Acara 1 Kekeringan
Acara 1 Kekeringan
Oleh:
Fajrin Pramana Putra
A1L011125
C2/2
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMULIAAN TANAMAN TOLERAN LINGKUNGAN RAWAN
(AGT 323)
ACARA 1
CEKAMAN KEKERINGAN
Oleh:
Fajrin Pramana Putra
A1L011125
C2/2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen
selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat
bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus
hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis,
morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas
dengan faktor-faktor
ditentukan
oleh
tegangan
turgor.
Hilangnya
turgiditas
dapat
B. TUJUAN
1. Mengetahui
Stress air (kekeringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal yaitu
kekurangan suplai air di daerah akar dan permintaan air yang berlebihan oleh
daun, dimana laju evapotranspirasi melebihi laju absorsi air oleh akar tanaman,
walaupun keadaan air tanah cukup (jenuh). Dengan demikian jelaslah bahwa
stress air pada tanaman dapat terjadi pada keadaaan air tanah tidak kekurangan
(Ninda, 2013).
Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara
perlahan (slow-onset disaster), berlangsung lama sampai musim hujan tiba,
berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak
dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami.
Variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun,
bahkan abad. Dengan melakukan penelusuran data cuaca dalam waktu yang
panjang, akan dapat dijumpai variasi cuaca yang beragam, misalnya: bulan basahbulan kering, tahun basah-tahun kering, dan dekade basah-dekade kering.
Kekeringan menyangkut neraca air antara inflow dan outflow atau antara
presipitasi dan evapotranspirasi. Kekeringan tidak hanya dilihat sebagai fenomena
fisik cuaca saja, tetapi hendaknya juga dilihat sebagai fenomena alam yang terkait
erat dengan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap air. Bertambahnya jumlah
penduduk telah mengakibatkan terjadinya tekanan penggunaan lahan dan air serta
menurunnya daya dukung lingkungan. Akibatnya kekeringan semakin sering
terjadi dan semakin meluas. Kekeringan dapat menimbulkan dampak yang amat
luas, kompleks, dan juga rentang waktu yang panjang setelah berakhirnya
kekeringan. Dampak yang luas dan berlangsung lama tersebut disebabkan karena
air merupakan kebutuhan pokok dan vital bagi seluruh makhluk hidup, yang tidak
tergantikan oleh sumber daya lainnya (TKPSDA, 2003).
Cekaman kekeringan yang terjadi pada awal phase pertumbuhan vegetatif
menekan tinggi tanaman sebesar 21% dibanding tinggi tanaman cekaman pada
phase generatif (51-70 hst). Sedangkan cekaman kekeringan pada phase generatif
menghasilkan tinggi tanaman yang sama dengan tanaman yang memperoleh
pengairan penuh/optimal selama pertumbuhan. Pada sisi lain cekaman kekeringan
pada phase generatif menurunkan jumlah polong isi sebesar 50% yaitu lebih
tinggi dibanding bila cekaman terjadi pada phase vegetatif (0-25 hst) yaitu hanya
22% dan menjadi 35% apabila terjadi cekaman pada umur 26-50 hst. Ini
membuktikan bahwa cekaman kekeringan pada saat proses pembentukan bunga
akan mengurangi jumlah bunga yang terbentuk sehingga jumlah polong juga akan
berkurang secara nyata
Kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang diserap.
Pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem
perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang
kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan akar,
kedalaman penetrasi dan diameter akar (Haryati, 2006). Hasil penelitian Nour dan
Weibel tahun 1978 menunjukkan bahwa kultivarkultivar sorghum yang lebih
tahan terhadap kekeringan, mempunyai perkaran yang lebih banyak, volume akar
lebih besar dan nisbah akar tajuk lebih tinggi daripada lini-lini yang rentan
kekeringan (Goldsworthy dan Fisher, dalam Haryati, 2006).
Penggunaan
varietas
hibrida
merupakan
salah satu
upaya
dalam
Alat yang digunakan adalah alat penyiram, kertas label, amplop kertas,
plastik, alat tulis, timbangan analitik, penggaris panjang, dan polibag. Bahan yang
digunakan adalah tiga genotip padi, yaitu Inpago Unsoed 1 (V1), Ciherang (V2),
dan Fe37 (V3).
