com/fq?sort=time&sortime=0&siteid=0&start-date=&enddate=&q=Pencemaran%20lingkungan&sa=

LAMPIRAN
SENIN, 13 MEI 2013 | 13:48 WIB

Peneliti Temukan Merkuri Cemari Pantai


Banyuwangi

Merkuri. scientificamerican.com

Topik

#Pencemaran Lingkungan

TEMPO.CO, Banyuwangi - Peneliti dari Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Jawa Timur,
Susintowati, menemukan kadar merkuri yang cukup tinggi dari sisa pertambangan emas
tradisional di muara sungai Lampon, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur.
Merkuri tersebut telah meracuni siput dan kerang yang hidup di Pantai Lampon.
Penelitian Susintowati tersebut untuk tesis pascasarjana jurusan biologi Universitas Gadjah
Mada, Desember 2012 lalu. Penelitian yang berjudul "Bioakumulasi Merkuri dan Struktur
Komunitas Gastropoda di Kawasan Bekas Penggelondongan Emas Lampon" itu mengkaji
dampak merkuri pada gastropodadi pantai yang berjarak sekitar 100 kilometer dari Kota
Banyuwangi itu.

Susintowati menjelaskan, dia melakukan pengamatan dan pengambilan data di muara sungai
dan Pantai Lampon sejak Mei 2010 hingga Juni 2012. Di muara sungai tersebut, kata dia, sejak
2007-2010 dipakai sebagai tempat penggelondongan atau pemisahan bijih emas secara
tradisional menggunakan bahan kimia merkuri. Sedikitnya ada 15 penambang yang
mengoperasikan 60 mesin penggilingan di muara sungai.
Hasilnya, kata dia, akumulasi merkuri dalam sedimen muara Pantai Lampon mencapai 0,45 ppm
dan bibir muara hingga 1,17 ppm. Sedangkan timbunan limbah yang tersisa setelah tambang
ditutup mencapai 634,19 ppm. Padahal, sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51
Tahun 2004, kadar merkuri secara alamiah di alam hanya 0,1 ppm. "Jadi konsentrasi merkuri di
Lampon sudah di atas baku mutu," kata dia kepada wartawan, Senin, 13 Mei 2013.
Merkuri tersebut, kata Susintowati, telah masuk ke tubuh siput dan kerang. Pada
siput mangrove (Terebralia sulcata), kandungan merkuri sudah mencapai 3,1 ppm. Dalam tubuh
siput pantai (Nerita argus) hingga 3,03 ppm. Sedangkan jenisPatella intermedia, siput yang
sering ditemukan di pantai berbatu, mengandung 0,44 ppm merkuri. "Karena itu, saya
merekomendasikan supaya warga setempat tidak makan siput dan kerang dari Lampon," kata
dia.
Susintowati belum meneliti bagaimana kandungan merkuri pada ikan di Pantai Lampon. Namun
tidak menutup kemungkinan merkuri juga sudah masuk ke tubuh ikan laut.
Menurut Susintowati, adanya pertambangan tradisional itu menunjukkan dampak serius dari
aktivitas penambangan emas. Meskipun tambang tersebut berskala kecil dan sudah ditutup
pada 2011, efek cemarnya masih tetap berjalan dan bisa meluas. Apalagi keberadaan merkuri di
tanah bisa mencapai 1.000 tahun, dan hingga 3.000 tahun di samudra.
Hasil penelitian ini, kata Susintowati, bisa menjadi pertimbangan bagi pemerintah dan
masyarakat apabila membuka pertambangan emas yang lebih besar. "Skala kecil saja sudah
berdampak serius pada biota, apalagi kalau tambangnya besar," kata dosen pendidikan biologi
di Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ini.
Pantai Lampon berada sekitar 10 kilometer dari Gunung Tumpang Pitu, yang dieksplorasi
perusahaan tambang emas PT Indo Multi Niaga. Pada Juli 2012, izin usaha pertambangan dari
PT IMN dialihkan ke PT Bumi Suksesindo. Tambang tradisional bermunculan di Kecamatan
Pesanggaran setelah PT IMN mengeksplorasi tambang emas di wilayah itu pada 2007.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Jawa Timur, Ony Mahardhika, mengatakan, pertambangan
mineral skala besar maupun kecil akan merusak ekosistem secara besar-besaran, yang menjadi
ruang hidup manusia. Selain itu, pasti berdampak pada kesehatan masyarakat setempat. "Di
Minahasa, satu kampung harus pergi karena daerahnya tercemar bekas pertambangan emas,"

kata dia.
Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang, Andre S. Wijaya, mengatakan, beredarnya
merkuri menjadi bukti ketidaktegasan pemerintah. Seharusnya pemerintah membatasi dan
mengontrol distribusi merkuri. "Selama ini hanya pertambangan yang disalahkan, tapi
pemerintah belum menyentuh sindikat penjualan merkuri," katanya.
IKA NINGTYAS
JUM'AT, 10 MEI 2013 | 09:28 WIB

Awan Cirrus Tercemar Akibat Aktivitas


Manusia

Awan cirrus. Natureworldnews.com

Topik

#Pencemaran Lingkungan
#National Aeronautics and Space Administration | NASA

TEMPO.CO, Jakarta - Awan cirrus merupakan gumpalan awan tipis yang menutupi hampir
sepertiga bumi. Sebagian besar terbentuk dari debu mineral dan aerosol logam, menurut studi
yang dilakukan selama sembilan tahun oleh tim interdisipliner dari Massachusetts Institute of
Technology (MIT) dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), dan lain lain.
Dalam penelitian itu, untuk mengumpulkan data, tim menggunakan instrumen yang diletakkan di

moncong pesawat. Termasuk spektometer massa partikel dan pengumpul partikel. Pesawat itu
kemudian terbang melintasi awan. Partikel es akan mengalir melalui lubang khusus yang akan
mencair dan menjadi butiran. Lalu butiran dianalisis untuk mengidentifikasi ukuran dan
komposisinya.
Ilmuwan memprediksi bahwa konsentrasi debu mineral akan lebih tinggi pada masa yang akan
datang. Hal ini akibat lingkungan yang semakin gersang, minimnya lahan hijau dan berubahnya
curah hujan disebabkan aktifitas manusia.
Berubahnya formasi awan Cirrus merupakan bukti lain dari aktifitas manusia yang mencemari
alam. Cziczo dan tim menemukan kandungan seng dan tembaga yang tinggi pada awan
tersebut. "Seng dan tembaga adalah partikel logam yang berasal dari aktifitas industri seperti
peleburan dan pembakaran elektronik di ruang terbuka," kata Cziczo
Menurut Karl Froyd dari NOAA, keadaan ini membuat kita sulit untuk mengetahui perubahan
iklim secara akurat.
NATURE WORLD NEWS | APRILIANI GITA FITRIA

JUM'AT, 03 MEI 2013 | 16:27 WIB

Burung Laut Menjadi Indikator


Pencemaran Sampah

Seekor burung Pelikan Coklat berenang di laut yang terkena tumpahan minyak di Teluk Meksiko (6/6). Ratusan burung
Pelikan mengalami nasib yang sama dengan burung tersebut. REUTERS/Sean Gardner

Topik

#Pencemaran Lingkungan

TEMPO.CO, Monterey - Di laut atau di pantai seringkali kita menemukan sampah plastik
berserakan. Di Kimalo Point yang terletak di Pulau Hawaii, serpihan plastik bahkan ditemukan di
kedalaman satu meter di bawah permukaan pasir.
"Di beberapa pantai lainnya, sulit untuk membedakan antara pasir dan plastik," kata Nicholas
Mallos, peneliti puing-puing laut di LSM Ocean Conservancy kepada LiveScience, Januari lalu.
Untuk mengetahui tingkat pencemaran sampah di laut, para ilmuwan menggunakan burung laut
sebagai alat ukur. Burung laut, termasuk burung pelikan dan burung camar, merupakan rantai
makanan paling atas. Mereka menyerap racun dan polusi yang terkandung dalam ikan yang
mereka makan. Karena burung laut mencari makan di area laut yang luas, tapi selalu kembali ke
lokasi yang sama setiap tahun untuk berkembang biak, mereka memasok sampel polutan dari
satu wilayah geografis yang luas kepada para peneliti.
"Mereka terbang menyebar di atas lautan selama setahun sehingga bisa dibilang mereka
mengambil sampel pencemaran bagi kami," kata John Elliot dari Environment Canada dalam
jurnal Science, 3 Mei 2013. "Selama mereka mencari makan, mereka terpapar kontaminasi,
terutama jenis bioakumulatif yang memang kami incar."
Pemantauan racun pada burung laut tidaklah mematikan si burung. Ilmuwan menggunakan
sampel bulu, darah, minyak, dan contoh jaringan tubuh tanpa membunuh burung. Sampel

tersebut cukup untuk mengukur polusi yang terjadi.


