Anda di halaman 1dari 11

POTENSI GERAKAN TANAH

DAERAH DESA SUMAMPIR DAN SEKITARNYA


KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA
PROPINSI JAWA TENGAH

Oleh :

Fiqry Nurul Hidayat, Bambang Sunarwan dan Solihin

Abstrak

Daerah penelitian dilakukan di daerah Desa Sumampir dan sekitarnya, Kecamatan Rembang,
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Secara geografis daerah penelitian terletak pada 109 30'

3BT - 109 34' 23 BT dan 07 16' 23 LS -07 20' 21 LS, dengan luas daerah penelitian
kurang lebih 7,3 km x 8 km atau 58 km2. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aspek
geomorfologi, tatanan stratigrafi, sturktur geologi, sejarah geologi, dan potensi gerakan tanah daerah
penelitian.
Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4
(empat) satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Perbukitan Patahan ( 15%), Satuan
Geomorfologi Perbukitan Homoklin ( 40%), Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi (
35%) dan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial ( 10%). Pola aliran sungainya adalah rektangular
dan dendritik dengan stadia sungai dan jentera geomorfik muda dan dewasa.
Tatanan batuan dari yang tertua hingga termuda adalah Satuan Batuan Lava Andesit dan BreksiFormasi Kumbang, berumur Pliosen Awal diendapkan pada lingkungan laut dalam, dengan
mekanisme turbidit berada pada fasies kipas bawah laut Upper fan channel fill (Walker, 1978).
Secara selaras di atas satuan ini di endapkan Satuan Batuan Batulempung selang-seling BatupasirFormasi Tapak berumur Pliosen Tengah-Pliosen Akhir atau N20-N21 diendapkan pada lingkungan
neritic tepi-neritik tengah (5-100 meter). Dan secara tidak selaras di atasnya di endapkan Satuan
Batuan Breksi dan Andesit-Formasi Ligung pada kala Pliosen Akhir-Pleistosen. Aluvial sungai yang
terdiri dari material lepas lempung hingga bongkah merupakan endapan termuda yang ada didaerah
penelitian.
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa sesar (patahan). Struktur patahan
berupa struktur Sesar Naik Gunung Wuled dengan arah gaya utama N150E relatif utara-selatan.
Hasil kajian gerakan tanah yang terdapat di daerah penelitian dipengaruhi oleh jenis dan variasi
batuan, struktur geologi, kelerengan, densitas sungai, dan tutupan lahan. Adapun faktor utama pemicu
terjadinya gerakan tanah di daerah penelitian adalah iklim (curah hujan), hidrologi, dan aktivitas
manusia. Potensi gerakan tanah di daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga), yaitu
potensi gerakan tanah rendah (dengan nilai kali bobot 37), potensi gerakan tanah sedang (dengan nilai
kali bobot 58) dan potensi gerakan tanah tinggi (dengan nilai kali bobot 88).

Kata-kata kunci : jentera, debris flow, debris slide, rock fall, soil creep, dan NKB.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

1.

UMUM

1)

Desa Sumampir, Kecamatan Rembang,


Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
merupakan wilayah yang terdiri atas dataran
hingga perbukitan, terletak pada Zona
Antiklinorium Bogor, Serayu Utara, dan
Kendeng. Daerah penelitian dapat ditempuh
sekitar 10-12 jam perjalanan dari Kota Bogor
dan dapat dicapai dengan menggunakan
kendaraan roda dua dan roda empat.
Daerah Desa Sumampir dan sekitarnya
merupakan daerah rawan bencana longsor,
terutama di daerah Desa Gunung Wuled.
Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui
keadaan dan kondisi geologi serta potensi
gerakan tanah yang memberikan informasi
daerah-daerah yang berpotensi gerakan tanah.

Lokas penelitian
Gambar 1.1

2.