B. Rancangan Percobaan
Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan.
Faktor yang dicoba adalah tiga genotip padi dan dua taraf cekaman kekeringan.
Genotip padi yang digunakan yaitu Inpago Unsoed 1 (V1), Ciherang (V2), dan
Fe37 (V3). Dua taraf cekaman kekeringan yang digunakan yaitu tanpa cekaman
kekeringan/kontrol (KO) dan cekaman kekeringan (K1). Jadi pada penelitian ini
terdapat 6 kombinasi perlakuan yang diulangkan 3 kali. Setiap kombinasi
perlakuan menggunakan 3 polibag. Percobaan dilakukan menggunakan polibag di
rumah kaca. Total keseluruhan polibag yang digunakan adalah 6x3x3 = 54
polibag.
C. Prosedur Kerja
1. Persiapan
Tanah sebagai media tanam disiapkan, dimasukan dalam polibag yang telah
dibuat lubang tanam. Siram dengan air hingga kapasitas lapang. Polibag yang
telah berisi tanah tadi dibagi 2 kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol
(K0). Kelompok kedua adalah sebagai perlakuan kekeringan (K1).
2. Penanaman
dilakukan dengan membuat lubang tanah di polibag. Lubang diisi dengan 3
biji. Setelah tumbuh baik dipilih 2 tanaman terbaik untuk diamati. Setiap unit
percobaan menggunakan 3 polibag.
3. Pemeliharaan dan penerapan perlakuan
Pemeliharaan meliputi pemupukan dan penyiraman dan pemberantasan hama
penyakit (jika terserang). Pemberian perlakuan cekaman kekeringan
dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam dan 21 hari setelah
tanam. Perlakuan cekaman kekeringan yaitu dengan cara menyiram tanaman
kapasitas lapang.
4. Pengamatan dan pengukuran
Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada saat yang bersesuaian dengan
variabel yang diamati.
D. Analisis Data
ANALYSIS OF VARIANCE
VARIABLE: PA
Means of
K
PA
Genotip
K0
K1
Grand Total
V1
25.66666667 21
23.33333333
V2
23
23
23
V3
31.93333333 29.23333333 30.58333333
Grand
26.86666667 24.41111111 25.63888889
Total
ANALYSIS OF VARIANCE
VARIABLE: VA
Means of
K
VA
Genotip
K0
K1
V1
1.533333333 1.1
V2
0.7
0.833333333
V3
0.233333333 0.633333333
Grand
0.822222222 0.855555556
Total
MATRIK ANOVA
KEKERINGAN
VARIABEL
K
TT
tn
BBA
tn
BBT
tn
BBTan
tn
PA
tn
VA
tn
V
tn
tn
tn
tn
N
tn
KxV
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Grand Total
1.316666667
0.766666667
0.433333333
0.838888889
Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat
penting. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari
kehidupan, bahkan makhluk lain akan punah tanpa air. Kramer menjelaskan
tentang betapa pentingnya air bagi tumbuh-tumbuyhan; yakni air merupakan
bagian dari protoplasma (85-90% dari berat keseluruhan bahagian hijau tumbuhtumbuhan (jaringan yang sedang tumbuh) adalah air. Selnjutnmya dikatakan
bahwa air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan
dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garamgaram, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh-tumbuhan,
melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas,
pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan menutupnya
stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan (Ismal, 1979).
Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara
perlahan (slow-onset disaster), berlangsung lama sampai musim hujan tiba,
berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak
dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami.
52.53 % (stres), kandungan prolin daun pada tanaman stres (0.055 g prolin)
nyata lebih tinggi daripada tanaman kontrol (0.021 g prolin), namun untuk
kerapatan stomata, klorofil b dan klorofil total respon tanaman kontrol sama
dengan tanaman yang mengalami cekaman kekeringan. Cekaman kekeringan
salah satu faktor lingkungan terbesar yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, dengan menurunnya potensial air tanah maka pada
tanaman akan terjadi berbagai perubahan proses fisiologi. Proses fisiologi yang
menunjukkan toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan antara lain,
mengurangi dehidrasi sel dengan merendahkan konduktansi stomata terhadap
penguapan air, dan tekanan osmotik (Sinaga, 2008 dalam Ninda 2013).
