Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN TOLERAN LINGKUNGAN RAWAN


(AGT 323)

Oleh:
Fajrin Pramana Putra
A1L011125
C2/2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2014

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMULIAAN TANAMAN TOLERAN LINGKUNGAN RAWAN
(AGT 323)
ACARA 1
CEKAMAN KEKERINGAN

Oleh:
Fajrin Pramana Putra
A1L011125
C2/2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen
selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat
bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus
hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis,
morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas

dengan faktor-faktor

lingkungan.Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan


jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap, oleh akar tanaman sangat
tergantung pada kadar air dalam tanah ditentukan oleh pF ( Kemampuan partikel
tanah memegang air), dan kemampuan akar untuk menyerapnya.
Burstom (1956) dalam Haryati (2006), menyebutkan bahwa defisit air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel
tanaman

ditentukan

oleh

tegangan

turgor.

Hilangnya

turgiditas

dapat

menghentikan pertumbuhan sel (penggandaan dan pembesaran) yang akibatnya


pertumbuhan tanaman terhambat.
Beberapa faktor penyebab terjadinya kekeringan adalah ketersediaan air
tanah yang semakin menurun, perubahan iklim tidak menentu seperti anomali
iklim El-Nino yang menyebabkan kemarau panjang, sehingga tidak selamanya
lahan pertanaman ideal untuk pertumbuhan.
Pendekatan utama yang sering digunakan untuk melihat kemampuan
tanaman beradaptasi pada kondisi cekaman kekeringan adalah:

1. Kemampuan akan mengabsorpsi air secara maksimal dengan perluasan dan


kedalaman perakaran.
2. Kemampuan tanaman merupakan turgor melalui penurunan potensial
osmotik sel.

B. TUJUAN
1. Mengetahui

respon dan perbedaan pertumbuhan tanaman dalam kondisi

cekaman kekurangan air.


2. Mengetahui genotipe tanaman yang toleran tehadap kecekaman kekurangan
air.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Stress air (kekeringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal yaitu
kekurangan suplai air di daerah akar dan permintaan air yang berlebihan oleh
daun, dimana laju evapotranspirasi melebihi laju absorsi air oleh akar tanaman,
walaupun keadaan air tanah cukup (jenuh). Dengan demikian jelaslah bahwa
stress air pada tanaman dapat terjadi pada keadaaan air tanah tidak kekurangan
(Ninda, 2013).
Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara
perlahan (slow-onset disaster), berlangsung lama sampai musim hujan tiba,
berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak
dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami.
Variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun,
bahkan abad. Dengan melakukan penelusuran data cuaca dalam waktu yang
panjang, akan dapat dijumpai variasi cuaca yang beragam, misalnya: bulan basahbulan kering, tahun basah-tahun kering, dan dekade basah-dekade kering.
Kekeringan menyangkut neraca air antara inflow dan outflow atau antara
presipitasi dan evapotranspirasi. Kekeringan tidak hanya dilihat sebagai fenomena
fisik cuaca saja, tetapi hendaknya juga dilihat sebagai fenomena alam yang terkait
erat dengan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap air. Bertambahnya jumlah
penduduk telah mengakibatkan terjadinya tekanan penggunaan lahan dan air serta
menurunnya daya dukung lingkungan. Akibatnya kekeringan semakin sering
terjadi dan semakin meluas. Kekeringan dapat menimbulkan dampak yang amat