Peta lokasi penelitian

KONDISI GEOLOGI

2.1. Geomorfologi

Dari kenampakan ciri-ciri fisik di


lapangan, daerah penelitian secara umum
mempunyai bentuk morfologi perbukitan yang
memanjang dari barat ke timur.
Berdasarkan struktur, litologi dan pengamatan
bentang alam di lapangan, geomorfologi
daerah penelitian di bagi menjadi 4 (empat)
satuan geomorfologi, yakni :

Satuan
Geomorfologi
Perbukitan
Patahan, dicirikan oleh bentuk morfologi
perbukitan landai hingga terjal, berupa
punggungan yang memanjang dari barattimur,
terdapat
gawir-gawir
yang
dikontrol struktur patahan. Menempati
15 % luas daerah penelitian dan pada
peta geomorfologi satuan ini memiliki
kisaran kelerengan 7% 70% dan berada
pada ketinggian 350 m.dpl s/d 1000
m.dpl. Sungai yang mengalir pada satuan
ini memiliki pola aliran rektangular,
ditandai dengan pola kontur yang rapat.
Dari hasil pengamatan lapangan bahwa
litologi
yang
menyusun
satuan
geomorfologi ini adalah Satuan Batuan
Lava Andesit dan Breksi.
Barat

Timur

Foto 1. Bentuk morfologi perbukitan patahan


Gn. Wuled, foto diambil dari Desa
Tanalum ke arah utara.

2) Satuan

Geomorfologi
Perbukitan
Homoklin,
menempati 40% luas
daerah penelitian, tersebar di Desa

Sumampir, Desa Tanalum, Desa


Losari, Desa Makam dan Desa Bodas
Karangjati. Satuan geomorfologi ini
dicirikan dengan kisaran kelerengan 5%15% dan dan berada pada kisaran
ketinggian 200 m.dpl s/d 500 m.dpl.

Morfologi perbukitan terbentuk oleh


kemiringan lapisan batuan yang relatif
searah, kemiringan lapisan ke arah
selatan dan pola kontur pada satuan ini
agak renggang hingga rapat. Dari hasil
pengamatan lapangan litologi yang
menyusun satuan geomorfologi ini adalah

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

Satuan Batuan
seling batupasir.

Barat

Batulempung

selang-

4) Satuan

Geomorfologi
Dataran
Aluvial, menempati 10% luas daerah
penelitian, ini dicirikan adanya dataran
banjir dan endapan rombakan yang
terbawa aliran sungai dengan ukuran
mulai
dari
pasir halus
sampai
bongkah. Terdiri dari bongkah batuan
beku dan batuan sedimen. Satuan ini

Timur

berada pada ketinggian 200 m.dpl s/d


300 m.dpl.
Selatan
Foto 2.

Utara

Bentuk morfologi perbukitan homoklin,


foto diambil di daerah Desa Sumampir
ke arah utara daerah penelitian.

3) Satuan

Geomorfologi Perbukitan
Kaki Gunungapi, menempati 35%
luas daerah penelitian, tersebar di Desa

Jembangan, Desa Karangbawang,


Desa Punggelan, Desa Bantarbarang,
Desa Kecepit dan Desa Karangsari.
Satuan geomorfologi ini dicirikan
dengan kisaran kelerengan 3%-30% dan
dan berada pada kisaran ketinggian 350
m.dpl s/d 750 m.dpl. Morfologi

perbukitan berupa pegunungan yang


memanjang dengan arah relatif barattimur dan pola kontur pada satuan ini
agak rapat hingga renggang. Dari
hasil pengamatan lapangan bahwa
litologi
yang
menyusun
satuan
geomorfologi ini adalah Satuan Batuan
Breksi dan Andesit.
Timur Laut

Barat Daya

Foto 4.

Bentuk morfologi dataran alluvial, foto


diambil di Sungai Gintung ke arah barat
daerah penelitian.

2.2. Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian terdiri atas 4
(empat) satuan batuan, dan diketahui urutan
dari tua ke muda sebagai berikut :
1)

Satuan Batuan Lava andesit dan


Breksi, Formasi Kumbang, satuan ini
menempati luas sekitar 15% daerah
penelitian.
Satuan
ini
menempati
topografi perbukitan, menyebar dari
bagian utara daerah penelitian. berada di
daerah Desa Gunung Wuled. Berdasarkan
hasil rekonstruksi penampang pada peta
geologi, satuan batuan ini memiliki
ketebalan lebih dari 1000 meter.
Secara umum Lava Andesit dicirikan
dengan warna hitam, massif, besar butir
afanitik, dan terdapat urat-urat kalsit.

Foto 3.

Bentuk morfologi perbukitan kaki


gunungapi, foto diambil di daerah
Desa Losari ke arah tenggara
daerah penelitian.