Periode kekeringan pada fase tumbuh yang berbeda akan menunjukkan
respon yang berbeda. Menurut Lafitte (2003) dalam Ninda (2013) fase
pembungaan adalah fase yang sangat sensitif terhadap kekeringan, diikuti dengan
fase gametogenesis (booting) dan pengisian bulir, sementara menurut Wopereis et
al.(1996) bahwa stres kekeringan pada awal fase vegetatif berpengaruh langsung
pada penundaan pembungaan dan pematangan, dan kekeringan pada fase
reproduktif menyebabkan penurunan hasil terutama karena penurunan bobot
gabah dan peningkatan persentasi gabah hampa.
Hasil analisis kadar air relatif (KAR) daun yang dilakukan oleh Ninda
(2013) menunjukkan bahwa, nilai KAR pada tanaman kontrol nyata lebih tinggi
daripada tanaman stres. Rendahnya nilai KAR pada tanaman stres menunjukkan
bahwa tanaman menurunkan turgor serendah mungkin agar dapat bertahan,
sehingga sel menjadi berukuran lebih kecil, luasan daun menjadi lebih sempit,
jumlah anakan menjadi lebih sedikit, dan tinggi tanaman menjadi lebih pendek
daripada tanaman kontrol.
KAR (Kadar air relatif) daun merupakan peubah ketahanan tanaman
terhadap kondisi cekaman kekeringan, karena dapat menggambarkan status air
dan tekanan turgor dari sel-sel daun tanaman, khususnya pada saat tanaman
mengalami penurunan potensial air. Menurut Hamim (2005) Cekaman kekeringan
menyebabkan turunnya tekanan turgor, sehingga stomata menutup. Penurunan
KAR daun akan menurunkan konduktansi stomata daun dan dengan perlahan akan
menurunkan konsentrasi CO2 didalam daun, sehingga dapat menurunkan laju
fotosintesis.
Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa perlakuan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman, panjang akar serta volume akar
padi Inpago Unsoed I (V1). Hasil analisis data tinggi tanaman, panjang akar serta
volume akar pada perlakuan normal menunjukan bahwa semua varietas berbeda
nyata. Sedangkan hasil analisis dari data tanaman padi menunjukan ketiga varietas
yang diuji, varietas Ciherang (V2) dan Fe-37 (V3) tahan terhadap cekaman
kekeringan.
Pengamatan dilakukan terhadap karakter tinggi tanaman, jumlah anakan,
umur masak fisiologis, seed set (persentase jumlah gabah isi per malai),
bobot 1000 butir, dan hasil (dalam t/ha, kadar air 14%). Pengamatan karakter
fisiologis yang terkait toleransi cekaman kekeringan yang diamati adalah tingkat
menggulungnya daun (Tabel 1) dan mengeringnya daun (Tabel 2) dengan
mengacu pada Standard Evaluation System (IRRI, 2002).
A. Kesimpulan
1. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh lingkungan cekaman kekeringan pada
tanaman padi menunjukan gejala tanaman yang ditandai dengan akar yang
pendek, volume akar kecil, tajuk tanaman pendek dan menggulung, tanaman
pendek serta luas daun kecil kemudian mati. Namun, pada varietas
tahan/toleran ditandai dengan memanjangnya akar tanaman, volume akar
sedang, daun menebal dan luas daun normal.
2. Varietas Fe-37 (V3) yang dicoba menunjukan respon toleran cekaman
kekeringan dilihat berdasarkan variabel pengamatan yang menunjukan
respon tertinggi dan berbeda dari varietas lain.
B. Saran
Sebaiknya pada saat pemberian perlakuan cekaman kekeringan dan pemeliharaan
dilakukan dengan baik dan benar oleh praktikan serta didampingi oleh asisten
praktikum agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA