Hipoksia yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan
kerusakan otak dan disfungsi organ. Gagal napas tipe 2 lebih jarang dibandingkan gagal napas yang diakibatkan oleh hipoksia. Pada gagal napas akut indikasi untuk terapi oksigen adalah PaO2 <8 kPa (60 mmHg) atau SaO2 <90%. Tujuan dari terapi oksigen ini adalah untuk mempertahankan SaO2 >92%. Pasien harus dimonitoring dengan pulse oximetry dan AGD setiap 20 menit. Clinical assessment pada pasien dengan gagal napas akut dengan AGD untuk mengetahui kebutuhan dari support ventilasi sangat dibutuhkan. Bila hipoksemia tidak berpengaruh dengan terapi oksigen, atau PaCO2 meningkat pasien sebaiknya ditransfer ke ICU dan menggunakan mechanical ventilation. Indikasi untuk Tracheal Intubation Proteksi dari Aspirasi Pasien dengan disfungsi bulbar atau penurunan kesadaran meningkatkan risiko potensial aspirasi dari cairan lambung dan membutuhkan intubasi untuk memroteksi airway dan paru-paru. Cuffed endotracheal tube bukan sebuah jaminan absolute tidak akan terjadinya aspirasi, aspirasi masih dapat terjadi di sekitar balon yang terpompa. Aspirasi cairan lambung dapat menjadi factor predisposisi dari terjadinya hospital acquired pneumonia pada pasien yang menerima mechanical ventilation. Risiko ini dapat dikurangi dengan memosisikan pasien pada posisi head up 30 derajat. Fasilitas untuk tracheobronchial suction Bila pasien tidak dapat batuk dengan baik atau pasien lemah maka sekret akan tertahan dan makin lama akan bertumpuk banyak dan dapat menyebabkan atelectasis dan memperburuk gagal napas akut. Maka dari itu dilakukan intubasi untuk dapat membantu membersihkan sekret dengan suction dengan jalan napas yang besar Obstruksi Saluran Napas Atas Obstruksi Saluran Napas Atas dapat terjadi akibat penurunan kesadaran, edema, trauma, atau benda asing. Intubasi trakeal dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi pernapasan. Pada pasien dengan risiko tinggi (co: edema laring akibat reaksi anafilaksis atau trauma fasial) harus di intubasi sesegera mungkin. Indikasi Ventilasi
Support pada pasien dengan gagal napas
Bila pasien tidak terpenuhi oksigenasi yang adekuat dengan menggunakan suplemen oksigen atau terjadi peningkatan CO2 secara progresif, maka dibutuhkan mechanical ventilation. Penggunaan mechanical ventilation harus didahului dengna pemeriksaan klinis dan AGD. Mechanical ventiolation diperlukan apabila PaCO2 >7 kPa (53 mmHg) pada pasien yang biasanya memiliki PaCO2 yang normal atau pada pasien dengan peningkatan PaCO2 lebih dari 2 kPa (15mmHg) khususnya pada pasien dengan asidosis. Tanda-tanda ARDS adalah indikasi kuat untuk pengunaan ventilasi daripada hasil dari pemeriksaan AGD, tanda-tandanya adalah peningkatan repiratory rate >30/menit, low tidal volumes <3-4 ml/kg, dan kapasitas vital <15ml/kg, disorientasi, dan penurunan kesadaran. Pada peningkatan CO2 perlu diperhatikan peningkatan tekanan intracranial. PaCo2 perlu dimaintain dibawah dari normal range (4.55.0 kPa, 33-38 mmHg) pada pasien dengan trauma kepala untuk menurunkan cerebral blood flow dan menurunkan tekanan intracranial. Namun penurunan PaCO2 yang berlebihan juga dapat menyebabkan casospasm otak dan iskemia otak. Post operative ventilation juga dibutuhkan untuk pasien yang memiliki risiko gagal napas pasca operasi. Yang dapat terjadi pada pasien dengan cardiorespiratory disease yang berat, penyakit neuromuscular, atau dengan gangguan pengaturan napas sentral. Pasien dengan riwayat merokok dan obesitas dapat meningkatkan risiko. Operasi thoraks dan abdominal atas atau operasi emergency memiliki risiko tinggi dari terjadinya gagal napas. Pasien dapat diberhentikan perlahan penggunaan ventilatornya pada saat kondisi pasien mulai stabil dan rasa sakit pasca operasinya juga sudah terkontrol dengan baik. Pasien dengan anestesi yang menggunakan opioid dosis tinggi pada pasien dengan operasi yang berisiko tinggi biasanya memubutuhkan alat ventilasi untuk beberapa waktu seambari menunggu efek dari obat opioid menghilang. Pasien yang menggunakan metode epidural anestesi atau short acting powerful opioid biasanya tidak membutuhkan postoperative ventilation.