Breksi dengan warna abu-abu, ukuran


fragmen sekitar 0.5 cm-50 cm, bentuk
fragmen menyudut tanggung sampai
menyudut, terpilah baik sampai buruk,
sementasi
karbonatan,
fragmen
andesit, monomik, massa dasar pasir,
porositas sedang, kemas terbuka,
kompak.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

3)

Foto 5. (A) Singkapan lava andesit (pada FZ-19


di Kali Panyutan). (B) Breksi (pada FZ14 di Kali Panyutan.

2)

Satuan Batuan Batulempung Selang


seling Batupasir, Formasi Tapak,
satuan batuan ini tersebar + 35% dari luas
daerah penelitian, satuan ini dapat
teramati dengan jelas di sepanjang Kali
Puguhan, dan Kali Karang, dengan
kemiringan batuan yang bervariasi.
Kedudukan satuan batuan ini berarah
relatif Barat-Timur (N 80 oE N125oE)
dengan kemiringan lapisan batuannya
yang bervariasi berkisar antara 15o sampai
60o.. Berdasarkan hasil rekonstruksi
penampang pada peta geologi, satuan
batuan ini memiliki ketebalan 417 meter.
Secara umum Batulempung dicirikan
abu-abu gelap, agak lunak, mengandung
fragmen cangkang moluska, sementasi
karbonatan. Ketebalan
batulempung
bervariasi + 20 - 50 cm. Batupasir
dicirikan dengan warna abu-abu, ukuran
butir pasir halus sampai sedang, bentuk
butir membulat sampai membulat
tanggung, pemilahan sedang, porositas
baik, kemas terbuka, bersifat karbonatan,
kompak. Terdapat
mineral feldsfar,
kuarsa dengan ketebalan berkisar 5-25
cm.

Satuan Batuan Breksi dan Andesit,


Formasi Ligung, satuan ini menempati
luas sekitar 40% daerah penelitian.
Satuan ini menyebar dari bagian selatan
daerah penelitian. berada di daerah Desa
Jembangan, Desa Karangbawang, Desa
Punggelan, Desa Bantarbarang, Desa
Kecepit dan Desa Karangsari. Berada
pada ketinggian 350-750 mdpl, di
beberapa tempat berupa pedataran dan di
sebagian besar berbentuk perbukitan,
berdasarkan
hasil
rekonstruksi
penampang pada peta geologi, satuan
batuan ini memiliki ketebalan kurang dari
200 meter.
Secara umum Breksi dicirikan dengan
warna abu-abu gelap sampai terang,
bentuk butir menyudut tanggung, massa
dasar berukuran pasir halus, ukuran
fragmen 2-15 cm, fragmen batuan beku.

Andesit dengan kondisi singkapan


segar hingga lapuk, dicirikan dengan
warna abu-abu terang, bertekstur
kasar, subhedral, komposisi mineral
hornblenda dan plagioklas.

Foto 7. A dan B singkapan breksi yang tidak


memiliki kedudukan. Lokasi di Kali
Tliando pada FBB-35.

Blp

Bps

Foto 8. A dan B singkapan andesit yang tidak


Foto 6. Singkapan batulempung selang-seling
memiliki kedudukan. Lokasi di daerah
batupasir pada FZ-30 di Sungai
Gunung Tukung pada FB-19.
Puguhan.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
4

4)

Satuan Endapan Aluvial, satuan ini


menempati luas sekitar 10% daerah
penelitian. Satuan ini menyebar dari
bagian utara-selatan daerah penelitian,
tersebar di sekitar sungai besar yaitu
Sungai Gintung dan Sungai Arus.
Berdasarkan pengamtan di lapangan,
ketebalan satuan ini memiliki ketebalan
kurang dari 3 meter.
Foto 9. Endapan Aluvial, lokasi di Sungai Arus.

Tabel 1. Kesebandingan stratigrafi daerah penelitian dengan peneliti sebelumnya.

2.3. Struktur Geologi

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di


daerah penelitian dijumpai struktur geologi
berupa sesar, yang terdiri dari :

Struktur Patahan (Sesar), Patahan atau


sesar merupakan struktur rekahan yang
telah
mengalami
pergeseran.
Sifat
pergeserannya dapat bermacam macam
mulai dari mendatar, miring (oblique), naik
maupun turun.
Adapun jenis sesar sesar yang
berkembang di daerah penelitian antara lain
:

1) Sesar Naik Gunung Wuled, Penamaan


sesar naik Gunung Wuled dikarenakan
sesar ini berada di Desa Gunung Wuled
yang ada di sebelah utara daerah
penelitian. Sesar naik ini memanjang
dari barat-timur searah dengan struktur
yang ada di daerah penelitian. Indikasi
adanya sesar naik Gunung Wuled
adalah :
a) Cermin sesar dengan kedudukan N
278oE /61o, pitch 45o, plunge 50o,
N 352o E. Pada FBB-11 di Kali Karang.
b) Lapisan tegak, pada FBB-18.
Kedudukan batuan N113o E/52o di Kali
Buret.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

c) Cermin sesar dengan kedudukan N


285o E /58o, pitch 52o, plunge 80o,
N25o E. Pada FZ-21 di daerah Gn.
Wuled.
d) Cermin sesar dengan kedudukan N
288o E /60o pitch 55o, plunge 64o,
N16o E.

pada GT03, GT04, GT06, GT09, GT10,


GT13, GT15, GT16 dan GT17.

Foto 11. Longsoran pada GT13 di daerah


Desa Tanalum.

2)
Foto 10. Cermin sesar pada lava andesit, di
FZ-14 di daerah Kali Panyutan.

3.

POTENSI GERAKAN TANAH

Gerakan tanah adalah perpindahan masa tanah


atau batuan akibat gaya gravitasi, yang sering
disebut sebagai longsoran dari masa tanah atau
batuan. Sedangkan longsoran adalah suatu
pergerakan tanah, batuan, timbunan, ataupun
dalam bentuk campurannya secara alami pada
lahan miring.

Debris slide
Adalah jenis gerakan tanah yang bergerak
planar berupa longsoran yang membawa
material
rombakan.
Faktor-faktor
penyebabnya
yaitu
kandungan
air,
pelapukan, sudut lereng, tutupan lahan,
jenis batuan dan struktur geologi. Faktor
utama pemicu gerakan tanah jenis ini
adalah sudut lereng, tingkat kandungan air
dan pelapukan. Terdapat 5 (lima) lokasi
gerakan tanah jenis Debris Slide yaitu pada
GT05, GT07, GT08, GT11 dan GT12.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan


mengacu pada Highway Research Board
Landslide Committee (HWRBLC, 1978) di
daerah penelitian gerakan tanah yang
berkembang berupa :
1)

Debris fall,
Adalah jenis gerakan tanah yang bergerak
rotasi dengan gerakan yang cepat, jenis
materialnya berupa bahan rombakan yang
berbutir kasar berukuran pasir sampai
bongkah, terjadi disekitar tebing-tebing
sungai dan tebing-tebing perbukitan. Faktor
penyebab utama gerakan tanah jenis ini
adalah sudut lereng curam dan struktur
geologi, sedangkan faktor pendukung
lainnya berupa jenis batuan, kandungan air
dan kegempaan. Terdapat 9 (sembilan)
lokasi gerakan tanah jenis Debris Fall yaitu

Foto 12.

3)

Longsoran pada GT11 di tepi


Sungai Puguhan.

Rock fall
Adalah luncuran jatuh bebas dari block
batuan pada lereng-lereng yang sangat
terjal. Faktor-faktor penyebab gerakan
tanah jenis ini adalah kemiringan yang
terjal, jenis batuan dan struktur geologi.
Faktor utama pemicu gerakan tanah jenis
ini adalah struktur geologi dan gempa.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

Terdapat 1 (satu) Lokasi gerakan tanah


jenis Rock Fall yaitu pada GT14.

Foto 13. Longsoran pada GT14 di daerah


Desa Losari.

4)

Soil creep
Adalah Perpindahan material tanah ke arah
kaki lereng dengan pergerakan yang sangat
lambat.. Faktor-faktor penyebab gerakan
tanah jenis ini adalah kemiringan lereng,
tutupan lahan dan pelapukan. Faktor utama
pemicu gerakan tanah jenis ini yaitu
kemiringan lereng dan tingkat kandungan
air. Terdapat 2 (dua) lokasi gerakan tanah
jenis Soil Creep yaitu pada GT01 dan
GT02.

3.1. Faktor-Faktor
Penyebab
Gerakan
Tanah, gerakan tanah di daerah penelitian
di kontrol oleh beberapa faktor, antara lain
yaitu :

Faktor internal :
a) Kondisi geologi
b) Kelerengan
c) Hidrologi
d) Struktur geologi

Faktor eksternal
a) Curah hujan
b) Tutupan lahan
c) Getaran gempa
d) Aktifitas manusia

3.1. Analisis Gerakan Tanah


Analisis gerakan tanah dilakukan per-peta
yang menjadi faktor terjadinya gerakan
tanah di daerah penelitian. Pembuatan
peta-peta yang berkaitan dengan gerakan
tanah berisikan bobot dengan besaran
yang
berbeda-beda
tergantung
pengaruhnya terhadap gerakan tanah.nilai
bobot tersebut adalah :
1) Peta kemiringan lereng dengan bobot 5
2) Peta satuan batuan dengan bobot 5
3) Peta buffering struktur dengan bobot 3
4) Peta tutupan lahan dengan bobot 4
5) Peta densitas sungai dengan bobot 4
Disamping pemberian bobot, pada peta
tersebut diberikan skoring sesuai dengan
kecenderungan terhadap gerakan tanah.
Skoring tersebut adalah :
A. sangat rendah = 1
B. rendah = 2
C. sedang = 3
D. tinggi = 4
E. sangat tinggi = 5
setelah pemerian skoring pada masingmasing peta, nilai skoring tersebut
dikalikan nilai bobot peta maka dihasilkan
nilai NKB (nilai kali bobot). Nilai ini yang
nantinya menjadi acuan untuk pembuatan
Peta Potensi Gerakan Tanah.

Foto 14. Miringnya tiang listrik dan retakan


pada jalan diakibatkan oleh seretan
gerakan tanah tipe soil creep,
tersingkap di GT01, Desa Losari.

3.1.1. Analisis Peta Kemiringan Lereng


Informasi kelas lereng yang dipakai untuk
potensi
gerakan
tanah
memakai
klasifikasi lereng yang dibuat olehVan
Zuidam (1985). Pemerian bobot 5 (lima)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

pada kemiringan lereng ini dikarenakan


kelerengan sangat berpengaruh terhadap
gerakan tanah akibat dari gaya gravitasi
yang membuat masa tanah dan batuan
bergerak cenderung ke arah vertikal.
Namun dibeberapa tempat terdapat
longsoran yang terjadi pada daerah yang
landai, hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan faktor lain disamping
kemiringan lereng.
Tabel 2. Nilai kemiringan lereng
Sudut
No

Lereng
(%)

Nilai
Kemampuan

Bobot

0-2

2-7

10

7-15

15-30

20

30-70

25

15

3.1.2. Analisis Peta Satuan Batuan


Informasi satuan batuan menunjukkan
kondisi kekuatan batuan saat menerima
tekanan/beban. Semakin kuat batuan
tersebut menerima beban danmtekanan
maka daerah tersebut dapat lebih stabil
terhadap gerakan tanah. Pemerian bobot 5
pada satuan batuan ini dikarenakan satuan
batuan adalah aspek penting pada gerakan
tanah, dimana karakter batuan menjadi
pengendali dalam gerakan tanah.
Tabel 3. Nilai satuan batuan
No
1
2

Satuan

Nilai

Batuan

Kemampuan

Aluvial

Breksi dan
Andesit

seling

Lava Andesit
dan Breksi

Nilai

Geologi

Kemampuan

100 m

100-300 m

15
12

300-600 m

600-1000 m

>1000 m

3.1.4. Analisis Peta Tutupan Lahan


Tutupan lahan daerah penelitian berupa
persawahan, ladang, semak atau belukar,
perkebunan dan pemukiman. Daerah
dengan tutupan lahan berupa semak atau
belukar dan perkebunan akan relatif stabil
jika dibandingkan dengan persawahan,
ladang dan pemukiman. Pemerian bobot 4
(empat) pada tutupan lahan didasarkan
pada pengaruh tutupan lahan terhadap
gerakan tanah sebagai pengontrol
rembesan air, pelapukan dan penguat
lereng.
Tabel 5. Nilai tutupan lahan
Tutupan

Nilai

Lahan

Kemampuan

Kebun

Ladang

10
5

NKB

Bobot

NKB

Bobot

NKB
4
8

4
4

20

Batupasir
4

Struktur

No

No

Batulempung
selang

Bobot

Tabel 4. Nilai buffering struktur geologi

NKB

3.1.3. Analisis Peta Buffering Struktur


Geologi
Struktur geologi merupakan pencerminan
seberapa besar suatu wilayah mengalami
perubahan/periode tektonik. Pemerian
bobot 3 (tiga) pada struktur karena
semakin rumit struktur geologi yang
berkembang di suatu wilayah, maka
wilayah tersebut cenderung menjadi
wilayah yang tidak stabil. Pengkajian
potensi gerakan tanah menggunakan
satuan jarak terhadap zona sesar untuk
penentuan kestabilan.

Pemukiman

12

Sawah

16

10

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

c. Buffering struktur geologi 300


meter-600 meter (NKB 9)
d. Tutupan lahan pemukiman dengan
NKB 12
e. Densitas sungai sedang dengan NKB
12
Total NKB adalah 58 dengan demikian
area pada peta potensi gerakan tanah
dengan nilai kurang dari 58 dan lebih dari
34masuk dalam kategori potensial sedang.

3.1.5. Analisis Peta Kerapatan Sungai


Kerapatan sungai adalah suatu angka
indeks yang menunjukkan banyaknya
anak sungai di dalam suatu Daerah Aliran
Sungai
(DAS).
Kerapatan
alur
mencerminkan panjang sungai rerata
dalam satu satuan luas tertentu. Kerapatan
alur dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Seyhan, 1977) :
Dd =
Keterangan :
Dd = kerapatan sungai (m/km2)
Ln = total panjang alur (m)
A = luas DAS (km2)

3) Daerah dengan potensi tinggi


a. Sudut lereng 30%-70% (NKB 25)
b. Satuan Batuan Batulempung selangseling Batupasir (NKB 20)
c. Buffering struktur geologi 100 m
(NKB 15)
d. Tutupan lahan sawah (NKB 16)
e. Densitas sungai sedang (NKB 12)
Total NKB adalah 88, dengan demikian
area pada peta potensi gerakan tanah
dengan nilai kurang dari 88 dan lebih dari
58 masuk dalam kategori potensial tinggi.
Berdasarkan bukti di lapangan dengan
jumlah longsoran 17 titik, 75% yaitu 12
titik longsor berada pada area potensi
tinggi, dan 25% yaitu 5 titik longsor berada
di area potensi sedang.

Nilai kerapatan sungai daerah penelitian


berada pada kerapatan sungai rendah
(<0,25 km/km2) dan kerapatan sungai
sedang (0,25-10 km/km2).
Tabel 6. Nilai kerapatan sungai
No
1

Densitas

Nilai

Sungai

Kemampuan

Rendah

Bobot

NKB
8

4
2

Sedang

12

3.2. Analisis Peta Potensi Gerakan Tanah


Peta potensi gerakan tanah merupakan
hasil akhir dari overlay peta-peta
sebelumnya yang mencangkup seluruh
nilai yang ada pada peta-peta tersebut.
Pembagian area pada peta ini didasarkan
atas nilai NKB, berikut perhitungannya :
1) Daerah dengan potensi rendah
a. Sudut lereng 2%-7% (NKB 10)
b. Satuan Endapan Aluvial (NKB 5)
c. Buffering struktur geologi 600
meter-1000 meter (NKB 6)
d. Tutupan lahan ladang (NKB 8)
e. Densitas sungai rendah (NKB 8)
Total NKB adalah 37, dengan demikian
area pada peta potensi gerakan tanah
dengan nilai kurang dari 37 masuk dalam
kategori potensial rendah.
2) Daerah dengan potensi sedang
a. Sudut lereng 7%-15% (NKB 15)
b. Satuan Batuan Breksi dan Andesit
(NKB 10)

4.

KESIMPULAN DAN DISKUSI


Berdasarkan hasil bahasan sebagaimana
yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya, maka geologi daerah Desa
Sumampir,
Kecamatan
Rembang,
Kabupaten Purbalingga, JawaTengah,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Daerah penelitian dibagi menjadi 4
(empat) satuan geomorfologi, yaitu
Satuan
Geomorfologi
Perbukitan
Patahan (15%), Satuan Geomorfologi
Perbukitan Homoklin ( 40%), Satuan
Geomorfologi
Perbukitan
Kaki
Gunungapi (35%) dan Satuan
Geomorfologi
Dataran
Aluvial
(10%).
2) Berdasarkan ciri-ciri litologi yang ada,
maka batuan yang tersingkap di daerah
penelitian dibagi menjadi 4 (empat)
satuan batuan, adapun urutan-urutan
dari yang tertua hingga yang termuda
satuan batuan daerah penelitian adalah
berikut : Satuan Batuan Lava Andesit
dan Breksi-Formasi Kumbang, Satuan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

Batuan Batulempung selang-seling


Batupasir-Formasi Tapak, Satuan
Batuan Breksi dan Andesit-Formasi
Ligung dan Satuan Endapan Aluvial.
3) Struktur geologi yang berkembang di
daerah penelitian adalah struktur
patahan, yaitu Sesar Naik Gunung
Wuled (barat-timur). Dengan arah
gaya utama N150E relatif utaraselatan.
4) Berdasarkan pengamatan di lapangan,
gerakan tanah yang terjadi di daerah
penelitian berupa : jatuhan rombakan
(debris fall), luncuran rombakan
(debris slide), jatuhan batuan (rock
fall), dan nendatan (soil creep).
Berdasarkan total NKB, daerah
penelitian dibagi menjadi 3 daerah,
yaitu potensi gerakan tanah rendah
(NKB 37), potensi gerakan tanah
sedang (NKB 58) dan potensi gerakan
tanah tinggi (NKB 88). Secara umum
daerah penelitian terletak pada daerah
yang berpotensi gerakan tanah rendahtinggi.
PUSTAKA

1)

Anonim, 2001, Peta Rupabumi Digital


Indonesia Lembar Ribug No. 1408-413,
Badan
Koordinasi
Survey
dan
Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor.
2) Asikin, S., 1986, Geologi Struktur
Indonesia, Departemen Teknik Geologi,
Institut Teknologi Bandung.
3) Blow, W. H. and Postuma J. A., 1969,
Range Chart, Late Miosen to Recent
Planktonic
Foraminifera
Biostratigraphy, Proceeding of The
First.
4) Condon dkk., 1996, Peta Geolgi
Lembar Banjarnegara dan Pekalongan,
Jawa, Skala 1:100.000, Direktorat
Geologi, Bandung.
5) James. D. Dana, 1955, Manual of
Mineralogy. John Willey and Son,
Edisi 16. London.

6) Mark, P, 1957, Stratigraphic Lexicon of


Indonesia, Geological Research and
Development Center, Bandung.
7) Moody, J.D., dan Hill, M.J., 1956,
Wrench Fault Tectonics, Bulletin of
the Geological Society of America.
8) Soewarno,
1991,
Hidrologi
Pengukuran dan Pengolahan Data
Aliran Sungai (Hidrometri), Nova
Bandung.
9) Thornbury, William D., Principles of
Geomorphology, Second Edition, John
Willey and Sons Inc., New York,
London, Sydney, Toronto, 594 p.
10) van Bemmelen, R.W., 1949, The
Geology of Indonesia, The Hague
Martinus Nijhoff, Vol.1A, Netherlands.
11) Walker, R.G., James, N.P, 1992, Facies
Models Respons to Sea Level Change,
Geological Association of Canada,
Canada.
12) Walter T. Huang, Ph, D., 1962,
Petrology, Associate Professor of
Geology Department of Geology
Baylor University, New York.
13) Williams, H., Turner, F.J., Gilbert,
C.M.,
1954,
Petrography,
An
Introduction to The Study of Rock in
Thin Sections, W.H. Freeman and
Company, New York.

PENULIS
1) Fiqry Nurul Hidayat, ST., Alumni (2014)
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Pakuan.
2) Dr. Ir. Bambang Sunarwan, MT., Staf
Pengajar Program Studi Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
3) Ir. Solihin, MT., Staf Pengajar Program
Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Pakuan.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

10

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

11

Anda mungkin juga menyukai