Burung yang mati kerap ditemukan dengan perut yang penuh plastik. Hal ini menunjukkan
peningkatan kontaminasi di laut yang berasal dari limbah nelayan dan para pengunjung pantai.
Monterey Bay Aquarium di California memperkirakan sekitar 1 juta burung laut,
ditambah 100.000 hewan mamalia laut dan penyu, mati karena menelan plastik setiap tahun.
LIVE SCIENCE | APRILIANI GITA FITRIA

SELASA, 19 MARET 2013 | 14:12 WIB

Warga Tagih Ganti Rugi Dampak Proyek


IPAL

Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Jakarta, Minggu (26/2).
TEMPO/Eko Siswono Toyudho

#Pencemaran Lingkungan

TEMPO.CO, Banyuwangi -- Warga Dusun Tratas, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa


Timur, menagih Kementerian Lingkungan Hidup dan pemerintah daerah setempat untuk
memberi ganti rugi atas 23 rumah warga yang rusak akibat pembangunan instalasi pengolah air
limbah (IPAL). Mereka berkirim surat kepada Bupati Banyuwangi, Kementerian Lingkungan
Hidup, Badan Pemeriksa Keuangan, Kapolres, dan Badan Lingkungan Hidup Banyuwangi.
Koordinator warga Tratas, Suwandi, mengatakan, pemasangan tiang pancang dalam proyek
IPAL tersebut telah menyebabkan 23 rumah warga retak-retak. Proyek itu didirikan hanya
berjarak 4 meter dari permukiman nelayan Dusun Tratas. "Jadi harus ada ganti rugi kepada
warga yang terdampak," kata dia, Selasa, 19 Maret 2013.
Menurut Suwandi, sebelumnya pemerintah Banyuwangi berjanji akan memberi ganti rugi kepada
warga. Bahkan, sejumlah anggota DPRD sudah meninjau rumah warga yang retak. Namun,
hingga proyek IPAL dicabut oleh Kementerian Lingkungan Hidup, ganti rugi yang dijanjikan
belum terealisasi.
Proyek IPAL itu didanai Kementerian Lingkungan Hidup dari APBN 2012 sebesar Rp 9,5 miliar.
Proyek di lahan seluas 1.200 meter itu dikerjakan PT Citra Aneka Solusip pada 18 September
2012. Namun, saat pemasangan tiang pancang, 23 rumah warga retak-retak. Gara-gara itu,
warga menolak pembangunan IPAL. Mereka kemudian berunjuk rasa besar-besaran. Proyek
menjadi mandek hingga akhir 2012. Pada Januari 2013, Kementerian Lingkungan Hidup
akhirnya mencabut anggaran untuk proyek itu.
Pembuatan IPAL terpadu itu merupakan salah satu solusi untuk mengatasi pencemaran
lingkungan di kawasan Muncar. Delapan perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan kecil
yang dianggap tidak mampu membangun IPAL.
Di kawasan Muncar terdapat sekitar 100 perusahaan pengolahan ikan, seperti sarden kalengan,
penepungan, pembekuan, dan pembuatan minyak ikan. Sebanyak 40 perusahaan di antaranya
wajib memiliki IPAL karena limbahnya di atas baku mutu yang ditetapkan Undang-Undang
Lingkungan Hidup.
Namun, sejak beroperasi tahun 1970-an, perusahaan-perusahaan itu tidak mempunyai IPAL.
Limbah cair langsung dibuang ke sejumlah sungai yang bermuara ke perairan Muncar di Selat
Bali. Akibatnya, terjadi pencemaran akut di laut Muncar dengan kadar limbah 2.000 ppm, atau
melebihi baku mutu yang ditetapkan hanya 100 ppm.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Husnul Khotimah mengatakan, pemerintah Banyuwangi tidak
bisa memberi ganti rugi kepada warga karena proyek tersebut didanai APBN. "Jadi surat kami
serahkan ke Kementerian Lingkungan Hidup," kata dia. Husnul mengklaim, pada November lalu,

tim Pemkab bersama kontraktor sudah berniat merenovasi rumah warga yang retak. Namun
warga justru menolaknya.
IKA NINGTYAS

MINGGU, 10 MARET 2013 | 13:56 WIB

Atasi Pencemaran, Bekasi Bangun


Laboratorium

TEMPO/Hamluddin

Topik

#Pencemaran Lingkungan

TEMPO.CO, Bekasi - Pemerintah Kota Bekasi, Ahad, 10 Maret 2013, meresmikan


pengoperasikan laboratorium lingkungan hidup. Laboratorium ini nantinya digunakan untuk
menganalisis pencemaran yang terjadi di kali-kali di Bekasi. "Ini bukti keseriusan pemerintah
dalam menata lingkungan," kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.
Menurut Rahmat, tingkat pencemaran sungai-sungai di Bekasitergolong tinggi. Diduga
pencemaran itu akibat limbah industri yang berdiri dibuang ke sungai. Indikasi ini sebenarnya
sudahmuncul sejak lama. Namun pemerintah kesulitan untuk membuktikan tingkat pencemaran
itu.
Dengan adanya laboratorium ini, Rahmat berharap kesulitan itu bisa diatasi. Petugas
laboratorium akan menguji segala bentuk pelanggaran lingkungan dalam perspektif ilmiah.
"Laboratorium akan meneliti kandungan air sungai, terutama di saluran buangan limbah industri,"
kata Rahmat.
Perusahaan yang terbukti melakukan pelanggaran, kata dia, akan ditindang tegas sesuai
dengan undang-undang berlaku. Selain meneliti pencemaran Kali Bekasi, petugas laboratorium
Lingkungan Hidup Kota Bekasi juga memiliki fungsi melakukan kajian analisis dampak
lingkungan (Amdal) bangunan di Kota Bekasi.
HAMLUDDIN

SENIN, 04 FEBRUARI 2013 | 11:46 WIB

Walhi Ancam Gugat Badan Lingkungan


Hidup Malang

Ilustrasi pencemaran sungai. TEMPO/Fahmi Ali

Topik

#Pencemaran Lingkungan
#Wahana Lingkungan Hidup | Walhi

TEMPO.CO, MALANG - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur mengancam akan
melayangkan gugatan hukum kepada Badan Lingkungan Hidup Malang, jika terbukti
membiarkan para pelaku pencemaran Sungai Suko melenggang bebas tanpa sanksi. Selama
ini mereka hanya melakukan penilaian secara administratif. Kami menuntut untuk turun langsung
memantau ke lapangan, kata Dewan Daerah Walhi Jawa Timur, Purnawan Dwikora Negara,
Senin, 4 Februari 2013.
Hak gugat warga, atau citizen law suit, menurut Purnawan, adalah langkah yang bakal
digunakan untuk menekan BLH Malang untuk menertibkan perusahaan pencemar Sungai Suko.
Investigasi kami menemukan itu, kalau BLH bilang bersih, kami siapkan bukti untuk
menggugat, katanya.
Walhi, kata Purnawan, mendesak pemerintah untuk mengumumkan kepada publik izin usaha,
izin pembuangan limbah, IPAL, dan alat pengolahan limbah lain yang dilanggar perusahaan.
Sekaligus rekam jejak kinerja lingkungan dan pemeriksaan periodik BLH terhadap CV Tri Surya
Plastik--salah satu perusahaan yang diduga mencemarkan air dan udara Sungai Suko. "Pastikan
perusahaan melanggar kejahatan lingkungan dihukum," katanya.
Diduga Instalasi Pengolahan Air Limbah dan tak sempurna, sehingga menimbulkan bau dan
mencemari sungai selama tiga tahun terakhir. Sebagian besar industri yang mencemari