luas, kompleks, dan juga rentang waktu yang panjang setelah berakhirnya
kekeringan. Dampak yang luas dan berlangsung lama tersebut disebabkan karena
air merupakan kebutuhan pokok dan vital bagi seluruh makhluk hidup, yang tidak
tergantikan oleh sumber daya lainnya (TKPSDA, 2003).
Cekaman kekeringan yang terjadi pada awal phase pertumbuhan vegetatif
menekan tinggi tanaman sebesar 21% dibanding tinggi tanaman cekaman pada
phase generatif (51-70 hst). Sedangkan cekaman kekeringan pada phase generatif
menghasilkan tinggi tanaman yang sama dengan tanaman yang memperoleh
pengairan penuh/optimal selama pertumbuhan. Pada sisi lain cekaman kekeringan
pada phase generatif menurunkan jumlah polong isi sebesar 50% yaitu lebih
tinggi dibanding bila cekaman terjadi pada phase vegetatif (0-25 hst) yaitu hanya
22% dan menjadi 35% apabila terjadi cekaman pada umur 26-50 hst. Ini
membuktikan bahwa cekaman kekeringan pada saat proses pembentukan bunga
akan mengurangi jumlah bunga yang terbentuk sehingga jumlah polong juga akan
berkurang secara nyata
Kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang diserap.
Pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem
perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang
kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan akar,
kedalaman penetrasi dan diameter akar (Haryati, 2006). Hasil penelitian Nour dan
Weibel tahun 1978 menunjukkan bahwa kultivarkultivar sorghum yang lebih
tahan terhadap kekeringan, mempunyai perkaran yang lebih banyak, volume akar
lebih besar dan nisbah akar tajuk lebih tinggi daripada lini-lini yang rentan
kekeringan (Goldsworthy dan Fisher, dalam Haryati, 2006).

Penggunaan

varietas

hibrida

merupakan

salah satu

upaya

dalam

meningkatkan produktivitas. Agar sejalan dengan program peningkatan areal


tanam maka diupayakan agar varietas hibrida yang digunakan memiliki toleransi
terhadap cekaman abiotik. Perluasan areal tanam umum mengarah ke lahanlahan
marginal yang mengalami cekaman abiotik.

III. METODE PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah alat penyiram, kertas label, amplop kertas,
plastik, alat tulis, timbangan analitik, penggaris panjang, dan polibag. Bahan yang
digunakan adalah tiga genotip padi, yaitu Inpago Unsoed 1 (V1), Ciherang (V2),
dan Fe37 (V3).
B. Rancangan Percobaan
Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan.
Faktor yang dicoba adalah tiga genotip padi dan dua taraf cekaman kekeringan.
Genotip padi yang digunakan yaitu Inpago Unsoed 1 (V1), Ciherang (V2), dan
Fe37 (V3). Dua taraf cekaman kekeringan yang digunakan yaitu tanpa cekaman
kekeringan/kontrol (KO) dan cekaman kekeringan (K1). Jadi pada penelitian ini
terdapat 6 kombinasi perlakuan yang diulangkan 3 kali. Setiap kombinasi
perlakuan menggunakan 3 polibag. Percobaan dilakukan menggunakan polibag di
rumah kaca. Total keseluruhan polibag yang digunakan adalah 6x3x3 = 54
polibag.

C. Prosedur Kerja

1. Persiapan

Tanah sebagai media tanam disiapkan, dimasukan dalam polibag yang telah
dibuat lubang tanam. Siram dengan air hingga kapasitas lapang. Polibag yang
telah berisi tanah tadi dibagi 2 kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol
(K0). Kelompok kedua adalah sebagai perlakuan kekeringan (K1).
2. Penanaman
dilakukan dengan membuat lubang tanah di polibag. Lubang diisi dengan 3
biji. Setelah tumbuh baik dipilih 2 tanaman terbaik untuk diamati. Setiap unit
percobaan menggunakan 3 polibag.
3. Pemeliharaan dan penerapan perlakuan
Pemeliharaan meliputi pemupukan dan penyiraman dan pemberantasan hama
penyakit (jika terserang). Pemberian perlakuan cekaman kekeringan
dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam dan 21 hari setelah
tanam. Perlakuan cekaman kekeringan yaitu dengan cara menyiram tanaman
kapasitas lapang.
4. Pengamatan dan pengukuran
Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada saat yang bersesuaian dengan
variabel yang diamati.

D. Analisis Data

Data analisis hasil pengamatan disajikan dalam tabel varians menggunakan


analisis sidik ragam. Data analisis berikut tidak terdapat perbedaan sehingga tidak
dilakukan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Adapun hasil
analsis disajikan dalam tabel berikut:

ANALYSIS OF VARIANCE
VARIABLE: PA
Means of
K
PA
Genotip
K0
K1
Grand Total
V1
25.66666667 21
23.33333333
V2
23
23
23
V3
31.93333333 29.23333333 30.58333333
Grand
26.86666667 24.41111111 25.63888889
Total

ANALYSIS OF VARIANCE
VARIABLE: VA
Means of
K
VA
Genotip
K0
K1
V1
1.533333333 1.1
V2
0.7
0.833333333
V3
0.233333333 0.633333333
Grand
0.822222222 0.855555556
Total
MATRIK ANOVA
KEKERINGAN
VARIABEL
K
TT
tn
BBA
tn
BBT
tn
BBTan
tn
PA
tn
VA
tn

V
tn
tn
tn
tn
N
tn

KxV
tn
tn
tn
tn
tn
tn

Grand Total
1.316666667
0.766666667
0.433333333
0.838888889

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat
penting. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari
kehidupan, bahkan makhluk lain akan punah tanpa air. Kramer menjelaskan
tentang betapa pentingnya air bagi tumbuh-tumbuyhan; yakni air merupakan
bagian dari protoplasma (85-90% dari berat keseluruhan bahagian hijau tumbuhtumbuhan (jaringan yang sedang tumbuh) adalah air. Selnjutnmya dikatakan
bahwa air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan
dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garamgaram, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh-tumbuhan,
melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas,
pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan menutupnya
stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan (Ismal, 1979).
Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara
perlahan (slow-onset disaster), berlangsung lama sampai musim hujan tiba,
berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak
dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami.

Cekaman kekeringan akan mengakibatkan rendahnya laju penyerapan air


oleh akar tanaman. Ketidakseimbangan antara penyerapan air oleh akar dan
kehilangan air akibat transpirasi membuat tanaman menjadi layu. Cekaman
kekeringan dapat terjadi karena beberapa hal yaitu: (1) tingginya kecepatan
evaporasi yang melebihi persediaan air dari tanah ke akar yang akan
mengakibatkan penurunan potensial air, (2) adanya senyawa yang bersifat
osmotik, seperti pada tanah bergaram, yang dapat menurunkan pengambilan
air sehingga terjadi penurunan potensial osmosis dan tidak cukupnya pengambilan
air oleh tanaman yang diserap dari tanah (Borges, 2003).
Respon tanaman padi terhadap cekaman kekeringan tergantung pada tingkat,
waktu kekeringan, fase tumbuh, organ tanaman dan genotipe. Tingkat cekaman
kekeringan berkaitan dengan nilai potensial air tanah, yang berkaitan erat dengan
fase tumbuh tanaman padi (Yu et al. 2008).
Dilihat dari segi morfologi pada tanaman padi, pengaruh cekaman
kekeringan dapat dilihat secara langsung oleh indera penglihat yakni panjang
daun, lebar daun, tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, tinggi tajuk
tanaman, lebar tajuk tanaman, dan bobot kering tajuk. Menurut Ninda (2013)
bahwa perlakuan cekaman kekeringan nyata menghambat pertumbuhan dan bobot
kering tajuk tanaman. Pada kondisi kontrol, peubah-peubah yang diamati yaitu
panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman, jumlah anakan, tinggi tajuk tanaman,
lebar tajuk tanaman, bobot kering tajuk tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan
dengan galur padi yang mengalami cekaman kekeringan. Pertumbuhan tanaman
kontrol dan bobot kering tajuk tanaman pada kondisi kontrol (cukup air)

cenderung lebih baik di bandingkan dengan tanaman yang mengalami cekaman


kekeringan. Pernyataan yang dikemukakan oleh Arifai (2009) juga menjelaskan
bahwa perlakuan cekaman kekeringan yang diberikan selama 12 hari setelah
perlakuan (HSP) menghambat pertumbuhan tinggi tanaman dan luas daun pada
tanaman padi, hal ini disebabkan ketersediaan air dalam media tumbuh yang
rendah dan juga peranan air yang penting bagi pertumbuhan tanaman untuk
pembelahan dan menjaga turgor sel agar tidak rusak. Hambatan-hambatan yang
terjadi pada tanaman tercekam kekeringan ini, secara umum disebabkan oleh
berkurangnya tekanan turgor sel akibat menurunnya potensial air hingga proses
pembesaran dan pemanjangan sel akan terhambat. Hal ini berkaitan dengan
kondisi cekaman kekeringan, yang menyebabkan keterbatasan air sebagai pelarut
unsur hara, sehingga kemampuan akar untuk menyerap unsur hara tersebut
menjadi turun. Penurunan penyerapan hara dan air oleh akar, mengakibatkan
suplai zat-zat yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman tidak terpenuhi,
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Menurut Fauzi (1997) bahwa
bobot berat kering plumula (tajuk) dan akar pada kecambah padi yang
toleran lebih besar dari yang peka, begitu juga panjang plumula (tajuk) dan
akarnya akan lebih panjang dari kecambah yang peka.
Dilihat dari segi fisiologis pada tanaman padi, pengaruh cekaman kekeringan
dapat diketahui dari parameter-parameter tertentu, yakni kandungan klorofil daun,
Kandungan air relatif (KAR) daun, kandungan prolin, dan kerapatan stomata.
Menurut Ninda (2013), tanaman kontrol (cukup air) memiliki nilai kadar air relatif
(KAR) daun nyata lebih tinggi daripada tanaman stres yaitu 70.25 % (kontrol),

52.53 % (stres), kandungan prolin daun pada tanaman stres (0.055 g prolin)
nyata lebih tinggi daripada tanaman kontrol (0.021 g prolin), namun untuk
kerapatan stomata, klorofil b dan klorofil total respon tanaman kontrol sama
dengan tanaman yang mengalami cekaman kekeringan. Cekaman kekeringan
salah satu faktor lingkungan terbesar yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, dengan menurunnya potensial air tanah maka pada
tanaman akan terjadi berbagai perubahan proses fisiologi. Proses fisiologi yang
menunjukkan toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan antara lain,
mengurangi dehidrasi sel dengan merendahkan konduktansi stomata terhadap
penguapan air, dan tekanan osmotik (Sinaga, 2008 dalam Ninda 2013).
Periode kekeringan pada fase tumbuh yang berbeda akan menunjukkan
respon yang berbeda. Menurut Lafitte (2003) dalam Ninda (2013) fase
pembungaan adalah fase yang sangat sensitif terhadap kekeringan, diikuti dengan
fase gametogenesis (booting) dan pengisian bulir, sementara menurut Wopereis et
al.(1996) bahwa stres kekeringan pada awal fase vegetatif berpengaruh langsung
pada penundaan pembungaan dan pematangan, dan kekeringan pada fase
reproduktif menyebabkan penurunan hasil terutama karena penurunan bobot
gabah dan peningkatan persentasi gabah hampa.
Hasil analisis kadar air relatif (KAR) daun yang dilakukan oleh Ninda
(2013) menunjukkan bahwa, nilai KAR pada tanaman kontrol nyata lebih tinggi
daripada tanaman stres. Rendahnya nilai KAR pada tanaman stres menunjukkan
bahwa tanaman menurunkan turgor serendah mungkin agar dapat bertahan,
sehingga sel menjadi berukuran lebih kecil, luasan daun menjadi lebih sempit,

jumlah anakan menjadi lebih sedikit, dan tinggi tanaman menjadi lebih pendek
daripada tanaman kontrol.
KAR (Kadar air relatif) daun merupakan peubah ketahanan tanaman
terhadap kondisi cekaman kekeringan, karena dapat menggambarkan status air
dan tekanan turgor dari sel-sel daun tanaman, khususnya pada saat tanaman
mengalami penurunan potensial air. Menurut Hamim (2005) Cekaman kekeringan
menyebabkan turunnya tekanan turgor, sehingga stomata menutup. Penurunan
KAR daun akan menurunkan konduktansi stomata daun dan dengan perlahan akan
menurunkan konsentrasi CO2 didalam daun, sehingga dapat menurunkan laju
fotosintesis.
Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa perlakuan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman, panjang akar serta volume akar
padi Inpago Unsoed I (V1). Hasil analisis data tinggi tanaman, panjang akar serta
volume akar pada perlakuan normal menunjukan bahwa semua varietas berbeda
nyata. Sedangkan hasil analisis dari data tanaman padi menunjukan ketiga varietas
yang diuji, varietas Ciherang (V2) dan Fe-37 (V3) tahan terhadap cekaman
kekeringan.
Pengamatan dilakukan terhadap karakter tinggi tanaman, jumlah anakan,
umur masak fisiologis, seed set (persentase jumlah gabah isi per malai),
bobot 1000 butir, dan hasil (dalam t/ha, kadar air 14%). Pengamatan karakter
fisiologis yang terkait toleransi cekaman kekeringan yang diamati adalah tingkat
menggulungnya daun (Tabel 1) dan mengeringnya daun (Tabel 2) dengan
mengacu pada Standard Evaluation System (IRRI, 2002).