lingkungan, katanya, memiliki sarana instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Namun, banyak
perusahaan yang curang tak mengoperasikan IPAL. Limbah cair langsung dibuang ke sungai.
Pembuangan limbah dilakukan malam hari, atau saat hujan. "Untuk mengelabui petuga
lingkungan hidup dan warga," katanya.
Selama ini, warga Kelurahan Lawang Kabupaten Malang mengeluhkan bau menyengat dan
Sungai Suko tercemar industri pengolahan limbah plastik CV Tri Surya Plastik. Warga
menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci. Dampaknya, sejumlah warga mengalami
iritasi kulit serta seorang anak menderita sesak napas setelah menghirup asap yang dikeluarkan.
"Ikan pun mati," kata Ketua RT 1 RW 10 Kelurahan Lawang, Riyanto.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang Tri Dyah Mahestuti mengatakan bakal
mengecek kebenaran pencemaran itu. Tim dari bidang pengawasan akan diturunkan untuk
memastikan sumber pencemaran. "Kadang tim turun tak ada pencemaran. Akan kami cek
berulang-ulang," katanya.
Apalagi, petugas turun ke lapangan saat jam kerja. Sehingga dimungkinkan perusahaan
membuang limbah pada jam tertentu. Seharusnya, perusahaan yang beroperasi selama 26
tahun telah memiliki IPAL yang memadai. "Mungkin sudah diolah maksimal, tapi ada kerusakan
IPA sehingga mencemari," katanya.
EKO WIDIANTO

RABU, 27 FEBRUARI 2013 | 15:08 WIB

Terkena Polusi, Penis Berang-berang


Menyusut

Berang-berang. spirit-animals.com

Topik

#Pencemaran Lingkungan

TEMPO.CO, Cardiff - Polusi bahan kimia ternyata mempengaruhi ukuran organ reproduksi.
Peneliti Inggris menemukan penis berang-berang menyusut dan berubah rupa akibat kehadiran
zat kimia di dalam tubuh.
Berang-berang yang mengalami perubahan penis bisa ditemukan di sungai di Inggris dan Wales.
Penis binatang pengerat ini mengecil, ditandai dengan turunnya berat tulang penis, atau biasa
disebut baculum. Perubahan lain adalah pembesaran pada testikel dan kemunculan kista pada
saluran sperma. "Penyusutan penis mengejutkan kami," ujar peneliti biologi dari Proyek Berangberang, Cardiff University, Elizabeth Chadwick.
Peneliti menduga perubahan ukuran alat kelamin disebabkan kehadiran bahan kimia sehingga
menekan pertumbuhan hormon.
Di Negeri Ratu Elizabeth, berang-berang memang pernah terancam oleh zat kimia. Pada era
1970-an, populasi binatang ini menurun drastis. Penelitian menemukan penurunan jumlah
berang-berang akibat tingkat polutan organik persisten yang tinggi di dalam air sungai. Setelah
kepunahan massal tersebut, pestisida organoklorin dilarang beredar di Inggris. Setelah
pemberlakuan aturan tersebut, populasi berang-berang meningkat.
Penelitian Chadwick sendiri tidak menemukan kaitan antara zat kimia empat dekade lalu dan
pengecilan penis. Alih-alih, mereka memperkirakan pencemar baru yang mempengaruhi ukuran

penis berang-berang. Penelitian terpisah memang menyebutkan, beberapa senyawa


penghambat endokrin (endochrine disrupting chemicals, EDC) bisa menghambat pertumbuhan
penis.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) membenarkan senyawa penghambat endokrin
mempengaruhi sistem hormon binatang. Bahan kimia ini bisa berasal dari alam atau dibuat di
pabrik. "Pencemar seperti ini bisa berasal dari banyak sumber," ujar Chadwick.
Salah satu sumber pencemar ini adalah debu pabrik yang terbang ke udara. Debu beracun ini
jatuh bersama hujan dan mengalir ke sungai dan terminum berang-berang.
ANTON WILLIAM | BBC | DISCOVERY

SELASA, 16 APRIL 2013 | 17:09 WIB

PT Jasa Marga Bantah Cemari Sungai


Cisadane

Sungai Cisadane, Tangerang, Banten. Tempo/Dimas Aryo

Topik

#Pencemaran Lingkungan
#PT Jasa Marga

TEMPO.CO, Jakarta - PT Jasa Marga membantah tudingan aktivis lingkungan hidup yang
membentangkan spanduk bertuliskan PT Jasa Marga Cemari Cisadane dalam foto di
majalah Tempo halaman 24-25 edisi 15-21 April 2013.
Dalam foto karya wartawan Antara Muhammad Iqbal itu, aktivis lingkungan hidup bersama
warga bantaran Cisadane sedang unjuk rasa di atas perahu di Sungai Cisadane, Tangerang,
Banten, terkait ribuan liter pelumas bekas yang mengalir ke Cisadane.
Justru, kami juga menjadi korban pencemaran oli tersebut, kata Kepala Humas PT Jasa Marga
Wasta Gunadi kepadaTempo, Selasa, 16 April 2013. Wasta menjelaskan, kejadian berawal dari
ditemukannya tumpahan oli bekas di kilometer 21+000B sampai 19+000B Tol JakartaTangerang, pada 10 April lalu.
Kemudian, setelah ditelusuri ternyata terjadi kebocoran dari kendaraan truk Hino bernomor polisi
B-9212-BYU, yang membawa 22 ribu liter oli bekas dan dikemudikan oleh Ahmad Rizki.
Penampungannya tidak menggunakan drum atau bahan sesuai yang dipersyaratkan. Truk
tersebut hanya menggunakan kantong penampung oli bekas dari bahan plastik terpal sebesar
bak truk sehingga terjadi kebocoran, ujarnya
Tetesan oli, kata Wasta, menutupi lajur 1 dan menyebar ke lajur 2 sepanjang 2 kilometer dari
21+000 sampai 19+000. Petugas Jasa Marga cabang Jakarta-Tangerang langsung melakukan
penanganan, yakni memasang rambu jalan dan menaburi jalan yang terkena tetesan oli bekas
dengan 16 karung berisi serbuk gergaji.
Tapi ternya serbuk gergaji kurang karena tidak mampu menutupi banyaknya oli yang tercecer di
badan jalan. Kami langsung berbagi tugas untuk mencari serbuk gergaji lagi. Sekitar pukul
08.00, lajur 1 dan 2 kembali dibuka, tapi dengan memasang rambu, ujarnya.
Namun, ternyata kelalaian sopir truk pengangkut oli bekas tersebut berdampak terhadap
pencemaran Sungai Cisadane. Kami baru tahu pagi harinya. Jadi, kami juga menjadi korban
karena lingkungan jalan tol juga tercemari dengan oli bekas itu, kata Wasta.
AFRILIA SURYANIS

http://www.tempo.co/read/news/

Demokrat: Alokasi untuk Lumpur Lapindo Bukan Mahar Politik

Indra Akuntono

Selasa, 18 Juni 2013 | 12:04 WIB

Warga korban lumpur menceburkan diri ke dalam lumpur saat memperingati tujuh tahun semburan lumpur
Lapindo, di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (29/5). Mereka meminta proses ganti rugi segera
dituntaskan. | KOMPAS/Bahana Patria Gupta

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Amir Syamsuddin


menjamin tak ada mahar politik dengan partai tertentu dalam APBN Perubahan 2013. Meski
di dalam APBN-P 2013 terdapat alokasi anggaran Rp 115 miliar untuk penanggulangan
bencana lumpur Sidoarjo, di Jawa Timur.
"Saya jamin (tidak ada mahar politik)," kata Amir, saat ditemui di sela-sela rapat bersama
Komisi IX DPR, Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (18/6/2013).
Menurut Amir, yang harus diperhatikan adalah sikap pemerintah yang tak boleh menutup
mata pada kesulitan korban bencana Lumpur Lapindo. Ia pun menomorduakan siapa
penyebab bencana itu terjadi.
"Kita tidak bisa terlalu straight itu urusan Lapindo, apalagi kita biarkan (korban) mereka
menderita, kemudian pemerintah berpangku tangan, kan itu tidak bisa. Harus ada langkah
untuk mengatasi penderitaan mereka," ujarnya.

Semburan lumpur di Sidoarjo terkait dengan PT Lapindo, Aburizal Bakrie, dan Partai Golkar.
Pengalokasian anggaran untuk Lapindo disinyalir menjadi mahar untuk Golkar supaya
menyetujui APBNP 2013 disahkan. Dalam APBNP yang telah disahkan terdapat alokasi
anggaran kompensasi jika pemerintah jadi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi.
Adapun alokasi untuk penanggulangan lumpur Sidoarjo tertuang dalam Pasal 9 Rancangan
Undang-undang (RUU) Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2013. Dalam pasal tersebut dikatakan "Untuk kelancaran upaya penanggulangan
lumpur Sidoarjo, alokasi dana pada Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Tahun
Anggaran 2013."
Di dalam pasal itu juga ditegaskan alokasi dana dapat digunakan untuk pelunasan
pembayaran pembelian tanah dan bangunan di luar peta area terdampak pada tiga desa, yakni
Desa Besuki, Desa Kedungcangring, dan Desa Pejarakan serta di sembilan rukun tetangga di
tiga kelurahan yaitu Kelurahan Siring, Kelurahan Jatirejo, dan Kelurahan Mindi. Kemudian,
pada poin selanjutnya alokasi itu diatur untuk bantuan kontrak rumah dan pembayaran
pembelian tanah dan bangunan di luar peta area terdampak lainnya pada 66 rukun tetangga,
yaitu Kelurahan Mindi, Kelurahan Gedang, Desa Pamotan, Desa Kalitengah, Desa
Gempolsari, Desa Glagaharum, Desa Besuki, Desa Wunut, Desa Ketapang, dan Kelurahan
Porong.
Selanjutnya,

dalam

rangka

penyelamatan

perekonomian

dan

kehidupan

sosial

kemasyarakatan di sekitar tanggul lumpur Sidoarjo, anggaran belanja yang yang dialokasikan
pada BPLS Tahun Anggaran 2013 dapat digunakan untuk kegiatan mitigasi penanggulangan
semburan lumpur, termasuk penangangan tanggul utama ke Kali Porong yang mengalirkan
lumpur dari tanggul utama ke Kali Porong.

Jepang Teliti Pencemaran Laut Indonesia

Jean Rizal Layuck

Rabu, 8 Februari 2012 | 16:18 WIB

Seorang peneliti Jepang sedang mengamati pencemaran laut di Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (8/2/2012). |
KOMPAS/JEANE RIZAL LAYUCK

MANADO, KOMPAS.com- Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mengutus dua orang


peneliti, Dr. Kodra dan Dr. Yoda untuk melihat sejumlah laut di Indonesia yang rawan
pencemaran. Ketika berada di Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (8/2/2012), mereka melihat
langsung laut di dermaga pelabuhan perikanan yang tercemar berbagai limbah minyak.
Dr. Kodra mengatakan, pencemaran menjadi masalah rumit lingkungan laut di Indonesia.
Menurut dia, sulit menghentikan pencemaran minyak dari kapal motor nelayan penangkap
ikan tradisonil.
Hal itu juga terlihat di Pelabuhan Perikanan Bitung ketika ia melihat laut di sekitar dermaga
tergenang minyak. Kodra juga mewawancarai sejumlah nelayan mengenai pencemaran ini.
Dari keterangan seorang nelayan, laut di sekitar dermaga Perikanan Bitung tercemar oleh
minyak yang dibuang nelayan dari kapal motor.

Dikatakan, pencemaran terjadi massif seiring dengan bertambahnya armada penangkap ikan
nelayan. Pihak Kementerian Lingkungan Hidup Jepang telah melakukan kerjasama dengan
Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia.
Di samping Bitung, Kodra juga melihat pencemaran di Muara Angke (Jakarta) dan Jembrana
di Bali.

Pencemaran Sungai di Indonesia Meningkat 30 Persen

Agus Mulyadi

Kamis, 5 April 2012 | 23:31 WIB

Ilustrasi: Pencemaran sungai. | KOMPAS Images/Fikria Hidayat

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil pemantauan yang dilakukan Kementerian Lingkungan


Hidup terhadap indeks kualitas air sungai, menunjukkan kecenderungan peningkatan
pencemaran hingga 30 persen.
"Dari 52 sungai yang dipantau, hampir 30 persen kecenderungan meningkat pencemaran
sungai dari cemar sedang menjadi cemar berat," kata Deputi Menteri Lingkungan Hidup
Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas, Henry Bastaman,
di Jakarta, Kamis (5/4/2012) ini.

Lebih lanjut Henry menjelaskan, pencemaran air sungai tersebut paling tinggi diindikasikan
dari semakin meningkatnya limbah domestik, walaupun di beberapa sungai disebabkan oleh
kegiatan tambang.
Menurut dia, intensitas meningkatnya pencemaran akibat kegiatan tambang meningkat,
terutama di daerah timur seperti Maluku dan Papua.
Papua yang pada 2009 menduduki peringkat pertama untuk indeks kualitas lingkungan hidup
turun peringkat dua, salah satunya disebabkan karena meningkatnya pencemaran air sungai.
Sungai yang tercemar di Papua yaitu Sungai Mamberamo dan Danau Sentani, jelas Henry,
seraya menambahkan, selama ini pemerintah berkonsentrasi memperbaiki indeks kualitas air
sungai-sungai yang berada di Pulau Jawa. Namun kenyataanya di wilayah timur ada
kecenderungan pencemaran meningkat.
Kecenderungan meningkatnya pencemaran air sungai tersebut, dapat diartikan semakin
banyaknya kegiatan yang membebani media air sungai, dan semakin padatnya jumlah
penduduk, sehingga mendesak untuk membuka pemukiman baru hingga ke daerah aliran
sungai.
"Saya kira kondisi seperti ini harus menjadi peringatan bahwa upaya yang sudah kita lakukan
cukup gencar, tapi masih terjadi pencemaran yang cukup berat," tambah dia.
Upaya yang dilakukan, salah satunya Kementerian Lingkungan Hidup menyampaikan ke
daerah, agar pengukuran indeks kualitas air ditingkatkan dan menjadi landasan kebijakan di
masing-masing daerah.

Sumber: Antara

Pencemaran Lingkungan Memprihatinkan

KOMPAS Erwin Edhi Prasetyo

Kamis, 25 Juni 2009 | 20:05 WIB

Limbah sampah yang begitu banyak di pesisir

Air pantai, sekitar Tempat Pelelangan Ikan Cilincing mengakibatkan nelayan sulit mendapatkan ikan.
FRANS AGUNG

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X


menyatakan pencemaran air dan udara di wilayah pemukiman padat dan perkotaan DIY
sudah dalam taraf mencemaskan. Ini ditambah semakin berkurangnya tingkat ketersediaan air
bersih akibat penggunannya yang tidak efisien.
Misalnya, terjadi Pencemaran air, khususnya di sungai karena kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan sangat rendah. Sungai dianggap tempat pembuangan sampah, limbah
rumah tangga dan limbah industri. "Tingkat pencemaran air di K ali Code, Gajahwong dan
Winongo yang terjadi di perkotaan dengan populasi penduduk padat masih memprihatinkan,"
ujar Sultan dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kamis (25/6) di Kepatihan,
Yogyakarta.
Di lingkungan padat penduduk perkotaan, banyak sumber air bersih yang tercemar bakteri E
Coli akibat pembuatan septictank yang tidak memenuhi aturan. Rusaknya lingkungan, lanjut
Sultan, membuat orang miskin menjadi lebih miskin, dan mudah sakit. Kondisi itu diperparah
dengan penggunaan air bersih secara tidak efisien sehingga ketersediaan air bersih semakin
berkurang.
Sultan meminta agar air limbah kebutuhan domestik bisa didaur ulang guna dimanfaatkan
kembali, misalnya untuk mencuci kendaraan. Selain itu, juga menghemat penggunaan air
bersih. D i sisi lain, menurut Sultan, pencemaran udara akibat gas buang kendaraan seperti
timbak dan karbon monoksida juga mencemaskan karena melebihi ambang batas di beberapa
titik pusat kota.

Menurut Sultan perlu dilakukan kerja sama dengan perguran tinggi untuk mengurangi
pencemaran akibat emisi gas buang kendaraan. Selain itu, perlu dilakukan penanaman jenisjenis pohon yang mampu menyerap gas karbon seperti pohon mahoni, angsana, mangga, dan
tanjung di lokasi-lokasi dengan pencemaran tinggi.

Menuntut Australia 510 Miliar, Terlalu Kecil

Minggu, 14 Maret 2010 | 07:30 WIB

KUPANG, KOMPAS.com - Tuntutan ganti rugi yang diajukan Indonesia kepada Australia
senilai Rp 510 miliar atas pencemaran minyak di Laut Timor dinilai terlalu rendah dan tidak
rasional jika dibandingkan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.
"Dari mana Tim Nasional Penanggulangan Pencemaran Laut Timor mendapatkan angka
tersebut sebagai kompensasi terhadap kerusakan ekologis dan ekonomis di Laut Timor akibat
pencemaran," kata pemerhati masalah Laut Timor, Ferdi Tanoni, di Kupang.
Mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia itu menegaskan, Tim Nasional
Penanggulangan Pencemaran Laut Timor itu hanya dua hari melakukan kunjungan di Nusa
Tenggara Timur (NTT) tanpa melakukan penelitian.
"Dari mana Timnas bisa mendapatkan angka kerugian tersebut. Untuk mengetahui kerusakan
ekologis dan ekonomis di Laut Timor butuh waktu penelitian yang lama, apalagi Timnas
tidak pernah melakukan penelitian," ujarnya.
Penulis buku Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Ekonomi Politik Canberra-Jakarta itu
mengatakan, Indonesia terlalu cepat mengajukan klaim kepada Australia soal pencemaran
minyak di Laut Timor akibat meledaknya sumur minyak Montara pada 21 Agustus 2009 lalu.
Menurut Tanoni perlu dilakukan sebuah penyelidikan yang mendalam terhadap luas
pencemaran di Laut Timor serta berapa banyaknya nelayan dan petani rumput laut di NTT
yang merasakan langsung dampak dari pencemaran tersebut.
"Hasil penyelidikan inilah yang menjadi dasar acuan kita (Indonesia) untuk menuntut ganti

rugi kepada Australia dan operator ladang minyak Montara, PTTEP Australasia atas
pencemaran Laut Timor. Timnas tidak pernah melakukan penelitian koq bisa mendapatkan
angka ganti rugi. Aneh..," kata Tanoni.
Ia melihat ada sebuah keanehan terkait masalah ganti rugi ini, karena diumumkan oleh Tim
Nasional Penanggulangan Pencemaran Laut Timor pascakunjungan kenegaraan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono ke Australia.

Ladang Tembakau Berpotensi Hasilkan Berbagai Polusi

KOMPAS Adi Sucipto

Rabu, 7 Oktober 2009 | 14:55 WIB

Perkebunan tembakau.
LUCKY PRANSISKA

LAMONGAN, KOMPAS.com Industri tembakau dan pendukungnya memiliki potensi


pencemaran terhadap lingkungan, mulai dari perkebunan tembakau, pergudangan, hingga
industri rokok.
Kepala Bidang Pengawasan Dampak Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa
Timur, Drajat Irawan, Rabu (7/10), mengatakan, perkebunan tembakau memiliki potensi
pencemaran mulai dari limbah padat, limbah cair, pencemaran udara hingga limbah bahan
berbahaya dan beracun.
Hal itu diungkapkan Drajat pada acara penyuluhan dan pembinaan pengendalian polusi dan
pencemaran lingkungan bagi indusri rokok di Lamongan. Kegiatan itu diikuti petani
tembakau, industri rokok, kepala seksi ketenteraman dan ketertiban di setiap kecamatan, dan
LSM Lingkungan Kolila.
Menurut Drajat, potensi limbah padat bisa berasal dari proses pemeliharaan dan pemetikan
yang menghasilkan daun kering, daun berpenyakit dan batang tembakau yang tak terpakai.
Potensi limbah cair dapat terjadi selama proses pemeliharaan yang berasal dari sisa pupuk
kimia dan pestisida yang digunakan.
Potensi pencemaran udara juga bisa terjadi di perkebunan dalam proses pemeliharaan
tembakau pada saat dilakukan pembakaran sisa daun atau batang tembakau, katanya.
Drajat berharap para petani tembakau di Lamongan sedapat mungkin menghindari
penggunaan pupuk jenis KCL, karena pupuk jenis ini dapat merusak daya bakar daun. Dia
juga berpesan agar dosis pupuk yang digunakan agar sesuai anjuran.
Jenis pupuk ZA dianjurkan antara 200-300 kilogram (kg) per hektar (ha), Superphos (SP-38)
dianjurkan 150-200 kg per ha, dan jenis ZA 150- 175 kg per ha.
Asisten Ekonomi Pembangunan Kabupaten Lamongan, Djoko Purwanto, mengatakan, masih
terdapat pabrik rokok yang kurang pemahamannya terhadap pegendalian polusi
(pencemaran).
Berdasarkan evaluasi dan inventarisasi, masih terdapat usaha atau kegiatan pada pabrik rokok
yang kurang paham terhadap pengendalian polusi di tempat usahanya. Melalaui penyuluhan
itu diharapkan pengusaha dapat termotivasi untuk mewujudkan industri yang ramah
lingkungan.

Bagi petani tembakau diharapkan dapat menjadi pelopor dalam gerakan pencegahan dan
pengendalian polusi serta pencemaran di daerahnya, ujar Djoko Purwanto.

Diduga Limbah Sido Muncul Bocor, BLH Ambil Sampel Air

Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Rabu, 7 November 2012 | 12:19 WIB

Penyidik lingkungan dari BLH Provinsi Jateng, BLH kabupaten Semarang beserta Komisi C DPRD kabupaten
Semarang mengambil sample limbah cair PT Sidomuncul, Bergas, Kabupaten Semarang, Selasa (06/11/2012) |
KOMPAS.com/ Syahrul Munir

UNGARAN, KOMPAS.com - Mencuatnya kabar tentang dugaan pencemaran limbah cair


pabrik jamu Sido Muncul Bergas, Kabupaten Semarang, langsung ditanggapi oleh pihak
terkait. Selasa (06/11/2012) kemarin, tim gabungan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Provinsi Jawa Tengah dan BLH Kabupaten Semarang beserta Komisi C PRD setempat
meninjau lokasi, dan mengambil sampel air di area persawahan warga.
Petugas penyidik BLH Propinsi Jawa Tengah, Sisbambang mengatakan, pengujian terhadap
sampel air limbah baru dapat diketahui hasilnya dua pekan ke depan. "Untuk tingkat
keasaman atau PH dan suhu udara kondisinya dinyatakan aman. Namun, untuk kandungan
lainnya perlu pembuktian uji laboratorium," kata Sisbambang, saat ditemui di lokasi.

Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Semarang, Mas'ud Ridwan meminta agar
LH obyektif dalam melakukan penelitiannya. Terlepas dari itu, pihaknya juga berharap
perusahaan memperhatikan aspek lingkungan terutama kepada warga yang terkena dampak
limbah yang diduga berasal dari PT Sido Muncul.
"Bila terbukti pencemaran tersebut berasal dari PT Sido Muncul kami pun mendesak pihak
perusahaan untuk memberikan kompensasi kepada warga serta memperbaiki jaringan IPAL,"
ungkap Masud.
Dikabarkan sebelumnya, pencemaran limbah cair Sido Muncul mencemari sumber air
dangkal dan area persawahan di Dusun Kalisori, Desa Diwak, Kecamatan Bergas, Kabupaten
Semarang. Selain sumur, pencemaran diduga mengakibatkan beras produksi petani tidak
layak konsumsi.

Hindari Pencemaran, Lion Air Sedot Avtur Pesawat yang Jatuh

Kontributor Denpasar, Muhammad Hasanudin

Minggu, 14 April 2013 | 16:43 WIB

Pesawat Boeing 737-800 milik Lion Air masih mengapung di laut sebelah barat ujung landasan Bandara Ngurah
Rai, Denpasar, Minggu (14/4/2013). | Muhammad Hasanudin

DENPASAR, KOMPAS.com - Untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan, Lion Air


melakukan penyedotan avtur yang masih tersisa di bangkai pesawat Boeing 737-800. Ratusan
drum disiapkan untuk mencegah bahan bakar tumpah ke laut setelah pesawat itu gagal
mendarat di Bandara Ngurah Rai, Sabtu (13/4/2013).
"Pencemaran lingkungan lebih banyak akibat bahan bakar (avtur) yang tumpah. Sebelum
ditarik disedot dulu, ada 200 drum, ini sudah dilaksanakan," Direktur Airport Lion Air
Kapten Daniel Putut saat konferensi pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Minggu
(14/4/2013) siang.
Tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bersama operator kapal juga
tengah mempelajari cara pengangkatan bangkai pesawat yang paling aman dan tidak merusak
lingkungan. "Sebelumnya akan dipelajari dulu apakah ada terumbu karang atau apa, seminimalize menimbulkan kerusakan yang ada," jelas salah seorang tim investigasi KNKT.
Pesawat Boeing 737-800 milik Lion Air itu jatuh sebelum mendarat di landasan Bandara
Ngurah Rai Bali, Sabtu sore kemarin. Sebanyak 101 penumpang dan tujuh kru pesawat
selamat, tetapi 46 orang di antaranya harus menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit
karena menderita luka-luka.

Penegakkan Hukum Tak Jalan di Citarum

Sandro Gatra

Sabtu, 26 Maret 2011 | 08:21 WIB

Sungai Citarum

BANDUNG, KOMPAS.com - Penegakkan hukum terhadap perusakan lingkungan di


sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Citarum dinilai tak berjalan. Pembiaran oleh pihakpihak yang seharusnya menindak dinilai terus terjadi selama belasan tahun hingga kondisi
Sungai Citarum memprihatinkan.
Demikian dikatakan Dadan Ramdan, aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)
Jawa Barat, Sobirin Supardiono, anggota Dewan Pemerhati Kelestarian dan Lingkungan
Tatar Sunda, serta T Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset
Cekungan Bandung, ketika berbincang-bincang dengan Kompas.com di Bandung.
Dadan mengatakan, sekitar 500 pabrik berdiri di beberapa daerah di hulu Citarum. Mayoritas
adalah pabrik tekstil. Dari seluruh pabrik yang berdiri, kata dia, hanya 20 persen yang
mengolah limbah melalui Instalasi Pengolah Air Limbah (Ipal). "Sisanya dibuang ke sub-sub
DAS yang larinya ke Citarum," ucap dia.
Walhi, kata Dadan, pernah mendampingi tiga kasus pencemaran serius di Rancaekek,
Majalaya, dan Saguling. Namun, tambah dia, tidak ada satu pun kasus itu yang masuk ke
pengadilan. "Artinya penegakkan hukum untuk penjahat lingkungan sangat lemah,"
lontarnya.
"Komunitas peduli lingkungan berkali-kali laporkan pencemaran ke Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat. Tapi mereka tidak pernah melakukan
penyelidikan secara serius. Mereka ke lapangan, tapi hasilnya disimpulkan tidak ada

pencemaran. Padahal jelas-jelas kelihatan warna sungai berubah. Kepolisian tidak bisa
lakukan apa-apa," tambahnya.
Sobirin mengatakan, kebanyakan langkah dari BPLHD hanya memberikan teguran kepada
para pengusaha yang terbukti melanggar. "Hanya surat teguran. Diikutin boleh, ngga diikutin
boleh," ucap dia.
Akibat dari pembiaran atas laporan pencemaran, kata Sobirin, masyarakat semakin tak peduli
terhadap lingkungan di sekitar mereka. "Kini terjadi keputusasaan masyarakat. Ketika dia
lapor tapi tidak ditanggapi, yah biarlah seperti ini," katanya.
Melihat pembiaran pencemaran sungai yang terus terjadi, Bachtiar mengatakan, "Kepala
BPLHD bisa diajukan ke pengadilan,".
Dadan, Sobirin, dan Bachtiar mencurigai adanya suap dari para pengusaha nakal kepada
pihak-pihak yang seharusnya menindak. "Masalah selesai ketika ada sogok atau suap dari
pihak pabrik," tegas Dadan.

Pencemaran Masuk Kriteria Adipura

Remigius Septian Hermawan

Kamis, 26 Agustus 2010 | 15:06 WIB

Peran pasukan kuning dalam meraih Adipura bagi Kabupaten Lamongan cukup besar. Pada kirab piala Adipura
ketiga, Selasa (9/6/2010), sebanyak 138 pasukan kuning menerima uang tunai bingkisan dan sembako masingmasing Rp 300.000.
KOMPAS/ADI SUCIPTO K

JAKARTA, KOMPAS.com Mulai tahun 2011, pemerintah akan menambah kriteria


penilaian bagi kota-kota penerima penghargaan Adipura. Kriteria baru itu adalah
pengendalian pencemaran air dan udara.
"Jadi, nanti penerimanya akan semakin sedikit dan lebih kompetitif," kata Menteri
Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta dalam konferensi pers mengenai Revitalisasi
Adipura di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta, Kamis (26/8/2010).
Menurut Plh Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pencemaran Hermin Rosita, untuk
pencemaran air yang dinilai adalah kualitas air di aliran sungai. Sementara untuk pencemaran
udara, yang dinilai adalah seberapa giat pemerintah kota menguji emisi kendaraan.
"Untuk uji emisi, bisa kerja sama dengan bengkel-bengkel di daerah masing-masing," jelas
Hermin.
Selain itu, mulai tahun depan akan digiatkan lagi Dewan Adipura di tiap kota. "Dewan
Adipura ini akan berisi budayawan, kalangan akademisi, dan tokoh masyarakat," ujar
Hermin.
Masyarakat juga akan dilibatkan sebagai tim penilai untuk melakukan penilaian Adipura ini.
"Masyarakat nanti akan menilai bagaimana pemerintah mereka menjaga kebersihan dan
penanganan polusi di daerahnya," lanjutnya lagi.

"Ini merupakan langkah baru dalam Adipura. Tujuan jangka panjangnya, kita mau kota-kota
di Indonesia akan menjadi eco-city," kata Gusti Muhammad Hatta, terutama untuk kota-kota
besar dan metropolitan.

Wah! 13 Pantai di Bali Tercemar

Herpin Dewanto Putro

Senin, 2 Mei 2011 | 17:59 WIB

Sejak Rabu lalu, petugas kebersihan, Satuan Petugas Pantai Kuta, bersama masyarakat dan pedagang
bergotong royong membersihkan Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Hari Jumat (8/4/2011), Pantai Kuta
terlihat sudah relatif bersih, setelah sebelumnya diberitakan di majalah Time tentang kondisinya yang sangat
kotor dan jorok. | KOMPAS/AYU SULISTYOWATI

DENPASAR, KOMPAS.com Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali menemukan ada


13 pantai di Bali yang tercemar limbah, diduga berasal dari hotel atau tempat usaha lainnya di
sekitar pantai. Sektor pariwisata dapat terganggu karena beberapa pantai yang tercemar
merupakan pantai andalan pariwisata di Bali, seperti Pantai Kuta dan Sanur.
Pantai lainnya yang tercemar adalah Pantai Serangan, Benoa, Tanjung Benoa, Mertasari,
Lovina, Soka, Candidasa, Tulamben, Pengambengan, Gilimanuk, dan Padangbai. Badan

Lingkungan Hidup (BLH) menemukan beberapa zat pencemar, seperti zat nitrat, zat dari
detergen, minyak, dan timbal.
"Pencemaran ini dapat menyebabkan kulit menjadi gatal ketika berenang di pantai," kata
Kepala BLH Bali Anak Agung Alit Sastrawan, Senin (2/5/2011) di Denpasar. Apabila
dibiarkan, pencemaran ini juga menjadi ancaman serius bagi ekosistem laut.
Menurut Sastrawan, pencemaran ini tidak tampak jika diamati dengan kasatmata.
Berdasarkan pantauan di Pantai Sanur dan Kuta, air laut tampak relatif bersih dan masih
banyak wisatawan yang berenang atau melakukan kegiatan air lainnya.
Saat ini, BLH Bali mencari sumber penyebab pencemaran itu. Apabila sudah ditemukan,
Pemerintah Provinsi Bali akan memberikan peringatan sebanyak tiga kali. Jika masih terbukti
mencemari pantai, hotel atau restoran yang bersangkutan dapat terancam ditutup.
Sastrawan mengingatkan, air laut bergerak sangat dinamis sehingga pencemaran pun dapat
cepat menyebar ke pantai lainnya. Hal ini menjadi ancaman serius karena pantai menjadi
kekuatan utama pariwisata Bali.
Pantai Kuta, misalnya, pada awal Maret 2011 juga tercemar bakteri dan warna air laut
berubah menjadi coklat. Bakteri itu menyebabkan iritasi pada kulit.
Satu bulan kemudian, Pantai Kuta kembali menjadi sorotan ketika sampah menumpuk di
pantai tersebut. Hal ini menjadi sorotan internasional ketika ditulis di majalah Time edisi 1
April 2011.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Denpasar Ida Bagus Sidharta Putra
mengakui, ada beberapa hotel dan restoran yang belum memiliki pengolahan limbah yang
baik karena terkendala biaya. Hotel dan restoran itu pada umumnya tergolong bangunan tua.
Namun, Sidharta tidak ingin pihak hotel dan restoran dituding sebagai penyebab pencemaran
pantai satu-satunya. "Karena hotel dan restoran berada di pinggir pantai, maka menjadi
kambing hitam. Padahal, besar kemungkinan pencemaran dari hulu mungkin sudah parah,"
katanya.
Oleh karena itu, Sidharta berharap pemerintah tegas mengawasi tingkat pencemaran mulai
dari hulu sampai hilir. Pihak hotel dan restoran juga terbuka, baik untuk diberi sosialisasi
penanganan limbah maupun dikenai sanksi, jika terbukti mencemari lingkungan.

Agar Tak tercemar Bakteri, Bangun Ulang "Septic Tank"

KOMPAS Lukas Adi Prasetya

Senin, 28 September 2009 | 20:31 WIB

Ilustrasi

BANTUL, KOMPAS.com Kepala Bidang Pengendalian, Pencemaran, dan Dokumen


Badan Lingkungan Hidup Bantul Edy Machmud Hidayat mengimbau warga untuk
membangun ulang lagi septic tank. Sebab, banyak kasus menunjuk ada kebocoran
pada septic tank sehingga terjadi pencemaran bakteri E-coli.
"Selepas gempa Mei 2006, dinding septic tank banyak yang retak-retak. Warga banyak yang
tak tahu itu, dan kurang peduli dengan septic tank-nya," ujarnya, Selasa.

Air tanah yang mengandung bakteri E-coli jika dipanaskan di bawah suhu 100 derajat celsius,
bakteri masih hidup. Akibatnya, manusia bisa terkena diare.

Lingkungan Industri Logam Tegal Tercemar

Siwi Nurbiajanti

Kamis, 24 November 2011 | 14:46 WIB

Ilustrasi: salah satu perajin industri logam | KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

SLAWI, KOMPAS.com Lingkungan dan masyarakat di kawasan industri logam


Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yaitu di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, telah tercemar
limbah logam berat. Limbah itu dihasilkan dari aktivitas peleburan dan pengecoran logam.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, Suharmanto, dalam acara
Lokakarya Industri Kecil Berbasis Limbah Logam Berat, yang diselenggarakan bersama
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Balai Desa Pesarean, Rabu
(23/11/2011) malam, mengatakan, dari beberapa parameter, pencemaran di lingkungan
industri logam telah menunjukkan kadar yang tinggi.
Debu melebihi ambang batas, yaitu 5429.969 ug per meter kubik, jauh lebih tinggi dari
ambang batas 230 ug/meter kubik. Kadar timbal juga mencapai 128.672 ug/meter kubik pada
lokasi peleburan dan 2.317 ug/meter kubik pada lokasi yang tidak ada proses produksi.
Beberapa indikator lain juga telah memperlihatkan parahnya pencemaran, antara lain
kebisingan yang disebabkan beradunya logam dengan logam, serta tumpukan limbah padat
yang menumpuk di sekitar permukiman. Limbah berupa debu dan butiran tersebut saat ini
telah mencapai 10.000 ton dengan kandungan logam di bawah 17 persen tidak layak lagi
diolah.
Keberadaan limbah padat di kawasan permukiman tersebut sangat potensial mencemari
kesehatan lingkungan dan mencemari kandungan air dari tanah. Direktur BPPT Derry

Pantjadarma mengatakan, pencemaran limbah yang ada di kawasan tersebut sudah termasuk
dalam kategori parah. Dari hasil uji sampel daerah yang dilakukan Pemerintah Provinsi
Jateng tahun 2011 terhadap 50 warga Desa Pesarean, tercatat 46 orang tercemar timbal. Dari
jumlah itu, 12 orang dalam kondisi bahaya.
Selain itu, dari data yang diperoleh BPPT, sekitar lima anak di kawasan tersebut juga lahir
dalam kondisi cacat (lumpuh dan keterbelakangan mental). Dari segi fisik lingkungan,
banyak tanaman yang mati akibat terkena limbah.
Menurut Derry, kondisi itu perlu ditangani agar pencemaran tidak semakin parah. Saat ini,
upaya yang sudah dilakukan pemerintah, yaitu dengan memidahkan lokasi industri ke
kawasan industri yang jauh dari permukiman (sekitar areal persawahan).
Meskipun demikian, hal itu belum menyelesaikan semua masalah yang ada. Memindahkan
lokasi masih sebatas memindahkan pencemaran dari kawasan permukiman ke kawasan
pertanian. Menurut dia, perlu solusi lain untuk menghasilkan usaha yang produktif, tetapi
tetap sehat dan tidak membahayakan lingkungan. "Penanganan harus lintas sektoral dan tidak
satu tahun berhenti," katanya.
Selain itu, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah mengubah budaya masyarakat yang
belum sadar limbah. Hal itu antara lain dengan mengubah limbah ke dalam produk lain yang
bermanfaat, seperti produk batako.

Pemerintah Harus Serius Menindak Chevron

Syahnan Rangkuti

Rabu, 25 Mei 2011 | 20:47 WIB

www.parkwaypartnersnola.org

PEKANBARU, KOMPAS.com Pemerintah Indonesia diminta lebih serius menindak


perusahaan minyak multinasional, PT Chevron Pacific Indonesia, yang beroperasi di Provinsi
Riau, terkait pencemaran lingkungan. Dalam setahun terakhir, menurut catatan Wahana
Lingkungan Hidup (Walhi), Chevron semakin sering melakukan pencemaran di sekitar
wilayah produksinya.
"Untuk tahap awal ini kami memantau kejadian yang paling baru. Misalnya, pada Maret lalu,
minyak mentah Chevron merembes sampai di Sungai Sebangar, Kepenghuluan Rantaubais,
Kabupaten Rokan Hilir. Kami meninjau langsung kejadian itu selama tiga hari di lokasi,"
ungkap Direktur Eksekutif Walhi Wilayah Riau Hariansyah Usman, Rabu (25/5/2011).
Hariansyah mengatakan, tumpahan minyak di Rantaubais, mengalir sampai ke Sungai Rokan,
sungai terbesar yang membelah Kabupaten Rokan Hilir. Di sepanjang aliran sungai itu
terdapat beberapa perkampungan yang dihuni masyarakat. Sungai itu menjadi tempat mandi,
mencuci, dan transportasi masyarakat.
Sungai itu juga menjadi sumber penghasilan warga setempat untuk menangkap ikan dan
udang galah yang bernilai ekonomi tinggi. Kualitas air sungai menjadi buruk dan
berpengaruh pada kesehatan warga. "Pada Oktober 2010, dua orang anak sekolah mengalami
cedera karena tersiram minyak panas dari pipa Chevron yang meledak di Desa Manggala
Johnson, Rokan Hilir," kata Hariansyah.
Pemerintah lewat Kementerian Lingkungan Hidup telah memberi peringkat merah kepada PT
Chevron pada tahun 2010. Predikat sebagai pencemar lingkungan hidup itu, antara lain,
akibat peralatan sludge oil yang tidak diperbaiki puluhan tahun.