Tabel 1. Skor Pengamatan Menggulungnya Daun Karena Cekaman Kekeringan


Skala
Gejala
Kategori
0
Daun sehat
Sangat toleran
1
Daun mulai menggulung (bentuk V dangkal)
Toleran
3
Daun menggulung (bentuk V dalam)
Agak toleran
5
Daun menggulung (melengkung bentuk U)
Agak peka
7
Daun menggulung dimana tepi daun saling Peka
menyentuh (bentuk 0)
9
Daun menggulung penuh
Sangat peka
Tabel 2. Skor Pengamatan Mengeringnya Daun Karena Cekaman Kekeringan
Skala
Gejala
Kategori
0
Tidak ada gejala
Sangat toleran
1
Ujung daun mengering
Toleran
3
ujung daun mengering
Agak toleran
5
- ujung daun yang ada kering
Moderat
7
7 - 2/3 ujung daun yang ada kering
Agak peka
9
Semua daun kering
Peka

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh lingkungan cekaman kekeringan pada
tanaman padi menunjukan gejala tanaman yang ditandai dengan akar yang
pendek, volume akar kecil, tajuk tanaman pendek dan menggulung, tanaman
pendek serta luas daun kecil kemudian mati. Namun, pada varietas
tahan/toleran ditandai dengan memanjangnya akar tanaman, volume akar
sedang, daun menebal dan luas daun normal.
2. Varietas Fe-37 (V3) yang dicoba menunjukan respon toleran cekaman
kekeringan dilihat berdasarkan variabel pengamatan yang menunjukan
respon tertinggi dan berbeda dari varietas lain.
B. Saran
Sebaiknya pada saat pemberian perlakuan cekaman kekeringan dan pemeliharaan
dilakukan dengan baik dan benar oleh praktikan serta didampingi oleh asisten
praktikum agar tidak terjadi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifai, M. 2009. Respon Anatomi Daun Dan Parameter Fotosintesis Tumbuhan


Padi Gogo, Caisim, Echinochloa crussgalli. L., Dan Bayam Pada
Berbagai Cekaman kekeringan. Thesis. Sekolah Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Borges R. 2003. How soybeans respond to drougth stress. Issues In
Agriculture.www.Uvex.edu/ces/ag/issues/drough2003/soybeansrespo
ndstress.html-16k. [7 Juni 2014]
Fauzi, A. 1997. Studi beberapa Tolok Ukur Viabilitas Benih Padi Gogo
(Oryza sativa L.) untuk Indikasi Fisiologis Sifat Tahan terhadap
Kekeringan. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hamim. 2005. Respon pertumbuhan species C3 dan C4 terhadap cekaman
kekeringan dan konsentrasi CO2 tinggi. Biosfera 22:105-115.
Haryati. 2006. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman.
http://library.usu.ac.id/download/fp/hslpertanianharyati2.pdf.
Ismal, Gazali. 1979. Ekologi Tumbuh-tumbuhan dan Tanaman Pertanian.
UNAND. Padang. Hal. 54 76
IRRI [International rice Research Institute]. 2002.
Standard Evaluation
System for Rice. International Rice Research Institute. Manila Philippines.
Ninda, F. R., 2013. Studi Morfologi Dan Fisiologi Galur Padi (Oryza sativa L.)
Toleran Kekeringan. Thesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

TKPSDA. 2003. Pedoman Teknis Kekeringan.http://piba.tdmrc.org/book/export/


html/27. Diakses tanggal 13 Juni 2014
Yu Q, Ahuja LR, Reddy VR, Sasaendran SA. 2008. Response of Crops to Limited
Water : Understanding and modelling water stress effects on plant
growth process. Crop Science Society of America Inc. America. 191
pp.
Wopereis MCS, VMJ Krop, AR Maligaya, TP Tuong. 1996. Drought stress
responses of two lowland rice Kultivars to soil water status. Field
CropsRes 46:21-39. Yang CW, Kao CH. 1999.

Anda mungkin juga menyukai