"Bukan hanya di Indonesia Chevron melakukan pencemaran. Pada Februari 2011, Pemerintah
Ekuador telah menghukum denda Chevron setara Rp 72 triliun karena pencemaran.
Pemerintah Indonesia tidak dapat hanya berfokus pada menaikkan liftingminyak, tetapi
mengorbankan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Chevron mesti diawasi lebih serius
lagi," papar Hariansyah.
Menurut Hariansyah, laporan pencemaran lingkungan Chevron di Riau akan disampaikan
oleh Aliansi Lembaga Swadaya Masyarakat, pemerhati Chevron yang sekarang sedang
berada di San Francisco. Keberadaan aliansi itu terkait pertemuan para pemegang saham
Chevron.
Chevron merupakan salah satu perusahaan minyak terbesar yang beroperasi di Indonesia.
Chevron mampu memproduksi 370.000 barrel minyak mentah dari total produksi Indonesia
sebesar 970.000 barrel.
Secara terpisah, Manajer Komunikasi PT Chevron Pacific Indonesia Hanafi Kadir, dalam
siaran persnya, menyatakan menghargai perhatian dan komitmen Walhi terhadap pencemaran
lingkungan. Meski demikian, Chevron sebenarnya memiliki komitmen sama dalam upaya
melindungi manusia dan lingkungan.
"Kami beroperasi sesuai peraturan dan undang-undang, mengikuti standar etika tertinggi, dan
mengacu pada standar global industri migas. Sebagai wujud komitmen kami, sebagai contoh
dalam 10 tahun terakhir, kami melakukan upaya-upaya manajemen lingkungan, terutama
untuk meminimalisasi emisi udara maupun pengelolaan air terproduksi (water discharged).
Kami menginvestasikan sekitar 270 juta dollar AS untuk mendukung pengelolaan lingkungan
tersebut," tutur Hanafi.

Asyik, Pencemaran di TPA Bantar Gebang Berkurang!

SOE

Selasa, 20 Oktober 2009 | 10:06 WIB

Ilustrasi gunungan sampah

BEKASI, KOMPAS.com - Pencemaran air dan udara di Tempat Pembuangan Sampah Akhir
(TPA) Bantar Gebang, Kota Bekasi, berkurang setelah diterapkannya sistimclean
development mechanisme (CDM) menggantikan sistim open dumping atau menumpuk
sampah di area terbuka.
"Ada empat parameter penunjuk kadar pencemaran di TPA yakni PH, Bod, Cod dan limbah
B3, sementara pencemaran air sungai terdapat 16 parameter pantauan, dan sebagian besar
sudah berada di bawah ambang batas" kata Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Bekasi, Dudi Setyabudhi, di Bekasi, Selasa (20/10).
Dia mengatakan, dalam satu tahun aparat Pemerintah Kota Bekasi kadang sampai beberapa
kali melakukan pemeriksaan ambang batas pencemaran di kali yang ada di Kota Bekasi,
termasuk di sekitar TPA Bantar Gebang dengan hasil yang makin menggembirakan.
Meski begitu, ribuan warga yang bermukim di bantaran tiga sungai di Kota Bekasi serta
sekitar area tempat TPA Sumur Batu dan Bantar Gebang masih rawan terhadap ancaman
polusi udara dan air bila pengawasan tidak dilakukan terus menerus.
Sumber pencemaran selain dari limbah sampah juga berasal dari pembuangan limbah cair
oleh sejumlah perusahaan yang dilakukan diam-diam, padahal ketentuannya limbah sebelum
dibuang harus diolah terlebih dahulu sampai ambang batas yang diperkenankan.
"Kami telah mengimbau agar perusahaan bisa mengolah limbah terlebih dulu sebelum
dibuang ke kali. Selain imbauan kepada pihak perusahaan industri, masyarakat pengguna air

kali untuk keperluan mandi dan mencuci juga diminta tidak membuang sampah ke dalam
sungai," ujar Dudi Setyabudhi.
Sebelumnya beberapa warga di seputar TPA Bantar Gebang yang menggunakan sungai
sebagai sarana MCK menderita penyakit kulit dan gatal-gatal, namun dengan pengawasan
secara terus-menerus serta kesadaran pemilik industi tidak membuang limbah sembarangan
kasus penyakit tersebut bisa diatasi.
Dudi menyatakan, bau aroma busuk sampah dan limbah dari tempat pembuangan sampah,
kini mulai berkurang dengan proses pengolahan sampah yang lebih baik.
"Kalaupun masih ada bau semuanya butuh proses dan tidak mungkin parameter pencemaran
dihilangkan 100 persen. Kita juga terus mengimbau pengelola TPA Bantar Gebang untuk
memperhatikan masalah limbah dan bau," ujar Dudi Setyabudhi.

Kualitas Udara Jakarta Sudah Mengkhawatirkan

BNJ

Selasa, 9 Juni 2009 | 08:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Pencemaran udara di Indonesia, khususnya Jakarta, telah


mengkhawatirkan jika dibandingkan dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
demikian dikatakan Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Lingkungan Yetti Rusli.
"Pencemaran paling berat terjadi di Jakarta dibandingkan dengan Tokyo, Beijing, Seoul,
Taipei, Bangkok, Kuala Lumpur, dan Manila," katanya.
Seminar dan temu wartawan itu bertema "Inisiatif dan respons Indonesia terhadap Fenomena
Perubahan Iklim Global" yang diselenggarakan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Berdasarkan data yang ada, total estimasi polutan CO yang diestimasikan dari seluruh
aktivitas di Kota Jakarta adalah 686,864 ton per tahun atau 48,6 persen dari jumlah emisi
lima polutan.
Penyebab dari pencemaran udara di Jakarta sekitar 80 persen berasal dari sektor transportasi
dan 20 persen dari industri serta limbah domestik. Sementara, emisi karbon akibat deforestasi
dan degradasi hutan sebesar 20 persen.
"Kawasan hutan yang lebat dengan pepohonan dapat berperan sebagai obat untuk
mengurangi emisi karbon (CO2) karena akan menyerap karbon sekitar 50 persen dari
biomasa pohon," kata dia.

Polusi Udara Semarang Tak Terdeteksi

K7-11

Jumat, 11 Maret 2011 | 08:56 WIB

Alat pemantau polusi udara yang berada di Jalan Pemuda masih terpasang meski rusak, Jumat
(11/3/2011)sehingga polusi tidak terdeteksi. Butuh Ratusan juta untuk perbaikan. | K7-11

SEMARANG, KOMPAS.com Sudah lebih dari satu tahun, tingkat polusi udara di Kota
Semarang tidak bisa dimonitor secara mudah. Hal itu disebabkan semua alat pemantau polusi
udara di Kota Semarang rusak sehingga pengendalian pencemaran udara hanya dilakukan
melalui uji emisi.
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Kota Semarang Ulfi Imran Basuki,
Jumat (11/3/2011), mengatakan, alat monitoring polusi udara yang berjumlah tiga buah
bantuan pemerintah pusat tersebut kerap rusak. Dibutuhkan lebih dari Rp 300 juta untuk
biaya perbaikan.
"Kami masih berupaya mengajukan bantuan untuk melakukan perbaikan. Kami harapkan
dalam waktu tak terlalu lama bantuan itu bisa turun dan dimanfaatkan untuk perbaikan
sehingga alat pemantau polusi udara dapat berfungsi kembali," ujar Ulfi.

Saat ini, alat monitoring polusi udara itu terpasang di tiga titik dengan tingkat keramaian
berbeda. Masing-masing di wilayah Kaliwiru yang memiliki kepadatan lalu lintas cukup
tinggi di sisi selatan Kota Semarang, di halaman balaikota, dan di wilayah Kalibanteng.
Koordinator Divisi Lingkungan Lembaga Bantuan Hukum Semarang Sukarman menilai,
rusaknya alat pemantau polusi udara yang terjadi lebih dari setahun ini sangat merugikan
warga Semarang karena tingkat pencemaran udara yang tinggi di Kota Semarang menjadi
tidak terdeteksi.
"Karena alat tidak berfungsi, otomatis tidak ada data yang akurat mengenai pencemaran
udara. Namun, kami bisa melihat tingkat pencemaran udara yang tinggi di Kota Semarang
dengan adanya perubahan cuaca yang ekstrem," kata Sukarman.
Uji emisi yang menjadi upaya Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang untuk
menanggulangi pencemaran juga tidak efektif. Ia mengemukakan, pencemaran udara bukan
hanya karena gas buang dari kendaraan bermotor, tetapi yang terpenting Bapedalda harus
melakukan evaluasi terhadap amdal diseluruh perusahaan di Semarang yang banyak
bermasalah. Saat ini, Semarang memiliki program one day free car untuk mengurangi tingkat
polusi.

Wajah Pantai Tanjung Burung Tangerang, Tak Seindah


Namanya

Seorang warga berjalan di antara tumpukan sampah di Pantai Tanjung Burung, pesisir utara Kabupaten
Tangerang, Banten, Sabtu (30/3). Tumpukan sampah yang terbawa dari sungai yang mengalir di wilayah
Tangerang menumpuk di pantai ini sehingga menutupi pemukaan air laut. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

Anda mungkin juga menyukai